Tag: Mayang

  • Ketika batik menginspirasi kebangkitkan ikon Gandaria

    Ketika batik menginspirasi kebangkitkan ikon Gandaria

    Jakarta (ANTARA) – Gandaria dalam konteks DKI Jakarta memang tertuju pada sebuah kelurahan di Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan, yang dulunya banyak ditumbuhi pohon gandaria (Bouea macrophylla Griff). Nama pohon tropis tersebut diabadikan sebagai nama wilayah.

    Namun itu masa lalu, karena sekarang tak lagi banyak pohon gandaria yang ditemukan di sana. Hanya tersisa gandaria sebagai nama wilayah.

    Walau begitu, ada seorang perajin batik yang hidup di sana dan menghidupkan motif-motif khas Jakarta, khususnya buah gandaria di bawah label Batik Gandaria. Belakangan, usaha batik ini memotivasi pemangku kepentingan setempat untuk membudidayakan gandaria.

    Nur Yaom nama sang perajin batik itu. Wanita asli Betawi yang sebenarnya sudah berusia senja namun tampak awet muda ini sudah mengenal dunia batik sejak kecil, karena ibundanya seorang perajin batik.

    Berbekal pengetahuan yang diwariskan dari sang ibu serta pelatihan yang didapatkannya, Nur memulai usaha batik tulis dan cap pada tahun 2012. Dia mencoba peruntungan mengangkat motif-motif khas Betawi seperti tanjidor, ondel-ondel, lalu kuliner seperti kembang goyang, selendang mayang, dan bir peletok.

    Semakin lama motif yang dia hadirkan ke dalam kain batik semakin banyak, seperti motif flora tapak dara, nona makan sirih, bunga telang, hingga buah gandaria. Motif buah gandaria punya arti khusus bagi Nur karena mengingatkannya pada kenangan saat tempat tinggalnya masih ditumbuhi banyak pohon gandaria.

    Bila dihitung, total motif yang dia gambar pada kain batik sudah sekitar 50 jenis. Hasratnya masih menggebu untuk terus menggambar motif-motif khas Jakarta lainnya. Setiap tiga bulan, dia berharap bisa menggambar motif baru.

    Dalam satu kain batik, dia menggambar lebih dari satu motif, namun tetap mengedepankan rumus padu padan fesyen sehingga tetap sedap dipandang mata. Motif ondel-ondel misalnya, dia padankan dengan motif tanjidor, yang keduanya sama-sama merupakan karya budaya Jakarta dan sudah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WTTb) Indonesia.

    Nur kemudian merancang berbagai produk fesyen dari kain batik karyanya seperti vest (rompi atau pakaian tanpa lengan) reversibel alias bolak-balik dan outer (luaran baju) berlengan.

    Apabila ada sisa kain, dia kreasikan menjadi aksesoris seperti gantungan kunci, dompet sehingga tak ada kain yang terbuang.

    Batik Betawi sebenarnya identik dengan warna-warna cerah, yang merupakan ciri khas batik pesisiran yang tumbuh di wilayah pesisir atau pantai utara Jawa seperti Pekalongan, Cirebon, Lasem, Tuban, dan Madura. Motif batik pun pun biasanya bebas, natural, dan sering bergambar flora dan fauna.

    Walau begitu, tak ada larangan keluar dari ciri tersebut. Saat ini, batik Betawi karya Nur mengikuti tren warna dan permintaan masyarakat. Karenanya, warna-warna kalem dihadirkan, begitu juga dengan variasi mode yang mengikuti selera pasar.

    Ini mengamini harapan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita yang ingin desain batik bisa lebih segar dan semakin dekat dengan gaya hidup modern anak bangsa.

    Kendati mengikuti selera pasar, namun Nur mempertahankan teknik batik tulis dan cap. Dia dulu sempat dibantu 10 orang. Namun setelah pandemi COVID-19 jumlah pegawainya menyusut menjadi tiga. Pengerjaan batik pun dilakukan di rumah masing-masing ketiga pegawainya.

    Produk yang sudah jadi kemudian dikumpulkan di galeri yang lokasinya berada di Jalan Bahari Raya, Gandaria Selatan, Cilandak, Jakarta Selatan. Busana batik karyanya dibanderol berkisar antara Rp200 ribu hingga Rp3,5 juta, bergantung pada motif dan jenis batiknya, cap atau tulis.

    Editor: Sapto Heru Purnomojoyo
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Gerakan Pangan di Meranti Riau, Polisi Salurkan 98 Ton Beras Murah

    Gerakan Pangan di Meranti Riau, Polisi Salurkan 98 Ton Beras Murah

    Meranti

    Polres Kepulauan Meranti, Polda Riau, bersama Perum Bulog menggelar gerakan pangan murah (GPM) dalam rangka menjaga stabilitas harga pangan dan membantu masyarakat memperoleh harga beras yang terjangkau. Sebanyak 98 ton beras disalurkan kepada masyarakat.

    Kapolres Kepulauan Meranti, AKBP Aldi Alfa Faroqi mengatakan bahwa kegiatan tersebut merupakan bentuk nyata kepedulian Polri bersama Bulog dalam mendukung pemerintah menjaga stabilitas harga serta memastikan ketersediaan pangan bagi masyarakat.

    “Melalui Gerakan Pangan Murah ini, kami ingin menunjukkan bahwa Polri hadir tidak hanya menjaga keamanan, tetapi juga membantu masyarakat di bidang ekonomi, terutama dalam ketersediaan bahan pokok,” ujar AKBP Aldi, Senin (27/10/2025).

    Kapolres menjelaskan, di Kecamatan Tebingtinggi Barat, kegiatan GPM dipimpin Kapolsek Iptu Iskandar Nopianto bersama personel Polsek. Sebanyak 22 ton beras SPHP atau 4.400 karung disalurkan ke 11 desa, antara lain Tanjung Peranap, Maini, Mantiasa, Kundur, Tanjung Darul Takzim, Tanjung, Gogok Darussalam, Batang Malas, Alai, Alai Selatan, dan Mekong.

    Seluruh stok beras habis terjual pada hari yang sama, menandakan tingginya antusiasme masyarakat terhadap program pangan murah yang digagas Polres Kepulauan Meranti.

    Di wilayah Polsek Merbau, kegiatan GPM dipimpin Kapolsek AKP Jimmy Andre SH MH bersama personel dan Bhabinkamtibmas. Sebanyak 30 ton beras SPHP atau 6.000 karung disalurkan kepada masyarakat di dua kecamatan, yakni Merbau dan Tasik Putri Puyu.

    Penyaluran dilakukan di sejumlah desa, seperti Meranti Bunting, Pelantai, Mekar Sari, Teluk Belitung, Bagan Melibur, Mengkopot, Mayang Sari, Mengkirau, Tanjung Kulim, dan Sungai Anak Kamal.

    Kegiatan serupa juga dilaksanakan di Kecamatan Rangsang Barat. Kapolsek Ipda Ahmad Fauzi Menara bersama para Bhabinkamtibmas menyalurkan 15 ton beras SPHP atau 3.000 karung ke tujuh desa, yakni Bokor, Sialang Pasung, Bantar, Permai, Anak Setatah, Telaga Baru, dan Melai. Seluruh stok beras habis terjual pada hari yang sama.

    (mea/dhn)

  • Pemkab OKU Timur bangun gerai Koperasi Merah Putih

    Pemkab OKU Timur bangun gerai Koperasi Merah Putih

    Gerai Koperasi Merah Putih (KMP) dibangun untuk memperkuat ketahanan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa

    Martapura (ANTARA) – Pemerintah Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Timur, Sumatera Selatan membangun gerai pergudangan dan kelengkapan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di Desa Negeri Ratu, Kecamatan Bunga Mayang.

    “Saya menyampaikan rasa syukur karena OKU Timur menjadi salah satu titik fokus utama pembangunan dalam program ini,” kata Bupati OKU Timur Lanosin Hamzah di Martapura, Sumsel, Sabtu.

    Dia mengatakan, Gerai Koperasi Merah Putih (KMP) dibangun untuk memperkuat ketahanan ekonomi lokal dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat di desa.

    Dalam program ini, kata dia, pemerintah pusat menargetkan membangun 80.000 unit Gerai Pergudangan dan Kelengkapan Koperasi Desa/Kelurahan Merah Putih di seluruh Indonesia.

    “Di Kabupaten OKU sendiri pembangunan gerai KMP dipusatkan di Desa Negeri Ratu, Kecamatan Bunga Mayang,” katanya.

    Dia menjelaskan, pembangunan gerai koperasi lengkap dengan fasilitas pergudangan ini bertujuan untuk menampung produk lokal, memperluas jaringan pemasaran, menyediakan pelatihan kewirausahaan, serta menciptakan lapangan kerja baru.

    Menurutnya, Koperasi Merah Putih akan menjadi instrumen strategis pembangunan ekonomi rakyat, terutama di desa dan wilayah perbatasan yang bukan hanya sekadar tempat usaha, tetapi juga pusat pemberdayaan sosial dan ekonomi masyarakat.

    Ia berharap, kehadiran Koperasi Merah Putih dapat memberikan dampak langsung bagi perekonomian desa, khususnya dalam membuka peluang usaha bagi UMKM dan kelompok ekonomi produktif di OKU Timur.

    “Pemkab OKU Timur akan terus mendukung pengembangan koperasi sebagai pilar ekonomi daerah,” tegasnya.

    Pewarta: Edo Purmana
    Editor: Sambas
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Kata Ibu-ibu di Jambi Soal Menu MBG Rp 10.000 Bisa Pakai Ayam dan Telur…
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        18 Oktober 2025

    Kata Ibu-ibu di Jambi Soal Menu MBG Rp 10.000 Bisa Pakai Ayam dan Telur… Regional 18 Oktober 2025

    Kata Ibu-ibu di Jambi Soal Menu MBG Rp 10.000 Bisa Pakai Ayam dan Telur…
    Tim Redaksi
    JAMBI, KOMPAS.COM
    – Sejumlah ibu rumah tangga di Kota Jambi menyebut uang Rp10 ribu tidak cukup untuk memenuhi ayam dan telur di menu Makan Bergizi Gratis (MBG) seperti yang diungkapkan Presiden Prabowo Subianto.
    Melalui Wakil Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Nanik S. Deyang, Prabowo mengeklaim sudah menghitung secara langsung dan menyebut uang Rp10 ribu per porsi dapat digunakan untuk memasukkan telur dan ayam di MBG.
    Menanggapi hal itu, Yuli, seorang IRT di Kota Jambi, menyebut hal tersebut tidak masuk akal.
    Sebagai ibu yang memiliki satu anak dan terbiasa mengelola dapur, untuk memenuhi menu satu kali makan (per porsi), minimal diperlukan Rp15 ribu.
    “Ya gak masuk akal lah itu, kalau cuman ayam dan telur saja mungkin iya. Tetapi kalau mau lengkap, ada nasi, sayur, sambal, apalagi harus ada buah, ya gak cukup,” kata Yuli saat diwawancarai di kediamannya, Jumat (17/10/2025).
    Bahkan, kata Yuli, itu belum termasuk dengan bumbu-bumbu lainnya.
    “Jadi kalau Rp10 ribu, kayanya gak mungkin. Karena kita harus hitung bumbu dan lainnya,” tambahnya.
    Hal serupa juga diungkapkan oleh Santi, seorang ibu rumah tangga sekaligus pemilik warung makan yang berada di kawasan Mayang, Kota Jambi.
    Menurutnya, dengan harga ayam yang saat ini mencapai Rp40 ribu per kilogram, tidak memungkinkan uang Rp10 ribu bisa digunakan untuk memasukkan ayam dan telur dalam menu MBG.
    Santi merinci bahwa satu kilogram ayam, jika dalam porsi potongan normal, hanya bisa diolah menjadi 12 potong.
    “Gak mungkin itu, ayam saja sekarang sudah Rp40 ribu. Kalau dipotong-potong, cuman bisa 12 potong (bagian) saja,” tambahnya.
    Bagi Santi, yang setiap hari memasak untuk orang banyak, uang Rp10 ribu hanya bisa diolah untuk menu telur dadar dan ditambah sambal.
    “Kalau untuk telur dadar tambah sambal seuprit (secuil/sedikit), uang Rp10 ribu mungkin cukup,” tambahnya.
    Namun, kata Santi, uang Rp10 ribu bisa saja digunakan untuk ayam dan telur, tetapi ukurannya yang diperkecil dan diolah dengan cara yang berbeda.
    “Mungkin kalau kita potong kecil, tetapi kecil sekali ya, kemudian diolah jadi ayam krispi, terus telurnya separuh saja, bisa. Tetapi itu sangat minim sekali,” tambahnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Nyaman Dapat, Canggihnya Berasa Punya Asisten

    Nyaman Dapat, Canggihnya Berasa Punya Asisten

    Jakarta

    Touring dari Kota Mataram menuju Mandalika menjadi arena uji ketangguhan New Honda ADV160 RoadSync. Agenda ini sekaligus jadi pembuktian ADV160 RoadSync menjadi motor spesial lantaran punya asisten, sehingga tidak kehilangan fokus di jalan.

    Tim redaksi detikcom, mengikuti agenda touring yang digelar PT Astra Honda Motor (AHM) sejauh 138 kilometer dari Kota Mataram menuju Mandalika, Sabtu (4/10/2025). Rute yang ditawarkan cukup untuk pengujian karakter ADV160; melintasi jalur pesisir, hingga perbukitan khas Lombok.

    Sejak awal perjalanan, ADV160 langsung menunjukkan karakter sejatinya sebagai “The SUV Pride” di segmen skutik premium. Desain barunya, terutama pada leg shield yang kini lebih gagah dan modern, memancarkan aura lebih maskulin.

    Nyaman di Setiap KilometerTouring ADV 160 RoadSync di Lombok. Foto: dok. Astra Honda Motor (AHM)

    Posisi berkendara terasa ergonomis dan rileks, suspensinya bekerja lembut namun tetap kokoh di medan bergelombang.

    Handling ringan tapi stabil membuat ADV160 mudah dikendalikan saat melewati tikungan tajam atau jalur menanjak. Ruang kaki luas memberi keleluasaan ekstra selama perjalanan panjang, sementara windscreen dua posisi efektif menahan terpaan angin.

    Honda masih menawarkan segitiga ergonomi berkendara oke untuk perjalanan jauh bersama ADV 160. Tim redaksi detikcom yang ikut menguji kali ini masih nyaman mengikuti agenda touring.

    Ketika melintasi jalur Gilimas – Eyat Mayang – Sekotong, tim redaksi detikcom menikmati sensasi berkendara yang menyenangkan. Honda ADV 160 melaju lincah di antara jalur pesisir dengan latar laut biru di sisi kanan jalan – pengalaman touring yang tak hanya seru, tapi juga memanjakan mata.

    Memasuki kawasan Tugu Persaudaraan Bikers di dataran tinggi Lombok Barat, jalan menanjak dan berliku bukanlah halangan. Mesin eSP+ 160cc ADV160 terasa bertenaga dan responsif, didukung sistem pengereman ABS yang memberi rasa aman saat deselerasi di medan ekstrem.

    ADV 160 dengan mudah melibas spot ini. Yang menarik lagi, sekilas pantai Barat Lombok juga bisa dinikmati dari atas bukit.

    Perjalanan dilanjutkan menuju titik finish di kawasan Mandalika. Kondisi jalan kurang mulus disertai tanjakan, turunan. Berkat dukungan fitur HSTC, tim detikcom tetap tak kesulitan berakselerasi dengan aman dan stabil dalam medan tersebut. Performa ADV 160 membuat kami terasa percaya diri.

    Perjalanan jauh tidak akan lengkap tanpa fitur pendukung yang memadai. Beruntungnya, New ADV 160 memahami betul kebutuhan ini. Bagasi under seat-nya. Dengan kapasitas super lega, 30 liter, tim redaksi detikcom tak perlu pusing memikirkan barang bawaan. Jas hujan, tas kecil, topi-semuanya muat dan aman tersimpan di sana.

    Ketika daya ponsel mulai menipis, motor ini langsung menawarkan solusi modern. Tak perlu lagi adaptor besar, karena ADV 160 sudah menyediakan power outlet USB Type-C yang siap siaga mengisi daya.

    Teknologi Canggih: Honda RoadSync, Teman Touring TerbaikIlustrasi Roadsync Honda New ADV 160 dipamerkan dalam IMOS 2025 yang berlangsung di ICE BSD City, Tangerang. Foto: Andhika Prasetia

    Kejutan terbaik ada pada Honda RoadSync. Fitur ini bukan sekadar pelengkap, melainkan co-pilot digital sejati. Ponsel terintegrasi dengan motor, memungkinkan kami mengakses navigasi dan notifikasi penting lainnya tanpa harus repot menyentuh gawai. Benar-benar membuat touring terasa lebih aman dan menyenangkan!

    Sistem konektivitas cerdas yang menjadikan touring lebih praktis dan menyenangkan. Cukup dengan menghubungkan ponsel melalui Bluetooth ke aplikasi Honda RoadSync, pengendara bisa menikmati berbagai fitur tanpa perlu menyentuh smartphone.

    Berdasarkan pengalaman tim detikcom, pengendara bisa tetap terhubung, mendengarkan musik, bahkan cek navigasi langsung di panel meter.

    Navigasi peta tampil langsung di layar speedometer digital, sementara pesan, panggilan, dan musik dapat diakses melalui tombol di handle bar.

    Melalui Honda RoadSync, kami dapat tetap mengakses beragam fitur smartphone tanpa harus menyentuh atau membuka perangkatnya, sehingga tetap fokus berkendara.

    Berdasarkan pengetesan tim redaksi detikcom. Semua fungsi ini berjalan mulus dan intuitif, memastikan fokus berkendara Anda tidak terganggu sedikit pun. Inilah yang menjadikan RoadSync benar-benar teman touring yang efektif dan cerdas.

    (pur/lth)

  • 10 karya budaya Jakarta direkomendasikan jadi Warisan Budaya Takbenda

    10 karya budaya Jakarta direkomendasikan jadi Warisan Budaya Takbenda

    Jakarta (ANTARA) – Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merekomendasikan sebanyak 10 karya budaya asal DKI Jakarta untuk ditetapkan menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia (WBTb) Tahun 2025 sebagai bagian dari perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa.

    Kepala Bidang Perlindungan Dinas Kebudayaan Provinsi DKI Jakarta, Linda Enriany di Jakarta, Senin, mengonfirmasi ke-10 karya budaya tersebut, yakni Teknik Pembuatan Tehyan Betawi, Geplak Betawi, Timus Betawi dan Putu Mayang Betawi.

    Selain itu Bekakak Ayam Betawi, Buleng, Jampe Betawi, Mangkeng, Rebana Ketimpring dan Tari Enjot-Enjotan.

    “10 warisan budaya tersebut sudah direkomendasikan untuk ditetapkan sebagai WBTb Indonesia oleh Tim Ahli WBTb. Keputusan penetapan menunggu SK Menteri Kebudayaan RI,” kata dia.

    Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta mengajukan karya budaya tersebut karena sebagian besar karya dalam kondisi masih bertahan dan terancam punah namun masih hidup di masyarakat.

    Suasana sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda (WBTb) Indonesia. Sidang diadakan sejak 5 Oktober hingga 10 Oktober 2025 di Jakarta. (ANTARA/Instagram/@disbuddki)

    Karena itu, kata dia, pengusulan sebagai WBTb ini menjadi upaya perlindungan untuk menjaga agar karya budaya tersebut tidak punah.

    “Selain itu, penetapan ini juga menjadi dasar kami untuk dapat lebih mengembangkan dan memanfaatkan karya budaya tersebut secara masif,” ujar Linda.

    Adapun rekomendasi karya budaya DKI Jakarta ini disampaikan dalam Sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia pada 5-10 Oktober 2025 yang diadakan oleh Direktorat Jenderal Perlindungan Kebudayaan dan Tradisi Kementerian Kebudayaan.

    Sidang penetapan tersebut menjadi momen penting bagi pelestarian dan pengakuan budaya Betawi serta Jakarta. Penetapan ini merupakan apresiasi atas kekayaan budaya daerah yang terus dijaga, diwariskan dan dikembangkan oleh masyarakat.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Dugaan Malapraktik, Keluarga: Setelah Disuntik Obat Alergi, Pasien Demam Tinggi dan Anak dalam Kandungan Meninggal
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        3 Oktober 2025

    Dugaan Malapraktik, Keluarga: Setelah Disuntik Obat Alergi, Pasien Demam Tinggi dan Anak dalam Kandungan Meninggal Regional 3 Oktober 2025

    Dugaan Malapraktik, Keluarga: Setelah Disuntik Obat Alergi, Pasien Demam Tinggi dan Anak dalam Kandungan Meninggal
    Tim Redaksi
    JAMBI, KOMPAS.com
    – Keluarga korban, Mayang Fadillah, menuntut Rumah Sakit Ibu dan Anak (RSIA) Annisa untuk bertanggung jawab atas dugaan malapraktik yang dilakukan seorang dokter umum.
    Korban, yang diketahui bernama NP, warga Handil Jaya, Kecamatan Jelutung, Kota Jambi, mengalami demam tinggi dan kehilangan anaknya yang meninggal dalam kandungan setelah disuntik obat alergi oleh dokter tersebut.
    “Setelah beberapa jam disuntik obat alergi, korban mengalami demam tinggi berhari-hari,” kata Mayang melalui sambungan telepon, Jumat (3/10/2025).
    Ia menduga demam tinggi yang dialami pasien disebabkan efek samping dari obat alergi yang disuntikkan tanpa observasi dan tidak sesuai dengan standar operasional prosedur (SOP) penanganan pasien di rumah sakit.
    Kondisi NP yang sedang hamil tua semakin memburuk, dengan keluhan alergi parah berupa gatal, bengkak, dan sesak napas.
    Ia pergi ke rumah sakit untuk mengatasi gejala alergi tersebut. Namun, setelah menerima suntikan obat alergi, demamnya justru semakin parah.
    “Kami ke rumah sakit dan diperiksa dokter kandungan, anak korban dinyatakan meninggal,” ungkap Mayang.
    NP mengalami alergi pada Senin (29/9/2025) sekitar pukul 21.00 WIB, dengan kondisi yang semakin memburuk.
    Setibanya di RSIA Annisa, yang dimiliki oleh Wali Kota Jambi, Maulana, korban ditangani dokter umum.
    “Ketika disuntik, kami sudah ragu karena takut bahaya untuk anak dalam kandungan,” kata Mayang.
    Namun, dokter umum meyakinkan bahwa obat yang diberikan aman untuk ibu hamil.
    Keluarga merasa janggal karena tindakan penyuntikan obat dilakukan tanpa observasi yang memadai.
    Meskipun dokter umum tampak serius menggunakan ponsel, keluarga mengira ia sedang berkonsultasi dengan dokter kandungan.
    Namun, setelah anak korban meninggal, dokter kandungan menyatakan bahwa ia tidak pernah dilibatkan dalam konsultasi terkait penyuntikan obat alergi tersebut.
    “Rupanya tidak ada koordinasi. Tapi karena pasien kondisinya sudah sesak napas dan dokter umum itu meyakinkan, maka kami pasrah,” kata Mayang.
    Pasien bahkan disarankan untuk pulang oleh dokter, padahal kondisinya tidak memungkinkan untuk rawat jalan.
    Beberapa jam setelah pulang, NP mengalami demam tinggi yang terus berlanjut.
    “Kami masih berpikir positif, mungkin itu efek obat. Tapi demam terus berlanjut di hari berikutnya, bahkan denyut jantung anak dalam kandungan melemah,” ungkap Mayang.
    Pada Rabu (1/10), NP merasakan bahwa gerakan bayi di dalam kandungan telah berhenti.
    Suaminya segera membawa NP ke dokter praktik kandungan di kawasan Kebun Kopi yang juga berpraktik di RSIA Annisa.
    “Dua kali korban di USG, detak jantung bayi tetap tidak ada,” kata Mayang.
    Saat keluarga menyampaikan kondisi tersebut kepada dokter kandungan RSIA Annisa, dokter hanya diam dan mengaku tidak pernah berkoordinasi dengan dokter umum yang menyuntikkan obat alergi.
    Setelah dilakukan operasi sesar oleh dokter spesialis kandungan, keluarga NP berusaha menghubungi dokter umum berinisial D untuk menanyakan tentang obat yang disuntikkan, tetapi tidak mendapatkan respons.
    Setelah janin dikeluarkan, kondisi jenazah bayi tampak melepuh dan terlilit tali pusar.
    “Kami sudah ikhlas, tapi kami berharap ada tanggung jawab dari dokter dan rumah sakit,” kata Mayang, yang mengalami trauma mendalam akibat kehilangan tersebut.
    Pemilik RSIA Annisa, Wali Kota Jambi Maulana, menyampaikan duka yang mendalam dan berjanji akan melakukan penyelidikan atas insiden tersebut.
    “Akan kita telusuri. Kami turut sedih dan berduka,” tutup Maulana.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Susunan Lengkap Pengurus DPP PSI 2025-2030, Ada Sosok J dan Ahmad Ali – Page 3

    Susunan Lengkap Pengurus DPP PSI 2025-2030, Ada Sosok J dan Ahmad Ali – Page 3

    Ketua Umum

    • Ketua Umum : Kaesang Pangarep

    • Ketua Harian : Ahmad H.M. Ali

    • Wakil Ketua Umum : Ratu Ayu Isyana Bagoes Oka

    • Wakil Ketua Umum : Ronald Aristone Sinaga

    • Wakil Ketua Umum : Andy Budiman

    • Wakil Ketua Umum : Endang Tirtana

    • Wakil Ketua Umum : Aan Rochayanto

    Ketua Bidang Internal

    • Ketua Bidang Organisasi dan Keanggotaan : Agus Mulyono Herlambang

    • Ketua Bidang Kaderisasi : Eko Harpono

    • Ketua Bidang Ideologi Partai : Sahat Martin Philip Sinurat

    • Ketua Bidang Pemenangan Pemilu : Raihan Ariatama

    • Ketua Bidang Penggalangan Relawan : Ali Muthohirin

    • Kepala Sekolah Partai : Astrid Widayani

    • Ketua Bidang Saksi : Benediktus Papa

    • Ketua Bidang Pembinaan Kepala Daerah : Wiryawan

    • Ketua Bidang Kampanye dan Media : Yus Ariyanto

    • Ketua Bidang Pembinaan Fraksi & Anggota Legislatif : Melky Jakhin Pangemanan

    • Ketua Bidang Politik : Bestari Barus

    Ketua Bidang Eksterna

    • Ketua Bidang Penelitian dan Pengembangan : Dedek Prayudi

    • Ketua Bidang Komunikasi Publik : Faldo Maldini

    • Ketua Bidang Pendidikan Nasional : Danik Eka Rahmaningtiyas

    • Ketua Bidang Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat : Abdullah Mansuri

    • Ketua Bidang Agama : Edi Chandra

    • Ketua Bidang Industri Kreatif : Rony Imanuel

    • Ketua Bidang Kebudayaan : Doadibadai

    • Ketua Bidang Kesenian : Karen Theresia Pooroe

    • Ketua Bidang Olahraga : Harijanto Arbi

    • Ketua Bidang Perempuan dan Keluarga : Susy Rizky Wiyantini

    • Ketua Bidang Kehutanan dan Lingkungan Hidup : Silverius Oscar Unggul

    • Ketua Bidang Reformasi Birokrasi : Juventus Prima Yoris Kago

    • Ketua Bidang UMKM : Abd Musawir Yahya

    • Ketua Bidang Kerjasama Internasional : Cheryl Anelia Tanzil

    • Ketua Bidang Perumahan Rakyat : Suci Mayang Sari

    • Ketua Bidang Kesehatan : Anindya Maheswari

    • Ketua Bidang Tanggap Bencana : Jepri

    • Ketua Bidang Profesional dan Dunia Usaha : Ananta Agung Junaedy

    • Ketua Bidang Hukum dan HAM : Nasrullah

    • Ketua Bidang Advokasi dan Litigasi : Irfan Aghasar

    • Ketua Bidang Ekonomi : Benny Kisworo

    • Ketua Bidang Pertanian dan Perkebunan : R. Paulus Ekanto D. CW

    • Ketua Bidang Ketahanan Pangan : Pancani Gandrung

    • Ketua Bidang Kesejahteraan dan Konservasi Satwa : Francine E.V. Widjojo

    • Ketua Bidang Hubungan Antar Lembaga : James Martin

    • Ketua Bidang Pengembangan Pariwisata : Aishah Gray

    • Ketua Bidang Pemilih Pemula : Ricky Valentino

     

    Sekretaris Jenderal

    • Sekretaris Jenderal : Raja Juli Antoni

    • Wakil Sekretaris Jenderal : Andi Saiful Haq

    • Wakil Sekretaris Jenderal : Elva Farhi Qolbina

    • Wakil Sekretaris Jenderal : I Putu Yoga Saputra

     

    Bendahara Umum

    • Bendahara Umum : Fenty Noverita Indrawaty

    • Wakil Bendahara Umum : Lila Zuhara

    • Wakil Bendahara Umum : Diana Paramita

    • Wakil Bendahara Umum : Farhana Nabila

    • Wakil Bendahara Umum : Imelda Berwanti Purba

     

    Direktorat

    • Direktorat Komunikasi Publik : Kokok Herdhianto Dirgontoro

    • Direktorat Hukum dan HAM : Kamaruddin

    • Direktorat Penggalangan Relawan : Furqan AMC

    • Satgas Gajah Sena : Rudy Agustian

    • Direktorat Pembinaan Fraksi dan Anggota Legislatif : Kevin Wu

    • Direktorat Reformasi Birokrasi : Ariyo Bimmo

    • Direktorat Kehutanan : Sigit Widodo

    • Direktorat Masyarakat Adat : Heri Saman

    • Direktorat Diseminasi Informasi dan Media Sosial : Dian Sandi Utama

    • Direktorat Hubungan Masyarakat dan Media Kreatif : Rizka Putri Abner

    • Direktorat Protokoler : Baikuni

    • Direktorat Administrasi dan Kesekretariatan : Deviani

    • Direktorat Pendidikan Nasional : Andreas Vinsensius Maria Intan

    • Direktorat Perempuan dan Keluarga : Mary Silvita

    • Direktorat Ekonomi : Dedy Bachtiar

    Direktorat Lanjutan

    • Direktorat Industri Kreatif : M. Arief Budiman

    • Direktorat UMKM : Andry Alimuddin

    • Direktorat Penggalangan Dana Publik : Kevin Haikal

    • Direktorat Lingkungan Hidup : Mikhail Gorbachev Dom

    • Direktorat Ketahanan Pangan : Hj. Salmawati

    • Direktorat Seni dan Kebudayaan : Frihedapinta

    • Direktorat Kebhinekaan dan Umat Beragama : Benny Budhijanto

    • Direktorat Pemuda dan Mahasiswa : Yuli Zuardi Rais

    • Direktorat E-Sport : Uji Baskoro

    • Direktorat IT dan Digital : Endika Fitra Wijaya

    • Direktorat Buruh dan Nelayan : Fachri Bustam

    • Direktorat Tanggap Bencana : Anthony Norman Lianto

    • Direktorat Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat : Khaerul Ramadhan

    • Direktorat Bidang Perumahan Rakyat : Marshall

     

  • BMKG Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jawa Timur Datang Lebih Awal Mulai Oktober

    BMKG Prediksi Musim Hujan 2025/2026 di Jawa Timur Datang Lebih Awal Mulai Oktober

    Surabaya (beritajatim.com) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi awal musim hujan 2025/2026 di Jawa Timur akan datang lebih awal pada Oktober 2025. Fenomena ini mencakup 49 zona musim (ZOM) dari total 74 ZOM yang tersebar di 38 kabupaten/kota se-Jatim.

    “Musim hujan tahun 2025/2026 di Jawa Timur diprediksi datang lebih awal atau maju dibandingkan normalnya meliputi 70 ZOM. Dengan awal musim hujan di bulan Oktober sebanyak 49 ZOM,” ujar Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Timur, Anung Suprayitno, Kamis (25/9/2025).

    Menurut Anung, sifat hujan pada periode ini sebagian besar diperkirakan normal, meliputi 54 ZOM atau sekitar 73 persen wilayah. Curah hujan musim hujan diprediksi berkisar antara 1001–1500 mm di 21 ZOM dan 1501–2000 mm di 25 ZOM. Adapun puncak musim hujan diperkirakan terjadi pada Januari 2026 dengan cakupan 40 ZOM atau 54 persen wilayah Jawa Timur.

    BMKG mengingatkan pemerintah daerah, kota, hingga institusi terkait agar menyesuaikan program sektor pertanian dengan jadwal musim hujan yang lebih maju. Selain itu, langkah antisipasi terhadap potensi cuaca ekstrem di masa peralihan hingga bencana hidrometeorologi juga perlu disiapkan.

    “Antisipasi menghadapi bencana hidrometeorologi akibat dari cuaca ekstrem selama memasuki peralihan musim atau sepanjang musim hujan 2025/2026,” tegas Anung.

    Berikut rincian awal musim hujan tahun 2025/2026 di Jawa Timur dari total 74 ZOM:

    September – 8 ZOM (10,9%) Dasarian I–III

    Banyuwangi: Genteng, Glenmore, Kalibaru, Sempu
    Blitar: Binangun, Gandusari, Kesamben, Selopuro, Wates
    Kediri: Mojo, Semen
    Kota Batu: Batu, Bumiaji, Junrejo
    Lumajang: Candipuro, Pasirian, Pasrujambe, Senduro
    Malang: Bantur, Dampit, Donomulyo, Gedangan, Kalipare, Karangploso, Ngantang, Pagak, Pujon, Sumbermanjing, Tirtoyudo
    Ponorogo: Pudak, Pulung, Sooko
    Sumenep: Masalembu
    Trenggalek: Bendungan
    Tulungagung: Pagerwojo, Sendang

    Oktober – 49 ZOM (66,2%) Dasarian I–III

    Bangkalan: Bangkalan, Blega, Burneh, Galis, Kamal, Konang, Kwanyar, Labang, Modung, Socah, Tanah Merah, Tragah
    Banyuwangi: Bangorejo, Banyuwangi, Blimbingsari, Cluring, Gambiran, Giri, Glagah, Kabat, Muncar, Pesanggaran, Purwoharjo, Rogojampi, Siliragung, Singojuruh, Srono, Tegaldimo, Tegalsari
    Blitar: Bakung, Doko, Garum, Kademangan, Kanigoro, Kesamben, Nglegok, Panggungrejo, Ponggok, Sanankulon, Selorejo, Srengat, Sutojayan, Talun, Udanawu, Wlingi, Wonodadi, Wonotirto
    Bojonegoro: Balen, Baureno, Bojonegoro, Bubulan, Dander, Gayam, Gondang, Kalitidu, Kanor, Kapas, Kasiman, Kedewan, Kedungadem, Kepohbaru, Malo, Margomulyo, Ngambon, Ngasem, Ngraho, Padangan, Purwosari, Sekar, Sugihwaras, Sukosewu, Sumberrejo, Tambakrejo, Temayang, Trucuk
    Bondowoso: Binakal, Bondowoso, Botolinggo, Cerme, Curahdami, Grujugan, Jambesari, Klabang, Maesan, Pakem, Prajekan, Pujer, Sukosari, Sumberwringin, Taman Krocok, Tamanan, Tapen, Tegalampel, Tenggarang, Tlogosari, Wonosari, Wringin
    Gresik: Bungah, Duduksampeyan, Dukun, Gresik, Manyar, Panceng, Sangkapura, Sidayu, Tambak, Ujungpangkah
    Jember: Ajung, Ambulu, Arjasa, Balung, Bangsalsari, Gumukmas, Jelbuk, Jenggawah, Jombang, Kalisat, Kaliwates, Kencong, Ledokombo, Mayang, Mumbulsari, Pakusari, Panti, Patrang, Puger, Rambipuji, Semboro, Silo, Sukorambi, Sukowono, Sumberbaru, Sumberjambe, Sumbersari, Tanggul, Tempurejo, Umbulsari, Wuluhan
    Jombang: Bandarkedungmulyo, Bareng, Diwek, Gudo, Jogoroto, Jombang, Kabuh, Kesamben, Kudu, Megaluh, Mojoagung, Mojowarno, Tembelang, Wonosalam, Ngoro, Ngusikan, Perak, Peterongan, Plandaan, Ploso, Sumobito
    Kediri: Badas, Banyakan, Gampengrejo, Grogol, Gurah, Kandangan, Kandat, Kayen, Kepung, Kras, Kunjang, Ngadiluwih, Ngancar, Ngasem, Pagu, Papar, Pare, Plemahan, Plosoklaten, Puncu, Purwoasri, Ringinrejo, Tarokan, Wates
    Kota Blitar: Kepanjenkidul, Sananwetan, Sukorejo
    Kota Kediri: Kota, Mojoroto, Pesantren
    Kota Madiun: Kartoharjo, Manguharjo, Taman
    Kota Malang: Blimbing, Kedungkandang, Klojen, Lowokwaru, Sukun
    Kota Mojokerto: Prajuritkulon
    Lamongan: Babat, Bluluk, Brondong, Deket, Glagah, Kalitengah, Karangbinangun, Karanggeneng, Kedungpring, Kembangbahu, Lamongan, Laren, Maduran, Mantup, Modo, Ngimbang, Paciran, Pucuk, Sambeng, Sarirejo, Sekaran, Solokuro, Sugio, Sukodadi, Sukorame, Tikung, Turi
    Lumajang: Gucialit, Jatiroto, Kedungjajang, Klakah, Kunir, Lumajang, Padang, Randuagung, Ranuyoso, Rowokangkung, Sukodono, Sumbersuko, Tekung, Tempeh, Yosowilangun
    Madiun: Balerejo, Kebonsari, Madiun, Mejayan, Pilangkenceng, Saradan, Sawahan, Wonoasri, Wungu, Dagangan, Dolopo, Geger, Gemarang, Jiwan, Kare
    Magetan: Barat, Bendo, Karangrejo, Karas, Kartoharjo, Kawedanan, Lembeyan, Magetan, Maospati, Ngariboyo, Nguntoronadi, Panekan, Parang, Plaosan, Poncol, Sidorejo, Sukomoro, Takeran
    Malang: Bululawang, Dau, Gondanglegi, Jabung, Kasembon, Kepanjen, Kromengan, Lawang, Ngajum, Pagelaran, Poncokusumo, Pakis, Pakisaji, Singosari, Sumberpucung, Tajinan, Tumpang, Turen, Wagir, Wajak, Wonosari
    Mojokerto: Gedeg, Gondang, Jatirejo, Kemlagi, Pacet, Sooko, Trawas, Trowulan
    Nganjuk: Bagor, Baron, Berbek, Gondang, Jatikalen, Kertosono, Lengkong, Loceret, Nganjuk, Ngetos, Ngluyu, Ngronggot, Pace, Patianrowo, Prambon, Rejoso, Sawahan, Sukomoro, Tanjunganom, Wilangan
    Ngawi: Bringin, Geneng, Gerih, Jogorogo, Karanganyar, Karangjati, Kasreman, Kedunggalar, Kendal, Kwadungan, Mantingan, Ngawi, Ngrambe, Padas, Pangkur, Paron, Pitu, Sine, Widodaren
    Pacitan: Arjosari, Bandar, Donorojo, Kebonagung, Nawangan, Ngadirojo, Pacitan, Pringkuku, Punung, Sudimoro, Tegalombo, Tulakan
    Pamekasan: Batumarmar, Galis, Kadur, Larangan, Pademawu, Pakong, Palenggaan, Pamekasan, Pasean, Pegantenan, Proppo, Tlanakan, Waru
    Pasuruan: Gempol, Kejayan, Lumbang, Pasrepan, Prigen, Purodadi, Purwosari, Puspo, Tosari, Tutur
    Ponorogo: Babadan, Badegan, Balong, Bungkal, Jambon, Jenangan, Jetis, Kauman, Mlarak, Ngebel, Ngrayun, Ponorogo, Sambit, Sampung, Sawoo, Siman, Slahung, Sukorejo
    Probolinggo: Bantaran, Banyuanyar, Gading, Krucil, Kuripan, Leces, Lumbang, Maron, Sukapura, Sumber, Tegalsiwalan, Tiris, Wonomerto
    Sampang: Cemplong, Jrengik, Karangpenang, Kedungdung, Omben, Pangarengan, Robatal, Sampang, Sokobanah, Sreseh, Tambelangan, Torjun
    Situbondo: Arjasa, Sumbermalang
    Sumenep: Ambunten, Batuputih, Bluto, Dasuk, Ganding, Guluk-Guluk, Lenteng, Pasongsongan, Pragaan, Rubar
    Trenggalek: Dongko, Durenan, Gandusari, Kampak, Karangan, Munjungan, Panggul, Pogalan, Pule, Suruh, Trenggalek, Tugu, Watulimo
    Tuban: Bancar, Bangilan, Grabagan, Jatirogo, Jenu, Kenduruan, Kerek, Merakurak, Montong, Palang, Parengan, Plumpang, Rengel, Semanding, Senori, Singgahan, Soko, Tambakboyo, Tuban, Widang
    Tulungagung: Pucanglaban, Rejotangan, Sumbergempol, Tanggunggunung, Bandung, Besuki, Boyolangu, Campurdarat, Gondang, Kalidawir, Karangrejo, Kauman, Kedungwaru, Ngantru, Ngunut, Pakel

    November – 14 ZOM (18,8%) Dasarian I–III

    Bangkalan: Arosbaya, Geger, Klampis, Kokop, Sepulu, Tanjung
    Banyuwangi: Kalipuro, Wongsorejo
    Gresik: Balongpanggang, Benjeng, Cerme, Driyorejo, Kebomas, Kedamean, Menganti, Wringinanom
    Kota Mojokerto: Kranggan, Magersari
    Kota Pasuruan: Bugul Kidul, Gadingrejo, Panggungrejo, Purworejo
    Kota Probolinggo: Kademangan, Kanigaran, Kedopok, Mayangan, Wonoasih
    Kota Surabaya: Asem Rowo, Benowo, Bubutan, Bulak, Dukuh Pakis, Gayungan, Genteng, Gubeng, Gunung Anyar, Jambangan, Karangpilang, Kenjeran, Krembangan, Lakarsantri, Mulyorejo, Pabean, Pakal, Rungkut, Sambikerep, Sawahan, Semampir, Simokerto, Sukolilo, Tegalsari, Tenggilis, Wiyung, Wonocolo, Wonokromo, Sukomanunggal, Tambaksari, Tandes
    Mojokerto: Bangsal, Dawarblandong, Dlanggu, Jetis, Kutorejo, Mojoanyar, Mojosari, Ngoro, Pungging, Puri
    Pasuruan: Bangil, Beji, Gempol, Gondangwetan, Grati, Kraton, Lekok, Nguling, Pandaan, Pohjentrek, Rejoso, Rembang, Sukorejo, Winongan, Wonorejo
    Probolinggo: Besuk, Dringu, Gending, Kotaanyar, Kraksaan, Krejengan, Paiton, Pajarakan, Pakuniran, Sumberasih, Tongas
    Sampang: Banyuates, Ketapang
    Situbondo: Asembagus, Banyuglugur, Banyuputih, Besuki, Jangkar, Jatibanteng, Mlandingan, Subon
    Sidoarjo: Balongbendo, Buduran, Candi, Gedangan, Jabon, Krembung, Krian, Porong, Prambon, Sedati, Sidoarjo, Sukodono, Taman, Tanggulangin, Tarik, Tulangan, Waru, Wonoayu
    Sumenep: Kalianget, Kangayan, Kota Sumenep, Manding, Nonggunon, Ra’as, Sapeken, Saronggi, Talango, Arjasa, Batang, Batuan, Dungkek, Gapura, Gayam, Giliginting

    Desember – 1 ZOM (1,4%) Dasarian I

    Situbondo: Bungatan, Kapongan, Kendit, Mangaran, Panarukan, Panji, Situbondo
    Musim Hujan Sepanjang 2025 – 2 ZOM (2,7%)
    Banyuwangi: Licin, Songgon
    Bondowoso: Sempol
    Lumajang: Pronojiwo, Tempursari
    Malang: Ampelgading

    [rma/beq]

  • Naskah Raperda Riparkab Kecewakan Pelaku Pariwisata di Jember

    Naskah Raperda Riparkab Kecewakan Pelaku Pariwisata di Jember

    Jember (beritajatim.com) – Naskah Rancangan Peraturan Daerah Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Kabupaten Jember (Riparkab) 2025-2040 memantik kekecewaan sejumlah pelaku pariwisata, yang menghadiri uji publik, di kantor pemerintah daerah, Selasa (23/9/2025).

    Raperda ini sudah diagendakan dan dibahas di parlemen sejak 2022. Namun isi raperda dinilai tidak akurat dan tidak mewakili kondisi sesungguhnya dunia pariwisata Jember.

    Hasti Utami, perwakilan Badan Promosi Pariwisata Daerah (BPPD) Jember, mengatakan, uji publik sebenarnya sudah dilaksanakan pada 2022. Awalnya dia berharap setelah uji publik itu, naskah perda bisa diperbarui berdasarkan masukan dari para pelaku pariwisata.

    “Tapi ternyata naskah ini kami terima tiga tahun kemudian tanpa ada perubahan satu pun. Itu yang kami sayangkan,” kata Hasti.

    Hasti juga menyoroti pembagian sebelas Destinasi Pariwisata Kabupaten. (DPK). Dalam raperda tersebur dijelaskan, DPK ditetapkan dengan kriteria kawasan geografis dengan cakupan wilayah kecamatan dan/atau lintas kecamatan yang di dalamnya terdapat KSPK (Kawasan Strategis Pariwisata Kabupaten), memiliki daya tarik wisata yang berkualitas dan dikenal secara luas, serta membentuk jejaring produk wisata dalam bentuk pola pengemasan produk dan pola kunjungan wisatawan; memiliki kesesuaian tema daya tarik wisata yang mendukung penguatan daya saing; memiliki dukungan jejaring aksesibilitas dan infrastruktur yang mendukung pergerakan wisatawan dan kegiatan kepariwisataan; dan memiliki keterpaduan dengan rencana sektor terkait.

    Sebelas DPK yang dimaksud adalah
    DPK Sumberjambe – Ledokombo – Silo dan Sekitarnya;
    DPK Tempurejo – Ambulu – Wuluhuan dan Sekitarnya;
    DPK Puger – Gumukmas dan Sekitarnya;
    DPK Kencong – Jombang – Sumberbaru dan Sekitarnya;
    DPK Tanggul – Semboro – Umbulsari dan Sekitarnya;
    DPK Bangsalsari – Balung – Rambipuji dan Sekitarnya;
    DPK Panti – Sukorambi – Jelbuk dan Sekitarnya;
    DPK Sukowono – Kalisat – Arjasa dan Sekitarnya;
    DPK Patrang – Sumbersari – Kaliwates dan Sekitarnya;
    DPK Mayang – Mumbulsari – Pakusari dan Sekitarnya;
    DPK Jenggawah – Ajung dan Sekitarnya.

    “Yang saya lihat seperti daftar kecamatan. Bukan klasterisasi kawasan wisata. Landasan pembagian DPK ini apa? Klasifikasi itu dasarnya apa? Itu harus diperjelas dulu dan harus ditulis di dalam raperda ini,” kata Hasti.

    Hasti mengkritik tercantumnya wisata bahari di Kecamatan Mayang yang tidak memiliki laut dalam raperda itu. “Artinya di Mayang ada lautnya ini. Mungkin masih ada di dalam bumi dan belum digali,” sindirnya.

    Pelaku pariwisata sendiri sudah memiliki pembagian kawasan tersendiri, yakni kawasan teiintegrasi segara kidul (laur selatan), wisata budaya terintegrasi Argopuro-Raung, dan perkotaan. “Kami menyusun ini dengan landasan jelas, Mentoring kami Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif saat itu,” kata Hasti.

    David Handoko Seto, Ketua Fraksi Partai Nasional Demokrat DPRD Jember juga mempertanyakan penyebutan potensi wisata bahari di DPK Sumberjambe – Ledokombo – Silo dan sekitarnya. “Mana ada laut di sana,” katanya.

    David meminta tim perumus berhati-hati dalam membuat narasi. “Jangan sampai ketika nanti sudah kadung mucul kemudian ada sesuatu yang enggak pas, yang membuat kita harus mereview,” katanya.

    Nur Hidayat, Ketua Indonesia Inbound Tour Operators Association (IINTOA) Jember, sebuah asosiasi yang beranggotakan perusahaan-perusahaan biro perjalanan wisata, penasaran dengan parameter atay kriteria pembagian DPK

    “Kami di industri pariwisata sangat detail dalam menjadikan sebuah destinasi sebagai lokasi atau prioritas untuk kunjungan,” kata Nur Hidayat. Hal ini dikarenakan tempo perjalanan dan masa tinggal wisatawan sangat terbatas.

    Nur Hidayat ,menyebut DPK dan KSPK adalah identitas pariwisata Jember. Menurutnya, kekeliruan penentuan DPK akan berimbas pada pengembangan industri pariwisata oleh pemerintah.

    “Visi branding dan identitas dari Jember itu dasarnya dari ini. Jangan dasarnya dari menurut saya, pemikiran saya, suka-suka saya. Tidak begitu dong. Kita orang akademik harus ada landasan kualitatif dan kuantitatif kuantitatifnya,” kata Nur Hidayat.

    Christo Samurung Tua Sagala, anggota tim perumus, mengatakan, naskah raperda itu turunan dari rencana induk di tingkat provinsi dan nasional. “Jadi apakah karena ini dari tiga tahun lalu, ini harus diganti semua, dihapus semua,” katanya.

    Chrusto menekankan perbaikan dilakukan terhadap naskah raperda tanpa menengok tiga tahun ke belakang. “Kalau tuga tahun lalu, saya juga enggak ikut di sini Kan bisa-bisa dikatakan begitu,” katanya.

    Soal DPK, Christo mengatakan, itu mengacu pada teritorial. “Tapi kembali lagi kita sampaikan, dengan cara apa kita mengkategorisasi DPK ini? Apakah berdasarkan daerah? Daerah itu kan berkaitan dengan teritorial. Bukan apa yang mau dijual, bukan dari jenisnya sama atau tidak. Bahasanya kan DPK,” katanya.

    Christo lantas meminta masukan kepada forum. “Apakah kita akan menentukan daerah sesuai dengan teritorial wilayah atau dengan spesifikasi kesamaan alamnyam potensinya, atau dengan cara apa. Kalau misalnya dengan potensinya, tentu yang lebih memahami ini adalah rekan-rekan yang ada di lapangan. Saya dari Medan. Baru dua tahun di Jember,” katanya.

    Hermanto Rohman, akademisi Universitas Jember, mengusulkan agar DPK tak perlu dirinci. “Saya khawatir ini terlalu mengunci untuk jangka panjangnya Beberapa perda tentang riparkab tidak dirinci detail seperti ini. Nah, ini merinci detail kewilayahannya dan detail potensinya,” katanya.

    Hermanto mengusulkan DPK sebaiknya dijadikan lampiran perda yang bisa dievaluasi. “DPK dan KSPK akan ditetapkan melalui peraturan Bupati,” katanya.

    Hal ini dikarenakan, nenurut Hermanto, kewilayahan Jember tidak akan berubah. “Dalam konteks kewilayahan terkait dengan DPK ini, nanti diisi di lampiran.Nah, di lampiran ini enggak apa-apa menyebutkan sebagai satu kesatuan perda dengan menyebutkan apa saja wisata yang ada,” katanya.

    Wakil; Ketua Badan Pembentukan Peraturan Daerah Jember Tabroni akhirnya memutuskan agar masalah DPK ini dibahas dalam sebuah forum diskusi grup di Komisi B DPRD Jember. “Semua masukan teman-teman pelaku pariwisata diperhatikan,” katanya. [wir]