Tag: Megawati Soekarnoputri

  • Cerita Megawati ‘Bantu’ Ahok Saat di Penjara

    Cerita Megawati ‘Bantu’ Ahok Saat di Penjara

    Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengisahkan ketika memberikan bantuan kepada Ketua DPP PDIP Basuki Tjahaja Purnama saat dipenjara karena kasus penodaan agama. 

    Megawati menuturkan bahwa sempat bertanya-tanya soal kapasitas lapas atau rutan yang menjadi tempat Ahok mendekam selama dua tahun.

    Sebagaimana diketahui, Ahok menjalani masa hukuman pidananya di Mako Brimob. “Aku nanya eh itu muat apa enggak ya. ‘Bu itu udah penuh banget.’ Terus Ahok mau dimasukin di situ? Satu hari saja dianya udab babak belur aku bilang. Ini bener lho,” ujarnya pada saat Perayaan HUT ke-52 PDIP, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1/2025). 

    Megawati lalu mengungkap pernah mengutus seseorang untuk melihat situasi dan kondisi lapas. Dia lalu berkelakar bahwa Ahok belum ‘membayar’ bantuan yang diberikan olehnya. 

    “Kalau enggak salah kamu deh yang aku suruh toh intipi dulu [menunjuk ke hadirin]. Jadi kita juga kaya polisi, intipin dulu. Terus katanya gimana ya? Pura-pura aja masukin, kalau sudah dikeluarin. Gitu, eh bisa lho. Eh ibu Mega udah bilang gampang. Jadi hari ini belum bayar sama aku,” ujarnya sambil tertawa. 

    Namun, dia memastikan tidak langsung datang mengunjungi Ahok di penjara. Dia mengaku mengirimkan orang untuk membesuk mantan Gubernur Jakarta itu.  “Kalau saya dengar, sekarang segala sesuatunya supaya balances maka harus jual beli. Jadi saya mikir duh banyak banget yang bisa kumintain. Pak Ahok ya bukan saya yang dateng gimana? Kan bisa sekarang nyuruh orang,” ucapnya. 

    Untuk diketahui, Ahok menjalani masa pidana badan di Mako Brimob sejak 9 Mei 2017 sebagai terpidana kasus penodaan agama. Dia divonis dua tahun penjara. 

  • Megawati Ucapkan Terima Kasih kepada Presiden Prabowo dan Pimpinan MPR

    Megawati Ucapkan Terima Kasih kepada Presiden Prabowo dan Pimpinan MPR

    Jakarta (beritajatim.com)  – Dalam perayaan HUT ke-52 PDI Perjuangan, Ketua Umum PDI Perjuangan, Prof. Dr. Hj. Megawati Soekarnoputri, menyampaikan apresiasi mendalam kepada Presiden Prabowo Subianto, pimpinan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), dan seluruh rakyat Indonesia atas upaya pemulihan nama baik Presiden pertama Republik Indonesia, Ir. Soekarno (Bung Karno).

    Acara peringatan yang berlangsung di Sekolah Partai PDI Perjuangan, Lenteng Agung, Jakarta, diadakan dengan sederhana namun penuh makna.

    Dalam pidatonya, Megawati mengungkapkan rasa terima kasih yang tulus atas pencabutan TAP MPR No XXXIII/MPR/1967, yang sebelumnya mencabut mandat Presiden Soekarno sebagai mandataris MPR dan mengaitkannya dengan peristiwa Gerakan 30 September (G30S) 1965.

    Ketua DPP PDI Perjuangan, Said Abdullah, menilai pidato Megawati sebagai momen yang sangat mengharukan.

    “Pidato Ibu Mega tadi sore memberikan kesan yang mendalam. Beliau mengapresiasi setulus-tulusnya peran Presiden Prabowo, pimpinan MPR, serta dukungan seluruh elemen rakyat yang memungkinkan pencabutan TAP MPR tersebut,” ujar Said.

    Luka Sejarah yang Tak Terlupakan
    Said Abdullah menambahkan, Megawati selalu tersentuh saat berbicara tentang perjuangan Bung Karno dan cita-cita Indonesia Raya. TAP MPR No XXXIII/MPR/1967 yang ditetapkan pada masa Orde Baru tidak hanya mencabut mandat Bung Karno, tetapi juga membawa konsekuensi menyakitkan.

    Bung Karno diasingkan, menjadi tahanan kota, dan dipisahkan dari keluarganya tanpa mendapatkan perawatan medis yang layak hingga akhir hayatnya.

    “Orde Baru juga melakukan de-Soekarnoisasi, membatasi ajaran-ajaran Bung Karno secara sistematis, serta menekan anak-anaknya, termasuk Ibu Mega. Sejarah kelam ini sangat membekas dalam ingatan beliau,” jelas Said.

    Menurut Said, pencabutan TAP MPR tersebut adalah wujud penghormatan kepada sejarah dan keadilan. “Tanpa andil Presiden Prabowo, pimpinan MPR, dan dukungan rakyat, mustahil pencabutan ini dapat terwujud,” tegasnya.

    Teladan Kenegarawanan
    Dalam pidato Megawati, tersirat pesan tentang pentingnya kenegarawanan. Said menyoroti bahwa Megawati tidak memulihkan nama baik Bung Karno saat menjabat sebagai Presiden karena prioritas terhadap stabilitas ekonomi dan keamanan nasional saat itu.

    “Ibu Mega memberikan teladan, bahwa kepentingan keluarga meskipun penting, tidak boleh mengalahkan tanggung jawab kepada bangsa. Demikian pula, kenegarawanan Presiden Prabowo yang mendukung langkah ini menunjukkan komitmen kepada kebenaran dan keadilan,” tutur Said.

    Di tengah peringatan hari jadi PDI Perjuangan, Megawati mengajak seluruh kader partai untuk terus menjunjung nilai-nilai keadilan dan perjuangan. “Dirgahayu ke-52 PDI Perjuangan. Satyam Eva Jayate – Kebenaran pasti menang,” pungkasnya. (ted)

  • Belum Lama Pecat Jokowi, Megawati Soekarnoputri: Mundur Wae, Jadi Paling Tidak Ada Kehormatan, Daripada Dipecat

    Belum Lama Pecat Jokowi, Megawati Soekarnoputri: Mundur Wae, Jadi Paling Tidak Ada Kehormatan, Daripada Dipecat

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri tidak henti-hentinya mengingatkan kadernya untuk memilih mundur jika merasa sudah tidak sejalan dengan perjuangan PDIP.

    Bahkan dia menyebut, kader PDIP yang tidak setia dan disiplin mewujudkan cita-cita partai agar mengundurkan diri.

    Sebab, kata Megawati, mundur dari PDIP lebih terhormat dibandingkan kader dipecat setelah tidak sejalan dengan cita-cita partai. Pernyataan Megawati itu disampaikan dalam pidatonya di perayaan HUT ke-52 PDIP, pada Jumat (10/1).

    “Sekarang sudah, bagi yang enggak senang di sini mundur, wae, begitu, lo, jadi paling tidak ada kehormatan begitu, lo, daripada dipecat,” kata Megawati, dilansir jpnn, Jumat.

    Diketahui, Megawati berbicara soal mundur lebih terhormat daripada dipecat hanya kurang dari sebulan sejak PDIP mengumumkan pemecatan mantan Presiden Joko Widodo.

    Selain Jokowi, PDIP juga mengumumkan pemecatan ke anak dan menantu eks Gubernur Jakarta itu, yakni Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming hingga Gubernur terpilih Sumatera Utara Bobby Nasution dari PDIP.

    Megawati mengaku sering berbicara soal mundur yang lebih terhormat ketimbang dipecat jika sudah tidak satu cita-cita dengan PDIP.

    “Saya makanya sekarang setiap kali ngomong begitu, ya, enggak apa-apa, orang sudah enggak senang lagi, kok, disuruh nongkrong (di PDIP, red),” lanjut Putri Proklamator RI Soekarno atau Bung Karno itu.

    Megawati melanjutkan cita-cita di PDIP selama ini berjuang untuk rakyat. Bagi kader yang tidak suka silakan keluar dari partai berlambang Banteng moncong putih.

  • Megawati singgung isu reinkarnasi imperialisme oleh anak bangsa sendiri

    Megawati singgung isu reinkarnasi imperialisme oleh anak bangsa sendiri

    Foto: M Irza Farel/Reporter Elshinta

    Megawati singgung isu reinkarnasi imperialisme oleh anak bangsa sendiri
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Jumat, 10 Januari 2025 – 21:27 WIB

    Elshinta.com – Ketua Umum DPP PDI Perjuangan (PDIP) Prof. DR.Megawati Soekarnoputri mengungkapkan kekhawatirannya mengenai potensi kebangkitan imperialisme di dalam negeri. Namun bukan imperialisme dari negara asing, tapi oleh anak bangsa sendiri..

    Hal itu disampaikan Megawati dalam pidato politiknya dalam perayaan HUT ke-52 PDIP, di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, pada Jumat (10/1), seperti dilaporkan Reporter Elshinta, M Irza Farel. 

    Awalnya, Megawati bercerita soal imperialisme masa Belanda dulu. Ia menyebutkan bahwa Belanda sebenarnya tidak terlibat langsung dalam pemerintahan Indonesia, melainkan hanya melalui Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC) yang kemudian memperkenalkan imperialisme. 

    Megawati mengaku sudah mendengar tentang jalur sutera yang menghubungkan timur dan barat, itu menunjukkan betapa kaya dan strategisnya negara Indonesia. 

    “Belanda itu tidak masuk dalam pemerintahan loh, yang ada adalah VOC. Tapi karena melibat kekayaan begitu dia ngomong sama pemerintahannya, datanglah imperialisme penjajah. Jangan lupa pula, saya sudah dengar liat ke sana timur. Yang namanya jalur sutera itu bener-bener menunjukkan apa? Mangkanya mikir, negara kita ini kaya raya banget dari timur ke barat,” kata Megawati. 

    Presiden ke-5 RI ini pun menegaskan bahwa bangsa Indonesia harus fokus pada upaya untuk memajukan negara, bukan sekadar mementingkan kekayaan individu. 

    “Kalian kok mikirnya cuma saya hanya mau kaya, bukan negara akan menjadi kaya. Dengan cara seperti apa? Karena potensinya luar biasa. Apa kita mau jadi imperialisme bagi warga negara kita sendiri? Namanya itu reinkarnasi (imperialisme), ya enggak (boleh dibiarkan) lah. Masa begitu? Jadi harap diingat, apakah hal itu tidak mungkin? Why not?” kata Megawati. 

    Lebih jauh, Megawati mengingatkan bahwa perjuangan kemerdekaan Indonesia pada masa lalu jauh lebih mudah karena musuh yang dihadapi adalah penjajah asing. 

    Namun, menurut Megawati, tantangan masa kini jauh lebih berat, yaitu menghadapi ancaman yang datang dari dalam negeri. 

    “Atas dasar hal inilah Bung Karno mengatakan bahwa “perjuanganku lebih mudah karena mengusir bangsa asing, namun perjuanganmu lebih berat karena berhadapan dengan bangsamu sendiri,” pungkasnya.

    Sumber : Radio Elshinta

  • PDI-P Bakal Kerja Sama dengan Pemerintahan Prabowo, tapi Tak Tempatkan Kader di Kabinet

    PDI-P Bakal Kerja Sama dengan Pemerintahan Prabowo, tapi Tak Tempatkan Kader di Kabinet

    PDI-P Bakal Kerja Sama dengan Pemerintahan Prabowo, tapi Tak Tempatkan Kader di Kabinet
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (
    PDI-P
    ) Ahmad Basarah menyampaikan bahwa Ketua Umum PDI-P
    Megawati
    Soekarnoputri tidak akan menempatkan kadernya di kabinet pemerintahan Presiden
    Prabowo
    Subianto.
    Meski demikian, PDI-P akan bekerja sama dengan
    Pemerintahan Prabowo
    Subianto untuk membangun bangsa.
    Basarah pun menegaskan bahwa posisi politik tersebut bukan berarti PDI-P merupakan oposisi pemerintahan.
    “Oleh karena itu, Bu Mega mengatakan, PDI Perjuangan akan bekerja sama dengan
    pemerintahan Prabowo
    Subianto, namun tidak mengirimkan kader/anggota PDI Perjuangan sebagai anggota Kabinet Pemerintahan Prabowo,” kata Basarah dalam konferensi pers usai peringatan HUT ke-52 PDI-P di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1/2025) malam.
    Basarah mengatakan, Megawati memintanya untuk menyampaikan sikap politik itu kepada Prabowo melalui Sekretaris Jenderal (Sekjen) Partai Gerindra Ahmad Muzani ketika keduanya masih sama-sama menjadi pimpinan MPR periode 2019-2024.
    Dia pun mengungkapkan, sikap PDI-P itu telah disampaikan ke Muzani pada 17 Oktober 2024, beberapa hari sebelum Prabowo mengucap sumpah sebagai Presiden RI.
    “Lalu, Ibu menegaskan posisi politik PDI Perjuangan yang demikian itu tidak sama dengan posisi politik PDI Perjuangan saat berada di luar pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono pada tahun 2004-2014 yang lalu,” ujar Ketua Fraksi PDI-P MPR ini.
    “Mengapa demikian? Karena kata Ibu Mega lebih lanjut, saya memiliki hubungan persahabatan yang panjang dan baik dengan Pak Prabowo, Ibu menyebutnya Mas Bowo,” katanya lagi.
    Basarah lantas mengungkapkan, persahabatan Megawati dan Prabowo terus berjalan dengan sangat baik hingga hari ini.
    Persahabatan ini, menurut Basarah, akan menjadi pondasi sarana komunikasi dan koordinasi Megawati dengan Prabowo dalam kapasitas sebagai sesama tokoh bangsa.
    “Jadi situasi itu yang kemudian kami menggambarkan bahwa posisi politik PDI Perjuangan tidak mengenal istilah oposisi apalagi menjalankan sisi pemerintahan oposisi, akan terus bekerja sama dengan pemerintahan Pak Prabowo, namun tidak menugaskan kader ataupun anggotanya menjadi anggota Kabinet Presiden Pak Prabowo,” ujarnya kembali menjelaskan.
    “Tapi, hubungan baik akan terus terjalin dan terbina,” kata Basarah melanjutkan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Megawati Ungkap Nasib Tragis Bung Karno, Bandingkan dengan Ahok

    Megawati Ungkap Nasib Tragis Bung Karno, Bandingkan dengan Ahok

    Jakarta, Beritasatu.com – Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri, mengungkapkan nasib menyedihkan yang dialami oleh ayahnya, Presiden pertama RI, Soekarno. Dalam pidatonya pada acara HUT ke-52 PDIP yang digelar di Sekolah Partai, Jakarta Selatan, Jumat (10/1/2025), Megawati menyebutkan bahwa Bung Karno mengalami nasib yang jauh lebih tragis dibandingkan dengan mantan Gubernur Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

    Megawati menceritakan bagaimana Bung Karno, meskipun telah menjadi pemimpin bangsa, tidak mendapatkan penghormatan yang layak setelah masa jabatannya berakhir. Ia bahkan membandingkan kondisi Bung Karno dengan Ahok yang mengalami nasib serupa dalam perjalanan hidup politiknya.

    “Ini Pak Ahok supaya tahu lebih sengsara bapak saya daripada situ,” kata Megawati dalam pidatonya.

    Megawati menambahkan, hal itu merupakan sebuah kenyataan pahit yang harus diterima oleh seorang mantan pemimpin negara.

    Dalam kesempatan tersebut, Megawati juga mengungkapkan ia sempat bertanya kepada Menteri Keuangan Sri Mulyani mengenai hak-hak yang seharusnya diterima oleh seorang mantan presiden, termasuk gaji dan pensiun yang seharusnya diberikan kepada Bung Karno. Namun, ternyata hal tersebut tidak pernah diproses dengan baik.

    “Saya bertanya kepada Mbak Sri, apakah Bung Karno sudah pernah mendapatkan hak-haknya? Saya ingin tahu tentang gaji dan pensiun beliau. Ternyata tidak ada yang jelas,” kata Megawati, yang menunjukkan rasa kecewa atas perlakuan yang diterima ayahnya.

    Megawati juga mengungkapkan perasaan kecewa dan marahnya ketika memikirkan bagaimana ayahnya diperlakukan setelah masa jabatannya berakhir.

    “Bayangkan jika orang tua kalian diperlakukan seperti itu. Apa yang kalian rasakan?” ujarnya dengan nada yang penuh emosi.

    Megawati menegaskan meskipun menghadapi banyak rintangan, Bung Karno tetap tegar dan kuat dalam menghadapi semuanya.

  • Dukungan agar Megawati jadi ketum mengalir lewat cap darah PDIP Solo

    Dukungan agar Megawati jadi ketum mengalir lewat cap darah PDIP Solo

    ANTARA – Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Solo menggelar aksi cap jempol darah untuk mendukung Megawati Soekarnoputri meneruskan jabatannya sebagai Ketua Umum pada hari ini, Jumat (10/1). Acara ini digelar di halaman DPC PDI-P Kota Solo bersamaan dengan mendengarkan arahan Ketum Megawati Soekarnoputri di HUT ke-52 partai berlogo banteng itu. (Denik Apriyani/Andi Bagasela/Roy Rosa Bachtiar)

  • HUT ke-52, PDIP Kabupaten Kediri Tegaskan Dukungan untuk Megawati dan Gelar Aksi Sosial

    HUT ke-52, PDIP Kabupaten Kediri Tegaskan Dukungan untuk Megawati dan Gelar Aksi Sosial

    Laporan Wartawan Tribun jatim Network, Isya Anshori

    TRIBUNJATIM.COM, KEDIRI – Pengurus, kader, hingga simpatisan PDI Perjuangan (PDIP) Kabupaten Kediri menyatakan dukungan penuh terhadap Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dalam momentum peringatan HUT ke-52 PDIP yang digelar pada Jumat (10/1/2025). Dukungan ini menyusul Kongres PDIP ke-6 yang akan dilaksanakan pada April 2025. 

    Ketua DPC PDIP Kabupaten Kediri, Murdi Hantoro, menegaskan bahwa seluruh elemen partai tetap solid berada di bawah kepemimpinan Megawati. Bahkan, ia menyebutkan bahwa Megawati akan kembali diusulkan sebagai Ketua Umum pada Kongres mendatang. 

    “Kami solid mendukung Ibu Megawati Soekarnoputri. Kami sudah sepakat dan berikrar bahwa Kongres PDIP ke-6 pada April 2025 akan tetap mencalonkan dan mengukuhkan Ibu Megawati sebagai Ketua Umum,” kata Murdi saat perayaan HUT PDIP di Kantor DPC PDIP Kabupaten Kediri. 

    Dalam peringatan HUT ke-52 PDIP, DPC PDIP Kabupaten Kediri menggelar berbagai kegiatan sosial, termasuk membagikan 500 paket makanan kepada masyarakat sekitar. 

    “Kegiatan ini kami adakan secara sederhana. Di Kabupaten Kediri, selain tumpengan, kami juga berbagi makanan kepada warga sekitar kantor DPC,” kata Murdi.  

    Adapun tema besar peringatan HUT ke-52 PDIP adalah Satyam Eva Jayate dengan subtema api perjuangan yang tak kunjung padam. Murdi menjelaskan bahwa tema tersebut mencerminkan semangat kader partai untuk tetap solid dalam menghadapi situasi yang tidak mudah. 

    “Kondisi sekarang tidak baik-baik saja, tetapi ini menjadi momen untuk memperkuat solidaritas kader,” ujarnya. 

    Murdi juga menambahkan bahwa DPC PDIP Kabupaten Kediri akan melaksanakan sejumlah aksi sosial dan lingkungan dalam waktu dekat, seperti program penghijauan, normalisasi sungai, dan kegiatan bakti sosial.  

    “Kami ingin setiap kegiatan yang dilakukan partai memberikan manfaat langsung bagi masyarakat luas,” ungkapnya.  

    Selain itu, sebagai langkah untuk mendekatkan diri kepada masyarakat, PDIP akan memaksimalkan peran Fraksi PDIP dalam menyerap dan menyampaikan aspirasi warga.  

    “Anggota fraksi bertugas mendengarkan aspirasi masyarakat dan menyampaikannya ke tingkatan lebih tinggi agar dapat direalisasikan,” jelas Murdi.   

    Dalam agenda peringatan HUT yang digelar secara sederhana ini, hadir pula Bupati Kediri, Hanindhito Himawan Pramana yang juga sebagai kader PDIP, bersama para kader PDIP Kabupaten Kediri lainnya. 

     

  • Jadikan Hasto Tersangka, Megawati Nilai KPK Kurang Kerjaan

    Jadikan Hasto Tersangka, Megawati Nilai KPK Kurang Kerjaan

    Jakarta (beritajatim.com) – Ketua Umum DPP PDI Perjuangan PDIP) Megawati Soekarnoputri menilai, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) ‘kurang kerjaan’ karena menjadikan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto tersangka. Sementara, menurut Megawati banyak masalah hukum benar-benar besar yang tak disentuh sama sekali.

    “Belum lagi apa coba, KPK itu saya yang bikin? Mosok gak ada kerjaan lain. Yang dituding, yang diubrek-ubrek hanya Pak Hasto, iku wae. Ayo wartawan tulis itu. Karna kan sebenarnya banyak yang malah udah tersangka. Tapi (KPK) meneng wae (diam saja, red),” ujar Megawati saat menyampaikan pidato politiknya di acara pembukaan HUT ke-52 PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1/2025).

    Dia mengaku selalu mencari tahu perkembangan terbaru lewat media massa. Dia pun ingin membuktikan tesisnya bahwa KPK tak hanya sekedar menyasar Hasto dan mengerjakan kasus lainnya yang benar-benar lebih penting dikerjakan oleh KPK. Namun, ia tak menemukan kabar baru.

    “Aku kalau udah tiap hari buka koran, mungkin ada tambahan (kasus besar yang ditangani KPK, red). Eh, nggak ada. Tadi aja sebelum ke sini ya begitu,” katanya.

    Megawati pun mengaku geram dan ingin angkat suara untuk mendorong agar KPK berani mengusut kasus-kasus korupsi yang benar-benar besar. Namun, Megawati menahan diri agar tidak mendahului KPK karena merasa hal tersebut tidak sopan. Meski begitu, ia meminta agar tidak takut.

    “Ntar kalau saya ngomong, saya ini, apa ya, tidak sopan. Masak kalian gitu saja takut? Sebenarnya takut itu apa sih? Kan saya sudah ngomong, (ketakutan) itu ilusi,” katanya.

    Megawati kembali mengingatkan agar KPK tak hanya mengurusi kasus remeh temeh dengan kerugian negara yang jumlahnya triliunan.

    “Lho ngopo to, hanya nggoleki kroco-kroco. Mbok yang bener-bener, sing jumlahe T T T, lha endi? Saya lalu dibilang, Ibu Mega mengkritik saja. Lho enggak, orang yang saya bilang itu benar. Saya ingin KPK itu yang benar,” ujar Megawati.

    Dia pun kembali menyatakan, bahwa dirinyalah yang membentuk KPK saat masih menjabat Presiden ke-5 RI.

    “Lho (KPK itu) yang bikin saya juga, tapi bingung saya, kecuali orang lain. Untuk menjadikan KPK itu dipikir gampang? Enggak. Saya aja berantem dulu (waktu mau bikin KPK). Karena itu sifatnya adhoc untuk membantu yang namanya polisi dan kejaksaan karena di dalam menjalankan tugasnya itu tidak maksmal, lho kok sampai sekarang ngono wae,” sindir Megawati. [hen/but]

  • PDIP Beberkan Alasan Megawati Ucapkan Terima Kasih ke Prabowo

    PDIP Beberkan Alasan Megawati Ucapkan Terima Kasih ke Prabowo

    Jakarta, Beritasatu.com – Ketua DPP PDIP, Said Abdullah, membeberkan alasan mengapa Ketua Umum Megawati Soekarnoputri menyampaikan terima kasih dengan rasa haru yang mendalam kepada Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) periode 2019-2024, Presiden Prabowo Subianto, dan seluruh rakyat Indonesia.

    Penghargaan ini terkait dengan pencabutan TAP MPR No XXXIII/MPR/1967 yang memulihkan nama baik proklamator dan Presiden Soekarno. Hal ini disampaikan Megawati dalam sambutan politiknya pada acara HUT ke-52 PDIP di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta, Jumat (10/1/2025).

    “Tanpa dukungan dari Presiden Prabowo dan seluruh Pimpinan MPR, serta elemen rakyat Indonesia, mustahil TAP MPR yang mengaitkan Bung Karno dengan G30S 1965 dapat dihapuskan. Itulah sebabnya, pidato Ibu Mega hari ini sangat memberi kesan mendalam, dengan apresiasi yang tulus kepada Presiden Prabowo, Pimpinan MPR, dan seluruh rakyat Indonesia,” ujar Said Abdullah, Jumat (10/1/2025).

    Said menjelaskan ada dua alasan utama yang membuat Megawati mengungkapkan terima kasih kepada MPR, Presiden Prabowo, dan seluruh rakyat Indonesia. Pertama, pencabutan TAP MPR No XXXIII/MPR/1967 yang memulihkan nama baik Bung Karno mendapat dukungan penuh dari Presiden Prabowo yang bukan merupakan kader PDI Perjuangan.

    “Kedua, saya merasa Ibu Mega berusaha menghindari konflik kepentingan, khususnya selama masa jabatannya sebagai Presiden, meskipun ia tidak segera dapat memulihkan nama baik Bung Karno,” tutur Said.

    Said juga mengungkapkan, pada masa kepresidenan Megawati, kondisi ekonomi dan keamanan nasional sedang tidak stabil. Megawati, menurutnya, ingin memberikan keteladanan dengan mengedepankan kepentingan negara, meskipun itu melibatkan keluarga.

    “Keteladanan kenegarawanan Presiden Prabowo dan Ibu Mega patut kita teladani. Ini merupakan contoh penting dalam membangun peradaban politik yang kering akhir-akhir ini. Kita juga menyaksikan, meskipun Orde Baru yang kuat, kebenaran tetap mencari jalan untuk memperoleh keadilan. Dirgahayu 52 tahun PDI Perjuangan, Satyam Eva Jayate,” pungkas Said.

    Sebelumnya, Megawati Soekarnoputri mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto yang merespons surat MPR yang merekomendasikan pemulihan nama baik Presiden Sukarno. Pemulihan nama Bung Karno ini terjadi setelah MPR mencabut Ketetapan (TAP) MPRS No XXXIII/MPRS/1967 yang sebelumnya mengaitkan Bung Karno dengan G30S dan PKI.

    “Saya mengucapkan terima kasih kepada Presiden Prabowo Subianto atas responsnya terhadap surat pimpinan MPR yang merekomendasikan pemulihan nama baik Bung Karno sebagai Presiden RI pertama,” ujar Megawati dalam pidatonya pada HUT ke-52 PDIP di Jakarta, Jumat (10/1/2025).

    Megawati menyampaikan, keluarga Bung Karno telah bersabar menunggu pencabutan TAP MPRS No. XXXIII/MPRS/1967 selama 57 tahun, sejak 1967 hingga 2024. Dengan pencabutan ini, tuduhan terhadap Bung Karno sebagai pengkhianat tidak terbukti dan batal demi hukum.

    “Saya, atas nama pribadi dan keluarga Bung Karno serta keluarga besar PDI Perjuangan, mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada pimpinan dan seluruh anggota MPR RI periode 2019-2024. Kita tahu, MPR adalah representasi dari seluruh rakyat Indonesia,” tandas Megawati.