Tag: Mbok Yem

  • Mbok Yem Meninggal karena Pneumonia, Benarkah Tinggal di Puncak Gunung Berisiko Idap Penyakit Paru? – Halaman all

    Mbok Yem Meninggal karena Pneumonia, Benarkah Tinggal di Puncak Gunung Berisiko Idap Penyakit Paru? – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemilik warung di puncak gunung Lawu, Wakiyem atau biasa disapa Mbok Yem meninggal dunia pada Rabu siang (25/4/2025).

    Sebelum menghembuskan nafas terakhir, berdasarkan pemeriksaan medis Mbok Yem menderita pneumonia.

    Mbok Yem memiliki keseharian di puncak gunung.

    Ia melayani pembeli yang ingin menyantap nasi pecel dan kopi panas sebagai pelepas dahaga pendaki yang naik ke puncak Gunung Lawu.

    Merujuk dari kesehariannya, apakah benar orang yang tinggal di ketinggian berisiko terkena masalah paru seperti pneumonia?

    Berikut penjelasan Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Prof Tjandra Yoga Aditama.

    Ia mengatakan, tidak ada kaitan langsung antara ketinggian dengan risiko terkena pneumonia.

    Pada dasarnya, pneumonia merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus atau jamur (parasit).

    “Memang benar bahwa di ketinggian 3.000 meter maka kadar oksigen lebih rendah dari di permukaan laut, tapi kan benar juga bahwa banyak orang yang tinggal di ketinggian dan hidup sehat dengan baik. Perlu diketahui pasti yang jadi penyebab Pneumonia pada Mbok Iyem ini, apakah karena virus, bakteri atau jamur,” tutur dia kepada Tribunnews.com, Jumat (25/4/2025).

    Prof Tjandra mengatakan, pneumonia bisa dicegah dengan berbagai cara, seperti vaksinasi, menjaga kebersihan dan menerapkan pola hidup sehat.

    Pneumonia bisa berujung komplikasi ketika seseorang memiliki penyakit penyerta atau komorbid maupun masalah pernafasan lainnya.

    “Apalagi sebelum terkena pneumonia, seseorang itu memiliki komorbid seperti diabetes atau ada masalah pernafasan yang dialami sebelumnya maka bisa memperparah keadaan,” jelas Prof Tjandra.

    Dikutip dari Surya.co.id (Tribunnews.com network), sang cucu Saiful Bachri menceritakan, kondisi kesehatan neneknya mulai memburuk dalam tiga hari terakhir.

    “Nafsu makan hilang, dan hanya bertahan dengan beberapa teguk susu. Seharusnya hari Jumat (25/4/2025) beliau kontrol ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan,” ujar Saiful.

    Di hari kepergiannya, nenek tercinta sempat meminta untuk mandi, lalu beristirahat.

    Setelah mandi, almarhumah tidur, dan sejak itu tidak bangun lagi.

    Masih mengutip Surya.co.id, Kepala Dusun Dagung, Slamet mengatakan Mbok Yem menghembuskan nafas terakhir sekitar pukul 14.00 siang.

    Menurutnya, Mbok Yem memang mengalami komplikasi yang cukup parah.

    “Beliau sempat dirawat selama hampir tiga pekan di RS Siti Aisyiyah Ponorogo. 

    Setelah itu, pulang untuk dirawat di rumah oleh keluarga. Meski sempat membaik, kesehatannya kembali menurun dalam beberapa hari terakhir,” terang Slamet.

     

     

  • Pendaki Gunung Merbabu Tewas Terhantam Badai, Menhut Ingatkan Pecinta Alam Utamakan Keselamatan – Halaman all

    Pendaki Gunung Merbabu Tewas Terhantam Badai, Menhut Ingatkan Pecinta Alam Utamakan Keselamatan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Dua kabar duka datang dari dunia pendakian gunung dalam kurun satu pekan terakhir. 

    Meninggalnya pemilik warung makan di Puncak Gunung Lawu, Wakiyem (82) atau akrab disapa Mbok Yem; dan pendaki senior Sugeng Parwoto (50) yang sempat dikabarkan hilang saat mendaki Gunung Merbabu.

    Menteri Kehutanan (Menhut) Raja Juli Antoni mengenang sosok Mbok Yem yang memang terkenal di kalangan pendaki, karena warungnya yang berada di ketinggian sekitar 3.000 meter di atas permukaan laut (mdpl).

    “Minggu ini kita memiliki dua berita duka yang sangat menyayat hati kita bersama. Pertama almarhum Mbok Yem di puncak Gunung Lawu seorang pedagang yang selama ini melayani para pendaki yang menikmati Gunung Lawu beliau terkenal dengan layanan dan makanannya yang sangat enak,” kata Raja Antoni dalam video yang diunggah di akun Instagram pribadinya, Minggu (27/4/2025).

    Kemudian saat mendengar kabar meninggalnya Sugeng, Raja Antoni langsung menelepon Kepala Balai Taman Nasional Gunung Merbabu, Anggit Haryoso untuk menanyakan proses pencarian dan evakuasi jenazah.

    Anggit menjelaskan bahwa Sugeng sempat hilang selama empat hari saat mendaki Merbabu.

    Jenazah Sugeng ditemukan oleh relawan dengan kondisi tidak bernyawa di ketinggian 2.400 mdpl.

    Lokasinya berada di antara pos 4 dan pos 5.

    Sugeng diduga terjebak badai yang menerjang antara pukul 24.00 – 02.00 pagi.

    Raja Antoni mendoakan almarhum dan almarhumah mendapat tempat di surga.

    “Mas Sugeng, pendaki senior yang ditemukan akhirnya setelah empat hari hilang di Merbabu, berkat teman-teman relawan akhirnya ditemukan, kita berdoa agar Mbok Yem dan Mas Sugeng husnul khotimah,” ucapnya.

    Perihal kejadian yang menimpa almarhum Sugeng, Raja Antoni mengingatkan para pendaki agar berhati-hati dalam melakukan pendakian gunung.

    Ia meminta para pendaki tetap mengedepankan keselamatan.

    “Sekaligus jadi pengingat kepada kita bersama terutama dengan kejadian yang menimpah almarhum Mas Sugeng, agar tetap berhati-hati dalam pendakian kita,” pungkas dia. (Tribunnews.com/Danang Triatmojo)

     

     

     

  • Mbok Yem Idap Pneumonia Sebelum Meninggal, Waspadai Gejala Khas pada Lansia

    Mbok Yem Idap Pneumonia Sebelum Meninggal, Waspadai Gejala Khas pada Lansia

    Jakarta

    Pneumonia adalah infeksi yang terjadi ketika kantung udara kecil di paru-paru (alveoli) meradang. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti batuk dan sesak napas.

    Pneumonia bisa menjadi masalah serius bagi beberapa kelompok, salah satunya orang dewasa yang lebih tua.

    Kondisi ini juga dialami Wakiyem atau akrab dipanggil Mbok Yem. Legenda pemilik warung di Gunung Waru, Mbok Yem, yang tutup usia pada Rabu (23/4/2025).

    Ia meninggal di tempat tinggalnya dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur. Maret lalu, Mbok Yem sempat mengidap pneumonia yang membuat ia perlu turun gunung untuk mendapatkan perawatan medis di RSI Aisyah Ponorogo, Jawa Timur.

    Humas RSU Aisyiyah Ponorogo, Muh Arbain, mengatakan bahwa Mbok Yem pada awalnya mengeluhkan sakit gigi dan gigi taring yang goyang.

    Hal tersebut membuatnya enggan makan hingga tubuhnya melemah dan sempat jatuh tiga kali.

    Dikutip dari Healthline, orang dewasa yang lebih tua, lebih mungkin memiliki kondisi kesehatan kronis, seperti gangguan paru obstruktif kronik (PPOK) atau penyakit jantung, yang dapat meningkatkan risiko mereka terkena pneumonia.

    Apa saja gejala pneumonia pada orang dewasa yang lebih tua?

    Gejala pneumonia pada orang yang lebih tua dapat berbeda dengan gejala pada kelompok usia lain.

    Lansia yang mengidap pneumonia lebih mungkin mengalami:

    lemah atau tidak stabil, yang dapat meningkatkan risiko terjatuhtidak mengalami demam atau suhu tubuh lebih rendah dari biasanyamengalami kebingungan atau deliriummengalami perubahan status fungsional, yaitu kemampuan untuk melakukan aktivitas sehari-harimengalami inkontinensia urinetidak nafsu makanmengalami kondisi kesehatan yang memburuk

    Karena gejala pada lansia sering kali lebih samar dan dapat berbeda dari gejala pneumonia klasik, pneumonia dapat lebih sulit dikenali pada populasi ini. Hal ini berpotensi mengakibatkan keterlambatan diagnosis dan pengobatan.

    Lantas apa gejala klasik pneumonia pada lansia?

    Meskipun lansia sering kali memiliki gejala pneumonia yang berbeda, mereka juga dapat mengalami beberapa gejala pneumonia yang lebih klasik. Gejala ini dapat meliputi:

    batuk yang dapat mengeluarkan dahakdemam dan menggigilnyeri dada yang memburuk saat menarik napas dalam atau batukkelelahansesak napasnapas cepat

    Satu ulasan pada 2014 menemukan jenis kuman berikut lebih sering menjadi pemicu pneumonia pada orang dewasa, yang berusia 65 tahun ke atas:

    Streptococcus pneumoniae, jenis bakteriHaemophilus influenzae, jenis bakteri lainnyavirus pernapasan, yang dapat mencakup virus yang menyebabkan pilek, flu, dan (yang terbaru) COVID-19

    (naf/kna)

  • Cerita Mbok Yem sebelum Meninggal, Kesaksian sang Cucu: Nafsu Makan Hilang hingga Minta Mandi – Halaman all

    Cerita Mbok Yem sebelum Meninggal, Kesaksian sang Cucu: Nafsu Makan Hilang hingga Minta Mandi – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, Magetan – Masyarakat Kabupaten Magetan berduka atas meninggalnya Mbok Yem, sosok legendaris yang telah menjadi penjaga setia Puncak Gunung Lawu selama puluhan tahun.

    Mbok Yem, yang juga dikenal dengan nama Wakiyem, menghembuskan napas terakhirnya pada Rabu, 23 April 2025, di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Kabupaten Magetan.

    Kondisi Kesehatan yang Memburuk

    Cucu Mbok Yem, Saiful Bachri, menjelaskan bahwa kondisi kesehatan neneknya semakin memburuk dalam tiga hari terakhir.

    “Nafsu makan beliau hilang dan hanya bisa bertahan dengan beberapa teguk susu. Seharusnya hari Jumat, 25 April 2025, beliau kontrol ke rumah sakit untuk pemeriksaan lanjutan,” ungkap Saiful.

    Di hari kepergiannya, Mbok Yem sempat meminta untuk mandi sebelum beristirahat.

    Setelah mandi, almarhumah tidur dan tidak bangun lagi.

    Pernyataan Kepala Dusun

    Kepala Dusun Dagung, Slamet, mengonfirmasi kabar duka tersebut.

    Ia menyebutkan bahwa Mbok Yem menghembuskan napas terakhirnya sekitar pukul 14.00 WIB.

    “Beliau memang tengah mengalami komplikasi yang cukup parah. Setelah dirawat hampir tiga pekan di RS Siti Aisyiyah Ponorogo, beliau pulang untuk dirawat di rumah oleh keluarga. Meski sempat membaik, kesehatannya kembali menurun dalam beberapa hari terakhir,” jelas Slamet.

    Slamet menambahkan bahwa meskipun Mbok Yem menghabiskan sebagian besar hidupnya di ketinggian Hargo Dumilah, ia tetap dekat dengan masyarakat kampung halamannya.

     “Setiap tahun, Mbok Yem hanya turun gunung sekali saat Lebaran, namun kehadirannya selalu dinanti dan dirindukan,” katanya.

    “Mbok Yem orangnya sangat baik dan suka membantu siapa pun. Tetangga di sini semua mengenalnya dengan rasa hormat dan kasih sayang,” kenang Slamet.

    Jenazah Mbok Yem dimakamkan pada Kamis malam, di dekat makam suaminya, Kamsir, yang berlokasi sekitar satu kilometer dari rumahnya.

    (TribunJatim.com/Febrianto Ramadani)

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • 10
                    
                        Awal Mula Mbok Yem Buka Warung di Puncak Gunung Lawu, Tolong Pendaki Kehabisan Bekal
                        Surabaya

    10 Awal Mula Mbok Yem Buka Warung di Puncak Gunung Lawu, Tolong Pendaki Kehabisan Bekal Surabaya

    Awal Mula Mbok Yem Buka Warung di Puncak Gunung Lawu, Tolong Pendaki Kehabisan Bekal
    Tim Redaksi
    MAGETAN, KOMPAS.com
    – Siapa sangka, Wakiyem (82) atau dikenal dengan
    Mbok Yem
    membuka warung di puncak
    Gunung Lawu
    berawal dari ketidaksengajaan.
    Inspirasi untuk mendirikan warung di ketinggian itu berawal ketika Mbok Yem menolong para
    pendaki
    yang melaksanakan ritual dan kehabisan bekal sekitar tahun 1980-an.
    Warung itu akhirnya bertahan hingga saat ini dan menjadi jujukan para pendaki hingga melegenda di puncak
    Gunung Lawu

    Cerita tersebut disampaikan Mbok Yem saat
    Kompas.com
    berkunjung ke rumahnya pada hari Jumat, 5 Juni 2020, saat ia memiliki hajatan menikahkan cucunya.
    “Awalnya tidak tahu ada yang memanggil-manggil saat kita membuat api unggun. Ternyata ada pendaki yang melakukan ritual kehabisan bekal,” ujarnya kala itu.
    Mbok Yem mengaku sempat dikira bukan bangsa manusia oleh pendaki ritual yang kehabisan bekal karena di tahun 1980-an jarang sekali perempuan mendaki.
    “Awalnya ditanya apakah saya orang, ya saya jawab orang. Dikiranya saya bangsa lelembut,” katanya.
    Sejak saat itu, Mbok Yem mengaku diminta berjualan oleh salah satu petugas pemangku kawasan hutan Gunung Lawu.
    “Ya, diminta untuk jualan di Gunung Lawu,” ujar Mbok Yem.
    Syaiful Gimbal, cucu Mbok Yem, mengaku sempat merasakan betapa beratnya pekerjaan Mbok Yem saat masih mencari tumbuhan jamu herbal di Hutan Gunung Lawu sebelum membuka warung di dekat
    puncak Gunung Lawu
    .
    Dia mengaku saat masih kelas 5 sempat menyusul Mbok Yem dan sempat bermalam di tengah hutan Gunung Lawu.
    “Kalau bermalam di Gunung Lawu dulu, Mbok Yem tidurnya gali sisi bukit, gali tanah seperti di dalam galian biar hangat. Kalau di luar dingin sekali. Saya pernah ikut sekali saat kelas 5 SD,” kenangnya.
    Awalnya membuka warung adalah ketika ada pendaki yang membutuhkan makanan karena tak membawa bekal.
    “Ya, awalnya itu kan ada pendaki yang butuh makanan karena tidak membawa bekal. Kemudian Mbok Yem akhirnya mencoba berjualan dari bekal yang dia bawa untuk mencari jamu,” imbuhnya.
    Saelan, salah satu anak Mbok Yem, mengaku untuk memasok bahan makanan seperti beras, minyak goreng, dan sejumlah kebutuhan warung, ia bisa mengantar 3 kali naik turun Gunung Lawu setiap minggu.
    “Minimal itu bawa 35 kilogram beban, ya beras, minyak, semua kebutuhan untuk warung. Awalnya itu minimal 3 kali mengirim,” ucapnya.
    Saelan mengaku butuh waktu 5 hingga 6 jam untuk mengantarkan sembako untuk jualan ibunya.
    Di awal jualan, Mbok Yem kondisi jalur pendakian ke
    Puncak Gunung Lawu
    tidak semudah saat ini.
    “Dulu jalan setapak ya licin kalau hujan. Barang yang dibawa beratnya minimal 35 kilogram sampai 40 kilogram. Kalau tidak hujan ya 5 jam sampai puncak, kalau hujan bisa sampai 6 jam,” imbuhnya.
    Di awal tahun 2019, Mbok Yem mengaku mendapat bantuan panel tenaga surya dari pendaki Jakarta untuk penerangan dan membantu pendaki yang membutuhkan cas HP.
    Saat itu, pendaki tersebut memberikan panel surya, 3 buah aki untuk menampung listrik, dan 4 buah bola lampu.
    “Yang bantu pendaki dari Jakarta membawakan itu listrik matahari sama 3 buah aki dan 4 lampu,” cerita Mbok Yem kala itu.
    Dengan memiliki panel surya, jika malam hari Mbok Yem tak lagi mengalami kegelapan atau mengandalkan lampu minyak.
    Mbok Yem juga memahami kebutuhan para pendaki untuk mengecas HP yang mereka bawa.
    “Boleh cas HP tapi saya batasi sampai jam 4 sore, kalau siang mau bisa ngisi akinya, kalau malam untuk penerangan kita sendiri,” ucap Mbok Yem.
    Mbok Yem mengaku mengutip biaya cas Rp 5.000 setiap HP untuk biaya perawatan peralatan panel surya miliknya.

    Yo tak tarik limangewu sak HP
    (Ditarik Rp 5.000 per HP). Lha kok enak betul kalau tidak ditarik.
    Ngunu kuwi yo enek sing ora mbayar
    (Meski begitu masih ada yang tidak bayar),” katanya sambil tertawa.
    Meski sulit membawa bahan makanan untuk jualan di warungnya, Mbok Yem tidak mematok harga mahal untuk menu nasi pecel andalannya.
    Satu porsi nasi pecel dia jual Rp 13.000, sementara nasi soto atau rawon dijual dengan harga Rp 15.000.
    Untuk minuman seperti kopi, teh, dan minuman lainnya, rata-rata dijual dengan harga Rp 5.000.
    Tak terasa lebih dari 35 tahun Mbok Yem telah membuka warung di Puncak Gunung Lawu.
    Sudah ribuan pendaki yang merasa tertolong dengan keberadaan warung Mbok Yem di Puncak Gunung Lawu.
    Setelah pulang dari perawatan di RSU Aisyiyah Ponorogo karena sakit pneumonia, rencananya Mbok Yem akan istirahat berjualan dan akan menunggu cucunya.
    Sayangnya, keinginan Mbok Yem belum kesampaian.
    Mbok Yem meninggal pada Rabu siang sekitar pukul 13:30 WIB.
    “Kalau ditotal dari mencari jamu sampai buka warung ya 40 tahun lebih. Rencananya memang mau istirahat mau nunggu cucunya kalau sudah pulih. Kalau soal warung mau dibicarakan nanti karena kita fokus bagaimana Mbok Yem sembuh dulu,” ucap Syaiful Gimbal.
    Legenda Gunung Lawu Wakiyem (82) atau lebih dikenal Mbok Yem, meninggal dunia Rabu siang sekitar pukul 13:30 WIB di kediamannya di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur.
    Mbok Yem sempat dirawat di RSU Aisyiyah selama lebih dari 2 minggu karena menderita pneumonia.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sosok Ikonik Gunung Lawu, Mbok Yem Meninggal, Dimakamkan di Magetan

    Sosok Ikonik Gunung Lawu, Mbok Yem Meninggal, Dimakamkan di Magetan

    Magetan (beritajatim.com) – Sosok ikonik Gunung Lawu. Mbok Yem, atau yang memiliki nama asli Wakiyem, sosok legendaris yang dikenal sebagai pemilik warung tertinggi di Hargo Dumilah, Jalur Pendakian Gunung Lawu, meninggal dunia pada Selasa (23/4/2025) siang di usia 81 tahun. Mbok Yem menghembuskan napas terakhir di kediamannya yang berada di Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan.

    Mbok Yem dikenal sebagai figur ikonik bagi para pendaki Gunung Lawu. Setiap pendaki yang tiba di puncak hampir pasti mengenal warung kecilnya yang menjadi tempat istirahat dan penghangat suasana di tengah dinginnya ketinggian gunung. Sosoknya yang bersahaja dan ramah menjadikannya ibu bagi banyak pendaki dari berbagai daerah.

    “Kondisi Mbok Yem sudah drop tidak mau makan minum sudah tiga hari. Hanya minum susu sedikit. Rencananya Jumat (25/4/2025) Mbok Yem harus kontrol kedua,” kata Saiful Bachri, cucu Mbok Yem.

    Menurut Saiful, sebelum meninggal dunia, Mbok Yem masih menunjukkan sedikit semangat hidup. “Kemarin (Selasa) masih minta mandi, lalu tidur sampai meninggal ini,” ungkapnya.

    Kepala Dusun Dagung, Sugeng Sucipto, mengonfirmasi bahwa Mbok Yem wafat sekitar pukul 14.00 WIB. Ia menyebutkan bahwa kondisi kesehatan Mbok Yem sudah cukup parah akibat komplikasi penyakit yang dideritanya. Sebelumnya, almarhumah sempat menjalani perawatan intensif di RS Siti Aisyiyah Ponorogo selama 19 hari. Menjelang Lebaran, beliau dipulangkan untuk dirawat di rumah.

    “Kondisinya di rumah sebenarnya sudah membaik, namun akhir-akhir ini kondisinya melemah kemudian pukul 14.00 ini Mbok Yem menghembuskan nafas yang terakhir,” katanya.

    Sugeng menambahkan, “Kondisinya sudah sangat lemah sekali. Hampir satu bulan Mbok Yem dirawat di rumah dan akhirnya meninggal dunia.”

    Tak hanya dikenal di kalangan pendaki, Mbok Yem juga memiliki hubungan yang sangat baik dengan masyarakat sekitar. Ia digambarkan sebagai pribadi yang dermawan dan suka menolong tetangga meskipun lebih sering tinggal di Gunung Lawu dan hanya turun ke rumah setahun sekali saat Lebaran.

    “Mbok Yem dimakamkan pada Kamis malam, karena masih menunggu anaknya tiba. Dimakamkan satu lokasi dengan suaminya (Kamsir) di lingkungan setempat yang berjarak 1 kilometer dari rumahnya,” pungkasnya.

    Kepergian Mbok Yem meninggalkan kesedihan mendalam, tidak hanya bagi keluarganya, tetapi juga komunitas pendaki dan masyarakat sekitar yang mengenalnya sebagai sosok penuh kasih dan keteguhan hidup di tengah alam pegunungan. [fiq/kun]

  • Sosok Mbok Yem Meninggal, Relawan: Tidak Naik Gunung Lawu Lagi Seusai Lebaran Karena Sakit

    Sosok Mbok Yem Meninggal, Relawan: Tidak Naik Gunung Lawu Lagi Seusai Lebaran Karena Sakit

    TRIBUNJATENG.COM, KARANGANYAR – Dunia pendakian berduka atas meninggalnya Wakiyem atau akrab disapa Mbok Yem, pedagang warung di sekitar puncak Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa Tengah dan Jawa Timur.

    Nama Mbok Yem tentu tidak asing lagi bagi pendaki Gunung Lawu.

    Warung milik warga Magetan itu kerapkali menjadi jujukan pendaki dari berbagai daerah yang melakukan pendakian ke Gunung Lawu.

    Kabar duka tersebut dibenarkan Relawan Tawangmangu sekaligus Juru Kunci Bancolono, Haryanto atau akrab disapa Best. 

    Dia menerima kabar Mbok Yem meninggal pada Rabu (23/4/2025) sekira pukul 15.00.

    “Iya dapat kabar (duka) pukul 15.00,” katanya kepada Tribunjateng.com, Rabu (23/4/2025).

    Mbok Yem biasanya melakukan pendakian menuju ke warungnya di kawasan Hargo Dalem melalui Jalur Cemoro Sewu Magetan Jawa Timur.

    Mbok Yem turun gunung pada Lebaran tahun ini.

    Biasanya setiap kali selesai Lebaran, Mbok Yem kembali lagi berjualan di warungnya sekitar puncak Gunung Lawu.

    “Karena sakit tidak naik lagi.”

    “Tidak diperbolehkan anaknya,” terangnya.

    Dia menuturkan, Mbok Yem berjualan di kawasan Hargo Dalem.

    Seingatnya saat dia melakukan pendakian bersama ayahnya, terang Best, Mbok Yem sudah berjualan di warung pada 1998.

    Seiring berkembangnya teknologi dan media sosial, lanjutnya, Mbok Yem semakin dikenal di kalangan pendaki.

    Dia menceritakan, semula Mbok Yem naik ke Gunung Lawu itu untuk mencari tanaman herbal.

    Kemudian lambat lahun berjualan di kawasan puncak dengan mendirikan warung semi permanen.

    Kini ada lima warung yang berada di sekitar puncak Lawu, salah satunya milik Mbok Yem.

    Best mengungkapkan, Mbok Yem naik turun Gunung Lawu ditandu oleh beberapa orang sejak sekira 4 tahun terakhir.

    Sebelumnya Mbok Yem naik turun gunung didampingi porter yang biasa membawa barang dagangan.

    Setiapkali membawa tamu melakukan pendakian ke Gunung Lawu dia terkadang juga membawa tamu tersebut ke Warung Mbok Yem.

    Ada beberapa makanan dijajakan di warung tersebut.

    Seperti soto, mie instan, teh tapi biasanya yang kerap dicari pendaki itu pecel.

    Terkait keseharian Mbok Yem di warung, terang Best, hanya menunggu pendaki yang mampir ke warungnya selain mengurus monyet peliharaannya yang diberi nama Temon atau ayam.

    Terkadang Mbok Yem juga menonton siaran televisi mengingat telah ada panel surya untuk membantu pasokan listrik di warungnya.

    Sementara itu, Relawan Cetho, Nardi mengungkapkan, adanya warung di kawasan puncak tentu sangat membantu terutama bagi para pendaki yang membutuhkan logistik.

    “Biasanya memang (Warung Mbok Yem) menjadi jujukan para pendaki,” ungkapnya.

    Dia menambahkan, Mbok Yem hanya turun gunung bertepatan dengan momentum Lebaran atau ketika ada hajatan di rumah. (*)

  • 10
                    
                        Mengenang Semangat Mbok Yem, Masih Goreng Telur Jam 2 Pagi demi Pendaki Bisa Makan
                        Surabaya

    10 Mengenang Semangat Mbok Yem, Masih Goreng Telur Jam 2 Pagi demi Pendaki Bisa Makan Surabaya

    Mengenang Semangat Mbok Yem, Masih Goreng Telur Jam 2 Pagi demi Pendaki Bisa Makan
    Editor
    KOMPAS.com

    Mbok Yem
    , perempuan bernama lengkap Wakiyem yang dijuluki sebagai “Legenda
    Gunung Lawu
    ,” meninggal dunia pada Rabu (23/4/2025).
    Pemilik
    warung
    di puncak Lawu itu wafat saat memasuki usia 82 tahun.
    Pada Maret lalu, Mbok Yem turun gunung dengan ditandu karena sakit.
    Ia dirawat di RSU Aisyiyah Ponorogo karena pneumonia.
    Mbok Yem juga sempat sesak napas sehingga kunjungan pembesuk dibatasi saat itu.
    Sejumlah
    pendaki
    pun mendoakan Mbok Yem.
    Ada pula yang datang ke rumah sakit untuk menjenguknya.
    Bisa dibilang, Mbok Yem merupakan pahlawan bagi para pendaki.
    Warungnya ibarat oase di padang pasir. Mbok Yem rela menyediakan makanan bagi para pendaki yang singgah meskipun tengah malam.
     
    Dedikasi Mbok Yem dalam melayani pengunjung warungnya tak diragukan lagi.
    Selama menjaga warung, Mbok Yem mengaku kerap memaksakan diri meski sedang sakit.
    Ia tetap membuatkan telur goreng bagi pendaki yang sampai di puncak malam hari.
    Bahkan, pukul 02.00 malam pun Mbok Yem tetap menyiapkan makanan jika ada yang singgah di warungnya.
    “Kemarin itu sakit gigi, enggak bisa tidur. Kadang sampai jam 12 malam enggak tidur. Jam 2 malam itu masih goreng telur karena ada pendaki yang lapar. Kalau capek baru tertidur,” ucap Mbok Yem saat ditemui Maret lalu.
    Anak Mbok Yem, Saelan, mengaku tidak bisa berbuat apa-apa jika Mbok Yem tetap nekat berjualan meski usianya sudah memasuki 82 tahun.
    “Dilarang pun tidak bisa karena kalau di rumah yang dipikir bagaimana orang-orang yang naik gunung bisa makan,” ucapnya.
    Saelan mengaku bahwa jiwa orangtuanya itu sudah tidak memikirkan untung atau rugi berjualan di Puncak Gunung Lawu.
    Untuk membawa beban sembako seberat 35 kilo menuju puncak, biayanya bisa mencapai Rp 500.000.
    “Kami memahami bagaimana Simbok lebih mementingkan bisa jualan di atas daripada memikirkan untungnya,” ujar Saelan.
    Saat Mbok Yem sakit Maret lalu, warungnya tetap beroperasi.
    Meski tampak sederhana, tetapi warung Mbok Yem menyimpan kenangan bagi orang-orang yang pernah mendaki Gunung Lawu.
    Salah satu menu yang dirindukan adalah nasi pecel.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 2
                    
                        Legenda Gunung Lawu Mbok Yem Meninggal Dunia
                        Surabaya

    2 Legenda Gunung Lawu Mbok Yem Meninggal Dunia Surabaya

    Legenda Gunung Lawu Mbok Yem Meninggal Dunia
    Tim Redaksi
    PONOROGO, KOMPAS.com

    Legenda Gunung Lawu
    , Wakiyem (82) atau lebih dikenal
    Mbok Yem
    , meninggal dunia di kediamannya, Dusun Dagung, Desa Gonggang, Kecamatan Poncol, Magetan, Jawa Timur, Rabu (23/4/2025). 
    Juru bicara keluarga besar Mbok Yem, Syaiful Gimbal, mengatakan bahwa setelah menjalani rawat jalan di RSU Aisyiyah Ponorogo, Mbok Yem beristirahat di rumahnya.
    “Benar, meninggalnya di rumah tadi sekitar pukul 13.30 WIB,” ujarnya melalui sambungan telepon Rabu (23/4/2025).
    Syaiful menyampaikan, saat ini jenazah Mbok Yem disemayamkan di rumah duka dan akan dimakamkan di pemakaman umum Desa Gonggang.
    “Iya, ini akan langsung dimakamkan, masih menunggu prosesi memandikan dan akan dilanjutkan untuk dimakamkan di pemakaman desa,” katanya. 
    Sebelumnya, Mbok Yem sempat menjalani perawatan di RSU Aisyiyah karena menderita
    pneumonia
    Maret lalu.
    Setelah menjalani perawatan selama dua minggu, Mbok Yem menjalani rawat jalan untuk penyakitnya.
    Nama Mbok Yem menjadi legenda di Puncak Gunung Lawu setelah membuka warung makan pertama di puncak Gunung Lawu sejak tahun 1980-an.
    Pemilik nama asli Wakiyem tersebut menjadi legenda setelah menjadi jujugan para pendaki yang berada di puncak Gunung Lawu karena menyediakan tempat jualannya sebagai persinggahan pendaki yang kedinginan.
    Warung Mbok Yem juga menyediakan makanan yang sangat murah meski berada di puncak Gunung Lawu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Dari Sakit Gigi, Mengapa Mbok Yem Penjaga Gunung Lawu Bisa Sesak Napas? Ini Penjelasan Secara Medis – Halaman all

    Dari Sakit Gigi, Mengapa Mbok Yem Penjaga Gunung Lawu Bisa Sesak Napas? Ini Penjelasan Secara Medis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, PONOROGO – Wakiyem alias Mbok Yem, penjaga Gunung Lawu dirawat di Rumah Sakit karena sakit. Separah apa kondisinya sampai harus melakukan rawat inap. 

    Dilansir Tribunnews.com sebelumnya, publik dikejutkan dengan kabar turunnya  dari warung tertinggi miliknya di luar tradisi. 

    Kondisi kesehatannya membuat Mbok Yem turun gunung ditandu turun dari puncak Gunung Lawu. 

    Keluarga membawanya ke Rumah Sakit Umum Aisyiyah (RSUA) di Ponorogo, Jawa Timur. 

    Saat ditemui Tribun Jatim (Tribunnews.com Network) di RS yang terletak di Jalan dr Sutomo Ponorogo pekan lalu, di tubuh Mbok Yem masih terlihat selang infus serta oksigen masih terpasang.

    Berikut perjalanan sakit dan penjelasan medis terkait kondisi Mbok Yem penjaga Gunung Lawu. 

     

    Berawal dari sakit gigi 

    SOSOK MBOK YEM – Pemilik warung legendaris di Puncak Gunung Lawu, Mbok Yem, saat ditandu turun gunung pada 2022 (kiri) dan Mbok Yem ketika dirawat di RSU Aisyiyah, Jumat (7/3/2025) (kanan). (Instagram @magetanbanget via Kompas.com/TribunJatim.com Pramita Kusumaningrum)

    Mbok Yem mengatakan kondisinya drop berawal dari sakit gigi. 

    “Dari sakit gigi,” ungkap Mbok Yem, ditemui Sabtu (8/3/2025) silam. 

    Mbok Yem menjelaskan gigi miliknya ada yang goyang.

    Karena kondisi giginya ini, ia sampai merasakan pusing jika ada makanan yang nyangkut di gigi,

    “Kalau nyangkut makanan itu, kene munyer-munyer (berputar-putar),” kata Mbok Yem sambil memegang kepalanya.

    Kondisi itu, kata dia, membuat dirinya enggan makan. Sehingga membuat Mbok Yem lemas. Pun beberapa waktu terakhir Mbok Yem mengaku telah jatuh tiga kali.

    “Ya tibo ng jogan kui lo, ping telu (jatuh di lantai itu lo, sampai tiga kali,”  sambung Mbok Yem.

    Menurut Mbok Yem, ini pengalaman pertamanya masuk Rumah Sakit. 

    Biasanya jika sakit, termasuk sakit gigi ia hanya berobat ke petugas medis di sekitar Gunung Lawu. 

    “Pertama kali ini masuk rumah sakit, biasanya sakit ya suntik sudah sembuh,” tuturnya. 

    Sesak napas, Mbok Yem didiagnosa pneumonia 

    Dari hasil pemeriksaan medis tim dokter RSU Aisyiyah, bahwa pemilik warung dengan lokasi tertinggi di Indonesia ini mengalami pneumonia.

    “Hasil pemeriksaan ada pneumonia, ada bengkak, rongsennya ya pneumonia,” kata Humas RSU Aisyiyah Ponorogo, Muh. Arbain.

    Menurut Arbain, nenek berusia 82 tahun ini kondisinya saat masuk ke Rumah Sakit mengalami sesak napas. 

    “Awalnya, saat hari pertama dirawat kondisinya lemah dan tidak mau makan karena sesak napas,” tegas Bain.

    Beberapa hari dirawat, kata dia, saat ini kondisi Mbok Yem sudah membaik.

    Meski, kondisi Mbok Yem masih dipasang oksigen.

    “Membaik di sini dibandingkan sebelumnya kondisinya lebih baik. Sudah bisa diajak komunikasi, tetapi tidak bisa cepat-cepat ngomongnya, kan kalau ngomong cepat sesak,” pungkasnya.

    Penjelasan medis dari sakit gigi merambat hingga pneuomonia

    Lantas, mengapa bisa sakit gigi seperti yang dialami Mbok Yem merambat dan menyebabkan sesak napas? 

    Mengutip laman Kemenkes, dijelaskan jika sakit gigi adalah kondisi ketika gigi mengalami rasa sakit atau nyeri, dengan tingkatan keparahan yang bervariasi. 

    Ilustrasi. (istimewa)

    Pada kebanyakan kasus, ini adalah akibat dari berbagai masalah pada gusi ataupun gigi. 

    Penyebab sakit gigi yang utama adalah kerusakan pada gigi. Bakteri yang hidup di mulut dapat bertumbuh dengan baik akibat gula atau sari dalam makanaan yang d konsumsi. 

    Bakteri kemudian membentuk plek lengket yang menempel pada permukaan gigi. Asam yang berbentuk dari bakteri dalam plak dapat mengikis lapisan putih keras dibagian luar gigi (enamel) dan menciptakan rongga. 

    Sakit Gigi tidak bisa diobati jika disebabkan oleh infeksi yang lebih serius. Seperti abses, menunda pengobatan bisa menyebabkan mengalami berbagai komplikasi serius, misalnya kehilangan gigi, infeksi darah bakteri atau mediastinitis, serta peradangan ruang antara paru paru. 

    Komplikasi yang terjadi apabila sakit gigi terutama infeksi pada gigi antara lain abses gigi berupa gumpalan nanah disekitar gigi atau gusi, peradangan seperti bakteri yang membusuk dapat menyebar dan mengakibatkan peradangan pada bagian tubuh lain, seperti otot jantung, ginjal, hidung, mata dan sendi, infeksi darah berupa infeksi dapat menyebar ke jaringan lunak mulut dan wajah, dan menyebabkan pneumonia.

    Hal ini dikuatkan penjelasan dokter. 

    Dari arsip berita Tribunnews.com, dokter spesialis paru Dr dr Fathiyah Isbaniah, Sp P(K) FISR mengatakan penting untuk menjaga kebersihan mulut demi mencegah Pneumonia.

    Ilustrasi Gambar Pneumonia (Tangkapan layar healthline.com)

    “Kuman atau bakteri di mulut kita sering migrasi, dan bisa turun ke dalam paru-paru.
    Pada orang sehat dengan daya tahan tubuh baik, hal ini tidak menyebabkan penyakit,” ungkapnya.

    Namun tidak pada orang dengan daya tahan tubuh yang rendah.

    Apa lagi dengan pasien yang sudah memiliki penyakit sebelumnya.

    “Apa bila kebersihan mulu tidak terjaga, dengan sangat mudah mengalami Pneumonia. Kuman akan masuk ke saluran pernapasan bawah,” katanya lagi.

     

    Oleh karena itu, penting untuk selalu menjaga kebersihan gigi dan mulut untuk mencegah Pneumonia.

    Tidak hanya menjaga kesehatan bibir dan mulut, ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya Pneumonia.

    Perlu diketahui, pneumonia adalah infeksi paru-paru yang menyebabkan peradangan dan pengisian cairan atau nanah di kantung udara paru-paru. Pneumonia juga dikenal sebagai paru-paru basah. 

     

    Sakit, Mbok Yem tetap layani pendaki Gunung Lawu hingga dinihari 

    Walaupun begitu, Mbok Yem tetap melayani pembeli. Dia menuturkan terkadang jam 2 dini hari masih melayani para pendaki yang kelaparan.

    “Jam 2 ngono lagi leren (jam 2 begitu terkadang baru bisa istirahat). Yo kadang gorengne ndok (terkadang membuat pesanan telur goreng),” tegasnya.

    Mbok Yem tidak mau turun. Hingga Selasa (4/3/2025) Mbok Yem berhasil dibujuk untuk turun Gunung Lawu dengan ditandu.

    Mbok Yem juga meminta doa untuk segera sehat. Kemudian dia bisa kembali berjualan di puncak Gunung Lawu.

    “Aku dungakno ndang mari ya (aku tolong doakan cepat sembuh). Ben iso dodolan neh (biar bisa jualan kembali),” pungkasnya.

    Mbok Yem turun Gunung Lawu lebih cepat

    Kolase foto Mbok Yem (80) mudik menempuh perjalanan dari ketinggian 3170 mdpl Gunung Lawu, Warung Mbok Yem di puncak Gunung Lawu tampak depan dan Viral Mbok Yem Pemilik Warung Tertinggi di Pulau Jawa Turun Gunung dengan Tandu (Surya.co.id/Feb/Kompas.com/Anggara/Tiktok @jun_alwii)

    Tradisi Mbok Yem turun dari Gunung Lawu biasanya mulai terlihat jelang Hari Raya Idul Fitri. Akan tetapi, pada tahun 2025, tradisi tersebut terpaksa dilakukan lebih awal.

    Sebab, Mbok Yem alias Wakiyem ditandu beberapa orang untuk turun gunung, pada Selasa (4/3/2025), atau lebih tepatnya puasa hari keempat.

    Beberapa pria menandu Mbok Yem alias Wakiyem secara bergantian. Seperti lebaran tahun lalu, Mbok Yem mudik turun gunung dari warungnya, Hargo Dalem Gunung Lawu via Cemorosewu.

    Sekedar diketahui, Tradisi Mbok Yem turun dari Gunung Lawu biasanya mulai terlihat jelang Hari Raya Idul Fitri. Akan tetapi, pada tahun 2025, tradisi tersebut terpaksa dilakukan lebih awal.

    Sebab, Mbok Yem alias Wakiyem ditandu beberapa orang untuk turun gunung, pada Selasa (4/3/2025), atau lebih tepatnya puasa hari keempat.

    Beberapa pria menandu Mbok Yem alias Wakiyem secara bergantian. Seperti lebaran tahun lalu, Mbok Yem mudik turun gunung dari warungnya, Hargo Dalem Gunung Lawu via Cemorosewu.

    (Tribunnews.com/Anita K Wardhani/Tribunjatim.com/Pramita Kusumaningrum)