Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menilai temuan zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) pada cengkih asal Indonesia yang diekspor PT Natural Java Spice (NJS) ke Amerika Serikat (AS) berisiko memicu penguatan kebijakan tarif resiprokal dan peningkatan hambatan perdagangan nontarif oleh Negeri Paman Sam.
Meski kadar radioaktif yang ditemukan masih di bawah ambang batas yang ditetapkan untuk perlindungan kesehatan, Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration/FDA) telah memblokir seluruh impor rempah dari PT NJS. Tindakan ini mempertegas sikap AS yang makin ketat dalam pengawasan produk impor dari Indonesia.
Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal menilai temuan Cs-137 pada cengkih Indonesia bisa menjadi justifikasi bagi AS untuk tidak hanya mempertahankan, tetapi juga memperketat tarif resiprokal yang sudah ada bagi produk rempah dan komoditas lain dari Indonesia.
“Artinya pengawasan itu akan menjadi lebih ketat oleh AS terhadap barang-barang yang memang sudah diimpor. Jadi bukan hanya tarifnya saja yang dinaikkan dengan adanya tarif resiprokal, tetapi hambatan-hambatan perdagangan nontarifnya itu juga akan dimainkan, akan diperketat oleh mereka,” kata Faisal kepada Bisnis, Selasa (7/10/2025).
Menurutnya, kombinasi kenaikan tarif resiprokal dan hambatan nontarif berpotensi mengurangi volume ekspor rempah dan produk lainnya yang sangat bergantung pada pasar AS.
“Tentu saja kalau ada peningkatan hambatan perdagangan dari sisi tarif dan juga sekarang nontarif, ini akan berpotensi menurunkan ekspor Indonesia ke AS, termasuk juga dalam konteks ini adalah cengkih dan juga produk-produk yang lain, seperti produk perikanan udang juga begitu,” tuturnya.
Namun, dia menilai seberapa besar potensi pasar menahan untuk membeli cengkih asal Indonesia sangat bergantung pada seberapa cepat pemerintah Indonesia merespons temuan ini.
“Kalau temuan ini benar, maka ini harus segera dilakukan investigasi dari hulu, dari perusahaan yang menghasilkan cengkihnya, sampai ke jalur distribusi, sampai ke border, ke pelabuhan,” ujarnya.
Di sisi lain, Faisal menuturkan peran diplomasi dengan AS juga diperlukan jika kandungan zat radioaktif dalam komoditas cengkih Indonesia masih berada di bawah batas ambang.
“Jadi memang ada beberapa langkah yang harus dilakukan dari hulu sampai ke hilir untuk bisa memastikan bahwa kita masih bisa mengekspor cengkih di tengah dinamika global yang seperti sekarang,” terangnya.
Menurutnya, untuk menghindari dampak negatif yang lebih besar pada prospek ekspor cengkih Indonesia, diperlukan langkah antisipasi bukan hanya terhadap pasar AS, tetapi juga dengan pasar-pasar ekspor lain di dunia.
“Kalau seandainya itu juga berpengaruh nanti terhadap sentimen terhadap produk cengkih dari Indonesia, temuan yang dari mitra Amerika Serikat,” tambahnya.
Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Cesium-137 sebelumnya menyatakan pihaknya tengah menyelidiki dugaan kontaminasi radioaktif pada produk cengkih Indonesia yang diekspor ke AS.
Investigasi ini dilakukan setelah Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) menerbitkan laporan berisi temuan kontaminasi radioaktif Cs-137 pada cengkih asal Indonesia.
Ketua Bidang Diplomasi dan Komunikasi Publik Satgas Cs-137 Bara Hasibuan mengatakan bahwa tim gabungan dari Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah turun ke lapangan untuk menelusuri sumber kontaminasi.
“Kami sedang melakukan investigasi atas laporan bahwa produk cengkih Indonesia yang diekspor ke AS terkontaminasi Cs-137,” kata Bara kepada Bisnis.
Dia menuturkan bahwa pemerintah akan berupaya secara maksimal agar masalah ini tetap terbatas pada kasus cengkih saja dan tidak memengaruhi produk rempah-rempah lainnya.
Pemerintah, kata dia, bergerak cepat dalam menangani masalah ini dan berkomitmen agar kasus ini tidak meluas ke produk rempah lainnya.
“Kami bergerak cepat untuk menangani masalah ini. Kami akan berusaha keras untuk melokalisasi kasus ini sehingga tidak berdampak pada produk rempah lainnya,” ujarnya.
Selain itu, Satgas juga memastikan pihaknya akan menyelesaikan masalah ini dalam waktu yang tidak terlalu lama sehingga tidak berdampak pada kinerja ekspor cengkih serta rempah-rempah Indonesia
“Kami bekerja keras untuk melokalisasi masalah ini sehingga tidak berdampak pada ekspor cengkih dan rempah-rempah Indonesia secara keseluruhan,” pungkasnya.









