Tag: Matt Smith

  • Harga Minyak Merosot Tajam Hari Ini – Page 3

    Harga Minyak Merosot Tajam Hari Ini – Page 3

    Komentar Trump membuat pasar saham anjlok pada hari Jumat karena investor mengurangi risiko terhadap ancaman baru terhadap ekonomi global ini. 

    “Ketika pasar menyaksikan aksi saling balas ini, bagi pasar minyak, hal ini berdampak pada pertumbuhan yang lebih lambat dan bahkan mungkin penurunan permintaan,” ujar Presiden Lipow Oil Associates, Andy Lipow.

    Harga minyak juga tertekan karena OPEC+ telah meningkatkan pasokan ke pasar selama berbulan-bulan.

    “Minyak di perairan melonjak bulan lalu, permintaan minyak mentah turun signifikan di tengah pemeliharaan kilang, dan penumpukan inventaris akan segera dimulai,” kata Analis Minyak Kpler, Matt Smith.

     

  • Timteng Makin Ngeri! Iran Akan Tutup Selat Hormuz-Minyak Bahaya

    Timteng Makin Ngeri! Iran Akan Tutup Selat Hormuz-Minyak Bahaya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Situasi Timur Tengah makin tak menentu. Dalam update Senin (23/6/2025) pagi, dilaporkan bahwa Iran akan menutup Selat Hormuz, rute pengiriman minyak utama, setelah Amerika Serikat (AS) mengebom tiga fasilitas nuklir negeri itu Minggu.

    Parlemen Iran, dilaporkan laman Axios AS, telah mendukung langkah tersebut. Keputusan pasti akan menunggu dewan keamanan nasional Iran.

    Jika benar terjadi, langkah ini merupakan pertama kali dilakukan Iran sepanjang konflik Iran-Israel berlangsung sejak 1979. Selat Hormuz merupakan salah satu titik kritis dunia, yang dilalui oleh seperlima pasokan minyak dan gas dunia.

    Foto: Peta Selat Hormuz. (Dok. Googlemaps)
    Peta Selat Hormuz. (Dok. Googlemaps)

    Selat ini menghubungkan Teluk Persia dengan Laut Arab dan Samudra Hindia. Sebagian besar ekspor minyak dari negara-negara besar regional harus melewati jalur sempit ini, mulai dari Arab Saudi, Irak, UEA, Qatar, Iran, dan Kuwait.

    Di masa lalu, Barat, terutama AS dan Eropa, menjadi wilayah yang paling rentan terhadap gangguan aliran energi Teluk Persia itu. Tetapi kini China dan Asia akan menanggung beban jika penutupan terjadi.

    Minyak Bahaya 

    Mengutip CNBC International, upaya untuk memblokir jalur air sempit antara Iran dan Oman dapat menimbulkan konsekuensi yang mendalam bagi ekonomi global. Sekitar 20 juta barel minyak mentah per hari, atau 20% dari konsumsi global, mengalir melalui selat tersebut pada tahun 2024, menurut Badan Informasi Energi.

    Sementara itu, AS sendiri melalui Menteri Luar Negeri Marco Rubio meminta China untuk mencegah Iran menutup Selat Hormuz. China adalah pelanggan minyak terpenting Iran dan memelihara hubungan persahabatan dengan Republik Islam tersebut.

    “Saya mendorong pemerintah China di Beijing untuk menghubungi mereka mengenai hal itu, karena mereka sangat bergantung pada Selat Hormuz untuk minyak mereka,” kata Rubio dalam sebuah wawancara di Fox News.

    Rubio mengatakan akan menjadi “bunuh diri ekonomi” bagi Iran untuk menutup selat tersebut. Pasalnya ekspor minyak Republik Islam tersebut melewati jalur air tersebut.

    Iran adalah produsen minyak terbesar ketiga di OPEC, yang memproduksi 3,3 juta barel per hari. Negara itu mengekspor 1,84 juta barel minyak per hari bulan lalu.

    “Itu akan menjadi luka yang ditimbulkan sendiri, memutus Selat akan menghentikan aliran ekspor minyak mentahnya ke China, menghentikan aliran pendapatan utama,” kata analis minyak utama di Kpler, Matt Smith.

    Harga minyak melonjak lebih dari 2% setelah serangan AS terhadap Iran. Ini menimbulkan kekhawatiran akan gangguan pasokan.

    “Harga minyak dapat melonjak di atas US$100 per barel jika selat tersebut ditutup untuk waktu yang lama,” kata Goldman Sachs dan firma konsultan Rapidan Energy.

    (sef/sef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kenaikan Tarif Impor AS Buat Negara Pembeli Minyak Venezuela Berlaku 2 April 2025 – Page 3

    Kenaikan Tarif Impor AS Buat Negara Pembeli Minyak Venezuela Berlaku 2 April 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana pemberlakukan tarif impor baru.

    Mengutip CNBC International, Selasa (25/3/2025) Trump mengatakan bahwa AS akan mengenakan tarif sebesar 25% pada negara-negara yang membeli minyak dan gas dari Venezuela. Kebijakan baru ini diumumkan ketika Trump berupaya meningkatkan tekanan pada Presiden Venezuela Nicolas Maduro dan Tiongkok.

    Dalam sebuah postingan di platform media sosialnya Truth Social, Trump mengatakan bahwa negara-negara yang membeli minyak dan gas dari Venezuela akan menghadapi tarif pada setiap perdagangan yang mereka lakukan dengan AS.

    Tarif tersebut dijadwalkan berlaku pada tanggal 2 April, katanya.

    “Jika mereka membeli minyak dari Venezuela, mereka harus membayar tarif sebesar 25% untuk berbisnis dengan Amerika Serikat —itu di atas tarif yang ada,” kata Trump dalam keterangan terpisah saat konferensi pers di Gedung Putih.

    Venezuela telah mengekspor sekitar 660.000 barel per hari pada tahun 2024, menurut data dari Kpler. Tiongkok menjadi tujuan ekspor terbesar untuk ekspor minyak mentah negara Amerika Selatan itu, membeli 270.000 barel per hari tahun lalu.

    “Pengumuman oleh pemerintahan Trump ini tampaknya merupakan satu tindakan lagi yang menargetkan China,” kata Matt Smith, seorang analis minyak di Kpler.

    Harga minyak mentah Brent naik 61 sen, atau 0,85%, menjadi USD 72,77 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS juga naik 59 sen atau 0,86%, menjadi USD 68,87.

    “Kami memperkirakan harga minyak akan naik mengingat berita ini dan mungkin akan naik lebih jauh jika Trump menindaklanjuti pernyataan ini,” kata analis di Roth, Leo Mariani kepada klien dalam sebuah catatan.

     

  • Harga Minyak Merosot Usai OPEC+ Tunda Peningkatan Produksi – Page 3

    Harga Minyak Merosot Usai OPEC+ Tunda Peningkatan Produksi – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak mentah turun pada Rabu di tengah antisipasi keputusan OPEC+ terkait pasokan, meskipun penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu memberikan dukungan terhadap harga.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (5/12/2024), harga minyak mentah Brent turun USD 1,18 atau 1,6%, menjadi USD 72,44 per barel pada pukul 14:24 ET. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,23 atau 1,76%, menjadi USD 68,71 per barel.

    Sehari sebelumnya, Brent mencatat kenaikan terbesar dalam dua pekan, dengan lonjakan sebesar 2,5%.

    Pasar Tunggu Keputusan OPEC+

    Investor terus memantau pertemuan mendatang Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya dalam OPEC+, yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis. Menurut sumber industri yang dikutip Reuters, kelompok tersebut kemungkinan akan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir kuartal pertama tahun depan.

    “Meski penundaan penghentian pemangkasan produksi sudah diperkirakan, retorika yang muncul dari pertemuan ini akan memiliki dampak paling besar,” kata Matt Smith, analis utama minyak untuk wilayah Amerika di Kpler.

    OPEC+ diketahui sedang merencanakan penghapusan pemangkasan pasokan secara bertahap sepanjang tahun depan.

    Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah AS mengalami penurunan yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu, akibat peningkatan aktivitas kilang. Namun, stok bensin dan distilat justru meningkat lebih dari yang diperkirakan.

    “Lonjakan aktivitas kilang, dengan tingkat operasi mencapai level tertinggi sejak musim panas, mengakibatkan inventori minyak mentah menurun sementara stok produk olahan meningkat,” ujar Matt Smith.

    Meskipun demikian, momentum bullish hanya memberikan dukungan terbatas pada harga minyak.

     

  • Harga Minyak Tertekan, Pasar Tunggu Keputusan OPEC – Page 3

    Harga Minyak Tertekan, Pasar Tunggu Keputusan OPEC – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah turun pada Rabu di tengah antisipasi keputusan OPEC+ terkait pasokan, meskipun penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu memberikan dukungan terhadap harga.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (5/12/2024), harga minyak mentah Brent turun USD 1,18 atau 1,6%, menjadi USD 72,44 per barel pada pukul 14:24 ET. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,23 atau 1,76%, menjadi USD 68,71 per barel.

    Sehari sebelumnya, Brent mencatat kenaikan terbesar dalam dua pekan, dengan lonjakan sebesar 2,5%.

    Pasar Tunggu Keputusan OPEC+

    Investor terus memantau pertemuan mendatang Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya dalam OPEC+, yang dijadwalkan berlangsung pada Kamis. Menurut sumber industri yang dikutip Reuters, kelompok tersebut kemungkinan akan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir kuartal pertama tahun depan.

    “Meski penundaan penghentian pemangkasan produksi sudah diperkirakan, retorika yang muncul dari pertemuan ini akan memiliki dampak paling besar,” kata Matt Smith, analis utama minyak untuk wilayah Amerika di Kpler.

    OPEC+ diketahui sedang merencanakan penghapusan pemangkasan pasokan secara bertahap sepanjang tahun depan.

    Administrasi Informasi Energi AS (EIA) melaporkan bahwa stok minyak mentah AS mengalami penurunan yang lebih besar dari perkiraan pekan lalu, akibat peningkatan aktivitas kilang. Namun, stok bensin dan distilat justru meningkat lebih dari yang diperkirakan.

    “Lonjakan aktivitas kilang, dengan tingkat operasi mencapai level tertinggi sejak musim panas, mengakibatkan inventori minyak mentah menurun sementara stok produk olahan meningkat,” ujar Matt Smith.

    Meskipun demikian, momentum bullish hanya memberikan dukungan terbatas pada harga minyak.

     

  • Harga Minyak Tertekan, Pasar Tunggu Keputusan OPEC – Page 3

    Harga Minyak Dunia Naik Lagi, Ini Pemicunya – Page 3

    Sebelumnya, Harga minyak melonjak pada hari Rabu, naik lebih dari 2% setelah data menunjukkan penurunan tak terduga pada stok minyak mentah dan bensin AS minggu lalu. Kenaikan harga minyak ini juga dipicu laporan bahwa OPEC+ mungkin menunda rencana peningkatan produksi minyak.

    Dikutip dari CNBC, kamis (31/10/2024), setelah mengalami penurunan lebih dari 6% di awal minggu karena risiko perang lebih luas di Timur Tengah berkurang, minyak mentah berjangka Brent menguat USD 1,43 atau 2,01%, menjadi USD 72,55 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,4 atau 2,08%, menjadi USD 68,61 per barel.

    Stok bensin AS secara tak terduga turun ke level terendah dua tahun minggu lalu, seiring meningkatnya permintaan, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA). Stok minyak mentah AS juga mencatat penurunan mengejutkan karena impor yang menurun.

    Impor minyak mentah AS dari Arab Saudi turun ke titik terendah sejak Januari 2021, hanya 13.000 barel per hari (bph), turun dari 150.000 bph pada minggu sebelumnya. Impor minyak mentah dari Kanada, Irak, Kolombia, dan Brasil juga mengalami penurunan, menurut EIA.

    “Penurunan stok bensin akibat permintaan yang lebih tinggi dari minggu sebelumnya menjadi faktor pendukung utama,” ujar Matt Smith, analis dari Kpler, menambahkan bahwa penurunan impor membantu stok minyak mentah mengalami sedikit penurunan.

    OPEC Pertimbangkan Penundaan Peningkatan ProduksiReuters melaporkan bahwa OPEC+, yang mencakup Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutu seperti Rusia, mempertimbangkan untuk menunda peningkatan produksi minyak yang dijadwalkan pada Desember karena kekhawatiran akan permintaan yang lemah dan pasokan yang meningkat.

    “OPEC+ selalu menyarankan bahwa pencabutan pemotongan pasokan sukarela tergantung pada kondisi pasar,” kata Harry Tchilinguirian, kepala riset di Onyx Capital Group. “Bahwa mereka mungkin meninjau kembali waktu pelepasan barel mereka tidaklah mengherankan, mengingat lemahnya realitas makroekonomi, khususnya di Tiongkok, yang menyebabkan penurunan estimasi pertumbuhan permintaan global.”