Tag: Merza Fachys

  • Bos Smartfren Ungkap Sumber Uang Baru Opsel di RI

    Bos Smartfren Ungkap Sumber Uang Baru Opsel di RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Digitalisasi yang berkembang juga masuk ke dalam industri telekomunikasi. Sektor itu diperkirakan bisa meningkatkan industri secara keseluruhan.

    Ditanya soal outlook industri telko 2025, Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys, mengatakan telekomunikasi tidak lagi berbicara soal bisnis besaran data internet saja. Namun juga sudah terkait bisnis digital, dan diperkirakan akan terus naik.

    “Jadi kembali lagi bahwa kalau kita bicara telekomunikasi, kita harus definisikan dulu. Karena orang sekarang, kementeriannya aja udah ngomong digital. Nah, di mana telekomunikasi ini berada? Kalau telekomunikasi kita bicarakan adalah ini, hanya ngomong gigabyte, ini pasti kita akan bicarakan hanya bicara bisnis gigabyte. Pasti nggak akan tinggi-tinggi amat,” kata Merza dalam Paparan Publik Kinerja Perusahaan, di Jakarta, Jumat (20/12/2024).

    “Tapi kalau kita bicara digital pasti naik. Pasti akan tumbuh,” ucapnya menambahkan.

    Menurutnya tren itu sama seperti penggunaan voice yang mengalami penurunan terus-menerus. Di saat bersamaan data yang bisa mengerek pendapatan operator.

    Sekarang kenaikan bisa terjadi dari beberapa hal. Selain digital juga berasal dari teknologi baru seperti Artificial Intelligence hingga big data.

    “Mulai bisnis digital, AI, big data, itu sekarang jadi income-income yang baru,” kata Merza.

    Sejak minggu lalu, Smartfren dan XL Axiata mengumumkan merger dan bergabung menjadi XL Smart. Prosesnya akan terus berlanjut hingga tahun depan.

    Ketiga produk XL, Axis, dan Smartfren tetap dipertahankan meski perusahaan sudah menjadi satu. Merza menjelaskan soal segmentasi semua produk kemungkinan akan diatur ulang ke depannya.

    “Ya tentu nanti kalau udah bicara merger akan diatur ulang. Segmentasinya akan diatur ulang. Mungkin kalau lihat sekarang dua produk XL kan beda. Kayak gitu,” jelasnya.

    (fab/fab)

  • Bos Smartfren (FREN) Prediksi AI Jadi Mesin Pertumbuhan Baru Telko 2025

    Bos Smartfren (FREN) Prediksi AI Jadi Mesin Pertumbuhan Baru Telko 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk. Merza Fachys memprediksi kecerdasan buatan (AI) akan menjadi mesin pertumbuhan baru sektor telekomunikasi pada 2025.

    Merza mengatakan sektor operator telekomunikasi, yang dahulu bergantung pada pendapatan dari layanan suara (voice), kini mulai berfokus pada layanan berbasis data dan teknologi digital. 

    Transformasi ini membuka peluang baru bagi operator untuk menghasilkan pendapatan dari sektor-sektor seperti AI, big data, dan aplikasi digital lainnya lebih terbuka.

    “Mulai bisnis digital, AI, big data, itu sekarang jadi income-income yang baru,” kata Merza, Jumat (20/12/2024). 

    Laporan Deloitte menyebutkan AI dapat meningkatkan pendapatan perusahaan telekomunikasi hingga 10-15% per tahun. Tidak hanya itu, AI juga menjanjikan penghematan biaya operasional hingga 20-30% per tahun. 

    Merza menambahkan jika sebelumnya telekomunikasi identik dengan pemakaian gigabyte dan komunikasi data, kini sektor ini tidak hanya terbatas pada hal tersebut. Perkembangan pesat dalam teknologi digital menjadi pendorong utama masa depan sektor ini.

    “Jika kita hanya berbicara tentang gigabyte, maka itu adalah bisnis yang akan tumbuh dengan lambat. Namun, ketika berbicara tentang dunia digital, potensi pertumbuhannya jelas lebih besar dan beragam,” kata Merza.

    Wakil Menteri Kominfo yang saat ini menjadi Komdigi Nezar Patria mengatakan peluang peningkatan sektor ini untuk meningkatkan perekonomian nasional sangat terbuka lebar dengan perkembangan teknologi yang saat ini terjadi.

    Dia menjelaskan, dalam 10 tahun terakhir, terjadi akselerasi perkembangan yang signifikan dalam dunia telekomunikasi, pos dan penyiaran. Salah satunya adalah pemerataan akses internet dari 34% pada 2014, menjadi hampir 80% di 2024.

    “Konektivitas pun sekarang sudah hampir 90% di Indonesia dan juga pembangunan jaringan telekomunikasi di daerah 3T dalam 10 tahun terakhir,” jelasnya.

  • KPPU Desak Starlink Prioritaskan Wilayah 3T, Bos Smartfren (FREN) Dukung

    KPPU Desak Starlink Prioritaskan Wilayah 3T, Bos Smartfren (FREN) Dukung

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) atau Smartfren menyambut baik kajian Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tentang penyedia jasa internet Low Earth Orbit (LEO) yaitu Starlink untuk wilayah tertinggal, terdepan dan terluar (3T).

    Berdasarkan kajian tersebut, KPPU menyarankan Presiden RI agar pemerintah memprioritaskan jangkauan layanan penyediaan internet berbasis satelit LEO di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).

    Presiden Direktur PT Smartfren Telecom Tbk. Merza Fachys mengatakan, penerapan satelit LEO untuk daerah 3T merupakan solusi untuk memperluas jaringan telekomunikasi di Indonesia.

    “Bagus (kajian KPPU), teknologi itu merupakan solusi,” kata Merza saat ditemui di kantornya, Jumat (20/12/2024).

    Merza menyampaikan bahwa dengan adanya LEO, pihaknya mengharapkan seluruh daerah di Indonesia dapat terkoneksi dengan baik.

    Dengan begitu, tidak ada lagi daerah di Indonesia yang tertinggal dalam sektor telekomunikasi dan membuat adanya pemerataan di daerah 3T.

    “Dengan adanya teknologi satelit LEO itu berarti tidak ada lagi satu jengkal pun wilayah yang tidak bisa dilayani oleh telekomunikasi,” ujarnya.

    Seperti yang diberitakan sebelumnya, KPPU telah menyelesaikan kajian atas masuknya penyedia jasa internet Low Earth Orbit (LEO) dalam hal ini Starlink bagi persaingan usaha di jasa layanan internet Indonesia.

    Berdasarkan kajian tersebut, KPPU menyarankan Presiden RI agar pemerintah memprioritaskan jangkauan layanan penyediaan internet berbasis satelit LEO di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T).

    Melihat hal ini, Sekjen Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) Marwan O Bassir menuturkan bahwa dirinya mendukung studi yang dilakukan oleh KPPU. 

    Salah satu, karena adanya backhaul dalam studi tersebut yang akan menambah kapasitas jaringan yang ada.

    “Ya mendukung studinya KPPU, karena satu, backhaul itu menambah kapasitas, yang kedua kita pure mendukung rural, dan kolaborasi, bekerja sama,” kata Marwan saat ditemui di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (11/12/2024).

    Tidak hanya itu, Marwan juga mendukung kajian yang dilakukan oleh KPPU terkait dengan skema direct to sell bagi penyedia layanan satelit LEO.

    Dalam kajian KPPU, disebutkan bahwa penyedia jasa internet melalui LEO memiliki keunggulan teknologi yang dominan dibandingkan pelaku usaha yang seluler, fiber optik dan satelit. 

    Salah satunya adalah penyedia layanan LEO dapat menjual jasanya ke wilayah yang tidak dapat dijangkau oleh pelaku usaha seluler atau fiber optik. Hal ini, dilihat oleh KPPU membuka adanya praktik direct to sell yang akan mengganggu pasar.

    Maka dari itu, menilai penting untuk melakukan pengawasan persaingan usaha secara konsisten oleh seluruh pemangku kepentingan. Langkah ini bertujuan untuk menghindari praktik monopoli dan persaingan usaha tidak sehat yang dapat merugikan industri.

  • RT/RW Net Hantam Telko, Pendapatan Opsel Sampai Turun

    RT/RW Net Hantam Telko, Pendapatan Opsel Sampai Turun

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pendapatan Smartfren mengalami penurunan tipis pada kuartal III-2024. Salah satunya terjadi karena adanya fenomena RT/RW Net.

    Dalam Paparan Publik Kinerja Perusahaan, Smartfren melaporkan pendapatan sebesar Rp 8,5 triliun di kuartal III-2024. Turun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 8,6 triliun.

    Begitu juga jumlah pelanggan yang mengalami penurunan. Dari 36,4 juta pelanggan pada kuartal 3 tahun lalu menjadi 35,9 juta pelanggan.

    Ditanya terkait hal ini, Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys menjelaskan penurunan terjadi karena beberapa hal. Dia menyebutkan perusahaan mendapat banyak sekali tekanan selama periode tersebut.

    “Kita memang banyak sekali pressure lah di kuartal ketiga ini kan,” ungkapnya, dalam Paparan Publik Kinerja Perusahaan, di Jakarta, Jumat (20/12/2024).

    Salah satunya RT/RW net yang makin banyak digunakan. Ini merupakan jaringan yang dibangun oleh warga dalam satu daerah kepada pengguna di daerah tersebut secara swadaya.

    “Salah satunya, ya RT.RW net makin banyak di mana-mana….Persaingan makin berat ya,” ia menambahkan Merza.

    Smartfren juga yakin pendapatannya akan membaik di kuartal ini yang bersamaan dengan pengumuman merger bersama XL menjadi XL Smart. Begitu juga untuk ke depannya setelah penyatuan dua perusahaan resmi terjadi.

    “Kuartal empat kita harapkan kita akan tumbuh lah. Mudah-mudahan bounce kembali naik,” tuturnya.

    “Harus (optimis) dong,” Merza menambahkan.

    Penjelasan RT/RW Net

    Sebagai informasi, RT/RW Net adalah jaringan internet yang dimanfaatkan oleh oknum karena menjual kembali layanan internet yang dibeli kepada orang lain tanpa izin resmi dan Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).

    Jika melihat regulasi yang berlaku, hukuman terhadap penyelenggara jasa telekomunikasi ilegal terbilang sangat berat. Berdasarkan UU No 36 tahun 1999 tentang Telekomunikasi, seluruh penyelenggara jasa telekomunikasi harus mendapatkan izin dari Komdigi.

    Ketika mengajukan izin penyelenggara jasa telekomunikasi, akan dikenakan kewajiban untuk membayar pajak baik itu PPn maupun PPh badan. Selain itu badan usaha yang mengantongi izin penyelenggara jasa telekomunikasi harus membayar PNBP (BHP/Biaya Hak Penyelenggaraan Telekomunikasi dan USO/Universal Service).

    Berdasarkan pasal 47 Jo Pasal 11 ayat (1) UU RI Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, kegiatan usaha ilegal RT/RW Net ini diancam pidana penjara paling lama 6 tahun dan atau denda paling banyak Rp 600 juta.

    (fab/fab)

  • Pasca Merger EXCL-FREN, Nasib Spektrum Frekuensi di Komdigi

    Pasca Merger EXCL-FREN, Nasib Spektrum Frekuensi di Komdigi

    Jakarta, FORTUNE – Pasca-merger antara PT SmartFREN Telecom Tbk. (FREN) dan PT XL Axiata Tbk. (EXCL), spektrum frekuensi menjadi salah satu isu krusial yang menunggu kepastian.

    Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys, menyatakan keputusan mengenai spektrum frekuensi sepenuhnya berada di bawah wewenang Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), yang saat ini dipimpin oleh Menteri Komdigi, Meutya Hafid.

    “Jika tim evaluasi Komdigi mulai bekerja, kami siap berdiskusi. Sementara itu, tim internal antara XL dan Smartfren juga tengah menyusun detail-detail terkait rencana merger ini,” kata Merza saat ditemui di kantor Smartfren Sabang, Jakarta, Jumat (20/12).

    Spektrum frekuensi merupakan elemen vital dalam operasionalisasi operator seluler. Lebar spektrum yang dimiliki menentukan kemampuan perusahaan telekomunikasi dalam menyediakan layanan internet berkualitas, termasuk mendukung pengembangan jaringan 5G.

    Hasil merger kedua perusahaan, yang kini dikenal sebagai PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. (XLSmart), diperkirakan akan memiliki total spektrum frekuensi sebesar 152 MHz. Frekuensi ini terdiri dari 90 MHz yang sebelumnya dikuasai XL Axiata (15 MHz pada 900 MHz, 45 MHz pada 1800 MHz, dan 30 MHz pada 2100 MHz) serta 62 MHz dari Smartfren (22 MHz pada 850 MHz dan 40 MHz pada 2300 MHz).

    Namun, jumlah tersebut masih bersifat sementara dan dapat berubah sesuai hasil evaluasi yang dilakukan oleh Komdigi. Jika Komdigi menilai ada spektrum yang tidak optimal sesuai dengan rencana bisnis XLSmart, potensi pengurangan frekuensi bisa saja terjadi.

    “Evaluasi inilah yang akan menentukan apakah seluruh frekuensi ini optimal sesuai dengan business plan. Kalau optimal, ya tidak ada yang perlu diambil. Kalau tidak optimal, mungkin secara hitungan terlalu banyak, tentu Komdigi akan menyesuaikannya,” kata Merza.

    Peningkatan layanan bagi seluruh pelanggan Smartfren dan XL Axiata

    Dengan total spektrum frekuensi 152 MHz, XLSmart memiliki kapasitas lebih besar untuk meningkatkan kualitas jaringan demi melayani 94,5 juta pelanggan gabungan dari XL Axiata dan Smartfren. Langkah ini diharapkan mampu memperbaiki pengalaman pengguna, terutama dengan semakin tingginya kebutuhan akan layanan data yang stabil dan cepat.

    Merza juga mengungkapkan harapannya agar proses evaluasi spektrum frekuensi ini dapat selesai dalam waktu dekat.

    “Mudah-mudahan evaluasi ini bisa selesai dalam waktu yang tidak terlalu lama. Tentu ini semua bergantung pada seberapa detail diskusi antara Komdigi dan tim dari XL maupun Smartfren,” ujarnya.

    Sebelumnya, CEO XL Axiata, Dian Siswarini, meyakini perusahaan mempunyai dasar yang kuat untuk memertahankan jumlah spektrum yang ada saat ini.

    “Karena kalau sekarang imbalance [tidak imbang]. Setelah merger tidak lebih besar dari nomor satu untuk spektrum. Jadi, kami akan sampaikan kenapa, apa dasarnya bahwa spektrum ini harus tetap berada di MergeCo (XLSmart),” kata Dian, Rabu (11/12)

    Axiata Group Berhad (Axiata) dari Malaysia, dan kelompok konglomerat Sinar Mas dari Indonesia, akan menjadi pemegang saham pengendali bersama. Masing-masing memegang 34,8 persen saham XLSmart dengan pengaruh yang sama untuk arah dan keputusan strategis perusahaan.

    Pada saat selesainya transaksi, pemerataan kepemilikan saham akan membuat Axiata menerima hingga senilai US$475 juta. Setelah transaksi ditutup, Axiata akan menerima US$400 juta, beserta tambahan US$75 juta pada akhir tahun pertama, tergantung pada pemenuhan syarat-syarat tertentu.

  • Smartfren (FREN) Serahkan Keputusan Spektrum Frekuensi Pascamerger ke Menkomdigi

    Smartfren (FREN) Serahkan Keputusan Spektrum Frekuensi Pascamerger ke Menkomdigi

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) atau Smartfren menyampaikan permasalahan spektrum pasca merger antara XL Axiata dengan Smartfren menjadi wewenang Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi).

    Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan keputusan pengembalian spektrum menjadi wewenang Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), termasuk spektrum pascamerger. 

    “Spektrum ini sepenuhnya adalah kewenangan Menteri Komdigi. Jadi tidak ada satu regulasi yang mengatakan harus dikembalikan atau boleh tidak dikembalikan atau apapun,” kata Merza saat ditemui di kantornya, Jumat (20/12/2024).

    Namun, Merza menuturkan nantinya akan ada evaluasi memastikan bahwa spektrum frekuensi yang ada dapat dimanfaatkan dengan maksimal, tidak hanya oleh operator, tetapi juga untuk kepentingan publik. 

    Proses evaluasi akan melibatkan diskusi mendalam antara tim evaluasi Komdigi dan pihak-pihak terkait, termasuk tim dari XL dan Smartfren yang sedang menyusun langkah-langkah strategis sesuai dengan business plan yang diajukan.

    “Kalau memang dirasakan oleh Komdigi sudah sangat optimal dan mungkin tidak ada yang perlu diambil oleh Komdigi. Tapi kalau tidak optimal mungkin secara hitungan kebanyakan pasti akan diambil,” ujarnya.

    Di sisi lain, Merza menyampaikan bahwa pihaknya telah mengirim surat kepada Komdigi. Dalam surat tersebut terdapat proposal business plan yang mencakup rencana jangka panjang mereka dalam merger ini. 

    “Business plan tersebut menjabarkan langkah-langkah yang akan dilakukan dalam periode 1, 3, hingga 5 tahun ke depan,” ucap Merza.

    Adapun, PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk. (XLSmart), entitas hasil merger XL Axiata dan Smartfren, diperkirakan mengoperasikan spektrum frekuensi sebesar 152 MHz untuk melayani 94,5 juta pelanggan.  

    Spektrum frekuensi tersebut berasal dari 90 MHz milik XL Axiata (15 MHz/900 MHz, 45 MHz/1800 MHz, dan 30 MHz/2100 MHz) dan 62 MHz milik Smartfren (22 MHz/850 MHz dan 40 MHz/ 2300 MHz). Jumlah tersebut masih berpotensi berubah karena harus melalui perhitungan terlebih dahulu oleh regulator Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi).  

    Diberitakan sebelumnya,  PT XL Axiata Tbk. (EXCL) dan PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) dan PT Smart Tel mengumumkan penggabungan usaha (merger) dengan nilai mencapai Rp104 triliun. Penggabungan ini akan membentuk entitas telekomunikasi baru bernama PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (“XLSmart”). 

    Group Chief Executive Officer Axiata Group Vivek Sood mengatakan merger ini menggabungkan dua entitas yang akan saling melengkapi dalam melayani pangsa pasar telekomunikasi Indonesia. 

    XLSmart akan memiliki skala, kekuatan finansial, dan keahlian yang mampu mendorong investasi infrastruktur digital, memperluas jangkauan layanan, dan mendorong inovasi bagi pelanggan, sekaligus menciptakan pasar yang lebih sehat dan kompetitif.

    “Merger ini merupakan langkah penting dalam membangun fondasi ekonomi digital yang tangguh. Merger ini akan memungkinkan kami untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang unik bagi Indonesia sebagai negara kepulauan,” kata Vivek dikutip Rabu (11/12/2024). 

  • Pendapatan Smartfren Turun Jelang Merger XL

    Pendapatan Smartfren Turun Jelang Merger XL

    Jakarta, CNBC Indonesia – Smartfren mengalami penurunan pendapatan tipis. Dari Rp 8,543 triliun pada kuartal III-2024 menjadi Rp 8,6 triliun di kuartal III-2023.

    “Kemudian secara pendapatan memang kalau kita lihat ada penurunan kurang lebih menjadi Rp8,5 triliun. Namun ini adalah pencapaian triwulan 3 yang lalu,” kata Presiden Direktur Smartfren, Merza Fachys, dalam Paparan Publik Kinerja Perusahaan, di Jakarta, Jumat (20/12/2024).

    Begitu juga jumlah pelanggan yang mengalami penurunan. Selama sembilan bulan tahun ini jumlah 35,9 juta pelanggan dari periode tahun lalu 36,4 juta pelanggan.

    Namun dalam catatan Smartfren sejak tahun 2020 jumlah pelanggan terus mengalami peningkatan. Saat itu jumlah pelanggan 27,9 juta naik 34,4 juta pada setahun berikutnya.

    Kenaikan juga terjadi pada tahun 2022, saat jumlah pelanggan menjadi 36 juta. Pada 2023, jumlah pengguna Smartfren naik tipis 500 ribu menjadi 36,5 juta.

    “Secara garis besar, gambaran perkembangan atau tren dari tahun ke tahun jumlah pelanggan kita meningkat kalau tahun 2020 masih sekitar 27,9 (juta), maka pada akhir triwulan 3 2024 maka kita menginjak angka sekitar 36 juta pelanggan,” kata Merza.

    Ebitda perusahaan selama kuartal III sekitar Rp 3,6 triliun atau 42,7%, berbanding dengan kuartal III-2023 mencapai 3,8 triliun atau 44,1%. Sementara itu laba rugi yang dibukukan sekitar Rp 1 triliun.

    “EBITDA kita mencapai, EBITDA margin kita 42,7 persen atau pada angka Rp3,6 triliun,” jelasnya.

    “Dan secara laba rugi kita membukukan kurang lebih Rp1 triliun. Ini kira-kira angka yang kita bukukan sampai dengan triwulan 3 2024 yang lalu,” imbuh Merza.

    (fab/fab)

  • Bagaimana Nasib Spektrum Frekuensi Smartfren dan XL Axiata setelah Merger? – Page 3

    Bagaimana Nasib Spektrum Frekuensi Smartfren dan XL Axiata setelah Merger? – Page 3

     Sementara itu, berdasarkan laporan hingga 30 September 2024, Smartfren mencatat jumlah pelanggan mereka mencapai 35,9 juta pelanggan.

    Jumlah ini turun dibandingkan periode yang sama tahun lalu, di mana berdasarkan data Smartfren, pelanggan mereka pada kuartal 3 2023 sebesar 36,4 juta pelanggan.

    Sementara, jumlah pendapatan Smartfren hingga kuartal 3 2024 pun tercatat sebesar Rp 8,5 triliun. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, jumlah pendapatan Smartfren sebesar Rp 8,6 triliun.

    Perusahaan operator di bawah Sinarmas ini pun membukukan rugi Rp 1 triliun. Pada kuartal yang sama tahun lalu, Smartfren membukukan kerugian Rp 600 miliar.

    Presiden Direktur sekaligus CEO Smartfren Merza Fachys, mengakui adanya penurunan jumlah pelanggan Smartfren atau pun pendapatan ini. Menurutnya, salah satunya karena banyaknya tekanan di industri telekomunikasi dan bisnis Smartfren.

    “Kami memang banyak sekali pressure di kuartal ketiga, kan. Salah satunya ada persaingan dari RTRW Net (penyedia layanan internet ilegal),” kata Merza, usai konferensi pers.

  • Smartfren (FREN) Kehilangan Pelanggan, Hijrah ke Kompetitor dan RT/RW Net

    Smartfren (FREN) Kehilangan Pelanggan, Hijrah ke Kompetitor dan RT/RW Net

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Smartfren Telecom Tbk. (FREN) atau Smartfren menilai maraknya RT/RW Net menjadi salah satu penyebab turunnya pelanggan FREN pada 2024. Di sisi lain, perusahaan juga menghadapi persaingan industri yang makin ketat. S

    Adapun, dalam paparan laporan kuartal III/2024 menunjukan jumlah pelanggan Smartfren mencapai 35,9 juta pelanggan. Jumlah ini turun 1,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) dari sebelumnya berada pada angka 36,4 juta pelanggan.

    Selain pelanggan, FREN juga mencatat adanya penurunan pendapatan pada kuartal III/2024. Smartfren hanya meraup pendapatan sebesar Rp8,5 triliun turun dibanding periode sama tahun sebelumnya yang berada pada Rp8,6 miliar.

    Presiden Direktur Smartfren Merza Fachys mengatakan turunnya angka pelanggan pada semester III/2024 secara tahunan dikarenakan banyaknya tekanan yang terjadi.

    Merza menuturkan salah satu faktor yang membuat jumlah pelanggan turun karena menjamurnya RT/RW Net di masyarakat saat ini.

    RT/RW Net adalah jaringan internet lokal yang dibangun oleh warga setempat untuk memberikan akses internet kepada pengguna di lingkungannya

    “Soal satunya, ya RT/RW Net makin banyak di mana-mana dan persaingan makin berat,” kata Merza saat ditemui di kantornya, Jumat (20/12/2024).

    Meski begitu, Merza menyampaikan pihaknya terus berupaya untuk menegakkan kembali angka pertumbuhan pelanggan Smartfren pasca kuartal III.

    Dirinya berharap, akan ada bounce back pada kuartal IV/2024 yang membuat pelanggan Smartfren kembali tumbuh pesat. 

    “Kuartal empat kita harapkan kita akan tumbuh, lah. Mudah-mudahan bounce kembali naik,” ujarnya.

    Sementara itu menurut laporan Opensignal terbaru, rerata kecepatan unduh, unggah, hingga pengalaman pelanggan dalam menonton video di jaringan Smartfren adalah yang terendah dibandingkan dengan operator seluler lain pada Desember 2024. 

    Tangkapa layar pemenang kecepatan internet di Indonesia Desember 2024/OpensignalPerbesar

    Rerata kecepatan unduh Smartfren tercatat sebesar 14,9 Mbps. Terpaut sekitar 11 Mbps dibandingkan dengan rerata kecepatan Telkomsel sebagai pemuncak klasemen. 

    Untuk kecepatan unggah, Smartfren mencatat 2 Mbps, tertinggal 9 Mbps dari Tri Indonesia sebagai pemuncak klasemen. 

    Terakhir, untuk pengalaman pelanggan dalam menonton video, Smartfren mengantongi nilai 51,4. Tertinggal dari Tri Indonesia yang sebesar 65. 

    Laporan Opensignal dirilis pada Desember 2024. Pengambilan sampel terjadi selama periode 1 Agustus hingga 29 Oktober 2024.

  • Smartfren Pastikan Layanan Makin Kuat Usai Merger dengan XL Axiata – Page 3

    Smartfren Pastikan Layanan Makin Kuat Usai Merger dengan XL Axiata – Page 3

    Untuk diketahui, XL Axiata dan Smartfren telah bersepakat untuk bergabung dalam satu entitas. Nantinya, kedua perusahaan operator seluler tersebut akan melebur menjadi perusahaan bernama XLSmart.

    Menurut President Director Smartfren Merza Fachys, bergabungnya XL Axiata dan Smartfren akan menjadi peristiwa bersejarah bagi industri telekomunikasi di Indonesia. Sebab, konsolidasi operator seluler ini merupakan hal yang sudah dicita-citakan sejak lama.

    “Ini lah penggabungan yang akan menjadi peristiwa bersejarah bagi industri telekomunikasi di Indonesia. Dengan demikian, kita akan mempunyai satu peristiwa besar yang dicita-citak sejak lama yaitu konsolidasi industri,” tuturnya dalam konferensi pers yang digelar di Jakarta, Kamis (12/12/2024).

    Merza menuturkan, ide konsolidasi operator seluler ini memang sudah dicanangkan sejak kepemimpinan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.

    Rudiantara, ketika itu, memang beberapa kali menyatakan keinginannya agar Indonesia memiliki tiga sampai empat operator telekomunikasi saja.

    “Mudah-mudahan dengan terjadinya perjanjian ini, maka XLSmart betul-betul akan menjadi wujud nyata dari terjadinya konsolidasi industri seluler di Indonesia,” tuturnya melanjutkan.

    Dijelaskan lebih lanjut, dalam merger ini, XLSmart akan tetap mempertahankan produk yang tersedia dengan tiga brand. Ada XL dan Axis dari XL Axiata, serta Smartfren juga akan dipertahankan sebagai produk.