Tag: Maruarar Sirait

  • Prabowo Bakal Bagi-Bagi Tanah Gratis ke PNS dan Rakyat Kecil, Ini Lokasinya – Page 3

    Prabowo Bakal Bagi-Bagi Tanah Gratis ke PNS dan Rakyat Kecil, Ini Lokasinya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait terus berjibaku mencari lahan untuk program pembangunan 3 juta rumah. Hal ini sesuai dengan program Presiden Prabowo. Menurut rencananya, ia ingin menyiapkan rumah dengan tanah gratis dan bisa dipakai sebagai agunan ke perbankan.

    Terbaru, Ara baru saja mengantongi total 157 ha tanah HGB (hak guna bangunan) dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) yang berlokasi di Mojokerto dan Tangerang.

    “Pak Nusron (Wahid) siapkan ada tanah yang ideal, artinya yang tak bermasalah, cukup banyak di Mojokerto, ada 151 ha. Statusnya adalah HGB. Itu bukan bagian dari barang milik negara (BMN), jadi itu bisa langsung digunakan. Tinggal nanti kita survey,” bebernya usai melakukan kunjungan kerja ke Kantor Kementerian ATR/BPN, Jakarta, ditulis Rabu (6/11/2024).

    “Kedua, di Banten, di Tangerang, ada seluas 6 ha. Jadi konkret ini saya datang sore ini, luar biasa dukungan pak Menteri dan jajarannya,” ungkap dia.

    PNS dan MBR

    Ara melanjutkan, alokasi tanah itu bakal diutamakan untuk membangun rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), termasuk PNS dan TNI/Polri.

    Usai mengantongi lahan tersebut, Kementerian PKP disebutnya bakal menyiapkan skema agar itu bisa dijadikan sebuah ekosistem perumahan yang baik. Ara pun telah berdiskusi dengan pihak perbankan, untuk menjadikan tanah itu nantinya bisa turut dijadikan jaminan.

    “Nanti struktur pembiayaannya kalau itu PNS berpenghasilan rendah, TNI/Polri, tadi saya dengar itu bisa dijadikan jaminan ke bank. Jadi itu akan sangat bagus,” kata Ara.

    “Mungkin kalau berkenan tanahnya dikasih gratis bagi rakyat. Rakyat itu kemudian bisa menjaminkan ke bank. Bank itu akan punya dua jaminan, tanah itu dan juga adalah slip gajinya. Kalau dia misalnya merupakan TNI/Polri, PNS, dan ASN,” ungkapnya.

     

  • Maruarar Usul Aset Tanah Sitaan Koruptor Dijadikan Perumahan Rakyat – Page 3

    Maruarar Usul Aset Tanah Sitaan Koruptor Dijadikan Perumahan Rakyat – Page 3

    Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait melakukan pertemuan dengan Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian dan Menteri Sosial (Mensos), Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Jakarta pada Senin, 4 November 2024.

    Pertemuan itu diadakan guna membahas berbagai program dan kebijakan pembangunan 3 juta rumah yang diinisiasi Presiden Prabowo Subianto. 

    Maruarar Sirait lantas mengharapkan dukungan dari Mendagri dan Mensos untuk melaksanakan program pembangunan tiga juta rumah. 

    Koordinasi lintas kementerian/lembaga ini diusung lantaran Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman mengantongi anggaran tipis di 2025, hanya sekitar Rp 5 triliun. 

    “Dengan anggaran pemerintah yang terbatas, maka kunci untuk melakukan pembangunan rumah adalah efisiensi dan gotong royong, dan itu harus mulai dicontohkan dari Menteri. Kemudian juga keterbukaan informasi menjadi kunci agar dapat dilakukan kontrol publik,” kata Ara panggilan akrabnya, dalam keterangan tertulis, Selasa (5/11/2024).

    Ara menilai, adanya koordinasi lintas instansi pemerintah ini juga menjadi wujud nyata bahwa penyelesaian masalah tidak bisa hanya dilaksanakan oleh satu kementerian, tapi harus membentuk tim yang solid. 

     “Semoga ke depan pembangunan 3 Juta rumah di lapangan bisa berjalan dengan baik. Sehingga masyarakat Indonesia bisa tinggal di rumah yang layak huni,” pungkas Ara. 

     

  • Maruarar Sirait Minta Aparat KPK Ditempatkan di Kementerian PKP

    Maruarar Sirait Minta Aparat KPK Ditempatkan di Kementerian PKP

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait melakukan kunjungan ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) di Jakarta, pada Selasa (5/11/2024). Dalam kunjungannya, Maruarar mengajukan beberapa usulan untuk memperkuat sistem pencegahan korupsi di Kementerian PKP serta memanfaatkan aset tanah milik koruptor untuk pembangunan rumah rakyat.

    “Tujuan kami ke KPK adalah meminta bantuan dalam membentuk sistem pencegahan korupsi di kementerian kami. Alhamdulillah sudah dikabulkan oleh pimpinan KPK,” ujar Maruarar Sirait.

    Pria yang akrab disapa Ara itu mengusulkan agar personel KPK ditempatkan di Kementerian PKP sebagai bagian dari upaya meningkatkan pengawasan dan transparansi. Usulan ini, lanjut Ara, disetujui oleh pihak KPK dan para personel tersebut nantinya akan bertugas sebagai inspektorat khusus di kementeriannya.

    “Kami juga meminta agar KPK menugaskan personel untuk menjadi inspektorat khusus di kementerian kami. Permintaan ini sudah disetujui dan kami juga berharap bisa melibatkan orang-orang yang selama ini sudah bekerja sama dengan KPK untuk memastikan keterbukaan publik,” tambahnya.

    Tak hanya itu, Ara mengajukan ide untuk memanfaatkan aset tanah milik koruptor yang terbengkalai atau disita oleh negara. Ia berharap, tanah tersebut bisa digunakan untuk membangun rumah rakyat guna mewujudkan program 3 juta rumah per tahun yang telah dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

    “Selain itu, kami memohon agar aset-aset tanah yang disita dari koruptor dan cocok untuk pembangunan perumahan rakyat bisa dimanfaatkan bagi masyarakat Indonesia yang masih membutuhkan tempat tinggal,” tandasnya.

  • Susul Maruarar, Qodari Ikut Sumbang Lahan untuk Dukung Program 3 Juta Rumah

    Susul Maruarar, Qodari Ikut Sumbang Lahan untuk Dukung Program 3 Juta Rumah

    Palangka Raya: Wakil Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) M. Qodari berencana menyumbangkan lahan miliknya di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Hal tersebut merupakan bentuk dukungan bagi program tiga juta rumah yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

    Qodari menyebut program tiga juta rumah per tahun ini sebagai cita-cita besar Presiden Prabowo yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hunian masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya di daerah pedesaan.

    “Jadi, saya rencana menyumbangkan lahan dalam rangka mendukung dan mewujudkan cita-cita besar Presiden Prabowo untuk membangun perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” kata Qodari, Selasa, 5 November 2024. 

    Qodari juga mendukung langkah Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait, atau yang biasa disapa Bang Ara, yang telah memulai upaya merealisasikan gagasan besar Prabowo dalam mewujudkan program tiga juta unit rumah per tahun selama masa kepemimpinan lima tahun ke depan. 

    Langkah itu, kata Qodari, dimulai dengan menyumbangkan lahan pribadi Maruarar untuk membangun perumahan rakyat.

    Menurut Qodari, langkah Maruarar tersebut perlu didukung dan dijadikan contoh bagi semua pihak yang memiliki kemampuan dalam berkontribusi untuk negara, menghadirkan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

    “Saya dukung langkah yang telah dimulai oleh Pak Maruarar Sirait dalam mewujudkan program tiga juta Prabowo-Gibran yang diawali dengan contoh yang bagus, yakni menyumbangkan tanahnya seluas 2,5 hektare di Kota Tangerang,” ujar Qodari.

    “Itu langkah yang progresif dan patut dijadikan contoh bagi kalangan pengusaha swasta dalam mendukung program tiga juta rumah bagi masyarakat yang kurang mampu,” tambahnya.

    Qodari menyampaikan bahwa tanah yang akan disumbangkan seluas 14.765 m² terletak di Jalan Soekarno III, Menteng, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

    “Saya dan adik saya, Wadi, mau ikut berpartisipasi dengan menyumbangkan tanah untuk membangun perumahan rakyat. Ini adalah bukti semangat gotong royong yang digerakkan oleh Bang Ara,” ungkap Qodari.

    Qodari menekankan pentingnya peran serta masyarakat, khususnya pengusaha swasta, dalam pencapaian target program ini. Ia menyebut bahwa keterlibatan sektor swasta akan mempercepat realisasi hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

    Lebih lanjut, Qodari mengatakan bahwa program pembangunan tiga juta rumah perlu didukung secara gotong royong, baik melalui sumbangan tanah maupun kontribusi dalam bentuk jasa dan lainnya.

    Oleh karena itu, Qodari mengajak para pengusaha swasta untuk tergerak hatinya mengikuti langkah Maruarar Sirait dalam mendukung pembangunan rumah bagi rakyat.

    “Bang Ara sudah memulai gerakan dengan contoh yang baik dengan menyumbangkan tanahnya, dan saya juga ikut menyumbang. Semoga ke depan para pengusaha swasta akan tergerak dan tertarik untuk menyumbangkan tanah mereka,” ujar Qodari.

    Qodari menilai pentingnya membangun gotong royong dalam membangun rumah untuk rakyat agar menumbuhkan kepedulian sosial. Selain itu, kebutuhan anggaran untuk membangun tiga juta rumah sangat besar sehingga langkah gotong royong ini dianggap tepat.

    “Semoga gerakan yang sudah dimulai oleh Bang Ara bisa dicontoh oleh para pengusaha swasta sehingga nanti ke depannya akan berbondong-bondong memberikan bantuan,” jelas Qodari.

    Ia pun mengajak para pengusaha dan donatur di seluruh Indonesia untuk turut menyumbangkan lahan atau aset lain demi mewujudkan target besar ini.

    “Mari kita wujudkan mimpi masyarakat miskin untuk memiliki rumah layak huni. Ini adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” tambahnya.

    Qodari menjelaskan bahwa pembangunan tiga juta rumah merupakan visi Prabowo-Gibran yang ingin menghadirkan hunian layak bagi masyarakat kurang mampu dan berpenghasilan rendah.

    Hal ini, menurutnya, tidak hanya membantu mengurangi kesenjangan sosial, tetapi juga menciptakan stabilitas sosial dan ekonomi bagi masyarakat.

    Qodari berharap dengan adanya dukungan luas dari berbagai kalangan, program tiga juta rumah ini bisa terealisasi tepat waktu, sekaligus memberikan dorongan positif bagi sektor konstruksi nasional.

    Sebagai penutup, ia mengimbau semua pihak untuk berkontribusi secara nyata, menegaskan bahwa kolaborasi dalam bentuk nyata akan lebih berdampak daripada sekadar kritik.

    “Program tiga juta rumah ini diharapkan menjadi bukti nyata komitmen pemerintahan Prabowo-Gibran dalam menghadirkan solusi untuk tantangan perumahan bagi rakyat kecil,” pungkas Qodari.

    Palangka Raya: Wakil Kepala Kantor Staf Presiden (KSP) M. Qodari berencana menyumbangkan lahan miliknya di Palangka Raya, Kalimantan Tengah. Hal tersebut merupakan bentuk dukungan bagi program tiga juta rumah yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.
     
    Qodari menyebut program tiga juta rumah per tahun ini sebagai cita-cita besar Presiden Prabowo yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hunian masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya di daerah pedesaan.
     
    “Jadi, saya rencana menyumbangkan lahan dalam rangka mendukung dan mewujudkan cita-cita besar Presiden Prabowo untuk membangun perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” kata Qodari, Selasa, 5 November 2024. 
    Qodari juga mendukung langkah Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait, atau yang biasa disapa Bang Ara, yang telah memulai upaya merealisasikan gagasan besar Prabowo dalam mewujudkan program tiga juta unit rumah per tahun selama masa kepemimpinan lima tahun ke depan. 
     
    Langkah itu, kata Qodari, dimulai dengan menyumbangkan lahan pribadi Maruarar untuk membangun perumahan rakyat.
     
    Menurut Qodari, langkah Maruarar tersebut perlu didukung dan dijadikan contoh bagi semua pihak yang memiliki kemampuan dalam berkontribusi untuk negara, menghadirkan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
     
    “Saya dukung langkah yang telah dimulai oleh Pak Maruarar Sirait dalam mewujudkan program tiga juta Prabowo-Gibran yang diawali dengan contoh yang bagus, yakni menyumbangkan tanahnya seluas 2,5 hektare di Kota Tangerang,” ujar Qodari.
     
    “Itu langkah yang progresif dan patut dijadikan contoh bagi kalangan pengusaha swasta dalam mendukung program tiga juta rumah bagi masyarakat yang kurang mampu,” tambahnya.
     
    Qodari menyampaikan bahwa tanah yang akan disumbangkan seluas 14.765 m² terletak di Jalan Soekarno III, Menteng, Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
     
    “Saya dan adik saya, Wadi, mau ikut berpartisipasi dengan menyumbangkan tanah untuk membangun perumahan rakyat. Ini adalah bukti semangat gotong royong yang digerakkan oleh Bang Ara,” ungkap Qodari.
     
    Qodari menekankan pentingnya peran serta masyarakat, khususnya pengusaha swasta, dalam pencapaian target program ini. Ia menyebut bahwa keterlibatan sektor swasta akan mempercepat realisasi hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
     
    Lebih lanjut, Qodari mengatakan bahwa program pembangunan tiga juta rumah perlu didukung secara gotong royong, baik melalui sumbangan tanah maupun kontribusi dalam bentuk jasa dan lainnya.
     
    Oleh karena itu, Qodari mengajak para pengusaha swasta untuk tergerak hatinya mengikuti langkah Maruarar Sirait dalam mendukung pembangunan rumah bagi rakyat.
     
    “Bang Ara sudah memulai gerakan dengan contoh yang baik dengan menyumbangkan tanahnya, dan saya juga ikut menyumbang. Semoga ke depan para pengusaha swasta akan tergerak dan tertarik untuk menyumbangkan tanah mereka,” ujar Qodari.
     
    Qodari menilai pentingnya membangun gotong royong dalam membangun rumah untuk rakyat agar menumbuhkan kepedulian sosial. Selain itu, kebutuhan anggaran untuk membangun tiga juta rumah sangat besar sehingga langkah gotong royong ini dianggap tepat.
     
    “Semoga gerakan yang sudah dimulai oleh Bang Ara bisa dicontoh oleh para pengusaha swasta sehingga nanti ke depannya akan berbondong-bondong memberikan bantuan,” jelas Qodari.
     
    Ia pun mengajak para pengusaha dan donatur di seluruh Indonesia untuk turut menyumbangkan lahan atau aset lain demi mewujudkan target besar ini.
     
    “Mari kita wujudkan mimpi masyarakat miskin untuk memiliki rumah layak huni. Ini adalah tanggung jawab bersama, bukan hanya pemerintah,” tambahnya.
     
    Qodari menjelaskan bahwa pembangunan tiga juta rumah merupakan visi Prabowo-Gibran yang ingin menghadirkan hunian layak bagi masyarakat kurang mampu dan berpenghasilan rendah.
     
    Hal ini, menurutnya, tidak hanya membantu mengurangi kesenjangan sosial, tetapi juga menciptakan stabilitas sosial dan ekonomi bagi masyarakat.
     
    Qodari berharap dengan adanya dukungan luas dari berbagai kalangan, program tiga juta rumah ini bisa terealisasi tepat waktu, sekaligus memberikan dorongan positif bagi sektor konstruksi nasional.
     
    Sebagai penutup, ia mengimbau semua pihak untuk berkontribusi secara nyata, menegaskan bahwa kolaborasi dalam bentuk nyata akan lebih berdampak daripada sekadar kritik.
     
    “Program tiga juta rumah ini diharapkan menjadi bukti nyata komitmen pemerintahan Prabowo-Gibran dalam menghadirkan solusi untuk tantangan perumahan bagi rakyat kecil,” pungkas Qodari.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ALB)

  • Ara (PKP) Dapat Lahan 157 Hektar di Mojekerto, Kebut Program 3 Juta Rumah

    Ara (PKP) Dapat Lahan 157 Hektar di Mojekerto, Kebut Program 3 Juta Rumah

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP), Maruarar Sirait (Ara) semringah usai mendapat kepastian alokasi lahan dari Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) untuk mendukung program 3 juta rumah.

    Dalam penjelasannya, Ara mengaku telah mendapat dua wilayah potensial yang bakal dijadikan untuk merealisasikan program 3 juta rumah. Yakni di Mojokerto, Jawa Timur dan Tangerang, Banten.

    “Pak Nusron sudah siapkan tanah yang idle yang tidak bermasalah ya Pak Nusron ya. Cukup banyak di Mojokerto [luasnya] 151 hektare (Ha), statusnya adalah HGB [Hak Guna Bangunan],” tegasnya saat ditemui di Kantor Kementerian ATR/BPN, Selasa (5/11/2024).

    Dirinya menjelaskan tanah di Mojokerto tersebut sudah siap  untuk di survei. Sementara itu, untuk lahan di wilayah Tangerang, Banten yang tersedia sebesar 6 hektar.

    Lebih lanjut, Ara menjelaskan bahwa nantinya lahan-lahan tersebut bakal dibangun untuk mendukung program 3 juta rumah yang diprioritaskan untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), PNS berpenghasilan rendah, TNI, hingga Polri.

    Pada saat yang sama, Nusron menuturkan bahwa kejelasan pembebasan lahan tersebut bakal direalisasikan dalam 100 hari pertama dirinya menjabat.

    “Kalau itu [pengalokasian lahan untuk Kementerian PKP] cepat, dalam 100 hari ini Insya Allah bisa,” tuturnya.

    Adapun, tambah Nusron, Kementerian ATR/BPN sendiri pada dasarnya telah menyiapkan alokasi lahan seluas 1,3 juta hektare. Akan tetapi, jenis lahannya masih perlu dilakukan kurasi apakah  benar-benar cocok untuk dibangun kawasan permukiman atau tidak.

    Dia menyebut, saat ini pihaknya masih terus berkoordinasi dengan Kementerian Perumahan untuk melakukan pemetaan tersebut.

    “Tadi waktu ada Pak AHY sudah kami sampaikan. Kami punya potensi lahan yang terlantar itu 1,3 juta hektare. Tapi, dari 1,3 juta hektare itu kan pasti tidak cocok semua untuk rumah saja. Sehingga yang cocok berapa kami belum bisa umumkan, tim masih bekerja,” pungkasnya.

  • Qodari berencana sumbangkan lahan sukseskan program tiga juta rumah

    Qodari berencana sumbangkan lahan sukseskan program tiga juta rumah

    Jadi, saya rencana menyumbangkan lahan dalam rangka mendukung dan mewujudkan cita-cita besar Presiden Prabowo untuk membangun perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendahJakarta (ANTARA) – Wakil Kepala Staf Kepresidenan Muhammad Qodari berencana menyumbangkan lahan miliknya di Palangka Raya, Kalimantan Tengah, sebagai bentuk dukungan bagi program tiga juta rumah yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

    Qodari menyebut program tiga juta rumah per tahun ini sebagai cita-cita besar Presiden Prabowo yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan hunian masyarakat berpenghasilan rendah, khususnya di daerah pedesaan.

    “Jadi, saya rencana menyumbangkan lahan dalam rangka mendukung dan mewujudkan cita-cita besar Presiden Prabowo untuk membangun perumahan bagi masyarakat berpenghasilan rendah,” kata Qodari melalui keterangannya di Jakarta, Selasa.

    Ia juga mendukung langkah Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait yang telah memulai upaya merealisasikan gagasan besar Prabowo dalam mewujudkan program tiga juta unit rumah per tahun selama masa kepemimpinan lima tahun ke depan.

    Langkah itu, kata Qodari, dimulai dengan menyumbangkan lahan pribadi Maruarar untuk membangun perumahan rakyat.

    Menurut dia, langkah Maruarar tersebut perlu didukung dan dijadikan contoh bagi semua pihak yang memiliki kemampuan dalam berkontribusi untuk negara, menghadirkan hunian layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

    “Saya dukung langkah yang telah dimulai oleh Pak Maruarar Sirait dalam mewujudkan program tiga juta rumah Prabowo-Gibran yang diawali dengan contoh yang bagus, yakni menyumbangkan tanahnya seluas 2,5 hektare di Kota Tangerang. Itu langkah yang progresif dan patut dijadikan contoh bagi kalangan pengusaha swasta dalam mendukung program tiga juta rumah bagi masyarakat yang kurang mampu,” ujar Qodari.

    Ia menyampaikan tanah yang akan disumbangkannya itu seluas 14.765 meter persegi terletak di Jalan Soekarno III, Menteng, Kota Palangka Raya.

    “Saya dan adik saya mau ikut berpartisipasi dengan menyumbangkan tanah untuk membangun perumahan rakyat. Ini adalah bukti semangat gotong royong yang digerakkan oleh Bang Ara (Maruarar Sirait),” ucap Qodari.

    Ia menekankan pentingnya peran serta masyarakat, khususnya pengusaha swasta dalam pencapaian target program tersebut. Menurutnya, keterlibatan sektor swasta akan mempercepat realisasi hunian bagi masyarakat berpenghasilan rendah.

    Baca juga: Tiga juta rumah jadi program serius yang sarat tantangan

    Baca juga: Menteri PKP ajak pengusaha besar sukseskan program tiga juta rumah

    Baca juga: Program tiga juta rumah untuk membangun manusia Indonesia berkualitas

    Lebih lanjut, Qodari mengatakan program pembangunan tiga juta rumah juga perlu didukung secara gotong royong, baik melalui sumbangan tanah maupun kontribusi dalam bentuk jasa dan lainnya.

    Oleh karena itu, Qodari mengajak para pengusaha swasta untuk tergerak hatinya mengikuti langkah Maruarar Sirait dalam mendukung pembangunan rumah bagi rakyat.

    “Bang Ara sudah memulai gerakan dengan contoh yang baik dengan menyumbangkan tanahnya dan saya juga ikut menyumbang. Semoga ke depan para pengusaha swasta akan tergerak dan tertarik untuk menyumbangkan tanah mereka,” ujarnya.

    Ia menilai pentingnya membangun gotong royong dalam membangun rumah untuk rakyat agar menumbuhkan kepedulian sosial. Selain itu, kebutuhan anggaran untuk membangun tiga juta rumah sangat besar sehingga langkah gotong royong dianggap tepat.

    “Semoga gerakan yang sudah dimulai oleh Bang Ara bisa dicontoh oleh para pengusaha swasta sehingga nanti ke depannya akan berbondong-bondong memberikan bantuan,” harap Qodari.

    Ia menjelaskan pembangunan tiga juta rumah merupakan visi Prabowo-Gibran yang ingin menghadirkan hunian layak bagi masyarakat kurang mampu dan berpenghasilan rendah.

    Hal ini, menurutnya, tidak hanya membantu mengurangi kesenjangan sosial, tetapi juga menciptakan stabilitas sosial dan ekonomi bagi masyarakat.

    Ia mengharapkan dengan adanya dukungan luas dari berbagai kalangan, program tiga juta rumah bisa terealisasi tepat waktu, sekaligus memberikan dorongan positif bagi sektor konstruksi nasional.

    Pewarta: Benardy Ferdiansyah
    Editor: Chandra Hamdani Noor
    Copyright © ANTARA 2024

  • Maruarar dan Fahmi Hamzah Minta Bantuan KPK Kawal Program 3 Juta Rumah Prabowo

    Maruarar dan Fahmi Hamzah Minta Bantuan KPK Kawal Program 3 Juta Rumah Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA — Menteri  Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait dan Wakil Menteri (Wamen) PKP Fahri Hamzah menemui pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Selasa (5/11/2024).

    Pertemuan itu membicarakan sejumlah hal mulai dari pencegahan korupsi hingga Program 3 Juta Rumah.

    Maruarar dan Fahri bertemu dengan Wakil Ketua KPK Johanis Tanak di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, sore ini. Setidaknya tiga hal yang dibicarakan oleh Kementerian PKP dan KPK pada pertemuan yang berlangsung sekitar 2,5 jam itu. 

    Pertama, Maruarar meminta KPK untuk membuat sistem pencegahan korupsi di kementeriannya. Dia menyebut KPK langsung mengabulkan permintaannya itu. 

    “Kedua, kami meminta personalia untuk menjadi Inspektorat Khusus di kami, dan itu sudah disetujui. Juga di beberapa bidang yang strategis di kementerian kami,” ujarnya kepada wartawan di Gedung Merah Putih KPK, Jakarta, Selasa (5/11/2024).

    Ketiga, Kementerian PKP juga berkoordinasi dengan KPK terkait dengan aset-aset tanah rampasan hasil tindak pidana korupsi. Aset tanah yang kini menjadi milik negara itu ingin dimanfaatkan untuk program 3 Juta Rumah yang dicanangkan oleh Presiden Prabowo Subianto.

    “Kami juga memohon kiranya aset-aset, terutama tanah yang ideal, yang cocok untuk perumahan rakyat, kiranya bisa dimanfaatkan oleh rakyat Indonesia. Supaya tanah-tanah dari koruptor itu bisa dimanfaatkan untuk perumahan bagi rakyat Indonesia yang masih banyak kekurangan atau belum memiliki rumah,” kata Politisi Partai Gerindra itu. 

    Pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua KPK Johanis Tanak menyatakan lembaganya siap untuk mendukung pemberantasan korupsi dan bersinergi dalam pembangunan perumahan rakyat yang ditargetkan.

    “Kami dari jajaran KPK mendukung sepenuhnya program presiden yang akan dilaksanakan oleh pak Menteri [Perumahan, red], jadi aset-aset tanah dan bangunan kami akan inventarisir dan apabila ada surat kementerian untuk meminta skala prioritas akan kami berikan kepada kementerian dimanfaatkan untuk rumah rakyat,” ujar Johanis.

    Sebelumnya, Maruarar sudah lebih dulu menyambangi Kejaksaan Agung (Kejagung) untuk berkoordinasi terkait dengan target 3 Juta Rumah Prabowo. Pemerintah juga berharap agar aset tanah rampasan hasil korupsi yang ditangani Kejagung bisa dimanfaatkan untuk lahan perumahan rakyat.

  • Uang Kantong Pribadi untuk Program Negara, Dedikasi atau Anomali?

    Uang Kantong Pribadi untuk Program Negara, Dedikasi atau Anomali?

    Bisnis.com, JAKARTA – Belum genap satu bulan, aksi pejabat di pemerintahan Presiden Prabowo Subianto selalu menarik untuk dicermati. Salah satunya, sejumlah pejabat Negara yang menggunakan uang pribadi untuk mendanai kegiatan atau program Negara.

    Mulai dari selebriti sekaligus Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni kabinet Merah Putih Raffi Ahmad yang belum lama ini berkomitmen untuk membuat agenda rutin yang mendukung pekerja seni kreatif dan generasi muda tanah air. Uniknya, kegiatan itu nantinya akan didanai dari RANS, perusahaan milik bersama istrinya Nagita Slavina.

    Belum lagi, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait (Ara) yang melakukan groundbreaking proyek perdana program 3 juta rumah yang digelar di Desa Sukawali, Kecamatan Pakuhaji, Kabupaten Tangerang, Provinsi Banten.

    Dalam laporannya, peletakan batu pertama dari pembangunan rumah susun gratis yang masuk dalam program 3 juta rumah tersebut diklaim oleh Ara tak menggunakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), melainkan menggandeng para pelaku usaha swasta yakni Agung Sedayu Group dan PT Bumi Samboro Sukses.

    Bahkan, dia mendekrarasikan untuk menyumbangkan tanah pribadinya dengan luas 2,5 hektare (Ha) untuk program pembangunan rumah.

    “Jadi tanahnya ini sebagian punya saya, sebagian punya perusahaan. Sebagai menteri harus memberi contoh gotong-royong,” kata Ara saat melakukan groundbreaking di Tangerang, Jumat (1/11/2024).

    Selanjutnya, Kepala Badan Gizi Nasional Dadan Hindayana yang baru-baru ini juga mengatakan bahwa sumber dana uji coba program makan bergizi gratis yang menelan biaya ratusan juta itu berasal dari ‘hamba Allah’.

    Dadan mengatakan biaya yang dikeluarkan untuk uji coba berkisar antara Rp800 juta-Rp900 juta per bulan. Apalagi, dalam praktik di lapangan percobaan ini telah berlangsung selama sepuluh bulan. 

    “Bisa dihitung setiap bulan itu Rp800—Rp900 juta dikalikan sepuluh bulan, itu sudah berapa satuan layanan. Dan itu yang membiayai adalah hamba Allah,” katanya dalam Rapat Dengar Pendapat BGN dengan Komisi IX DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Kamis (31/10/2024).

    Terakhir, Kepala Kantor Komunikasi Presiden Hasan Nasbi juga mengamini bahwa Presiden Prabowo Subianto mendanai secara pribadi pembekalan Retreat Kabinet Merah Putih.

    Dia menekankan bahwa kegiatan yang berjalan selama empat hari tiga malam itu terhitung sejak Kamis (24/10/2024) hingga Minggu (27/10/2024) telah dipersiapkan satu bulan sebelum pelantikan Prabowo sebagai Presiden terpilih periode 2024—2029.

    Lebih lanjut, Hasan melanjutkan bahwa meskipun saat sebelum dilantik Prabowo merupakan Menteri Pertahanan (Menhan) dari Kabinet Presiden Ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), tetapi Prabowo enggan untuk menggunakan uang Negara.

    “Kegiatan tersebut dipersiapkan oleh beliau dan tim sejak 1 bulan sebelum dilantik. Jadi menggunakan dana dari Pak Prabowo sendiri,” ujarnya kepada wartawan melalui pesan teks, Senin (28/10/2024).

    Pertanyaan pun muncul dikepala, dengan beberapa pihak dari Kabinet menekankan akan menjalankan program dengan menggunakan uang pribadi. Kira-kira apa efeknya? Apakah baik juga untuk keberlangsungan Negara? Dedikasi atau Anomali?

    Kepala Center of Macroeconomics and Finance Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman menilai bahwa penggunaan dana pribadi oleh pejabat kabinet untuk menjalankan program pemerintahan merupakan langkah yang kontroversial dan jarang terjadi. 

    Dia melanjutkan bahwa tentu hal ini akan mempunyai dampak terhadap tata kelola negara maupun pengelolaan fiskal. Meskipun sekilas tampak memberikan keuntungan, seperti penghematan anggaran negara dan percepatan realisasi program, tetapi sebenarnya mengandung sejumlah persoalan fundamental yang berpotensi melemahkan tata kelola negara dan akuntabilitas pemerintahan.

    Pertama, kata Rizal, akan ada masalah serius dalam hal transparansi. Ketika dana pribadi digunakan untuk program publik, publik harus mempertanyakan sejauh mana transparansi dan pengawasan atas dana ini dapat dipastikan. 

    “Uang pribadi pejabat yang dipakai untuk urusan negara membuka celah bagi konflik kepentingan dan penyalahgunaan kekuasaan, terutama jika sumber dana tersebut tidak dilaporkan atau diawasi dengan ketat,” ujarnya kepada Bisnis, Senin (4/11/2024).

    Lebih lanjut, dia mengatakan bahwa transparansi bukan sekadar formalitas tetapi sebuah prinsip dasar yang menjamin rakyat dapat melihat dan mengawasi kebijakan yang dibuat untuk kepentingan mereka.

    Kedua, dia menyebut ada potensi keberlanjutan program jangka panjang terancam, sebab penggunaan dana pribadi yang pada dasarnya tidak terstruktur bahkan tidak ada dalam APBN, membuat program-program yang didanai dengan cara ini rentan terhadap ketergantungan pada individu, bukan sistem. 

    “Apa yang terjadi jika pejabat yang mendanai suatu program berhenti menjabat atau mengalami perubahan posisi? Langkah ini justru mengakibatkan ketidakpastian keberlanjutan program, karena negara seharusnya bergantung pada anggaran yang konsisten, bukan dana pribadi yang bersifat temporer,” tuturnya.

    Ketiga, Rizal menyoroti bahwa langkah ini berisiko mengaburkan batas antara kepentingan publik dan pribadi. Menurutnya, program pemerintah seharusnya dibiayai oleh anggaran negara yang diambil dari pajak rakyat, bukan uang pribadi pejabat. 

    Apalagi, dia melanjutkan ketika dana pribadi digunakan untuk kepentingan negara, ada risiko bahwa pejabat tersebut melanggar prinsip netralitas dalam pengelolaan program. 

    Alhasil, hal ini membuka peluang bagi politisasi program dan penguatan pengaruh pribadi dalam kebijakan negara, sesuatu yang secara fundamental berlawanan dengan prinsip tata kelola yang sehat.

    “Jika dianggap perlu menggunakan dana pribadi, pertanyaannya adalah mengapa tidak mendorong perubahan sistem anggaran negara untuk lebih fleksibel atau cepat dalam merespon kebutuhan? Apakah ini menandakan bahwa mereka sudah kehilangan kepercayaan terhadap sistem keuangan negara yang mereka kelola sendiri?” ujarnya.

    Rizal menambahkan justru reformasi sistem keuangan negara adalah yang paling dibutuhkan jika memang ada masalah dalam pencairan anggaran atau alokasi dana yang tepat waktu.

    Dengan demikian, dia menilai bahwa langkah penggunaan dana pribadi untuk menjalankan program negara tidak cukup hanya dilihat dari manfaat praktisnya. Ini menyentuh prinsip dasar akuntabilitas, transparansi, dan keberlanjutan sistem pemerintahan. 

    Menurutnya, apabila serius ingin membangun negara yang kuat, sehat, dan mandiri, maka pemerintah seharusnya memastikan bahwa setiap program publik dibiayai oleh dana publik dan dikelola oleh sistem yang transparan, bukan oleh individu atau kelompok tertentu yang bisa mengarahkan arah kebijakan sesuai kepentingan pribadi.

    Setali tiga uang, Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira melihat bahwa program pemerintah yang gunakan uang pribadi menunjukkan bahwa anggaran sangat terbatas atau ruang fiskal tengah menyempit sehingga perlu didorong adanya kerjasama dengan pengusaha. 

    “Tentu ada risiko moral hazard-nya, kalau skemanya tidak jelas bisa tercampur antara anggaran negara APBN dengan dana pribadi. Potensi korupsinya besar,” ujarnya. 

    Bhima juga menilai praktik ini cenderung melahirkan konsep abuse of power sehingga menteri yang mengeluarkan dana pribadi akan mendorong kebijakan yang menguntungkan bisnis pribadi atau kelompoknya. 

    Senada, Direktur Indonesia Publik Institut Karyono Wibowo justru memandang bahwa menjelang 100 hari pemerintahan Prabowo Subianto, setiap pembantunya justru memberikan anomali dengan gencar berdedikasi untuk Negara.

    “Saya melihat ini gimik dan lucu, bahkan agak bias ini program pemerintah dibiayai oleh dana pribadi itu bias dan tidak ada aturan di sana. Akhirnya akan membuka ketidak percayaan publik terhadap keuangan Negara nantinya,” ujarnya.

    Karyono menilai bahwa apabila setiap kementerian melakukan lobi agar tercipta kerja sama antara pemerintah dengan swasta akan lebih masuk akal apabila dibandingkan dengan pencitraan penggunaan uang pribadi untuk Negara.

    Menurutnya, seharusnya setiap pembantu dari Prabowo Subianti sebaiknya memberikan gagasan yang lebih rasional dan tidak memberikan wacana yang kurang masuk akal dan hanya mengedepankan gimik semata.

    Penyebabnya, langkah bias itu, kata Karyono akan berdampak pada laporan pertanggungjawaban. Menariknya akan mengubah sistem dan format pelaporan karena ada sumber pembangunan dari pembiayaan pribadi. 

    “Karena kalau pakai uang pribadi rumusnya bagaimana. Akan berdampak pada pertanggung jawabananya. Jadi, ini lebih mengejar kepada opini publik dan membangun citra pemerintah 100 hari ke depan,” pungkas Karyono.

  • AHY Cerita Ada 5 Kementerian Teknis di Bawah Kemenkonya: Paten Nggak?

    AHY Cerita Ada 5 Kementerian Teknis di Bawah Kemenkonya: Paten Nggak?

    Jakarta

    Ketua Umum (Ketum) Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) bercerita soal adanya lima kementerian teknis di bawah Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan. AHY menyampaikan rasa syukur lantaran posisinya sekarang didapat atas kerja keras seluruh kader.

    “Saya bersyukur karena ada satu pos Kementerian Koordinator yang baru saja dibentuk, yaitu Kemenko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan. Di bawahnya ada lima kementerian teknis, boleh saya jelaskan di sini ya?” tanya AHY kepada peserta Bimtek Nasional Partai Demokrat di Red Top Hotel, Gambir, Jakarta Pusat, Senin (4/11/2024) malam.

    AHY menyebut ada lima kementerian yang dibawahi oleh dirinya. Salah satunya adalah Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR)/Badan Pertanahan Nasional (BPN).

    “Ada lima kementerian teknis di bawah Kemenko Infrastruktur ini. Yang pertama adalah Kementerian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional di mana 8 bulan yang lalu saya berada disitu. Itu menjadi bagian dari Kemenko Infrastruktur,” ujar AHY.

    AHY menyebut adapula Kementerian Pekerjaan Umum (PU). Ia juga menyebut ada Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman.

    “Yang kedua Kementerian Pekerjaan Umum Pak Dodi tadi, yang kini tidak lagi PUPR Tapi dipisah Jadi PU sendiri. Kemudian ada Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman, Menterinya namanya Pak Maruarar Sirait,” ujar AHY.

    “Yang kelima adalah Kementerian Perhubungan Itu juga dibawah Kemenko Infrastruktur. Bicara darat, laut, udara ada di sini Ini. Paten nggak?” tanya AHY yang dibalas dengan ucapkan ‘paten’ oleh kader.

    “Ini kerja keras semuanya ya, kerja keras semuanya kami hanya menjadi representasi dari keluarga besar Partai Demokrat. Mohon doanya mudah-mudahan kami bisa menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya,” imbuhnya.

    (dwr/maa)

  • Tugas Berat Menteri Ara, Bangun 8.333 Rumah Tiap Hari dengan Anggaran Rp 750 Triliun Setahun

    Tugas Berat Menteri Ara, Bangun 8.333 Rumah Tiap Hari dengan Anggaran Rp 750 Triliun Setahun

    Jakarta, Beritasatu.com – Ketua Komisi V DPR Lasarus mengingatkan Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait atau biasa disapa Ara akan tugas berat untuk mencapai target membangun 3 juta rumah dalam setahun. Untuk mencapai target tersebut, kata Lasarus, Ara dan jajarannya harus membangun rumah sebanyak 8.333 sehari dengan total anggaran sebanyak Rp 750 triliun dalam setahun.

    “Sebanyak 3 juta (rumah) dibagi 360 (hari dalam satu tahun), saya pakai kalkulator tadi, berarti setiap hari itu harus jadi rumah 8.333 buah. Selamat bertugas Pak Menteri,” ujar Lasarus saat rapat kerja Komisi V DPR dengan Menteri Ara di gedung DPR, kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (4/11/2024).

    Jika dikonversi dalam satu jam, kata Lasarus, maka Kementerian PKP harus membangun 694 rumah dalam rentang waktu satu jam. Menurut dia, dengan kondisi tersebut, Menteri Ara dan jajarannya harus bekerja keras untuk mencapai target membangun 3 juta rumah dalam setahun.

    “Setiap jam harus selesai 694 rumah, saya sudah hitung. Jadi kami Komisi V juga harus kerja keras supaya tercapai tujuannya,” tandas Lasarus.

    Belum lagi, kata Lasarus, anggaran yang yang dibutuhkan untuk membangun 3 juta rumah sebesar Rp 750 triliun. Lasarus mendapatkan angka sebesar itu dari perbandingan anggaran untuk sektor perumahan dalam 5 tahun terakhir yang menghabiskan dana sebesar Rp 119 triliun untuk pembangunan sekitar 2,17 juta unit rumah.

    Sementara itu, pagu anggaran Kementerian Perumahan dan Kawasan Permukiman 2025 hanya Rp 5 triliun. Anggaran tersebut jauh di bawah anggaran Ditjen Perumahan 2024 sebesar Rp 14 triliun.

    “Rp 750 triliun satu tahun, kita baru bicara uang mampu tidak kita siapkan Rp 750 triliun. Kemudian sumber daya manusianya bagaimana,” tandas dia.

    Menurut Lasarus, keterlibatan pihak swasta penting dalam proyek membangun 3 juta rumah tersebut. Hanya saja, dia mengingatkan bahwa keterlibatan swasta pasti terukur karena memiliki hitungan-hitungan tersendiri.

    Oleh karena itu, Lasarus meminta Kementerian PKP untuk segera menyampaikan rancangan atau blueprint terkait program pembangunan 3 juta rumah.

    “Kami tentu juga bertanggung jawab secara moral kepada Pak Menteri dan kepada bangsa dan negara, karena anggaran Bapak kami yang mengesahkan,” pungkas dia.