Tag: Mark

  • Apple-Instagram Ngaku Diperas Minta Tolong Trump, Begini Kronologinya

    Apple-Instagram Ngaku Diperas Minta Tolong Trump, Begini Kronologinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple dan Meta (induk usaha Facebook, Instagram, dan WhatsApp) baru saja dikenai dengan dari Uni Eropa dengan nilai total US$ 800 juta (Rp 13,5 triliun. Denda jumbo tersebut membuat petinggi Apple dan Meta gerah hingga meminta tolong Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Denda dan hukuman lain yang dijatuhkan Uni Eropa ke Apple dan Meta adalah bagian dari rangkaian langkah tegas Komisi Uni Eropa untuk mengadang dominasi perusahaan teknologi di ruang digital. Uni Eropa melakukan penertiban lewat aturan Digital Markets Act (DMA), sebuah regulasi baru yang dirancang untuk menciptakan persaingan sehat di pasar digital.

    Tujuan utamanya untuk mengatur perusahaan-perusahaan teknologi besar yang disebut “gatekeepers” agar tidak menyalahgunakan posisi dominannya di pasar digital.

    Digital Markets Act adalah regulasi Uni Eropa yang mulai diimplementasikan secara penuh pada Maret 2024.

    Sebuah perusahaan dikategorikan sebagai gatekeeper jika memenuhi beberapa kriteria. Pertama, omzet tahunan mereka di Eropa minimal 7,5 miliar euro selama tiga tahun terakhir, atau kapitalisasi pasar lebih dari 75 miliar euro.

    Kedua, memiliki platform inti, seperti mesin pencari, jejaring sosial, layanan perpesanan, atau toko aplikasi dengan lebih dari 45 juta pengguna bulanan aktif dan 10.000 pengguna bisnis tahunan di Uni Eropa.

    Selain itu, perusahaan menempati posisi dominan dan stabil di pasar selama tiga tahun berturut-turut.

    DMA menetapkan sejumlah larangan dan kewajiban bagi gatekeeper, di antaranya, tidak boleh memprioritaskan produk mereka sendiri di platform (self-preferencing). Perusahaan juga wajib mengizinkan interoperabilitas dengan layanan pesaing.

    Selain itu, tidak boleh memaksa pengguna untuk menggunakan layanan tertentu, seperti sistem pembayaran milik sendiri. Dan Harus memungkinkan pengguna untuk menghapus aplikasi bawaan.

    Gatekeeper yang melanggar DMA dapat dikenakan denda hingga 10% dari omzet global tahunan, dan hingga 20% untuk pelanggaran berulang. Dalam kasus yang berat, Uni Eropa bahkan dapat memaksa perusahaan untuk membubarkan bagian bisnis tertentu.

    Pada September 2023, Komisi Eropa untuk pertama kalinya menetapkan enam gatekeeper, termasuk di antaranya Alphabet, Amazon, Apple, ByteDance, Meta, Microsoft, di bawah DMA.

    Beda DMA dan DSA

    Selain DMA, Uni Eropa memberlakukan juga Digital Services Act (DSA). Kedua aturan ini dirancang untuk menciptakan ruang digital yang lebih aman dan adil bagi seluruh pengguna dan pelaku usaha di Eropa.

    Kedua aturan ini saling melengkapi, tetapi memiliki fokus dan tujuan yang berbeda.

    DSA fokus pada keselamatan pengguna dan perlindungan hak-hak digital. Undang-undang ini menetapkan aturan bagi layanan digital, khususnya platform online seperti ecommerce, jejaring sosial, platform berbagi konten, toko aplikasi, dan layanan akomodasi online.

    Foto: REUTERS/Dado Ruvic
    REFILE – CLARIFYING CAPTION Silhouettes of mobile users are seen next to a screen projection of Instagram logo in this picture illustration taken March 28, 2018. REUTERS/Dado Ruvic

    Platform yang sangat besar, dengan lebih dari 45 juta pengguna bulanan di UE, wajib memenuhi standar tertinggi dalam regulasi ini.

    Mengutip laman resminya, aturan DSA ingin memastikan bahwa dunia digital aman, transparan, dan bertanggung jawab, melindungi pengguna dari konten ilegal dan penyalahgunaan algoritma.

    Pada September 2024 lalu, Apple mendapat peringatan keras dari regulator antimonopoli Uni Eropa. Peringatan tersebut meminta agar Apple untuk membuka akses perangkat lunak miliknya ke para pesaing, atau ancaman denda menanti.

    Regulator yang berbasis di Brussels itu akan menentukan bagaimana Apple menyediakan interoperabilitas yang efektif dengan fungsionalitas seperti notifikasi, pemasangan perangkat, dan konektivitas.

    Proses kedua menyangkut bagaimana Apple menangani permintaan interoperabilitas yang diajukan oleh pengembang dan pihak ketiga untuk iOS dan iPadOS. Perusahaan diminta untuk memastikan proses yang transparan, tepat waktu, dan adil.

    Namun, enam bulan kemudian Apple gagal mematuhi permintaan Komisi tersebut.

    Minta tolong Trump

    Apple didenda oleh Komisi Eropa sebesar 500 juta euro (Rp 9,6 triliun). Para pejabat mengatakan bahwa Apple gagal mematuhi kewajiban “anti-pengaturan” di bawah DMA.

    Apple diharuskan untuk mengizinkan pengembang secara bebas menginformasikan kepada pelanggan tentang penawaran alternatif di luar App Store.

    Apple mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mereka berencana untuk mengajukan banding atas denda Uni Eropa sambil melanjutkan diskusi dengan Komisi.

    CEO Meta Mark Zuckerberg memperkenalkan Orion AR Glasses saat ia menyampaikan pidato utama selama acara tahunan Meta Connect di kantor pusat perusahaan di Menlo Park, California, AS, 25 September 2024. (REUTERS/Manuel Orbegozo)

    “Pengumuman hari ini adalah contoh lain dari Komisi Eropa yang secara tidak adil menargetkan Apple dalam serangkaian keputusan yang buruk bagi privasi dan keamanan pengguna kami, buruk bagi produk, dan memaksa kami untuk memberikan teknologi kami secara gratis,” kata Apple dikutip dari CNBC Internasional.

    Sementara itu, Meta didenda 200 juta euro (Rp 3,8 triliun). Komisi Uni Eropa menemukan bahwa Meta secara ilegal mengharuskan pengguna untuk menyetujui pembagian data mereka dengan perusahaan atau membayar layanan bebas iklan.

    Hal ini sebagai tanggapan atas pengenalan Meta atas tingkat langganan berbayar untuk Facebook dan Instagram pada November 2023.

    Joel Kaplan, kepala urusan global Meta, mengatakan bahwa Komisi tersebut berusaha untuk melumpuhkan bisnis asal Amerika. Sementara mengizinkan perusahaan-perusahaan China dan Eropa lain untuk beroperasi dengan standar yang berbeda.

    “Ini bukan hanya tentang denda. Komisi yang memaksa kami untuk mengubah model bisnis kami secara efektif membebankan tarif miliaran dolar kepada Meta sambil mengharuskan kami untuk menawarkan layanan yang lebih rendah,” kata Kaplan.

    “Dan dengan membatasi iklan yang dipersonalisasi secara tidak adil, Komisi Eropa juga merugikan bisnis dan ekonomi Eropa,” imbuhnya.

    Di satu sisi, ByteDance, pemilik TikTok, kalah dalam gugatan di pengadilan Uni Eropa pada Juli 2024. Gugatan itu terkait digolongkannya TikTok sebagai gatekeeper dalam aturan terkait pasar digital di wilayah tersebut.

    Dari UU Pasar Digital Uni Eropa, gatekeeper adalah platform yang punya posisi sangat dominan. Menurut para hakim, Bytedance telah memenuhi ambang batas terkait aturan tersebut. Mulai dari nilai pasar global, jumlah pengguna TikTok di Eropa, dan ambang batas periode penguasaan pasar.

    Bytedance menyatakan kecewa dengan keputusan tersebut. Namun tetap berjanji akan mengambil langkah mematuhi kewajiban relevan dari aturan tersebut.

    “Sekarang kami akan melakukan evaluasi langkah selanjutnya, kami mengambil langkah mematuhi kewajiban relevan aturan sebelum tenggat Maret,” jelas perusahaan.

    Bytedance mengatakan hasil pengadilan bisa melemahkan tujuan UU Pasar Digital. Yakni akan melindungi lebih dulu perusahaan dominan dari pesaing baru seperti TikTok yang tidak punya posisi kuat, dikutip dari Reuters.

    Raksasa teknologi itu masih memiliki kesempatan untuk mengajukan banding ke pengadilan tertinggi di Eropa.

     

    (dem/dem)

  • TikTok Bikin Pencipta Facebook Ketakutan, Bikin Media Sosial Usang

    TikTok Bikin Pencipta Facebook Ketakutan, Bikin Media Sosial Usang

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Meta, Mark Zuckerberg, secara terbuka mengakui bahwa kehadiran TikTok menjadi ancaman besar bagi bisnis Meta.

    Pernyataan ini disampaikan saat ia memberikan kesaksian dalam sidang anti monopoli terhadap Meta yang digelar oleh Komisi Perdagangan Federal AS (FTC), Rabu (16/4/2025).

    Zuckerberg menegaskan bahwa sejak TikTok muncul 2018 lalu, aplikasi video pendek itu langsung menjadi prioritas utama dan ancaman kompetitif yang serius bagi perusahaannya. Hal ini menggarisbawahi seberapa besar tekanan yang dirasakan Meta akibat pesatnya pertumbuhan TikTok.

    Ia juga mengatakan bahwa aplikasi milik ByteDance terus menjadi fokus upaya kompetitif Meta selama beberapa tahun.

    Mulanya, ByteDance membeli Musical.ly pada 2017, dan menggabungkannya dengan TikTok tahun berikutnya.

    Sekitar waktu yang sama, Meta (saat itu dikenal sebagai Facebook) berhenti melaporkan jumlah pengguna Facebook dalam laporan kuartalannya, dan beralih ke metrik “keluarga aplikasi” baru yang mencakup Instagram dan WhatsApp.

    Perubahan ini dirancang untuk menyembunyikan fakta bahwa aplikasi unggulan Meta mengalami perlambatan pertumbuhan.

    Zuckerberg memberikan komentar menarik lainnya selama persidangan dalam menanggapi pertanyaan tentang efek jaringan platform media sosial. Dia mengatakan bahwa aplikasi media sosial tidak lagi penting untuk meningkatkan koneksi antara teman dan keluarga untuk berkembang.

    “Aplikasi-aplikasi tersebut sekarang berfungsi terutama sebagai mesin pencari,” kata Zuckerberg dalam kesaksiannya, dikutip dari TechCrunch, Jumat (25/4/2025). “Konten tersebut kemudian bisa dibawa ke aplikasi pesan,” imbuhnya.

    Namun di sisi lain, Meta kini berupaya kembali ke akar Facebook dengan menekankan kembali hubungan antar pengguna. Perusahaan bahkan meluncurkan sejumlah fitur baru yang memudahkan interaksi antar teman, termasuk pembaruan tab Friends yang kini menyoroti permintaan pertemanan dan aktivitas teman.

    Zuckerberg sebelumnya juga sempat menyampaikan kepada investor bahwa kembali ke Facebook yang orisinal merupakan salah satu target utama perusahaan untuk tahun 2025.

    (dem/dem)

  • Meta Gelar PHK Massal, Sasar Karyawan Reality Labs Gegara Bisnis Rugi Menggunung – Halaman all

    Meta Gelar PHK Massal, Sasar Karyawan Reality Labs Gegara Bisnis Rugi Menggunung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perusahaan teknologi kondang asal Amerika Serikat, Meta bersiap menggelar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dengan menargetkan karyawan di divisi Reality Labs.

    PHK ini diungkap langsung oleh Juru Bicara Meta Tracy Clayton, Jumat (25/4/2025).

    Dalam laporan tertulisnya disebutkan bahwa dalam waktu dekat perusahaan akan melakukan PHK massal, namun tak dirinci berapa jumlah karyawan yang akan terdampak pemecatan ini.

    Sementara dikutip dari Bloomberg, Meta Platforms Inc. diketahui melakukan PHK terhadap 100 orang di divisi Reality Labs.

    Adapun PHK yang dilakukan perusahaan yang berbasis di Menlo Park, California tersebut bakal menargetkan unit Oculus Studios, yakni divisi yang bertugas mengembangkan permainan dan konten VR dan AR untuk headset Quest VR Meta.

    “Beberapa tim di Oculus Studios tengah mengalami perubahan dalam struktur dan peran yang telah memengaruhi ukuran tim,” kata juru bicara Meta.

    PHK massal ini dilakukan sebagai bagian dari restrukturisasi internal untuk meningkatkan efisiensi dan fokus pada pengalaman mixed reality yang lebih baik di masa

    Kendati begitu pihak Meta menyesalkan harus melakukan pengurangan terhadap divisi tersebut.

    Meta menilai banyak karyawan yang kompeten dan berperan penting pada keberlangsungan divisi tersebut.

    “Kami sangat sedih untuk menyampaikan bahwa perubahan ini telah mengakibatkan hilangnya beberapa anggota tim kami yang sangat berbakat,” tulis keterangan Meta dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke grup Facebook resmi Supernatural.

    “Kontribusi mereka telah berperan penting dalam membentuk perjalanan kami dan perjalanan Anda, dan ketidakhadiran mereka akan sangat terasa,” imbuh keterangan itu.

    Bisnis Reality Labs Meta Boncos

    Sebelum PHK digelar tepat setelah divisi Reality Labs Meta terus mencatat kerugian operasional.

    Terbaru, total kerugian divisi Reality Labs Meta yang menggunung hingga tembus mencapai 4,97 miliar dolar AS, sebuah angka yang sangat signifikan.

    Sementara penjualan hanya mencatatkan laba 1,1 miliar dolar AS selama kuartal keempat.

    Meta mengungkap kerugian terjadi karena disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti biaya riset dan pengembangan yang tinggi.

    Selain itu perusahaan juga mengalami hambatan dan keterbatasan dalam pendapatan yang diperoleh dari penjualan Headset serta aplikasi VR.

    Meskipun Meta telah menggelontorkan miliaran dolar untuk mengembangkan teknologi AR (augmented reality) dan VR (virtual reality).

    Namun pada kenyataannya pendapatan yang dihasilkan oleh perangkat keras seperti headset Meta Quest dan aplikasi VR belum mampu menutup pengeluaran besar yang dikeluarkan untuk pengembangan produk dan teknologi.

    Serangkaian tekanan ini yang kemudian mendorong Meta untuk mengurangi biaya operasional yang merupakan bagian dari strategi jangka panjang yang lebih besar.

    Bahkan sebelum PHK digelar, CEO Meta Mark Zuckerberg  sempat merilis memo di forum internal Workplace terkait rencana pemangkasan karyawan.

    Zuckerberg memberitahu karyawan bahwa tahun 2025 akan “menjadi tahun yang intens.

    “Perusahaan menetapkan bahwa mereka memotong sekitar 5 persen dari karyawan dengan kinerja terendah,”katanya.

    Bukan Kali Pertama

    PHK seperti bukan kali pertama yang dilakukan Meta, sejak 2022 silam perusahaan teknologi ini telah berulang kali memangkas jumlah karyawannya.

    Di bulan November 2022, Meta dilaporkan memecat 11.000 karyawan dengan alasan proyeksi pertumbuhan yang terlalu optimis pasca pandemi COVID-19.

    Kemudian pada Maret 2023, Meta kembali memangkas 10.000 karyawan sebagai bagian dari inisiatif “Tahun Efisiensi” CEO Mark Zuckerberg.​

    PHK dilanjutkan pada Oktober 2024, dengan jumlah karyawan yang diberhentikan yakni sekitar dua lusin.

    Memasuki awal tahun 2025, Meta kembali memangkas 3.600 staff berperforma rendah sebagai bagian dari upaya meningkatkan standar manajemen kinerja.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Pencuri Informasi Lewat Email di 2024 Naik 84%

    Pencuri Informasi Lewat Email di 2024 Naik 84%

    Bisnis.com, JAKARTA – Laporan terbaru IBM bertajuk X-Force Threat Intelligence Indeks 2025 mencatat peningkatan pengiriman email yang mengandung infostealer (teknik pencurian informasi) sebesar 84% dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Peningkatan ini mengindikasikan strategi para pelaku guna memperbesar skala pencurian identitas.

    Laporan ini menunjukkan tren dan pola serangan baru dan yang sedang berlangsung, berdasarkan penanganan insiden, dark web, dan sumber intelijen lainnya.

    Temuan Utama dalam X-Force Threat Intelligence Index 2025 Tahun lalu, 70% serangan yang ditangani IBM X-Force menargetkan sektor infrastruktur penting pada organisasi, dan lebih dari seperempatnya terjadi karena celah keamanan yang dimanfaatkan para peretas.

    Adapun, semakin banyak pelaku kejahatan siber memilih mencuri data (18%) daripada mengenkripsinya (11%), karena teknologi deteksi semakin canggih dan meningkatnya upaya penegak hukum yang mendorong para peretas bergerak lebih cepat untuk segera kabur.

    Lebih jauh diungkapkan, sekitar 1 dari 3 insiden yang terjadi sepanjang 2024 melibatkan pencurian kredensial, karena para peretas semakin gencar mengejar berbagai cara untuk mendapatkan, mencuri dan menjual informasi login dengan cepat.

    Masih tahun lalu, IBM X-Force menemukan peningkatan pengiriman email phishing yang membawa infostealers. Data awal 2025 menunjukkan lonjakan lebih lanjut sebesar 180% dibandingkan dengan 2023. 

    Lonjakan ini sebagian disebabkan oleh pemanfaatan AI oleh pelaku untuk membuat email phishing dalam skala besar.

    Phishing terhadap kredensial dan adanya infostealers telah menjadikan serangan identitas semakin murah, mudah diperluas, dan sangat menguntungkan bagi para pelaku kejahatan. 

    Infostealers memungkinkan pencurian data secara cepat, mempersingkat waktu yang dibutuhkan pelaku berada dalam sistem target, serta meninggalkan jejak forensik yang minim.

    Global Managing Partner untuk Cybersecurity Services di IBM Mark Hughes menyebut penjahat siber sering kali masuk tanpa merusak apa pun—mereka memanfaatkan celah identitas dari lingkungan hybrid cloud yang kompleks, yang memberikan banyak titik akses bagi mereka. 

    “Bisnis perlu berhenti mengandalkan pencegahan ad-hoc, yang bersifat reaktif, tidak terstruktur, dan hanya dilakukan saat masalah muncul, dan mulai fokus pada langkah-langkah proaktif,” kata Hughes dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (25/4/2025). 

    Langkah-langkah proaktif yang dimaksud meliputi memodernisasi sistem otentikasi, menutup celah multi-factor authentication (MFA), dan melakukan threat hunting secara real-time untuk menemukan ancaman tersembunyi, sebelum data yang sensitif terekspos.

  • Toko HP di China Display iPhone 17 dan iPhone 17 Air

    Toko HP di China Display iPhone 17 dan iPhone 17 Air

    Jakarta, CNBC Indonesia – Toko ponsel di China dilaporkan sudah memamerkan barang CAD iPhone 17 Air. Padahal tanggal peluncuran resmi global seri tersebut belum diumumkan Apple.

    Kehadiran produk unit tiruan itu muncul pada akun X milik “pembocor” Majin Bu. Dalam unggahannya terlihat ponsel yang diduga iPhone 17 Air beserta model lain dalam seri tersebut, termasuk iPhone 17 Pro Max, dikutip dari Toms Guide, Jumat (25/4/2025).

    Unggahan tersebut memperlihatkan bagian belakang ponsel. Salah satu yang bisa dikenali adalah penempatan kamera berbeda dengan seri-seri sebelumnya.

    Kamera belakang iPhone 17 Air ditempatkan dalam pelat memanjang ke samping dengan satu bulatan kamera di bagian kiri. Terdapat beberapa tulisan iPhone 17 Air di bagian tenggah dengan beberapa tombol di masing-masing samping ponsel.

    Dalam sejumlah laporan, iPhone 17 Air akan debut sebagai ponsel tipis. Laporan Mark Gurmann dari Bloomberg mengatakan ponsel menjadi penanda peralihan ke ponsel ramping tanpa port pengisi daya.

    Kabar ini juga terlihat dari video Majin Bu yang membandingkan dengan ponsel iPhone lainnya.

    Tidak jelas darimana produk dummy itu berasal. Notebook Check mengklaim toko yang memamerkan produk itu adalah Apple Store, namun ini juga penuh tanda tanya karena perusahaan sangat tertutup soal kemunculan produk baru.

    Video lain terkait penampakan iPhone 17 juga muncul dari unggahan Unbox Therapy. Toms Guide menuliskan unit tiruan yang muncul dalam video nampaknya dari produsen casing asal China.

    Dalam video terdapat iPhone 17 Air dengan ketipisan mencapai 5,65 mm. Jadi jauh lebih tipis dari kabar yang menyebutkan iPhone 17 Pro Max memiliki ukuran 8,75 mm.

    (dem/dem)

  • Bersama Cenderaloka, Harapan Baru UMKM Lokal untuk Go Digital – Halaman all

    Bersama Cenderaloka, Harapan Baru UMKM Lokal untuk Go Digital – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Para pelaku UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) mendapatkan suntikan semangat baru lewat kegiatan pelatihan digitalisasi bertajuk Level Up UMKM Go Digital yang digelar pada Kamis, 24 April 2025.

    Melalui program Cenderaloka, puluhan pelaku usaha lokal diajak menyelami lebih dalam dunia pemasaran digital.

    Mereka tidak hanya dikenalkan pada tren industri terkini, tetapi juga dibekali strategi konten marketing dan teknik pengambilan foto produk secara praktis.

    Kintan Putri, Business & Product Manager dari Tribun Network, mengungkapkan banyak pelaku UMKM masih terjebak pada pola pemasaran lama, yang mengandalkan toko fisik dan promosi konvensional.

    “Banyak pelaku usaha kecil yang kesulitan memasarkan produknya karena belum terbiasa dengan cara-cara baru. Mereka punya produk bagus, tapi belum tahu bagaimana menjangkau pasar yang lebih luas secara online,” jelasnya saat workshop berlangsung di Hotel Royal Darmo, Yogyakarta.

    Menurutnya, Cenderaloka hadir sebagai wadah untuk menjembatani kesenjangan tersebut.

    Platform ini tidak hanya menyediakan tempat promosi bagi perajin lokal, tapi juga memberikan pendampingan agar mereka memahami seluk-beluk pemasaran digital.

    “Kami ingin pelaku UMKM tidak hanya aktif di media sosial atau punya website, tapi juga tahu bagaimana menyampaikan pesan yang tepat lewat konten yang relevan,” tambah Kintan.

    Ia menilai, potensi UMKM di wilayah ini sangat besar. Banyak produk lokal yang memiliki nilai jual tinggi, namun belum optimal dalam pemanfaatan teknologi sebagai alat bantu promosi.

    Lanjut dia, keunikan produk UMKM lokal itulah yang harus ditonjolkan. Keunikan produk bisa dilakukan dengan inovasi produk. 

    Sebagai platform jual beli digital, Cenderaloka menjadi sarana pemasaran dan membuka akses pasar semakin luas. 

    “Cenderaloka menyasar perajin langsung, karena kan kalau di ritel harga pasti di-mark up, jadi kesannya produk UMKM itu mahal. Kalau langsung dari perajin, tentu harganya jauh lebih bersaing, dan juga nggak ada hidden fee. Pasang iklan free, dan free artikel yang akan di-publish di Tribun Network dan diposting di sosial media Cenderaloka,” ujarnya.

    “Value yang dibawa Tribun Network itu kan mata lokal menjangkau Indonesia. Kalau berkaca mata lokal, banyak banget potensinya. Tribun Network sebagai media yang punya banyak unit ingin melestarikan value dan budaya lokal melalui UMKM,” lanjutnya.

    Business General Manager Tribun Jogja, Danang Purwoko menerangkan potensi lokal di DIY sangat besar, apalagi jika bicara mengenai industri kreatif, baik itu kerajinan maupun cendera mata lainnya.

    Namun, pemasaran masih menjadi kendala besar yang dihadapi pelaku UMKM lokal. Untuk itu, Tribun Network mengambil peran untuk mengamplifikasi dan menggaungkan potensi UMKM lokal di 69 jaringan.

    “Harus kolaborasi, mereka nggak bisa jualan sendiri, Tribun punya platform, punya ekosistem untuk membantu jualan. Sehingga Tribun Network ini menjembatani, agar potensi lokal diketahui banyak orang,” terangnya.

    Seorang peserta Workshop Cenderaloka, Devysaad, mengaku sangat senang bisa mengikuti workshop.

    Pasalnya, dia mendapatkan banyak pengetahuan baru dan memiliki kesempatan untuk memasarkan produknya di Cenderaloka.

    Ia mengakui pemasaran memang menjadi kendalanya dalam memasarkan kalung batik buatannya.

    Dengan adanya platform Cenderaloka, maka pasar akan semakin luas. Sehingga brandnya, Ndalemart Gallery bisa semakin dikenal masyarakat.

    “Tentu ini sangat bermanfaat bagi kami. Kalau pasarnya semakin luas, potensi untuk laku juga lebih tinggi, tentunya kami semakin semangat untuk produksi. Harapannya produksinya bisa berkesinambungan,” pungkasnya. (*)

  • Nothing More Ajak Chris Daughtry untuk Materi Baru di Album Carnal Deluxe

    Nothing More Ajak Chris Daughtry untuk Materi Baru di Album Carnal Deluxe

    JAKARTA – Dikenal sebagai band rock yang eksplosif, Nothing More kembali menghadirkan gebrakan. Kali ini mereka menggabungkan serangan penuh energi dengan melodi yang melayang dan lanskap suara unik dalam lagu-lagu dan album yang secara lugas merangkul emosi mentah.

    Band peraih tiga kali nominasi Grammy ini resmi merilis edisi deluxe dari album 2024 mereka yang diakui secara luas, CARNAL di semua platform digital melalui Better Noise Music. Pre-order untuk rilis fisik dalam bentuk CD dan vinyl—yang dijadwalkan keluar pada 16 Mei 2025.

    Jonny Hawkins (vokal ) , Mark Vollelunga (gitar) , Daniel Oliver (bass), dan Ben Anderson (drums) meluncurkan edisi CARNAL (DELUXE) menambahkan lima lagu bonus, termasuk versi baru dari lagu emosional “FREEFALL,” yang kali ini menampilkan artis rock bersertifikat 6x Platinum, Chris Daughtry, tersedia di semua platform digital.

    Video “FREEFALL” mengisahkan seorang petugas pemadam kebakaran yang berjuang dengan kesehatan mentalnya dan secara tak terduga menemukan arah hidup baru setelah bertemu dengan seekor anjing liar. Tonton videonya di halaman YouTube resmi Better Noise Music. Nothing More kembali bekerja sama dengan sutradara Stephen Wayne Mallet(yang sebelumnya juga mengarahkan video “Fade In, Fade Out”, dari album THE STORIES WE TELL OURSELVES (2017), yang kini telah ditonton lebih dari 10 juta kali).

    “Kami menulis lagu ini sebagai sebuah himne bagi mereka yang merasa terjebak dalam fase ketidakpastian dan kekacauan dalam hidup mereka,” jelas vokalis Jonny Hawkins tentang “FREEFALL” dalam keterangan tertulisnya, 22 April.

    “Setiap dari kita pasti pernah atau akan mengalami saat-saat di mana hidup terasa seperti kehilangan pijakan.. berakhirnya sebuah hubungan, kehilangan pekerjaan, atau kematian anggota keluarga yang kita cintai. Masa-masa ini bisa dipenuhi kecemasan atau justru membawa euforia spiritual saat kita menerima perubahan itu. Kami selalu percaya bahwa kehilangan adalah undangan untuk naik ke tingkat kesadaran yang lebih tinggi.. dan lagu ini adalah cara kami merangkum perasaan itu. Chris Daughtry benar-benar mengangkat emosi tersebut dengan vokalnya yang luar biasa. Kami sangat terhormat bisa berkolaborasi dengannya dalam salah satu lagu terbaik yang pernah kami tulis.”

    Album CARNAL telah membawa band ini meraih dua single #1 di tangga lagu Active Rock—“ANGEL SONG (feat. David Draiman)” dan “IF IT DOESN’T HURT”—dan sejauh ini telah mengumpulkan lebih dari 100 juta streaming. Album ini mendapatkn pujin sebagai “salah satu rilisan paling eklektik dari bnd ini” (Blabbermouth) dan menampilkan 15 “anthem rock penuh energi yang menangkap kekuatan panggung band ini” (Knotfest).

    Empat lagu bonus lainnya dalam CARNAL (DELUXE) termasuk versi live dari “ANGEL SONG” yang direkam saat penampilan band di Aftershock Festival 2024 dimana Nothing More tampil bersama vokalis tamu David Draiman dari Disturbed; dua lagu yang telah di-remix oleh Matt Good (Hollywood Undead, Asking Alexandria) dan Justin “JD” Deblieck (Ice Nine Kills, Motionless In White); serta lagu baru yang dirilis pada 7 Februari, “WE’RE ALL GONNA DIE.”

  • Elon Musk Minggir, Zuckerberg Punya Mesin Uang Baru

    Elon Musk Minggir, Zuckerberg Punya Mesin Uang Baru

    Jakarta, CNBC Indonesia – Miliarder teknologi, Mark Zuckerberg dan Elon Musk, kerap saling sindir di hadapan publik. Bahkan, keduanya pernah berniat untuk bergulat secara fisik.

    Sejatinya, Musk dan Zuckerberg memiliki kesamaan. Keduanya masuk dalam jajaran orang terkaya di dunia, serta mengendalikan raksasa media sosial. Musk merupakan pemilik X, sementara Zuckerberg menguasai Meta yang menaungi Facebook, Instagram, WhatsApp, dan Threads.

    Threads merupakan layanan serupa X. Bahkan, ketika X ditinggal pengguna gara-gara keterlibatan Musk dalam kampanye Pilpres memenangkan Trump, banyak yang beralih layanan pesaing termasuk Threads.

    Saat ini, Musk diterpa masalah bertubi-tubi. Mulai dari gerakan boikot Tesla, hingga perang dagang AS-China yang memengaruhi kerajaan bisnisnya.

    Di saat bersamaan, Zuckerberg justru memamerkan ‘mesin uang’ baru. Meta baru-baru ini membuka fitur iklan untuk aplikasi Threads.

    Induk perusahaan Instagram mengatakan memperluas iklan Threads di semua pengiklan seluruh dunia, dikutip dari Threads, Kamis (23/4/2025).

    Iklan di Threads akan diaktifkan secara default untuk semua kampanye iklan baru. Ini menggunakan Advantage+ Meta atau penempatan manual.

    Sebelumnya fitur iklan telah diujicoba di dua negara yakni Amerika Serikat (AS) dan Jepang.

    Penambahan fitur iklan ini akan menambah saingan X milik Elon Musk. Zuckerberg bahkan mengklaim platformnya lebih ramah pengiklan dengan tiga dari empat pengguna sudah mengikuti minimal satu bisnis di Threads.

    Perkembangan Threads juga mengarah ke arah positif. Sekarang sudah ada lebih dari 320 juta pengguna aktif bulanan.

    Dalam laporan pendapatan Meta, Zuckerberg mengatakan ada lebih 1 juta pendaftaran per hari aplikasi itu. Dia juga menargetkan Thread akan menjangkau lebih dari 1 miliar pengguna selama beberapa tahun ke depan.

    Pertumbuhan Threads sendiri berkat konsep jaringan sosial Meta. Aplikasi menjadi semacam perluasan dari Instagram.

    Tech Crunch menuliskan Meta menyontek konsep jaringan sosial yang berkembang seperti Mastodon dan Bluesky untuk mengembangkan Threads.

    Misalnya Meta mengintegrasikan aplikasinya dengan ActivityPub. Protokol menghubungkan Thread ke web terbuka dan terdesentralisasi bernama fediverse.

    Integrasi memang belum selesai. Jika sudah bisa dilakukan, Threads bisa menjadi layanan terbesar yang beroperasi di fediverse dan bahkan mengalahkan Mastodon.

    (fab/fab)

  • Instagram dan WhatsApp Diincar, Kerajaan Mark Zuckerberg Goyah

    Instagram dan WhatsApp Diincar, Kerajaan Mark Zuckerberg Goyah

    Jakarta

    Pengguna internet dalam 20 tahun terakhir, kemungkinan besar memiliki akun Facebook, Instagram dan WhatsApp, atau semuanya sekaligus.

    Facebook awalnya didirikan tahun 2004 oleh Mark Zuckerberg, Eduardo Saverin, Dustin Moskovitz, dan Chris Hughes. Apa yang awalnya dimaksudkan sebagai media sosial khusus mahasiswa Harvard perlahan berubah menjadi bisnis raksasa.

    Tahun 2012, Meta yang saat itu masih dikenal sebagai Facebook membeli Instagram USD 1 miliar dari pendiri Kevin Systrom dan Mike Krieger. Instagram kemudian menjadi aplikasi media sosial yang berpusat pada foto dan menjadi platform bagi influencer untuk membangun bisnis mereka.

    Meta juga membeli WhatsApp pada tahun 2014 seharga USD 19 miliar. Saat ini, aplikasi ini memiliki lebih dari 2 miliar pengguna aktif secara global dan merupakan aplikasi messenger yang paling banyak digunakan di dunia.

    Patut diakui kerajaan bisnis Meta memang luar biasa. Selain miliaran di WhatsApp, 3,35 miliar orang berbondong ke Facebook tiap bulan, sementara 2 miliar orang menggunakan Instagram. Namun Mark Zuckerberg dapat dipaksa menjual Instagram dan WhatsApp karena gugatan antimonopoli yang sudah dimulai di ruang sidang Washington.

    Gugatan antimonopoli ini awalnya diajukan Desember 2020 oleh Komisi Perdagangan Federal atau Federal Trade Comission (FTC). Mereka menuduh Meta sengaja menyalahgunakan monopoli pasar media sosial untuk membeli Instagram dan WhatsApp sebelum dapat mengancam bisnis Meta, sehingga melanggar undang-undang antimonopoli federal.

    Gugatan tersebut juga mengklaim Zuckerberg sangat menyadari aplikasi tersebut merupakan ancaman dalam komentar di email internal. Salah satu dari tahun 2012 menyebut lonjakan popularitas Instagram sangat menakutkan dan berkomentar, “Kita mungkin perlu mempertimbangkan membayar banyak uang untuk ini.”

    “Facebook secara sistematis melacak calon pesaing dan mengakuisisi perusahaan yang dianggapnya sebagai ancaman persaingan serius,” demikian tuduhan FTC. Tentu Meta sangat menentang klaim tersebut.

    “Bukti di persidangan akan menunjukkan apa yang diketahui setiap anak berusia 17 tahun di dunia, Instagram, Facebook, dan WhatsApp bersaing dengan TikTok, YouTube, X, iMessage milik China, dan banyak lainnya,” kata perusahaan itu yang dikutip detikINET dari Yahoo Finance.

    “Lebih dari 10 tahun setelah FTC meninjau dan menyetujui akuisisi kami, tindakan Komisi dalam kasus ini mengirimkan pesan bahwa tidak ada kesepakatan yang benar-benar final. Regulator seharusnya mendukung inovasi Amerika, daripada berusaha memecah perusahaan Amerika yang hebat dan semakin menguntungkan China dalam masalah kritis seperti AI,” tambah mereka.

    Jika klaim yang dilontarkan FTC terhadap Meta terbukti valid di pengadilan, Zuckerberg dapat dipaksa untuk memisahkan WhatsApp dan Instagram menjadi bisnis yang terpisah. Hal ini bisa berarti perubahan besar pada cara mereka beroperasi atau bahkan potensi penutupan.

    (fyk/rns)

  • Mengenal Trading Futures Crypto

    Mengenal Trading Futures Crypto

    Jakarta: Dalam dunia aset digital yang terus berkembang, trading futures crypto menjadi salah satu instrumen yang paling populer di kalangan trader. Tidak hanya memberikan potensi keuntungan besar, tetapi juga menawarkan fleksibilitas dalam strategi perdagangan. Namun, seperti halnya instrumen keuangan lainnya, trading futures juga memiliki risiko tinggi yang perlu dipahami secara mendalam.
     
    Dengan leverage yang tersedia pada trading futures crypto, trader bisa mengontrol posisi besar hanya dengan modal kecil. Namun, potensi keuntungan yang tinggi juga disertai risiko kerugian yang signifikan. Oleh karena itu, penting untuk memahami cara kerja futures, menerapkan strategi yang tepat, dan memiliki manajemen risiko yang kuat.
     

    Apa Itu Trading Futures Crypto?

    Secara sederhana, futures adalah kontrak derivatif yang memungkinkan dua pihak untuk membeli atau menjual aset di masa depan dengan harga yang telah disepakati sebelumnya. Dalam konteks crypto, aset yang dimaksud bisa berupa Bitcoin, Ethereum, atau mata uang crypto lainnya.
     
    Trading futures berbeda dari spot trading. Jika dalam spot trading Anda membeli aset crypto secara langsung (misalnya membeli 1 BTC), maka dalam futures, Anda hanya memperdagangkan kontrak yang merepresentasikan aset tersebut, tanpa benar-benar memilikinya.
     

    Sebagai contoh, btc usdt perp (harga Perpetual Bitcoin didalam Dollar US), dikutip dari Pintu Pro Futures, harga Mark tanggal 13 April 2025 (ditentukan dari rata-rata harga spot di beberapa exchange dan nilai funding) berada pada harga 85.417,81. sedangkan nilai funding 0,0100%. Harga BTCUSD Perp mengalami kenaikan sebesar 2,96%.
     

    Jenis-jenis Kontrak Futures Crypto

    Terdapat beberapa jenis kontrak futures yang umum digunakan di pasar crypto:

    1. Futures Berkala (Delivery Futures)
     
    Kontrak ini memiliki tanggal kedaluarsa tertentu. Ketika kontrak berakhir, aset harus diserahkan atau diselesaikan secara tunai. Suatu instrumen derivatif yang diperdagangkan di bursa. Lembaga kliring akan bertindak selaku mitra transaksi atas semua kontrak yang diperdagangkan, dan menentukan aturan marjin yang dibutuhkan, dll.
     
    2. Perpetual Futures (Futures Abadi)
     
    Jenis ini tidak memiliki tanggal kedaluarsa. Posisi dapat dibuka selama yang diinginkan, selama memenuhi margin requirement. salah satu fitur trading yang paling populer di kalangan para trader. Melalui perpetual trading, trader bisa mendapatkan keuntungan baik ketika pasar sedang bullish ataupun bearish. Apalagi, adanya leverage pada perpetual trading juga menawarkan potensi keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan spot trading. Kendati begitu, potensi keuntungan tersebut juga sebanding dengan risiko yang lebih tinggi. 
     
    3. Cash Settled vs. Physically Settled
     
    Beberapa kontrak diselesaikan dalam bentuk tunai (cash settled), sementara yang lain melibatkan pertukaran aset secara fisik (physically settled).
     

    Bagaimana Trading Futures Crypto Bekerja?

    Trading futures crypto melibatkan dua pihak utama:
     
    Long (Buy): Trader yang percaya bahwa harga crypto akan naik di masa depan.
     
    Short (Sell): Trader yang memperkirakan harga akan turun.
     
    Misalnya, jika Anda membuka posisi long pada kontrak BTC/USDT di harga USD30.000, dan kemudian harga naik ke USD32.000, Anda akan mendapatkan keuntungan dari selisih harga tersebut. Sebaliknya, jika harga turun, Anda akan mengalami kerugian.
     
    Fitur utama dari futures adalah leverage kemampuan untuk mengontrol posisi besar dengan modal kecil. Misalnya, dengan leverage 10x, Anda hanya membutuhkan USD100 untuk mengontrol posisi senilai USD1.000. Namun, leverage juga memperbesar risiko kerugian.
     

    Keuntungan Trading Futures Crypto

    1. Potensi Keuntungan dari Kedua Arah Pasar: Anda bisa menghasilkan profit baik saat harga naik (long) maupun saat turun (short).
     
    2. Leverage Tinggi: Membuka peluang besar dengan modal kecil. Cocok bagi trader yang ingin memaksimalkan potensi keuntungan dalam jangka pendek.
     
    3. Likuiditas Tinggi: Platform seperti Binance, Bybit, dan OKX menyediakan likuiditas besar, memungkinkan trader untuk masuk dan keluar pasar dengan cepat.
     
    4. Hedging (Lindung Nilai): Futures juga digunakan oleh investor besar untuk melindungi portofolio mereka dari pergerakan harga yang merugikan.
     

    Risiko dalam Trading Futures Crypto

    1. Risiko Likuidasi: Karena adanya leverage, jika pasar bergerak berlawanan dari posisi Anda, akun bisa dilikuidasi (ditutup secara otomatis) jika saldo margin tidak mencukupi.
     
    2. Volatilitas Tinggi: Pasar crypto sangat fluktuatif. Pergerakan harga bisa sangat cepat, yang berpotensi menyebabkan kerugian besar dalam waktu singkat.
     
    3. Overtrading dan Emosi: Banyak trader terpancing untuk membuka posisi terlalu sering atau terlalu besar karena tergoda potensi keuntungan cepat.
     
    4. Biaya Pendanaan (Funding Rate): Untuk kontrak perpetual, biasanya ada biaya pendanaan yang dibayar antara long dan short secara berkala, tergantung dari arah dominan pasar.
     

    Strategi Umum dalam Trading Futures

    1. Scalping: Strategi jangka pendek yang memanfaatkan pergerakan harga kecil dalam waktu sangat singkat. Membutuhkan fokus tinggi dan eksekusi cepat.
     
    2. Day Trading: Posisi dibuka dan ditutup dalam hari yang sama. Cocok bagi mereka yang aktif memantau pasar.
     
    3. Swing Trading: Mengejar tren harga dalam jangka menengah (beberapa hari hingga minggu). Mengandalkan analisis teknikal dan fundamental.
     
    4. Hedging: Digunakan oleh investor untuk melindungi nilai investasi utama. Misalnya, jika Anda memegang BTC di spot, Anda bisa membuka posisi short di futures untuk menyeimbangkan risiko.
     

    Cara Menghindari Likuidasi dalam Trading dengan Leverage

    Likuidasi adalah proses di mana posisi terbuka seorang trader ditutup secara otomatis ketika margin usage mencapai 100%. Dalam perdagangan futures, saat seorang trader mengambil posisi leverage, kemudian pasar bergerak berlawanan dari posisi yang sudah diambil, maka mereka berisiko untuk ditutup posisinya oleh exchange.
     
    Ada beberapa strategi yang bisa digunakan, yaitu:
     
    1. Gunakan Leverage Sesuai dengan Manajemen Risiko yang Kamu Tentukan
     
    Cara termudah untuk mengurangi risiko likuidasi adalah dengan menyesuaikan leverage sesuai risiko yang bisa kamu antisipasi. Leverage yang lebih rendah memberikan ruang lebih bagi pasar untuk bergerak melawan posisi yang sudah ditentukan, tanpa mencapai harga likuidasi atau tanpa menguras seluruh dana yang dimiliki.
     
    2. Pahami Ukuran Posisi
     
    Ukuran posisi lebih penting daripada leverage itu sendiri. Sebagai contoh, jika kamu trading dengan leverage 5x dan margin Rp1.000.000, ukuran posisi kamu adalah Rp10.000.000. Namun, jika kamu menggunakan leverage 100x dengan margin USD1, ukuran posisi tetap sama, tetapi risikonya jauh lebih tinggi. Dengan leverage yang lebih tinggi, harga likuidasi lebih dekat dengan entry, sehingga kemungkinan untuk kehilangan posisi menjadi lebih besar.
     
    3. Fokus pada Manajemen Risiko dan Psikologi Trading
     
    Keberhasilan dalam trading tidak tentang menemukan strategi “sempurna,” tetapi tentang manajemen risiko yang disiplin. Bahkan strategi trading terbaik tidak efektif tanpa manajemen risiko yang tepat, termasuk pengaturan ukuran posisi dan fokus pada pengendalian kerugian.
     

    Tips Sukses dalam Trading Futures

    1. Manajemen Risiko: Gunakan stop loss dan atur besaran risiko per transaksi.
     
    2. Pahami Leverage: Gunakan leverage dengan bijak. Lebih tinggi bukan berarti lebih baik.
     
    3. Analisis yang Kuat: Kombinasikan analisis teknikal dan fundamental untuk menentukan arah pasar.
     
    4. Disiplin Psikologis: Hindari keputusan emosional seperti revenge trading atau overconfidence.
     
    5. Gunakan Akun Demo: Berlatih terlebih dahulu untuk memahami mekanisme futures tanpa risiko kehilangan uang sungguhan.
     
    Perlu diingat, semua aktivitas jual beli crypto memiliki resiko dan volatilitas yang tinggi karena sifat crypto dengan harga yang fluktuatif. Maka dari itu, selalu lakukan riset mandiri (DYOR) dan gunakan dana yang tidak digunakan dalam waktu dekat (uang dingin) sebelum berinvestasi. Segala aktivitas jual beli bitcoin dan investasi aset crypto lainnya menjadi tanggung jawab para trader dan investor.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)