Tag: Mark

  • Perbedaan Wajah Orang Kaya dan Miskin Berdasarkan Riset

    Perbedaan Wajah Orang Kaya dan Miskin Berdasarkan Riset

    Jakarta

    Wajah ternyata bisa menyampaikan lebih banyak makna, termasuk kondisi keuangan. Di mana dalam studi yang dilakukan oleh Universitas Glasgow, beberapa jenis wajah dikatakan dapat memberikan persepsi sebagai orang kaya, namun ada juga wajah yang disebut memberikan persepsi sebagai orang miskin.

    Dalam studi yang dipublikasikan dalam Jurnal Psikologi Eksperimental APA ini mengatakan bahwa orang dengan wajah yang lebih sempit, mulut yang tersenyum ke atas, alis terangkat, mata yang berjarak dekat, dan kulit yang cerah dan lebih hangat memberikan persepsi sebagai orang kaya.

    “Orang-orang juga mengaitkan fitur wajah ini dengan kepercayaan, kompetensi, dan kehangatan,” tulis laporan itu seperti dikutip dari New York Post, Selasa (24/6/2025).

    Sementara itu, orang dengan wajah yang lebih lebar, lebih pendek, dan lebih datar serta mulut yang menurun dan kulit yang lebih dingin dipandang sebagai kelas bawah, kurang dapat dipercaya, dan tidak kompeten. Namun sekali lagi, semua itu hanya berdasarkan studi jurnal.

    Meskipun tidak disebutkan dalam studi tersebut, CEO Meta Mark Zuckerberg dan CEO Amazon Jess Bezos yang keduanya merupakan orang terkaya di dunia, memiliki beberapa fitur yang disebutkan dalam studi tersebut.

    “Zuckerberg memiliki wajah yang sempit dan Bezos memiliki kulit yang hangat dan kemerahan,” tulis New York Times.

    Namun Thora Bjornsdottir selaku penulis studi wajah orang kaya dan miskin tersebut mengatakan bagaimana penilaian terhadap penampilan luar seseorang dapat menyebabkan konsekuensi buruk. Sebab pada akhirnya penelitian ini dilakukan hanya untuk melihat bagaimana wajah seseorang bisa mempengaruhi persepsi orang lain terhadap pengelompokan status dan kondisi keuangan.

    “Orang-orang yang dianggap memiliki status sosial tinggi atau rendah juga sering dinilai memiliki sifat yang menguntungkan atau tidak menguntungkan. Penilaian semacam itu terbentuk bahkan hanya dari penampilan wajah, dan ini dapat memiliki konsekuensi yang substansial, termasuk merugikan mereka yang dianggap memiliki status sosial rendah,” kata Bjornsdottir.

    “Hasilnya menunjukkan bahwa stereotip kelas sosial menjelaskan hubungan antara penampilan wajah dan penilaian status sosial individu. Ini menyoroti bahwa stereotip yang kita pegang berdampak pada cara kita memandang orang lain, stereotip tersebut memengaruhi persepsi kita. Kesan kita terhadap orang lain kemudian dapat mengarah pada keuntungan atau kerugian tertentu bagi mereka,” tambahnya.

    Sebelumnya, beberapa penelitian serupa juga pernah mengungkap hubungan wajah dengan keuangan. Dalam riset University of Toronto, partisipan bisa menebak secara akurat 53% wajah orang kaya dan miskin.

    “Seiring waktu, wajah kita merefleksi secara permanen dan mengungkap pengalaman-pengalaman kita. Bahkan ketika kita pikir kita tidak mengekspresikan sesuatu, peninggalan emosi tetap ada di sana,” kata penulis studi Nicholas Rule.

    Lihat juga Video MUI Haramkan Orang Kaya Beli LPG 3 Kg-Pertalite

    (igo/fdl)

  • WhatsApp Dilarang di AS, Meta Klaim Tingkat Keamanan Lebih Tinggi dari Kompetitor

    WhatsApp Dilarang di AS, Meta Klaim Tingkat Keamanan Lebih Tinggi dari Kompetitor

    Bisnis.com, JAKARTA — Seluruh staf DPR Amerika Serikat (AS) dilarang menggunakan layanan pesan WhatsApp, berdasarkan memo yang dikirimkan kepada mereka pada Senin (23/06/25). Opsi yang diberikan disebut lebih buruk dari sisi keamanan.

    Ini bukan pertama kalinya DPR AS menetapkan pelarangan terhadap aplikasi. Sebelumnya, aplikasi berbagi video asal China, TikTok, juga sempat dilarang penggunaannya pada 2022 lalu atas alasan keamanan.

    Dilansir Reuters, memo tersebut berisikan pemberitahuan bahwa Kantor Keamanan Siber Amerika Serikat (AS) menganggap WhatsApp berisiko tinggi bagi pengguna.

    Risiko tersebut berupa kurangnya transparansi cara melindungi data pengguna, tidak adanya enkripsi data yang tersimpan, dan potensi risiko keamanan pengguna lainnya.

    Kepala pejabat administratif DPR AS, atau CAO dalam email memberi tahu para staf DPR bahwa mereka tidak diizinkan mengunduh dan mengakses aplikasi WhatsApp, baik di perangkat pemerintah, maupun perangkat pribadi mereka.

    “Melindungi DPR adalah prioritas utama kami, dan kami selalu memantau dan menganalisis potensi risiko keamanan siber yang dapat membahayakan data Anggota DPR dan staf” ungkap Kepala Administrasi DPR AS, Catherine Szpindor, dikutip dari CNBC.

    Dalam memo yang sama, CAO juga merekomendasikan penggunaan aplikasi pengiriman pesan alternatif, seperti aplikasi pesan milik Microsoft Corp., Platform tim, Amazon.com, Wickr, Signal, Apple iMessage, dan Apple FaceTime.

    Larangan penggunaan WhatsApp tersebut memicu reaksi dari juru bicara Meta, Andy Stone. Dalam unggahannya di X, dia mengatakan bahwa Meta tidak setuju dengan hal tersebut.

    “Kami mengetahui anggota dan staf mereka secara teratur menggunakan WhatsApp dan kami berharap dapat memastikan anggota DPR bergabung dengan rekan-rekan Senat mereka untuk melakukannya secara resmi” ucap Stone

    Stone, dalam unggahan X terpisah juga menjelaskan bahwa sifat terenkripsi WhatsApp memberikan tingkat keamanan yang lebih tinggi dibanding sebagian besar aplikasi yang ada dalam daftar yang disetujui CAO.

    Perusahaan Meta yang menaungi WhatsApp, saat ini terlibat dalam kasus antimonopoli dengan Komisi Perdagangan Federal atas akuisisi WhatsApp dan Instagram.

    Meta pun juga menayangkan iklan di WhatsApp pada minggu lalu dalam upaya memonetisasi aplikasi yang dianggap oleh CEO perusahaan tersebut, Mark Zuckerberg, sebagai ‘babak berikutnya’ dalam sejarah perusahaannya. (Muhamad Rafi Firmansyah Harun)

  • Fase Kedua Pembangunan Kawasan Inti IKN Dimulai – Page 3

    Fase Kedua Pembangunan Kawasan Inti IKN Dimulai – Page 3

    Soal lalu lintas proyek, Basuki menginstruksikan agar distribusi material dilakukan secara teratur dan tidak merusak infrastruktur yang sudah ada.

    Ia juga menekankan kedisiplinan dalam operasional batching plant, khususnya dalam menjaga kebersihan truk dan kepatuhan terhadap aturan over dimension over loading (ODOL) di jalan nasional.

    “Truk harus bersih, tidak boleh kocar-kacir. Khususnya dari batching plant, kalau masih brutal, saya akan tutup. Juga untuk pengangkutan material, tidak boleh ODOL. Disposal harus ditutup dengan terpal, dan sisa material harus dibersihkan dari lingkungan kerja,” tegasnya.

    Sebagai penutup, Basuki mengingatkan seluruh pihak untuk menjaga tata kelola pembangunan IKN dengan penuh integritas dan transparansi.

    “Kita mulai fase dua dengan semangat baru dan disiplin yang lebih baik dari fase sebelumnya. Jangan ada mark up progress, suap menyuap, atau praktik tidak etis lainnya. Mari kita jaga bersama integritas pembangunan IKN,” pungkasnya.

  • Bos The Fed Lapor ke Parlemen AS, Bahas Alasan Tahan Suku Bunga

    Bos The Fed Lapor ke Parlemen AS, Bahas Alasan Tahan Suku Bunga

    Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Federal Reserve Jerome Powell dijadwalkan akan memberikan kesaksian di hadapan parlemen AS pekan ini. 

    Melansir Bloomberg pada Selasa (24/6/2025) Powell akan mencoba menjelaskan alasan bank sentral tetap mempertahankan suku bunga acuan hingga setidaknya September, meski terus ditekan oleh Presiden Donald Trump agar segera menurunkannya.

    Powell akan tampil di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS pada Selasa pukul 10.00 waktu setempat dan kembali bersaksi keesokan harinya di Komite Perbankan Senat. 

    Kesaksian ini dilakukan hanya beberapa hari setelah The Fed memutuskan untuk menahan suku bunga untuk keempat kalinya secara berturut-turut. Kondisi ini juga terjadi di tengah meningkatnya ketegangan geopolitik menyusul serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran yang memicu kekhawatiran lonjakan harga minyak dan guncangan terhadap ekonomi global.

    Dalam pernyataan resminya nanti, Powell diperkirakan akan mengulangi pesan dari konferensi pers pekan lalu, bahwa bank sentral masih dalam posisi cukup baik untuk menunggu dan melihat arah ekonomi sebelum mengambil langkah lebih lanjut terhadap suku bunga.

    “Kami ingin mendapatkan lebih banyak data. Selama ekonomi tetap dalam kondisi solid, kami punya ruang untuk menunggu,” ujar Powell pekan lalu. 

    Dia juga menegaskan bahwa beban tarif impor pada akhirnya akan ditanggung oleh konsumen akhir.

    Hingga saat ini, kebijakan tarif pemerintahan Trump belum menunjukkan dampak signifikan terhadap lonjakan harga maupun peningkatan pengangguran yang dikhawatirkan sejumlah pembuat kebijakan. Bahkan, data inflasi inti pilihan The Fed diperkirakan hanya naik 0,1% pada Mei, menandai periode inflasi paling jinak dalam tiga bulan sejak 2020.

    Dua gubernur The Fed, Christopher Waller dan Michelle Bowman, menyatakan dampak tarif terhadap harga kemungkinan bersifat sementara dan membuka peluang pemangkasan suku bunga pada Juli.

    “Powell tampaknya enggan mengambil sikap tegas soal arah inflasi karena menilai risikonya terlalu tinggi jika penilaian keliru,” ujar James Egelhof, Kepala Ekonom AS di BNP Paribas.

    Dampak Konflik Iran

    Konflik antara Iran dan Israel yang kini turut melibatkan AS juga diprediksi akan menjadi topik pertanyaan dari anggota parlemen. AS baru saja melancarkan serangan terhadap fasilitas nuklir Iran, namun harga minyak belum menunjukkan lonjakan signifikan.

    Dalam konferensi pers sebelumnya, Powell bersikap hati-hati dalam menanggapi isu tersebut. 

    “Kami memantau situasi, seperti semua orang. Biasanya konflik di Timur Tengah memang memicu lonjakan harga energi, tapi biasanya bersifat sementara,” ujarnya. 

    Powell menambahkan, gejolak harga minyak semacam itu jarang berdampak permanen terhadap inflasi.

    Tekanan Politik dari Partai Republik

    Sejumlah anggota parlemen dari Partai Republik diperkirakan akan mendesak Powell memberikan pembelaan lebih tegas atas kebijakan menahan suku bunga. Meskipun demikian, sebagian di antaranya mengambil pendekatan lebih moderat dibandingkan Presiden Trump.

    Dan Meuser, anggota Komite Jasa Keuangan dari Pennsylvania, melalui media sosial mengatakan, Powell layak diapresiasi karena mampu menavigasi tantangan ekonomi yang sangat berat. 

    “Namun dengan inflasi mulai turun dan pasar tenaga kerja masih kuat, manfaat dari penurunan suku bunga menjadi semakin jelas,” lanjutnya.

    Sementara itu, Trump terus melancarkan serangan verbal terhadap Powell, termasuk menyebutnya sebagai salah satu orang paling bodoh dan merusak di pemerintahan.

    Dalam pertemuan dengan Trump pada Mei lalu, Powell menegaskan bahwa keputusan Federal Open Market Committee (FOMC) selalu didasarkan pada analisis yang hati-hati, objektif, dan bebas dari unsur politik.

    “Dia akan tetap tenang dan tak tergoyahkan,” ujar Mark Gertler, profesor ekonomi dari New York University.

    Di sisi lain, dukungan mungkin akan datang dari anggota Partai Demokrat yang khawatir independensi The Fed sedang terancam oleh tekanan politik dari kubu Republik.

    Regulasi Perbankan dan Cadangan Bank

    Isu lainnya yang juga mungkin dibahas dalam kesaksian Powell adalah arah regulasi sektor keuangan. Pemerintahan Trump mendorong pelonggaran aturan, termasuk dengan menunjuk Michelle Bowman sebagai penanggung jawab kebijakan pengawasan di The Fed. 

    Bowman baru-baru ini menyarankan agar regulator meninjau kembali aturan rasio leverage tambahan yang diberlakukan sejak krisis 2008.

    Aturan tersebut mengharuskan bank untuk menahan modal dalam jumlah tertentu terhadap aset yang dimilikinya. Menurut laporan Bloomberg, The Fed dan regulator lainnya tengah mempertimbangkan pelonggaran aturan ini untuk meningkatkan likuiditas pasar obligasi pemerintah AS senilai US$29 triliun.

    Powell juga diprediksi akan mendapat pertanyaan mengenai usulan kontroversial dari Senator Republik Ted Cruz yang ingin melarang The Fed membayar bunga atas cadangan bank. 

    Cruz mengklaim kebijakan itu bisa menghemat anggaran hingga US$1,1 triliun dalam satu dekade, meski banyak analis menilai hal tersebut akan melemahkan kendali The Fed atas suku bunga jangka pendek.

    Ketua Komite Perbankan Senat Tim Scott memang sempat menggagalkan penggabungan usulan tersebut ke dalam paket kebijakan fiskal Trump, namun tidak sepenuhnya menolaknya.

    Mekanisme pembayaran bunga atas cadangan bank saat ini berfungsi sebagai batas bawah suku bunga pasar uang harian, dan menghindari bank melakukan pinjaman di bawah target The Fed.

  • Meta Ternyata Sempat Lirik Perplexity Sebelum Akuisisi Scale AI – Page 3

    Meta Ternyata Sempat Lirik Perplexity Sebelum Akuisisi Scale AI – Page 3

    Meta dilaporkan makin berambisi dalam pengembangan AI buatan perusahaan. Hal itu diketahui dari langkah CEO Meta Mark Zuckerberg yang dilaporkan tengah membentuk tim elit untuk menciptakan AI superintelligence.

    Menurut laporan Bloomberg dan The New York Times, Mark Zuckerberg kini tengah aktif merekrut para ahli terbaik di bidang AI, mulai dari peneliti hingga insinyur infrastruktur.

    Menariknya, seperti dikutip dari Engadget, Kamis (12/6/2025), perekrutan itu dilakukan lewat grup WhatsApp internal yang diberi nama ‘Recruiting Party’. Lalu, para kandidat diajak makan siang atau malam di kediamannya di California.

    Sekadar diketahui, ambisi Meta untuk menciptakan AI superintelligence disebut akan menjadi lompatan besar melewati batas Artificial General Intelligence (AGI) yang saat ini jadi tujuan utama banyak perusahaan teknologi.

    Jika AGI disebut sebagai mesin yang memiliki kecerdasan buatan setara manusia, superintelligence merupakan AI yang memiliki kemampuan intelektual jauh melampaui manusia. Ini yang disebut jadi target jangka panjang Zuckerberg.

  • NATO Sebut Serangan AS ke Iran Tak Melanggar Hukum Internasional

    NATO Sebut Serangan AS ke Iran Tak Melanggar Hukum Internasional

    Sekjen NATO, Mark Rutte, menegaskan serangan Amerika Serikat (AS) ke tiga situs nuklir Iran tidak melanggar hukum internasional. Menurut Rutte, Iran memang tidak boleh mengembangkan senjata nuklir.

    Diketahui serangan AS terhadap situs nuklir Iran diumumkan langsung oleh Presiden Donald Trump. Trump juga mengatakan pesawat militer AS yang melakukan pengeboman berhasil keluar dengan selamat dari wilayah udara Iran.

    Simak berita lainnya terkait Iran di sini.

  • Jakarta Panas! Mobil Formula E Dikasih Es Batu Biar Baterai Tak Overheat

    Jakarta Panas! Mobil Formula E Dikasih Es Batu Biar Baterai Tak Overheat

    Jakarta

    Redaksi detikOto berkesempatan mengunjungi garasi salah satu tim di Formula E Jakarta, yakni Jaguar TCS Racing. Kami menyaksikan langsung bagaimana mereka ‘berjuang’ menghadapi suhu ekstrem di Ancol, Jakarta Utara.

    Mark Godden selaku Race Operations Executive Jaguar TCS Racing mengatakan, komponen yang paling rawan bermasalah ketika cuaca panas adalah baterai. Itulah mengapa, tim-tim di Formula E punya cara khusus untuk menghadapi situasi tersebut.

    Menurutnya, ketika balapan di negara yang suhunya panas, timnya menggunakan banyak cooler box untuk mendinginkan baterai dan motor listrik. Cooler box tersebut berisikan biang es dengan temperatur yang sangat dingin.

    “Jadi intinya, kamu bisa lihat kotak pendingin ini. Kotak itu bakal diisi dengan es kering, lalu kita masukin ke unitnya di situ dan ditiupin pakai kipas ke radiator. Radiatornya ada di bawah situ,” ujar Mark Godden di Sirkuit Ancol, Jakarta Utara, Jumat (20/6).

    “Setelah itu, kita colok ke mobil dari sini, atau bisa juga langsung di grid. Tujuannya cuma satu: ngejaga suhu ideal, bukan cuma buat baterai tapi juga buat powertrain depan dan belakang. Kita punya engineer khusus buat sistem ini,” tambahnya.

    Formula E Jakarta. Foto: ANTARA FOTO/FAUZAN

    Lebih jauh, Godden menjelaskan, ada tim khusus yang memantau kondisi mobil saat balapan di lintasan panas. Biasanya, ketika kendaraan dipacu terlalu kencang, suhu baterai akan naik dan pebalap diminta menurunkan kecepatan.

    “Di beberapa sirkuit, itu nggak terlalu ngaruh. Tapi di sini, itu bakal krusial banget. Ada aja mobil yang harus nahan pace-nya karena kalau suhunya terlalu tinggi, suhu baterai juga naik, dan bakal kena yang namanya derate-intinya tenaga mobil jadi turun,” tuturnya.

    “Ini pernah kejadian tahun lalu, pas balapan di Sao Paulo yang panas banget. Biasanya di Formula E, kamu justru nggak pengen ada di posisi terdepan. Lebih baik ada di belakang, pakai mobil di depan buat belah angin,” kata dia menambahkan.

    (sfn/dry)

  • Mark Zuckerberg Goda Para Startup AI dengan Limpahan Uang

    Mark Zuckerberg Goda Para Startup AI dengan Limpahan Uang

    Jakarta

    Mark Zuckerberg merencanakan berbagai strategi agar Meta bisa berkibar di bidang AI. Ternyata, Meta awalnya mendekati startup Perplexity AI tentang kemungkinan akuisisi sebelum akhirnya baru-baru ini menginvestasikan USD 14,3 miliar ke Scale AI.

    Menurut sumber CNBC, kedua perusahaan tidak menyelesaikan kesepakatan. Pembicaraan mereka akhirnya dibubarkan, ada yang menyebut oleh keduanya tapi ada sumber yang mengatakan Perplexity meninggalkan kesepakatan potensial.

    Upaya Meta membeli Perplexity menjadi contoh terbaru dari agresivitas Mark Zuckerberg untuk mendukung upaya AI perusahaannya di tengah persaingan ketat dari OpenAI dan induk Google, Alphabet.

    Zuckerberg semakin gelisah dan cemas, lantaran melihat pesaing seperti OpenAI tampaknya lebih unggul dalam model AI dan aplikasi konsumen, dan dia berusaha keras untuk merekrut bakat AI teratas.

    Meta kini memiliki 49% saham di Scale AI setelah investasinya yang bernilai miliaran dolar. Pendiri Scale AI, Alexandr Wang, bersama sejumlah kecil karyawan Scale AI akan bergabung dengan Meta sebagai bagian dari perjanjian tersebut.

    Awal tahun ini, Meta juga mencoba mengakuisisi Safe Superintelligence, yang dilaporkan bernilai USD 32 miliar. Daniel Gross, CEO Safe Superintelligence, dan mantan CEO GitHub Nat Friedman pun bergabung dengan upaya AI Meta, di mana mereka akan mengerjakan produk di bawah Wang.

    CEO OpenAI Sam Altman mengatakan pada episode terbaru podcast Uncapped bahwa Meta telah mencoba memburu karyawan OpenAI dengan menawarkan bonus penandatanganan setinggi USD 100 juta dengan paket kompensasi tahunan lebih besar.

    “Saya mendengar bahwa Meta menganggap kami sebagai pesaing terbesar mereka. Upaya AI mereka saat ini belum berjalan sebaik yang mereka harapkan dan saya menghargai sikap agresif dan terus mencoba hal-hal baru,” cetus Altman yang dikutip detikINET dari CNBC, Minggu (22/6/2025).

    (fyk/fyk)

  • Negosiasi dengan AS Buntu, Kanada Ancam Naikkan Tarif Baja dan Aluminium

    Negosiasi dengan AS Buntu, Kanada Ancam Naikkan Tarif Baja dan Aluminium

    Bisnis.com, JAKARTA — Kanada mengancam menaikkan tarif impor terhadap baja dan aluminium asal Amerika Serikat (AS) mulai bulan depan jika negosiasi dagang dengan pemerintahan Presiden Donald Trump tidak mencapai kemajuan.

    Dalam pernyataan resmi yang dikutip dari Bloomberg pada Jumat (20/6/2025), pemerintah Kanada menyampaikan akan menyesuaikan tarif balasan terhadap produk baja dan aluminium AS pada 21 Juli 2025. 

    Penyesuaian ini akan didasarkan pada sejauh mana kemajuan yang dicapai dalam pembahasan perjanjian dagang yang lebih luas antara kedua negara.

    Saat ini, AS menerapkan tarif sebesar 50% terhadap baja dan aluminium asing, sementara Kanada memberlakukan tarif balasan sebesar 25% terhadap produk logam asal AS. Namun, kedua negara tengah melakukan perundingan untuk mencapai kesepakatan dagang, dengan tenggat sementara ditetapkan pertengahan Juli.

    Perdana Menteri Kanada Mark Carney dalam sebuah konferensi pers mengatakan, pihaknya akan terus melanjutkan negosiasi ini secara itikad baik. 

    “Namun, pada saat yang sama, kami juga harus memperkuat ketahanan dalam negeri dan melindungi pekerja serta bisnis Kanada dari tarif yang tidak adil dari AS,” ujar Carney.

    Pemerintah Kanada juga akan menerapkan aturan baru untuk proyek-proyek federal, yang mewajibkan penggunaan baja dan aluminium yang diproduksi di Kanada atau oleh mitra dagang yang dianggap terpercaya dan memberikan akses resiprokal melalui perjanjian dagang.

    Kanada juga menetapkan kuota tarif baru untuk membatasi impor baja dari negara-negara yang tidak memiliki perjanjian dagang resmi dengan Kanada. Pemerintah berencana mengumumkan langkah tarif tambahan dalam beberapa pekan mendatang guna mengantisipasi praktik dumping baja dan aluminium. 

    Carney dan jajaran kabinetnya khawatir bahwa tarif logam 50% dari AS akan mendorong produsen global untuk mengalihkan pengiriman ke pasar Kanada.

    Carney menegaskan bahwa kuota baru tersebut bukanlah permintaan dari pihak AS dalam perundingan dagang, melainkan konsekuensi langsung dari kebijakan AS.

    Dalam kesempatan yang sama, Carney juga menyoroti fasilitas pinjaman federal senilai C$10 miliar yang ditujukan untuk memberi likuiditas bagi perusahaan besar yang kesulitan memperoleh pembiayaan dari pasar konvensional.

    Pengumuman ini disampaikan Carney bersama Menteri Dominic LeBlanc dan Menteri Luar Negeri Melanie Joly. Carney menyebut dirinya cukup rutin berkomunikasi dengan Presiden Donald Trump.

    Adapun, LeBlanc mengaku tengah melakukan diskusi berkelanjutan dengan Menteri Perdagangan AS Howard Lutnick dan dijadwalkan berbicara dengan Perwakilan Dagang Jamieson Greer pada Jumat.

    Saat ditanya apakah Kanada bersedia menerima sebagian tarif dari AS sebagai bagian dari kesepakatan, Carney menjawab bahwa perdagangan bebas sejati adalah kepentingan bersama kedua negara.

    “Ini adalah proses negosiasi. Jika itu menguntungkan bagi Kanada, kami akan menandatanganinya. Jika tidak, kami tidak akan melakukannya,” katanya.

  • Kontroversi Kabar Meta Rekrut Peneliti OpenAI dengan Gaji Selangit

    Kontroversi Kabar Meta Rekrut Peneliti OpenAI dengan Gaji Selangit

    Bisnis.com, JAKARTA— Meta dikabarkan gencar merekrut peneliti kecerdasan buatan (AI) dari OpenAI dan Google DeepMind dengan tawaran fantastis hingga Rp1,6 triliun.

    Hal itu diungkapkan CEO OpenAI, Sam Altman, dalam sebuah podcast bersama saudaranya, Jack Altman, pada Selasa (17/6/2025). Namun, menurut Altman, strategi agresif tersebut belum membuahkan hasil.

    Dia menyebut Meta aktif mencoba merekrut talenta OpenAI untuk bergabung dengan tim superintelligence baru yang dipimpin mantan CEO Scale AI, Alexandr Wang.

    Bahkan, posisi kerja tersebut dilaporkan berada satu ruangan dengan CEO Meta, Mark Zuckerberg.

    “[Meta] mulai memberikan tawaran sangat besar kepada banyak anggota tim kami, US$100 juta sebagai bonus penandatanganan, dan lebih dari itu dalam total kompensasi tahunan. Tapi sejauh ini, saya senang tak satu pun dari orang terbaik kami menerimanya,” kata Altman, dikutip dari TechCrunch, Kamis (19/6/2025).

    Altman menilai para pegawai OpenAI memutuskan bertahan karena percaya pada visi dan potensi OpenAI untuk menjadi perusahaan yang lebih unggul dalam mengembangkan Artificial General Intelligence (AGI).

    Dia juga menyinggung budaya perusahaan, dengan menyindir bahwa Meta terlalu berfokus pada iming-iming gaji tinggi ketimbang misi jangka panjang, yang menurutnya bisa berdampak pada budaya kerja yang kurang sehat.

    Meta sempat dikabarkan mencoba merekrut peneliti utama OpenAI, Noam Brown, serta arsitek AI dari Google DeepMind, Koray Kavukcuoglu. Namun, upaya tersebut gagal.

    Lebih lanjut, Altman menyebut budaya inovasi yang kuat menjadi salah satu kunci kesuksesan OpenAI. Dia menilai upaya Meta di bidang AI sejauh ini belum memberikan hasil signifikan. 

    “Saya menghormati banyak hal dari Meta, tapi saya tidak menganggap mereka perusahaan yang unggul dalam hal inovasi,” ujarnya.

    Meta sendiri telah mengakuisisi sejumlah nama besar di industri AI, seperti Jack Rae dari Google DeepMind dan Johan Schalkwyk dari Sesame AI. Selain itu, perusahaan juga mengumumkan investasi besar di Scale AI, perusahaan yang sebelumnya dipimpin oleh Alexandr Wang. 

    Namun, tantangan besar masih menanti Meta untuk membangun tim AI unggulan yang dapat bersaing dengan OpenAI, Anthropic, dan Google DeepMind yang saat ini tengah melaju kencang. 

    Di tengah persaingan itu, OpenAI dikabarkan tengah mengembangkan model AI open-source baru yang berpotensi membuat Meta semakin tertinggal.

    Menariknya, Altman juga membocorkan bahwa OpenAI tengah mengeksplorasi kemungkinan menciptakan aplikasi media sosial berbasis AI yang menyajikan konten sesuai preferensi pengguna yang berbeda dari feed algoritmik tradisional seperti di Instagram atau Facebook. 

    Hal ini dipandang sebagai ancaman langsung terhadap dominasi Meta di sektor media sosial. 

    Di sisi lain, Meta tengah menguji aplikasi sosial berbasis AI melalui platform Meta AI, namun peluncurannya sempat memicu kebingungan setelah sejumlah percakapan pribadi dengan chatbot AI tersebar ke publik.