Tag: Mark Zuckerberg

  • Meta Didenda Irlandia Sebesar Rp 4,2 Triliun, Gara-Gara Apa? – Page 3

    Meta Didenda Irlandia Sebesar Rp 4,2 Triliun, Gara-Gara Apa? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Meta, induk dari Facebook, Instagram, dan Threads kembali tersandung masalah karenda dijatuhi denda oleh Komisi Perlindungan Data (DPC) Irlandia sebesar 251 juta euro atau Rp 4,2 triliun.

    Pihak Irlandia, mengatakan denda ini layangkan ke Meta setelah ditemukan kebocoran data pribadi Facebook pada 2018 memengaruhi 29 juta pengguna di dunia pada September 2018.

    Kebocoran data ini mencakup informasi sensitif seperti nama lengkap, alamat email, hingga nomor telepon pengguna.

    Dari jumlah tersebut, sekitar tiga juta data pengguna Facebook berasal dari Uni Eropa dan Wilayah Ekonomi Eropa, mengutip South China Morning Post, Rabu (18/12/2024).

    Penyebab Kebocoran Data Facebook di 2018?

    Menurut laporan, kebocoran data Facebook terjadi karena pelaku kejahatan siber mengekspoitasi token pengguna Facebook.

    Meski Meta telah memperbaiki masalah tersebut, DPC menyimpulkan perusahana rintisan Mark Zuckerberg tersebut melanggar Peraturan Perlindungan Data Umum (GDPR).

    “Meta gagal mendokumentasikan fakta pelanggaran ini dan langkah-langkah diambil untuk memperbaikinya,” ungkap DPC.

    Meta mengatakan, mereka telah mengambil tindakan segera untuk mengatasi masalah tersebut dan memberi tahu pengguna Facebook terkena dampak kebocoran data Facebook itu.

    “Kami memiliki serangkaian langkah keamanan terdepan untuk melindungi pengguna di seluruh platform media sosial tersebut,” ucap perwakilan Meta. Namun, Meta berencana mengajukan banding atas keputusan DPC ini.

    Tahun ini, DPC juga telah menjatuhkan denda sebesar 91 juta euro kepada Meta pada September terkait dugaan penyimpanan kata sandi pengguna.

    Berkaca dari hal tersebut, ada baiknya pengguna untuk memperbarui kata sandi secara berkala, mengaktifkan authentikasi dua faktor, dan waspada terhadap aktivitas mencurigakan di akun media sosial.

  • Elon Musk Makin Terpuruk, Zuckerberg Langsung Pesta Pora

    Elon Musk Makin Terpuruk, Zuckerberg Langsung Pesta Pora

    Jakarta, CNBC Indonesia – X, media sosial yang dimiliki Elon Musk, makin terpuruk. Banyak pesaingnya yang juga aplikasi microblogging mengalami peningkatan jumlah pengguna dalam beberapa waktu terakhir.

    Threads yang merupakan anak usaha Meta mengantongi lebih dari 100 juta pengguna aktif harian. CEO Meta Mark Zuckerberg yang langsung mengumumkan capaian tersebut.

    Aplikasi yang baru dirilis Juli 2023 lalu itu memiliki 300 juta pengguna aktif bulanan. Berbeda jauh dari Bluesky, aplikasi yang hampir sama dengan Threads dan X, dengan 25 juta total pengguna, dikutip dari The Verge, Rabu (18/12/2024).

    Meski begitu, catatan Reuters menyebutkan BlueSky meraup 2,5 juta pengguna usai pemilu AS. Total keseluruhan penggunanya mencapai 16 juta.

    “Kami melihat peningkatan pertumbuhan pengguna yang memecahkan rekor tertinggi. Engagement seperti like, follows, dan akun baru, tumbuh signifikan. Kami mencatat penambahan setidaknya 1 juta pengguna baru dalam sehari,” kata Bluesky dalam keterangan resminya.

    Mastodon juga dilaporkan makin banyak digunakan. Aplikasi itu mengalami peningkatan 47% di iOS dan Android sebanyak 17%.

    Total pendaftaran pengguna baru bulanan Mastodon mengalami kenaikan. Jumlah keseluruhannya 90 ribu pengguna, memang masih jauh dari nama besar lain.

    “Kami mungkin belum menjadi yang terbesar dalam hal jumlah, tetapi Mastodon (dan fediverse) telah membuktikan dirinya sebagai platform komunikasi yang efektif dan andal selama 8 tahun terakhir dan tidak bergantung pada modal ventura untuk bertahan,” kata Pendiri Mastodon Eugen Rochko, dikutip dari PCMag.

    Penurunan kepopuleran X memang sudah terjadi sejak Elon Musk resmi membeli aplikasi yang dulunya bernama Twitter tahun 2022. Namun kian bertambah banyak saat dia menjadi pendukung garis keras Donald Trump dalam pemilu Amerika Serikat (AS) 2024.

    Selama masa kampanye, X dan akun resmi Musk kerap dijadikan alat untuk menyebar kampanye Trump. Namun dukungan ini menjadi bumerang bagi aplikasi.

    Banyak pengguna X yang dilaporkan menutup akun mereka usai hari pemilu AS. Similarweb, analis trafik internet, mencatat jumlahnya mencapau 115 ribu pengunjung berbasis AS yang menonaktifkan akun X pada 6 November lalu.

    (fab/fab)

  • Bos TikTok Bertemu Donald Trump, Bahas Larangan Aplikasi?

    Bos TikTok Bertemu Donald Trump, Bahas Larangan Aplikasi?

    Bisnis.com, JAKARTA – CEO TikTok, Shou Zi Chew dikabarkan bertemu dengan Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump pada Senin lalu waktu setempat.

    Melansir dari The Verge, Rabu (18/12/2024) pertemuan ini terjadi di resor Mar-a-Lago milik Trump. Diketahui, sebelum pertemuan ini Trump sudah bertemu dengan CEO perusahaan besar seperti Apple (Tim Cook), Amazon (Jeff Bezos), Google (Sundar Pichai), dan Meta (Mark Zuckerberg).

    Langkah TikTok bertemu dengan Trump menunjukkan upaya besar platform tersebut untuk mencari solusi bagi keberlanjutan operasionalnya di pasar Amerika Serikat yang semakin ketat.

    Apalagi, pada Maret lalu, Trump mengungkapkan bahwa dirinya tidak mendukung larangan TikTok. Trump berargumen bahwa tanpa platform TikTok, Facebook bisa berkembang lebih besar dan dirinya menyebut Facebook sebagai “musuh rakyat.” 

    Adapun, dalam Undang-Undang yang disahkan oleh Kongres pada bulan April 2024 menyebut pelarangan aplikasi TikTok karena alasan ancaman terhadap keamanan nasional. 

    Departemen Kehakiman AS mengklaim bahwa TikTok, sebagai perusahaan yang berbasis di Tiongkok, dapat mengakses data pribadi pengguna Amerika.

    Namun, ketika ditanya mengenai masalah larangan TikTok dalam konferensi pers pada hari Senin, Trump menyatakan bahwa dirinya akan meninjaunya lebih lanjut terkait masalah tersebut.

    Selain pertemuan dengan Trump, beberapa perusahaan teknologi besar, termasuk Meta, Amazon, dan OpenAI, juga telah menyumbang untuk dana pelantikan Trump yang akan terjadi Januari 2025.

    Seperti yang diketahui, Raksasa media sosial TikTok resmi menghadapi larangan di Amerika Serikat mulai Januari 2025, berdasarkan putusan pengadilan banding federal. 

    Dilansir dari Bloomberg, putusan tersebut terbit pada Jumat (6/12/2024) waktu Amerika Serikat (AS). Panel tiga hakim di Wahington, dengan suara bulat memutuskan bahwa larangan TikTok tidak melanggar konstitusi mengenai perlindungan kebebasan berpendapat. 

    Pihak TikTok menyatakan akan mengajukan banding dan berharap para hakim akan berpihak kepada mereka dalam hal kebebasan berbicara. TikTok akan menggantungkan harapannya kepada Mahkamah Agung AS.

  • Harta Zuckerberg dan Bezos Digabung Tak Mampu Tandingi Elon Musk

    Harta Zuckerberg dan Bezos Digabung Tak Mampu Tandingi Elon Musk

    Jakarta

    Elon Musk, CEO Tesla dan SpaceX, kini memiliki kekayaan bersih USD 474 miliar menurut Bloomberg Billionaires Index atau di kisaran 7.631 triliun, membuatnya lebih kaya dari harta gabungan pendiri Amazon Jeff Bezos dan CEO Meta Mark Zuckerberg jika digabungkan.

    Masih menurut Bloomberg, kekayaan Bezos saat ini mencapai USD 251 miliar, sedangkan Zuckerberg USD 221 miliar. Dengan jumlah gabungan USD 472 miliar, harta keduanya tidak mampu melampaui Bezos meski menempati posisi kedua dan ketiga manusia terkaya.

    Bloomberg Billionaires Index melacak kekayaan bersih harian individu terkaya di dunia berdasarkan harga saham dan aset lainnya. Musk konsisten menempati peringkat terkaya di dunia, tapi tonggak sejarah terbaru ini mencerminkan performa perusahaannya makin luar biasa.

    Elon Musk diperkirakan akan terus mendominasi dunia teknologi, otomotif, dan media sosial dan terlebih lagi, dia juga akan memainkan peran kunci dalam pemerintahan Presiden terpilih Donald Trump yang akan datang.

    Selang sehari setelah pemilihan presiden AS bulan November, saham Tesla ditutup pada rekor tertinggi USD 424,77 per saham, meningkatkan valuasi raksasa kendaraan listrik tersebut menjadi USD 1,36 triliun. Hal ini membantu menambah sekitar $52 miliar pada kekayaan Musk.

    Tesla, yang dimiliki Musk sebesar 12%, sahamnya terus meningkat setahun terakhir, didukung permintaan yang kuat kendaraan listrik dan kemajuan dalam AI, bidang-bidang di mana Musk jadi tokoh sentral. SpaceX, perusahaan eksplorasi ruang angkasa yang dipimpin Musk, valuasinya terus naik melalui dengan nilai sekitar USD 350 miliar.

    Tahun 2023, dikutip detikINET dari Newsweek, dia juga mendirikan xAI, startup kecerdasan buatan di mana Musk diperkirakan memiliki 54% sahamnya. Perusahaan tersebut dinilai USD 50 miliar pada November 2024. Melengkapi portofolio bisnis Musk yang menguntungkan adalah The Boring Company, perusahaan infrastruktur yang diklaim bernilai USD 5,68 miliar.

    Sebagai perbandingan, kekayaan bersih Bezos sebesar USD 251 miliar sebagian besar terkait dengan kinerja saham Amazon, yang telah pulih pascapandemi tapi menghadapi hambatan ekonomi baru-baru ini. Sementara kekayaan Zuckerberg sebesar USD 221 miliar berasal dari Meta Platforms, perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp.

    Tapi tak semua usaha Elon Musk berhasil. Ia membeli platform media sosial X seharga USD 44 juta. Sejak Musk mengambil alih kepemilikan perusahaan media sosial tersebut pada tahun 2022, nilainya hampir 70% lebih rendah pada Agustus 2024, menurut perkiraan Forbes.

    (fyk/fyk)

  • Cek Cara Buat Gambar Pakai Meta AI di Aplikasi WhatsApp – Page 3

    Cek Cara Buat Gambar Pakai Meta AI di Aplikasi WhatsApp – Page 3

    Untuk diketahui, Meta kian agresif menjadikan asisten AI sebagai bagian penting dalam aplikasinya dan tampaknya upaya tersebut mulai terbayar. Pasalnya, Meta AI kini punya banyak pengguna di seluruh dunia.

    Dalam video yang diunggah di Instagram pribadinya, Founder sekaligus Bos Meta, Mark Zuckerberg, menyebut kalau Meta AI kini dipakai oleh hampir 600 juta pengguna aktif bulanan.

    “Meta AI ditargetkan jadi asisten AI paling banyak dipakai di dunia hingga akhir 2024,” kata Zuckerberg dalam video yang ia unggah di akun Instagram @zuck.

    Zuck pun mempersilakan pengguna yang belum pernah menjajal Meta AI untuk mencobanya, terutama Meta AI dengan perintah suara.

    Capaian 600 juta pengguna itu terbilang cukup cepat, padahal, Meta AI baru debut sekitar November tahun lalu. Perkembangannya cukup pesat karena pada Oktober ini, jumlah penggunanya sudah mencapai lebih dari 500 juta user.

    Mark Zuckerberg juga mengatakan, peningkatan jumlah pelanggan ini tidak lepas dari perilisan model bahasa open source Llama 3.3 70B terbaru Meta yang membuat Meta AI kian pintar dan kontekstual.

    Menurut Meta, sebagaimana dikutip The Verge, Minggu (8/12/2024), model teks baru ini memiliki performa yang mirip dengan model Llama 3.1 405B, namun biayanya jauh lebih efisien.

  • Facebook Kembangkan AI untuk Lindungi Perempuan

    Facebook Kembangkan AI untuk Lindungi Perempuan

    JAKARTA, (VOI.id) – Facebook memperbaiki kebijakan dan teknologi yang mereka gunakan untuk melindungi para perempuan pengguna platform tersebut dari para pengganggu di dunia maya.

    “Tema umum mengenai keamanan perempuan cenderung sama di berbagai tempat di dunia. Tapi jika melihat lebih spesifik ke negara atau wilayah tertentu, perilaku sangat dipengaruhi budaya setempat,” kata Wakil Direktur Manajemen Kebijakan Global Monica Bickert dikutip dari blog resmi Facebook, Rabu 30 Oktober.

    Facebook mempertajam kemampuan kecerdasan buatan dan machine learning mereka agar secara proaktif dapat mendeteksi gambar dan video telanjang atau hampir telanjang yang dibagikan tanpa izin, tanpa harus menunggu laporan dari pengguna.

    Perusahaan yang berbasis di San Francisco, AS itu menggunakan ciri khas digital (digital fingerprint) dan teknologi pencocokan foto (photo-matching) untuk menghapus dan memblokir foto tersebut agar tidak bisa dibagikan lagi di platform Facebook dan Instagram.

    Facebook juga memperbarui kebijakan mereka untuk memahami isu keamanan perempuan di dunia maya, setelah berdiskusi dengan ahli dan organisasi pemberdayaan perempuan dari berbagai negara.

    Perusahaan yang dipimpin Mark Zuckerberg itu menemukan setiap negara atau wilayah bisa jadi memiliki isu pelecehan seksual yang berbeda berdasarkan norma dan kebiasaan yang berlaku di negara itu.

    Contohnya, menurut Facebook, perempuan di Amerika Serikat merasa dilecehkan jika foto tanpa busananya tersebar di dunia maya. Sedangkan perempuan di negara lain merasa dipermalukan jika ada yang mengunggah fotonya bersama laki-laki yang bukan anggota keluarganya.

    “Untuk menyikapi perbedaan tipe pelecehan yang luas itu, aturan kami harus bijaksana dan komprehensif,” kata Facebook dalam blog.

    Facebook juga memberikan fitur khusus bagi para perempuan pengguna platform tersebut di India, Pakistan dan Mesir, berupa kontrol untuk mengatur siapa yang bisa mengunduh dan membagikan foto profil mereka.

    Perempuan pengguna Facebook di negara tersebut, juga organisasi keamanan siber, memiliki kekhawatiran foto profil mereka dicuri dan digunakan untuk membuat akun palsu yang bertujuan mempermalukan mereka atau keluarga mereka.

    Facebook secara global juga memberikan peralatan untuk mengelola akun, antara lain mengabaikan pesan yang tidak diinginkan dan memblokir akun lain tanpa sepengetahuan pemilik akun tersebut.

  • Elon Musk & Mark Zuckerberg Kompak Layangkan Protes ke OpenAI, Soal Apa?

    Elon Musk & Mark Zuckerberg Kompak Layangkan Protes ke OpenAI, Soal Apa?

    Bisnis.com, JAKARTA – Bos Meta, Mark Zuckerberg mengikuti langkah Elon Musk untuk mencegah OpenAI bertransformasi dari organisasi nirlaba menjadi perusahaan yang berorientasi pada keuntungan.

    Melansir dari Techcrunch, Minggu (15/12/2024), Meta yang merupakan perusahaan induk Facebook dan Instagram mengirimkan surat kepada Jaksa Agung California, Rob Bonta, yang didalamnya berisi kekhawatiran tentang dampak perubahan tersebut terhadap industri teknologi di Silicon Valley.

    Menurut laporan The Wall Street Journal, dalam surat tersebut, Meta menegaskan bahwa perubahan model bisnis OpenAI dapat menimbulkan implikasi besar bagi Silicon Valley dan berpotensi mengubah dinamika investasi di sektor teknologi. 

    Meta meminta Bonta untuk mengambil tindakan langsung terhadap perubahan yang dilakukan oleh OpenAI.

    Sebab, jika OpenAI beralih menjadi perusahaan laba, investor nirlaba yang sebelumnya terlibat akan kehilangan keuntungan dari status pajak khusus yang mereka dapatkan.

    “Jika model bisnis baru OpenAI valid, investor nirlaba akan mendapatkan keuntungan yang sama seperti investor konvensional, namun tetap mendapatkan manfaat dari pengurangan pajak yang diberikan pemerintah,” ujar Meta dalam suratnya.

    Pertarungan ini menambah ketegangan di dunia teknologi, di mana beberapa perusahaan besar, termasuk Meta dan xAI, berkompetisi ketat dengan OpenAI dalam pengembangan kecerdasan buatan.

    Diberitakan sebelumnya, Pemilik Perusahaan kecerdasan buatan xAI dan SpaceX Elon Musk kembali menggugat OpenAI. Gugatan ini menyoroti niat perusahaan untuk beralih menjadi organisasi yang mencari laba.

    Melansir dari The Verge, Senin (2/12/2024) dalam pengajuan mosi yang diajukan Jumat malam, pengacara Musk meminta hakim untuk mengeluarkan putusan pendahuluan yang menghentikan peralihan bentuk perusahaan tersebut.

    Sebab, apa yang nantinya dilakukan OpenAI bakal melanggar undang-undang antimonopoli Amerika Serikat.

    Menurut pengacara Musk, jika OpenAI benar-benar menjadi perusahaan yang mencari laba, pihak Musk khawatir OpenAI akan kekurangan dana untuk membayar ganti rugi jika Musk memenangkan gugatan tersebut. 

    Tidak hanya itu, dalam gugatan ini juga menyoroti dugaan bahwa CEO OpenAI, Sam Altman terlibat dalam transaksi yang diduga untuk kepentingan pribadi, yang dapat merugikan keuangan perusahaan.

    Pengacara Musk juga menuduh bahwa OpenAI dan Microsoft bekerja sama untuk menekan pesaing mereka, termasuk dengan meminta investor untuk tidak mendanai proyek bersama mereka. Hal ini, menurut pengacara Musk, melanggar ketentuan Undang-Undang Sherman yang mengatur persaingan usaha. 

  • Zuckerberg dan Bezos Sumbang Miliaran untuk Pelantikan Trump

    Zuckerberg dan Bezos Sumbang Miliaran untuk Pelantikan Trump

    Washington

    Donald Trump akan dilantik sebagai Presiden Amerika Serikat pada awal tahun 2025. Untuk mendukung pelantikan itu, para raksasa teknologi menyumbangkan uangnya.

    Raksasa toko online Amazon berencana menyumbang USD 1 juta atau Rp 16 miliar untuk dana pelantikan Trump. Juru bicara Amazon mengungkap mereka juga akan menyiarkan pelantikan Trump di Prime Video.

    Meta, perusahaan induk Facebook dan Instagram, juga menyebut telah menyumbang USD 1 juta untuk dana pelantikan Trump. Baik Jeff Bezos, pemilik Amazon dan Mark Zuckerberg selaku bos Meta, tampaknya ingin menjalin hubungan baik dengan Trump setelah dulu sempat berseteru.

    Trump menyebut Bezos berencana mengunjunginya langsung. Kedua pria itu berselisih di masa lalu. Di masa jabatan pertamanya, Trump mengkritik Amazon dan mencela liputan politik Washington Post, yang dimiliki Bezos. Bezos juga mengkritik beberapa retorika Trump di masa lalu.

    Tahun 2019, Amazon berargumen dalam kasus pengadilan bahwa bias Trump terhadap perusahaan tersebut merusak peluangnya memenangkan kontrak Pentagon senilai USD 10 miliar.

    Saat ini, Bezos melunak dan menyatakan dia optimis tentang masa jabatan kedua Trump. Dikutip detikINET dari Associated Press, dia juga mendukung rencana presiden terpilih untuk memangkas regulasi.

    Di Oktober, Bezos tak mengizinkan Post mendukung kandidat presiden, menyebabkan puluhan ribu orang membatalkan langganan dan protes dari jurnalis. Washington Post biasanya mendukung calon dari Partai Demokrat.

    Secara terpisah, donasi dari Meta datang beberapa minggu setelah Zuckerberg bertemu Trump secara pribadi di Mar-a-Lago. Stephen Miller, wakil kepala staf untuk masa jabatan kedua Trump, mengatakan bahwa Zuck seperti pemimpin bisnis lainnya, ingin mendukung rencana ekonomi Trump.

    Trump sempat ditendang dari Facebook setelah serangan 6 Januari 2021 di Gedung Capitol AS. Perusahaan itu memulihkan akunnya awal tahun 2023. Selama kampanye 2024, Zuckerberg tidak mendukung siapa pun, tapi sikapnya lebih positif terhadap Trump. Awal tahun ini, ia memuji tanggapan Trump terhadap upaya pembunuhan yang menimpanya.

    Namun, Trump sempat terus menyerang Zuckerberg di depan umum selama kampanye. Pada bulan Juli, ia mengunggah pesan di platform Truth Social miliknya yang mengancam akan memenjarakan para penipu pemilu termasuk Zuckerberg.

    Perusahaan secara tradisional melakukan donasi pelantikan presiden. Google menyumbang masing-masing USD 285.000 untuk pelantikan pertama Trump dan pelantikan Biden. Panitia pelantikan diharuskan mengungkap sumber dana, tapi tidak untuk bagaimana mereka membelanjakan uang tersebut. Microsoft menyumbang USD 1 juta untuk pelantikan Obama yang kedua, tapi hanya USD 500.000 untuk Trump tahun 2017 dan Biden di 2021.

    (fyk/fay)

  • Ikuti Zuckerberg, Giliran Jeff Bezos dan Bos Google Sowan ke Trump

    Ikuti Zuckerberg, Giliran Jeff Bezos dan Bos Google Sowan ke Trump

    Jakarta

    Dua bos teknologi akan mengikuti jejak CEO Meta Mark Zuckerberg untuk menemui Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump. Keduanya adalah CEO Google Sundar Pichai dan pendiri Amazon Jeff Bezos.

    Menurut laporan The Information, Pichai sudah terbang ke Palm Beach, Florida untuk bertemu Trump pada Kamis (12/12) kemarin. Sementara itu, Bezos akan bertemu Trump pada pekan depan.

    Trump memiliki hubungan yang kurang baik dengan Google. Ia pernah mengklaim bahwa mesin pencari itu ‘dicurangi’ untuk menyembunyikan berita positif tentangnya.

    Namun, dalam beberapa pekan terakhir Trump mengklaim bahwa Pichai pernah menghubunginya via telepon. Saat ditanya tentang panggilan telepon tersebut di acara The New York Times Deal Book Summit pekan lalu, Pichai mengatakan panggilan itu tidak ada hubungannya dengan kasus anti-monopoli yang saat ini dihadapi Google.

    Sumber The Information meyakini Pichai tidak akan melakukan pendekatan langsung kepada Trump tentang gugatan anti-monopoli atau topik regulasi lainnya, seperti dikutip dari The Verge, Sabtu (14/12/2024).

    Saat ditanya apakah ia ingin memecah Google, Trump mengatakan ia akan melakukan sesuatu. Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Kehakiman AS belum lama ini meminta Google untuk menjual browser Chrome untuk guna mengakhiri monopoli di sektor pencarian online.

    Sama seperti sejumlah perusahaan Big Tech lainnya, Trump memiliki hubungan yang renggang dengan Bezos dan Amazon. Meski begitu, Bezos belum lama ini mengaku optimistis dengan pemerintahan Trump.

    Pichai dan Bezos bukan satu-satunya bos teknologi yang berusaha memperbaiki hubungannya dengan Trump. Zuckerberg bulan lalu juga bertemu Trump untuk makan malam di kediamannya di Mar-a-Lago.

    Meta juga menyumbangkan USD 1 juta untuk pelantikan Trump yang akan digelar pada Januari 2025. Tidak lama kemudian, Amazon juga dikabarkan akan memberikan donasi dengan jumlah yang sama untuk pelantikan Trump serta menyiarkannya lewat livestream di Prime Video.

    (vmp/fay)

  • Ogah Dukung Trump, Zuckerberg Kini Keluar Uang Rp 16 Miliar

    Ogah Dukung Trump, Zuckerberg Kini Keluar Uang Rp 16 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Meta Platforms (Facebook, WhatsApp, Instagram) Mark Zuckerberg menolak mendukung Donald Trump atau Kamala Harris dalam kontestasi Pemilihan Umum Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024.

    Namun, setelah Trump dinyatakan menang, Zuckerberg tampak mulai merapat. Laporan Reuters, dikutip Jumat (13/12/2024), menyebut Meta mendonasikan US$1 juta (Rp 16 miliar) untuk mendanai pelantikan Trump.

    The Wall Street Journal, yang pertama kali melaporkan berita tersebut, mengatakan donasi tersebut berangkat dari dari kebiasaan selama ini yang dilakukan oleh Zuckerberg dan Meta.

    Sebelumnya, Zuckerberg juga sempat memuji Trump pasca upaya penembakan yang menimpa dirinya pada 13 Juli lalu. Zuckerberg mengatakan aksi Trump yang tenang sebagai “salah satu hal paling menakjubkan yang saya lihat selama hidup”.

    Trump sendiri kerap mengolok-olok Meta karena menilai platform-platform perusahaan kerap menyebarkan konten negatif tentang dirinya.

    Pada akhir November lalu, Zuckerberg sudah bertemu dengan Trump, menurut laporan New York Times. Pertemuan itu dikatakan merupakan upaya Zuckerberg untuk mendekatkan diri ke Trump yang akan memimpin pemerintahan AS selanjutnya.

    Ketegangan Trump dan Meta memuncak pada Pilpres AS 2020. Kala itu, Trump menuduh Meta menyembunyikan konten-konten yang berdampak negatif ke lawannya, Joe Biden.

    Meta juga memblokir akun Facebook dan Instagram Trump selama 2 tahun, menyusul kerusuhan pada Januari 2021 lalu.

    (fab/fab)