Tag: Mohammad Idris

  • Tower SUTET Dikepung Banjir Depok, Pemkot Siapkan Langkah Mitigasi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        2 Desember 2025

    Tower SUTET Dikepung Banjir Depok, Pemkot Siapkan Langkah Mitigasi Megapolitan 2 Desember 2025

    Tower SUTET Dikepung Banjir Depok, Pemkot Siapkan Langkah Mitigasi
    Tim Redaksi

    DEPOK, KOMPAS.com –
    Pemerintah Kota Depok menyiapkan langkah mitigasi terhadap
    tower
    Saluran Udara Tegangan Ekstra Tinggi (SUTET) yang berdiri tepat di tengah area banjir di Bulak Barat–Pasir Putih, Depok.
    Struktur transmisi listrik Jawa–Bali itu dikhawatirkan terdampak genangan banjir yang tak kunjung surut dalam tiga tahun terakhir.
    “Sementara yang
    urgent
    di depan mata adalah bagaimana mitigasi sutet yang ada di sana,” kata Wakil Wali Kota Depok Chandra Rahmansyah saat dihubungi Kompas.com, Selasa (2/12/2025).
    Chandra menjelaskan, banjir yang melingkupi kaki tower berpotensi mengganggu stabilitas struktur apabila tidak segera ditangani. Karena itu,
    Pemkot Depok
    tengah berkoordinasi dengan PLN untuk menyusun langkah pencegahan jangka pendek.
    “Yang mendesak tuh
    tower
    dulu karena dia ada di tengah kubangan, khawatirnya towernya roboh dan nantinya terganggu,” ujarnya.
    Setelah mitigasi terhadap SUTET dilakukan, Pemkot Depok akan melanjutkan penanganan dengan normalisasi
    Kali Pesanggrahan
    dan pembenahan sampah yang bersumber dari TPA Cipayung.
    Menurut Chandra, kedua langkah itu merupakan prasyarat sebelum pembangunan jembatan baru bagi warga.
    “Untuk jembatan sendiri, itu nanti setelah urusan aliran sungai sudah dinormalisasi, baru nanti jembatannya. Karena semisal TPA Cipayung belum diberesin tapi jembatan duluan dibangun, nanti rusak lagi,” kata dia.
    Banjir yang memutus akses Bulak Barat–Pasir Putih diduga terjadi akibat tertutupnya aliran air karena longsoran sampah dari TPA Cipayung. Air yang tidak mengalir kemudian meluap ke ruas jalan dan merendam jembatan hingga tak lagi dapat digunakan.
    “Jembatan di Bulak Barat memang sudah terputus dan ini karena genangan air dari tertutupnya aliran air dari Kali Pesanggrahan,” jelas Chandra.
    Pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, banjir menutup ruas jalan selebar 5–6 meter sepanjang lebih dari 200 meter. Kawasan ini sebelumnya terhubung oleh sebuah jembatan yang kini rusak akibat luapan sungai.
    Di tengah genangan terlihat puing bangunan rumah, ruko, dan pabrik yang telah dirobohkan. Pada salah satu sisi lahan, terpasang plang bertuliskan:
    “Tanah ini milik/dikuasai Pemerintah Kota Depok. Dilarang memanfaatkan tanpa izin Pemerintah Kota Depok.”
    Karena permukaan area terendam air, hanya tampak hamparan air Kali Pesanggrahan tanpa turap atau penahan tebing. Di beberapa titik, endapan lumpur setebal 7–10 sentimeter menutupi badan jalan, menunjukkan perbedaan kedalaman banjir semakin ke arah Pasir Putih.
    Genangan air juga bercampur tumpukan sampah dengan bau menyengat yang berasal dari arah gunungan sampah TPA Cipayung, membuat kualitas udara semakin buruk.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Diduga Pungli, Warga Bayar Rp 25.000 untuk Buang Sampah ke TPS Pasar Kemiri
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 November 2025

    Diduga Pungli, Warga Bayar Rp 25.000 untuk Buang Sampah ke TPS Pasar Kemiri Megapolitan 26 November 2025

    Diduga Pungli, Warga Bayar Rp 25.000 untuk Buang Sampah ke TPS Pasar Kemiri
    Tim Redaksi
    DEPOK, KOMPAS.com
    – Warga di sekitar Tempat Penampungan Sementara (TPS) Pasar Kemiri, Beji, Kota Depok, mengaku membayar iuran sekitar Rp 15.000-25.000 untuk membuang sampah di sana.
    Ketua RT 04 RW 15 Kelurahan Kemirimuka bernama Mansyur mengatakan, ia memperbolehkan warganya membayar iuran langsung ke petugas pengangkut sampah.
    Aktivitas yang berlangsung sejak 2022 ini dilakukan karena warga yang membuang sampah di sana sekitar 30 rumah.
    Dengan demikian, menurut dia, tidak terlalu banyak sampah yang dibuang.
    “Sampah kita enggak terlalu banyak. Jadi memang untuk iuran sampah kita suruh bayar masing-masing langsung ke petugas,” ucap Mansyur saat ditemui
    Kompas.com
    di lokasi, dikutip Rabu (26/11/2025).
    Biasanya, pengangkut sampah yang datang ke lingkungan Mansyur juga sekaligus menarik iuran. Namun, besarannya diserahkan kepada warga.
    Sebab, pengurus lingkungan telah menyepakati untuk tidak melakukan pungutan atau iuran ke warga, baik itu sampah atau uang keamanan.
    “Jadi langsung antara warga ke pihak penarik sampah karena saya enggak mau ikut campur. Biar tukang sampah tahu sendiri siapa yang bisa kasih retribusi dan enggak,” ujar Mansyur.
    Meski demikian, nominal
    retribusi sampah
    yang dibayar tergantung kesediaan setiap warga.
    Sedangkan timbulan sampah warga RT 04 hanya sekitar satu gerobak tarik atau di bawah 100 kilogram untuk dua hari.
    Ketua RT 03 RW 15 Kelurahan Kemirimuka bernama Soenantio menambahkan, warga di lingkungannya membayar sekitar Rp 700.000 untuk mengangkut sampah dan Rp 200.000 ke pengelola TPS
    Pasar Kemiri
    setiap bulan.
    Iuran ini dilakukan rutin selama beberapa tahun terakhir terhadap warga RT 03 yang mencapai 60 KK.
    “Iuran ada tapi ini kecil, cuma Rp 15.000 sebulan untuk satu rumah. Itu saya bayar ke SDM yang angkut sampah,” kata Soenantio di lokasi.
    Menurut Soenantio, warga sempat melakukan negosiasi agar mereka tidak perlu membayar retribusi sebagai bentuk kompensasi keberadaan TPS yang dekat dengan lingkungannya.
    Namun, negosiasi berlangsung alot sehingga warga tetap membayar retribusi sampah untuk bisa menggunakan
    TPS Pasar Kemiri
    .
    “Ya sampah buang pasti ke sana, kan dekatnya ke sana. Biasanya pakai gerobak yang kuning hitam milik DLHK Depok,” kata Soenantio.
    Sementara itu,
    Kompas.com
    telah mencoba menghubungi Kepala DLHK Depok Abdul Rahman untuk meminta konfirmasi soal retribusi sampah yang diterima dari TPS Pasar Kemiri.
    Hingga saat ini, belum mendapat respons.
    Sebelumnya, Pemerintah Kota Depok menelusuri dugaan pungutan liar (pungli) retribusi sampah di TPS Pasar Kemiri.
    Dugaan ini muncul berdasarkan informasi yang diterima Wakil Wali Kota Depok Chandra Rahmansyah saat meninjau penumpukan sampah di TPS Pasar Kemiri, Senin (17/11/2025).
    Disebutkan, Pemkot Depok akan melakukan pemeriksaan secara komprehensif di lingkungan warga sekitar TPS terlebih dahulu.
    “Saya juga minta ke pak Lurah untuk menindaklanjuti, mengumpulkan pengurus RW untuk berdiskusi. Jadi bagaimana pembuangan sampah (mereka)? Jangan-jangan dari RW sudah dipungut (retribusi),” ucap Chandra di lokasi, Senin.
    TPS Pasar Kemiri merupakan milik swasta dan dalam tanggung jawab pengelola pasar. Sampah yang diangkut ke sana hanya sampah pasar.
    “Retribusinya ke mana? Nah itu kan bisa dikatakan pungli kalau ada, pungli di bidang sampah. Akibatnya kayak begini, sampah enggak keurus (tidak terkontrol),” ujar Chandra.
    “Jadi yang tidak bayar retribusi juga buang sampahnya ke sini. Nah ini akan kita cek, akan kita dalami,” sambung dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dinkes Depok Bakal Cek Kesehatan Sejumlah Anak Kena ISPA Imbas Debu Tanah

    Dinkes Depok Bakal Cek Kesehatan Sejumlah Anak Kena ISPA Imbas Debu Tanah

    Jakarta

    Pemerintah Kota Depok akan mengirim Dinas Kesehatan (Dinkes) untuk mengecek sejumlah anak yang kena infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) di Curug, Bojongsari. Pengecekan kesehatan akan dilakukan Senin pekan depan.

    “Iya nanti Pemkot akan mengirim tim dinas kesehatan ke sekolah dan dinas pendidikan untuk melakukan pengecekan. Nanti Senin ada info lagi, bisa langsung ditanyakan juga nanti ke Dinas Pendidikan,” kata Wakil Wali Kota Depok Chandra Rahmansyah kepada wartawan di Bojongsari, Depok, Sabtu (22/11/2025).

    Selain itu, Chandra juga memastikan akan memanggil pihak pengembang perumahan karena diduga debu tersebut berasal dari tanah lapang yang akan dijadikan perumahan di wilayah tersebut.

    “Kemudian nanti kami akan panggil pengembangan perumahan yang memang diduga menjadi penyebab debu yang mencemari udara di wilayah sekitar tersebut,” ungkap Chandra.

    Chandra mengungkapkan pemanggilan akan dilakukan pekan depan. Dia mengatakan pihak pengembang akan ditanyakan perihal munculnya debu yang membuat sejumlah siswa mengalami ISPA.

    “Nah, mungkin minggu depan ini sudah akan kami lakukan pemanggilan untuk pihak-pihak yang diduga menjadi penyebab debu tersebut,” ujar Chandra.

    Sejumlah Anak Kena ISPA

    Seperti diketahui, sejumlah anak di wilayah Curug, Bojongsari, Kota Depok, mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Penyebab ISPA diduga berasal dari debu tanah lapang untuk perumahan yang berterbangan akibat angin kencang.

    Salah seorang warga, Siti, menjelaskan ISPA yang dialami sejumlah anak ini disebabkan dari debu serta tanah sebuah lapangan yang akan dibangun perumahan. Dia mengatakan tanah lapang itu memiliki ukuran yang luas dan tidak ada penghalang atau pembatas ke kawasan jalan.

    “Memang beberapa ada yang kena ISPA. Itu debu tanah dari lahan yang mau dijadiin perumahan. Iya anak sekolah dekat situ yang beberapa kena, setelah itu diminta buat pake masker semua,” kata Siti saat dijumpai detikcom di sekitar lokasi, Sabtu (22/11).

    Siti menyebut tanah lapang itu telah tergali dalam sehingga ketika angin kencang datang, tanah dan debu itu pun terangkat ke atas hingga ke jalan. Ia mengatakan saat hujan, kondisi normal debu tak berterbangan.

    “Itu yang pas kemarin angin kencang, pohon pada roboh, nah itu naik tanah-tanahnya ke jalan, kebawa angin. Kalo anginnya kencang banget, naik dia tanah-tanahnya sampe ke jalan, kalo biasa mah nggak, apalagi kalo hujan, udah anteng tanahnya ngendep basah,” ujar Siti.

    Dia pun menjelaskan pasca debu dan tanah tersebut mengganggu aktivitas jalan, muncul sejumlah mobil yang melakukan penyiraman. Tanah juga mulai ditanami pepohonan.

    “Sekarang sih hampir setiap hari lah ada mobil yang nyemprotin air ke lahannya supaya tanahnya nggak terbang-terbangan. Terus tanahnya juga mulai ditanemin beberapa pohonan,” ujarnya.

    Warga lainnya, Jamal menjelaskan hal yang serupa. Debu dan tanah di kawasan tersebut, kataya sampai, masuk ke area sekolah tempat anak-anak belajar.

    “Iya yang saya liat sih sekarang pada pake masker, mulai awal dateng sampai pulang,” ungkap Jamal.

    Anak Sekolah Pakai Masker

    Selain itu, sebuah video juga memperlihatkan para siswa sekolah dasar (SD) di Depok mengenakan masker saat kegiatan belajar-mengajar. Mereka mengenakan masker dan mengeluh udara di sana kotor.

    Dari video viral dilihat detikcom, Jumat (21/11/2025), siswa dalam satu kelas kompak menyampaikan mereka terganggu udara kotor di sana hingga meminta bantuan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi dan Wali Kota Depok Supian Suri untuk mengatasi polusi tersebut. Mereka mengaku mengalami sesak napas saat belajar.

    “Pak KDM, Pak Wali Kota, Saya mau minta tolong. Sekolah kami jadi kotor dan napas kami terganggu. Kami sesak napas dan belajar jadi terganggu,” ujar seluruh siswa dalam video tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (dek/dek)

  • Pemkot Depok Bakal Panggil Pengembang Perumahan Imbas Keluhan Debu di SD

    Pemkot Depok Bakal Panggil Pengembang Perumahan Imbas Keluhan Debu di SD

    Jakarta

    Pemerintah Kota (Pemkot) Depok menindaklanjuti adanya sejumlah siswa di wilayah Curug, Bojongsari, Depok yang terkena infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) akibat paparan debu dari tanah lapang milik perumahan. Pihak Pemkot pun akan memanggil pihak pengembang.

    “Kami akan tindaklanjuti. Kami sekarang sedang koordinasi dengan wilayah di kecamatan dan juga kelurahan untuk mengecek secara langsung. Dan kemudian nanti kami akan panggil pengembangan perumahan yang memang diduga menjadi penyebab debu yang mencemari udara di wilayah sekitar tersebut,” kata Wakil Wali Kota Depok Chandra Rahmansyah kepada wartawan di Bojongsari, Depok, Sabtu (22/11/2025)

    Chandra mengungkapkan pemanggilan akan dilakukan pekan depan. Dia mengatakan pihak pengembang akan ditanyakan perihal munculnya debu yang dikeluhkan oleh siswa.

    “Nah, mungkin minggu depan ini sudah akan kami lakukan pemanggilan untuk pihak-pihak yang diduga menjadi penyebab debu tersebut,” ujar Chandra.

    Seperti diketahui, sejumlah anak di wilayah Curug, Bojongsari, Kota Depok, mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Penyebab ISPA diduga berasal dari debu dari tanah lapang untuk perumahan yang berterbangan akibat angin kencang.

    “Memang beberapa ada yang kena ISPA. Itu debu tanah dari lahan yang mau dijadiin perumahan. Iya anak sekolah dekat situ yang beberapa kena, setelah itu diminta buat pake masker semua,” kata Siti saat dijumpai detikcom di sekitar lokasi, Sabtu (22/11).

    “Itu yang pas kemarin angin kencang, pohon pada roboh, nah itu naik tanah-tanahnya ke jalan, kebawa angin. Kalo anginnya kencang banget, naik dia tanah-tanahnya sampe ke jalan, kalo biasa mah nggak, apalagi kalau hujan, udah anteng tanahnya ngendep basah,” ujar Siti.

    (dwr/dwr)

  • Dinkes Depok Bakal Cek Kesehatan Sejumlah Anak Kena ISPA Imbas Debu Tanah

    Tanah Lapang yang Debunya Bikin Siswa di Depok Sesak Mulai Ditanami Pohon

    Jakarta

    Sejumlah anak di wilayah Curug, Bojongsari, Kota Depok, mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA). Penyebab ISPA diduga berasal dari debu dari tanah lapang untuk perumahan yang berterbangan akibat angin kencang.

    Salah seorang warga, Siti, menjelaskan ISPA yang dialami sejumlah anak ini disebabkan dari debu serta tanah sebuah lapangan yang akan dibangun perumahan. Dia mengatakan tanah lapang itu memiliki ukuran yang luas dan tidak ada penghalang atau pembatas ke kawasan jalan.

    “Memang beberapa ada yang kena ISPA. Itu debu tanah dari lahan yang mau dijadiin perumahan. Iya anak sekolah dekat situ yang beberapa kena, setelah itu diminta buat pake masker semua,” kata Siti saat dijumpai detikcom di sekitar lokasi, Sabtu (22/11/2025).

    Siti menyebut tanah lapang itu telah tergali dalam sehingga ketika angin kencang datang, tanah dan debu itu pun terangkat ke atas hingga ke jalan. Ia mengatakan saat hujan, kondisi normal debu tak berterbangan.

    “Itu yang pas kemarin angin kencang, pohon pada roboh, nah itu naik tanah-tanahnya ke jalan, kebawa angin. Kalo anginnya kencang banget, naik dia tanah-tanahnya sampe ke jalan, kalo biasa mah nggak, apalagi kalo hujan, udah anteng tanahnya ngendep basah,” ujar Siti.

    “Sekarang sih hampir setiap hari lah ada mobil yang nyemprotin air ke lahannya supaya tanahnya nggak terbang-terbangan. Terus tanahnya juga mulai ditanemin beberapa pohonan,” ujarnya.

    Warga lainnya, Jamal menjelaskan hal yang serupa. Debu dan tanah di kawasan tersebut, kataya sampai, masuk ke area sekolah tempat anak-anak belajar.

    Anak Sekolah Pakai Masker

    Sebuah video memperlihatkan para siswa sekolah dasar (SD) di Depok mengenakan masker saat kegiatan belajar-mengajar. Mereka mengenakan masker dan mengeluh udara di sana kotor.

    Dari video viral dilihat detikcom, Jumat (21/11/2025), siswa dalam satu kelas kompak menyampaikan mereka terganggu udara kotor di sana hingga meminta bantuan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Dedi Mulyadi dan Wali Kota Depok Supian Suri untuk mengatasi polusi tersebut. Mereka mengaku mengalami sesak napas saat belajar.

    “Pak KDM, Pak Wali Kota, Saya mau minta tolong. Sekolah kami jadi kotor dan napas kami terganggu. Kami sesak napas dan belajar jadi terganggu,” ujar seluruh siswa dalam video tersebut.

    Kabid SD Dinas Pendidikan (Disdik) Depok Zakky Fauzan mengatakan video tersebut dibuat karena adanya dampak infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Beberapa siswa yang terdampak ISPA sudah dalam penanganan medis.

    “Iya (ada keluhan ISPA) ada beberapa. Cuma Pemkot Depok sudah turun dan koordinasi dengan RSUD untuk pelayanan beberapa siswa yang terkena ISPA, itu semua sudah tertangani sih Insyaallah,” ujar Zakky saat dihubungi wartawan, Jumat (21/11/2025).

    Dia mengatakan lurah, camat, dan developer proyek perumahan itu sudah memitigasi debu sekitar lokasi. Damkar juga telah menyemprotkan air untuk meminimalkan debu.

    (dwr/dwr)

  • Sesak Napas akibat Debu Tanah Merah, Siswa SD di Depok Minta Tolong Dedi Mulyadi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        21 November 2025

    Sesak Napas akibat Debu Tanah Merah, Siswa SD di Depok Minta Tolong Dedi Mulyadi Megapolitan 21 November 2025

    Sesak Napas akibat Debu Tanah Merah, Siswa SD di Depok Minta Tolong Dedi Mulyadi
    Tim Redaksi
    DEPOK, KOMPAS.com
    – Sejumlah siswa SDN Curug 1 Depok meminta tolong Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi terkait permasalahan debu tanah merah yang mengganggu aktivitas belajar mereka.
    Hal ini terlihat pada sebuah video yang direkam di ruang kelas dengan para siswa menggunakan masker dan diunggah hingga viral di media sosial Instagram @sawanganterkini.
    Pada video itu, para siswa terlihat menggunakan seragam olahraga warna merah dan hitam, terduduk di kursi dan meja yang diatur dalam dua barisan.
    “Pak KDM, Pak Wali Kota Depok, saya mau minta tolong. Sekolah kami jadi kotor dan napas kami terganggu. Kami sesak napas dan belajar jadi terganggu,” kutip isi video, Jumat (21/11/2025).
    Salah seorang siswi kelas 6 SDN Curug 1 berinisial F juga mengaku merasa terganggu lantaran
    debu tanah merah
    selalu beterbangan setiap hari di ruang kelas.
    Sejak Kamis (13/11/2025), sekolah mengimbau para murid termasuk dirinya untuk rutin menggunakan masker akibat debu itu.
    “Sudah dari lama berasanya, cuma yang parah kemarinan itu pas pakai masker. Debunya ada di lantai, meja, pokoknya banyak,” ucap F di SDN Curug 1, Jumat.
    Terpisah, Kabid SD Disdik Depok Zakky Fauzan mengkonfirmasi video viral itu yang saat ini sudah mendapat kesepakatan dengan pemilik lahan tanah merah, atau developer PT Graha Perdana Indah.
    “Kalau yang terlapor ke kami ada tiga siswa (alami gejala ISPA), itu informasi yang kami dapat dari komite sekolah dan termasuk anak ketua komitenya yang sempat dirawat,” kata Zakky kepada Kompas.com, Jumat.
    Ketiga siswa sudah menerima perawatan dari puskesmas dah RSUD Depok dan dipastikan sudah kembali mengikuti kegiatan belajar dan mengajar di sekolah.
    Sebagai langkah preventif, Disdik Depok memang menginstruksikan para siswa untuk menggunakan masker di sekolah hingga penanganan mitigasi dari dampak debu itu selesai tertangani.
    Pihaknya juga melakukan monitoring rutin, terutama pada siswa yang sedang dalam kondisi fisik lemah agar menerima perhatian lebih sebelum terpapar debu.
    “Kita tetap arahkan jaga kesehatan dan tetap pakai masker. Untuk mereka yang kondisinya lagi kurang fit juga,” kata dia.
    Pada hasil mediasi yang dilakukan Pemerintah Kota Depok dengan PT Graha Perdana Indah, terdapat beberapa poin yang dijanjikan, termasuk penanaman rumput dan memagar area lahan yang bersinggungan dengan Jalan Raya Curug.
    Sedangkan untuk SDN Curug 1, developer akan menebar benih rumput di area belakang sekolah.
    “Untuk sekolah, pemilik lahan akan menutup lobang angin kusen sekolah dengan fiber, memberikan masker untuk siswa, dan menambah honor untuk petugas kebersihan sekolah,” ujar Zakky.
    Sebelumnya diberitakan, sejumlah warga mengeluhkan munculnya debu tanah merah yang mengotori teras dan dalam rumah di Jalan Raya Curug, Bojongsari, Kota Depok.
    Salah seorang warga bernama Dora menceritakan, asal debu itu dari lahan tanah merah yang berlokasi tepat di depan rumahnya atau di sebelah SDN Curug 1.
    Mulanya, lahan itu merupakan tempat pemakaman umum (TPU) yang kemudian seluruh makam mulai dipindahkan pada tahun 2022. Di sana, terjadi pengerukan dan menyisakan lahan kosong tanah merah.
    “Awalnya kuburan, yang dibabat semua jadi tanah merah kosong dan katanya untuk keperluan komplek,” ucap Dora, Rabu.
    Semenjak itu, debu tanah merah mulai beterbangan dan mengotori teras rumah setiap kali angin kencang.
    Kondisi terparah terjadi selama sepekan terakhir ini, saat debu masuk hingga ke ruang tamu dan dapur.
    “Rumah saya sudah kayak area konstruksi, semuanya penuh debu tanah merah,” tutur Dora.
    Senada, warga lain bernama Syifa juga mengalami kondisi serupa ketika melihat mobil, teras, dan jemuran bajunya penuh dengan debu merah.
    Debu ini juga membuat kualitas udara lingkungan rumahnya memburuk dan mendorong Syifa untuk melarang anaknya keluar rumah sementara waktu.
    “Kalau saya lebih ke gatal, karena kan saya alergi debu terus saya ngerasa ini tuh pas pake baju,” terang Syifa.
    Akibatnya, Syifa dan keluarga harus bekerja ekstra untuk rutin mencuci ulang setiap barang dan area rumah yang terkena debu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Wakil Wali Kota Depok Tinjau TPS Pasar Kemiri Muka, Ancam Tindak Pungli Retribusi Sampah

    Wakil Wali Kota Depok Tinjau TPS Pasar Kemiri Muka, Ancam Tindak Pungli Retribusi Sampah

    Selain itu, Chandra akan membongkar retribusi sampah pasar untuk dianalisa. Menurutnya, terdapat laporan sampah yang dibuang ke TPS bukan hanya pembayar retribusi, namun terdapat sampah yang tidak membayar retribusi.

    “Jadi bukan hanya pembayar retribusi, tadi laporan yang saya dapat ya, jadi yang tidak bayar retribusi pun buangnya sampah kesini juga. Nah ini akan kita cek, kita dalami,” ucap Chandra.

    Chandra akan menganalisa permasalahan sampah di Pasar Kemiri Muka. Chandra akan mengecek satu persatu pedagang sampah terkait retribusi sampah yang telah dibayarkan kepada pengelola pasar.

    “Kalau perlu saya cek satu persatu nih, pedagang pasar berapa bayar retribusi nanti. Saya nggak bilang berdasarkan dari TPS ini,” kata Chandra.

    Chandra melihat langsung banyaknya sampah yang menumpuk di TPS Pasar Kemirimuka. Menurutnya, sampah yang dibuang ke TPS harus sampah yang berasal dari pasar, namun berdasarkan laporan yang diterima Chandra, terdapat sampah dari luar pasar yang diminta dari warga namun tidak membayarkan retribusinya.

    “Nah itu kan bisa dikatakan pungli, pungli di bidang persampahan itu nggak kita benarkan hari ini, akibatnya kayak begini nih,” terang Chandra.

    Chandra meminta lurah maupun pengurus lingkungan untuk berdiskusi terkait permasalahan sampah. Chandra tidak ingin terdapat pengurus lingkungan meminta retribusi sampah, namun tidak dibayarkan dan membuang sampah ke TPS Pasar Kemiri Muka.

    “Saya minta lurah untuk menindaklanjuti kepada pengurus RW,” tutur Chandra.

     

  • Curhat Wali Kota Depok Gelontorkan Anggaran Pendidikan Rp 9 Miliar Entaskan Anak Putus Sekolah

    Curhat Wali Kota Depok Gelontorkan Anggaran Pendidikan Rp 9 Miliar Entaskan Anak Putus Sekolah

    Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah Kota Depok berusaha menjangkau dan memenuhi pendidikan anak di Kota Depok, melalui sekolah gratis tingkat SMP maupun madrasah swasta. Hal itu disampaikan Wali Kota Depok, Supian Suri saat Tabligh Akbar Maulid Nabi Muhammad SAW di Balai Kota Depok.

    Di hadapan para jamaah, Supian Suri mewujudkan asa anak di Kota Depok harus mengenyam pendidikan, salah satunya melui sekolah gratis. Pendidikan gratis melalui Rintisan Sekolah Swasta Gratis (RSSG) sudah berjalan sejak beberapa bulan lalu.

    “Kebijakan ini diberlakukan untuk menjawab keterbatasan sekolah negeri di Kota Depok,” ujar pria yang kerap disapa Supian, Kamis (30/10/2025).

    Supian berusaha mendalami keluhan orang tua pada kendala pembiayaan, khususnya di sekolah swasta. Tidak dapat dipungiri, biaya pendidikan di sekolah swasta lebih besar dibandingkan sekolah negeri, sehingga menjadi faktor pemicu anak putus sekolah.

    “Tahun ajaran ini kita sudah menyiapkan sekolah swasta gratis ya,” jelas Supian.

    Upaya yang dilakukan Pemerintah Kota Depok membuahkan hasil dalam memenuhi kebutuhan pendidikan anak. Sebanyak 49 sekolah dirangkul untuk memberikan pendidikan dengan skema pembiayaan melalui Pemerintah Kota Depok

    “Saat ini ada 32 SMP swasta, sisanya adalah Madrasah Tsanawiyah swasta yang berkenan menjadi bagian sekolah swasta gratis,” jelas Supian.

    Masyarakat yang menyekolahkan anaknya pada sekolah yang tergabung pada RSSG, digratiskan pada sisi pembiayaan. Namun, sekolah tetap mendapatkan pembayaran melalui anggaran Pemerintah Kota Depok.

    “Nanti sekolah swasta yang bekerja sama dengan kita tidak nagih biaya kepada muridnya yang sekolah di sana, tetapi ditagihkan ke Pemerintah Kota Depok,” ucap pria lulusan STPDN yang kini menjadi IPDN.

     

  • Depok Tambah CCTV di Lokasi Pembuangan Sampah Liar Usai Gubernur Jabar Tetapkan Siaga Darurat Bencana

    Depok Tambah CCTV di Lokasi Pembuangan Sampah Liar Usai Gubernur Jabar Tetapkan Siaga Darurat Bencana

    Liputan6.com, Jakarta – Gubernur Jawa Barat atau Gubernur Jabar Dedi Mulyadi telah menetapkan status siaga darurat bencana untuk 27 kabupaten dan kota, salah satunya Kota Depok.

    Ada pun Keputusan Gubernur Jawa Barat tertuang pada surat Nomor 360/Kep.626-BPBD/2025 dan berlaku hingga 30 April 2026.

    Menyikapi hal tersebut, Wali Kota Depok Supian Suri meminta dinas terkait untuk mengantisipasi potensi terjadinya bencana.

    Ada pun, kata dia, untuk Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (DPUPR), untuk mengantisipasi luapan saluran air akibat penyumbatan sampah.

    “Saya meminta PUPR untuk buat jaring-jaring sehingga tidak ada sampah yang sulit dijangkau,” ujar Supian, Selasa (28/10/2025).

    Dia menjelaskan, Pemerintah Kota atau Pemkot Depok akan tetap menerapkan sanksi kepada pembuang sampah liar yang tertangkap.

    Tidak hanya itu, Supian telah meminta Wakil Wali Kota Depok untuk memasang CCTV di lokasi terjadinya pembuangan sampah liar maupun saluran air dan sungai.

    “Makanya Insya Allah, Pak Wakil tolong perbanyak CCTV di titik yang kita bisa monitor, siapa sih yang buang sampah liar,” terang Supian.

    Supian mengakui, sampah liar maupun sampah yang hanyut terbawa aliran air saluran, cukup berat untuk dilakukan pembersihan. Untuk itu, kata dia, diperlukan CCTV untuk memonitor sampah pada aliran sungai dan saluran, maupun pembuangan sampah liar.

    “Titik-titik Margonda kita akan siapkan (CCTV), (bangunan di atas kali) ini yang harus kita bongkar,” papar Supian.

    Menurut dia, Pemkot Depok akan bersikap persuasif kepada pemilik bangunan liar melakukan pembongkaran sendiri. Namun, kata Supian, apabila bangunan liar tidak dilakukan pembongkaran secara mandiri, Pemerintah Kota Depok akan mengambil sikap tegas.

    “Tapi kalau memang tetap nggak mau bongkar, ya kita langsung bongkar,” terang dia.

     

    Hujan deras yang mengguyur wilayah Jabodetabek menyebabkan tumpukan sampah menggunung di Pintu Air Manggarai. Sampah berasal dari aliran Ciliwung di Boogor, Depok, dan sekitarnya.

  • Ayodya Pala Pecahkan Rekor Dunia MURI, Pemkot Depok Siap Gelar Culture Festival Tahunan – Page 3

    Ayodya Pala Pecahkan Rekor Dunia MURI, Pemkot Depok Siap Gelar Culture Festival Tahunan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pemerintah Kota Depok menyatakan kebanggaannya atas capaian Yayasan Ayodya Pala yang berhasil meraih Rekor Dunia Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI) untuk kategori penampilan penari terbanyak dari satu sanggar, dengan melibatkan 1.117 penari dalam pertunjukan tari di Depok Open Space, Sabtu (25/10/2025).

    Wali Kota Depok Supian Suri mengatakan pencapaian tersebut menjadi bukti kuat atas komitmen dan konsistensi Ayodya Pala dalam melestarikan seni budaya di Kota Depok.

    “Ini kebanggaan bagi Depok. Penampilan 1.117 penari ini memecahkan rekor dunia MURI,” ujar Supian.

    Dia menjelaskan, keberadaan Ayodya Pala selama 45 tahun turut mewarnai perjalanan perkembangan seni dan budaya daerah. Pemerintah daerah disebutnya akan terus memberikan ruang bagi para seniman untuk berkarya dan berekspresi.

    Supian mengungkapkan, Pemkot Depok akan menindaklanjuti keberhasilan ini dengan merancang Depok Culture Festival sebagai ajang tahunan yang mengemas seni budaya lokal dalam pertunjukan besar.

    “Tahun depan kita akan kemas Depok Culture Festival sebagai event tahunan,” kata Supian.

    Menurutnya, ruang kreativitas bagi generasi muda penting untuk dijaga sebagai bagian dari investasi masa depan dan upaya pencegahan dari hal-hal negatif yang mengancam anak-anak di perkotaan.

     

     

    Kerjasama riset orang utan antara Rutgers University, New Jersey dan Universitas Nasional, Jakarta, telah berlangsung sejak 2011. Ratusan mahasiswa melakukan riset di stasiun penelitian orang utan Tuanan, Kalimantan Tengah. Program akademis ini menja…