Tag: Mark Zuckerberg

  • Bos UFC Diminta Awasi Facebook, Instagram, dan WhatsApp

    Bos UFC Diminta Awasi Facebook, Instagram, dan WhatsApp

    Jakarta, CNBC Indonesia – Meta Platforms, perusahaan induk dari Facebook, Instagram, dan WhatsApp, menunjuk pendiri dan CEO UFC Dana White sebagai salah satu anggota dewan komisaris perusahaan. White diketahui dekat dengan presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump.

    White diangkat sebagai anggota dewan komisaris bersama dengan Charlie Songhurst, investor dan mantan petinggi Microsoft, dan John Elkann, CEO Exor, perusahaan yang dimiliki oleh keluarga Agnelli yaitu konglomerat asal Italia pemilik Ferrari dan Christian Louboutin.

    “Dana, John, dan Charlie akan memperdalam kemampuan dan perspektif untuk membantu kami memanfaatkan peluang di depan seperti kecerdasan buatan [AI], perangkat sandang, dan masa depan konektivitas manusia,” kata CEO Meta Mark Zuckerberg.

    Hubungan dekat Trump dengan White sudah berlangsung lama. White adalah berbicara di Konvensi Partai Republik pada 2024, 2016, dan 2020 mendukung penetapan Trump sebagai calon presiden.

    Di sisi lain, Zuckerberg makin akrab dengan White dalam aktivitasnya berlatih bela diri campuran. Dalam Instagramnya pada 2022, Zuckerberg mengucapkan terima kasih kepada White karena telah diundang untuk menghadiri ajang pertarungan UFC. Akun resmi UFC juga menampilkan foto White dan Zuckerberg di dalam Octagon, yaitu “kandang” tempat pertarungan UFC.

    Adapun Elkann adalah komisaris di Stellantis NV dan Ferrari serta ketua Yayasan Agnelli yang fokus di bidang pendidikan. Songhurst telah menjadi bagian dari Meta sebagai bagian dari penasihat AI.

    Zuckerberg sepertinya berusaha menempatkan Meta di posisi terbaik jelang masa pemerintahan Donald Trump. Pendiri Facebook tersebut sebelumnya sempat menyatakan penyesalannya atas aksi moderasi konten yang dikritik oleh pendukung Trump serta memuji Trump atas responsnya terhadap upaya pembunuhan.

    Pekan lalu, Meta mengangkat Joel Kaplan sebagai kepala urusan global. Kaplan adalah tokoh Partai Republik yang ternama. Selain itu, Meta menyumbang US$ 1 juta ke dana pelantikan Trump.

    (dem/dem)

  • Meta Angkat Rekan Separtai Donald Trump Jadi Petinggi Perusahaan, Makin Dekat ke Penguasa? – Page 3

    Meta Angkat Rekan Separtai Donald Trump Jadi Petinggi Perusahaan, Makin Dekat ke Penguasa? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Perusahaan jejaring sosial raksasa, Meta, baru saja mengangkat seorang tokoh penting di Partai Republik –partai yang sama dengan presiden terpilih Donald Trump– yakni Joel Kaplan, sebagai Chief Global Affairs Officer.

    Joel Kaplan menggantikan posisi Nick Clegg yang mengundurkan diri beberapa waktu lalu.

    Pergantian ini terjadi menjelang pelantikan presiden terpilih AS Donald Trump dan di tengah upaya perusahaan untuk memperbaiki hubungannya dengan Trump.

    Selama ini Trump kerap mengkritik kebijakan perusahaan terhadap konten politik. Bahkan Donald Trump juga mengancam akan memenjarakan CEO Meta, Mark Zuckerberg.

    Mengutip Reuters, Senin (6/12/2025), sebelumnya Joel Kaplan melapor kepada atasannya, Nick Clegg. Clegg merupakan eksekutif Meta yang dulunya mantan Wakil PM Inggris dan pemimpin Partai Liberal Demokrat.

    Meta juga bukan kali ini saja mempekerjakan seseorang berlatar politik sebagai pejabat eksekutif. Eksekutif Meta lainnya yang juga berlatar belakang politik dari partai Republik adalah Kevin Martin.

    Nantinya, ia akan menggantikan posisi lama Kaplan sebagai kepala kebijakan global, demikian pernyataan Clegg di media sosial.

    “Pada awal tahun baru, saya merasa bahwa ini waktu yang tepat untuk meninggalkan peran saya sebagai Presiden Global Affairs di Meta,” kata Clegg.

    Nick Clegg juga menyebut suksesornya, Joel Kaplan, menjadi orang yang tepat untuk memangku pekerjaan lamanya.

    Tumbangnya Facebook, Instagram, dan WhatsApp membuat kerugian bagi Mark Zuckerberg. Zuckerberg diduga mengalami kerugian sampai Rp 85 Triliun akibat turunnya saham Facebook.

  • Meta ‘Bunuh’ Profil Instagram Buatan AI Setelah Dikritik Pengguna

    Meta ‘Bunuh’ Profil Instagram Buatan AI Setelah Dikritik Pengguna

    Jakarta

    Meta membunuh sejumlah profil buatan AI yang ada di Instagram dan Facebook. Profil-profil ini dihapus setelah memicu kritik dan ejekan dari pengguna di media sosial.

    Profil AI ini pertama kali diperkenalkan oleh Meta pada September 2023, dan sebagian besar profil yang ada sudah dihapus pada musim panas tahun 2023. Namun, sejumlah karakter masih bertahan dan ditemukan oleh beberapa pengguna Instagram.

    Keberadaan profil ini menarik perhatian pengguna setelah wawancara VP of Generative AI Connor Hayes dengan Financial Times. Dalam wawancara tersebut, Hayes membahas rencana Meta untuk mengisi platform media sosialnya dengan profil buatan AI yang dapat berinteraksi dengan pengguna manusia.

    Komentar tersebut menarik perhatian pengguna kepada profil AI yang dibuat Meta. Namun, juru bicara Meta menegaskan ada sedikit kesalahpahaman soal komentar Hayes dan keberadaan profil ini.

    “Ada kebingungan: artikel Financial Times baru-baru ini membahas visi kami untuk karakter AI yang ada di platform kami dalam beberapa waktu ke depan, bukan mengumumkan produk baru,” kata juru bicara Meta, seperti dikutip dari Engadget, Sabtu (4/1/2025).

    “Akun yang dimaksud berasal dari uji coba yang kami luncurkan di Connect pada tahun 2023. Akun-akun ini dikelola oleh manusia dan merupakan eksperimen awal yang kami lakukan dengan karakter AI,” sambungnya.

    Profil AI ini memiliki label ‘AI dikelola oleh Meta’ dan dirancang untuk memiliki minat dan kepribadian unik. Beberapa profil AI yang ditemukan pengguna antara lain Carter dengan username ‘datingwithcarter’, seorang pelatih kencan AI dan ‘hellograndpabrian’ yang disebut sebagai ‘pensiunan pengusaha tekstil yang selalu belajar’.

    Profil AI ini bisa diajak berinteraksi dengan pengguna lewat chat, sekaligus mengunggah beberapa postingan yang juga dibuat menggunakan AI. Pengguna yang sempat berinteraksi dengan profil ini mengeluhkan karakter AI tersebut memiliki kepribadian yang klise dan jawaban yang selalu berubah-ubah.

    Tidak hanya itu, pengguna Instagram menemukan bahwa profil AI ini tidak bisa diblokir karena masalah bug. Alih-alih memperbaiki masalah tersebut, Meta memiliki untuk menghentikan eksperimen profil AI itu sepenuhnya.

    Meskipun uji coba ini disambut dingin, Meta masih berencana menghadirkan karakter buatan AI di platform-nya. Tahun lalu, perusahaan besutan Mark Zuckerberg ini memamerkan versi AI dari sejumlah kreator ternama yang bisa melakukan video call layaknya manusia. Kreator juga sudah bisa melatih chatbot AI-nya sendiri untuk berinteraksi dengan follower.

    (vmp/vmp)

  • Mark Zuckerberg Dekati Donald Trump, Angkat Joel Kaplan jadi Kepala Kebijakan Meta

    Mark Zuckerberg Dekati Donald Trump, Angkat Joel Kaplan jadi Kepala Kebijakan Meta

    Bisnis.com, JAKARTA – Meta, perusahaan induk Instagram dan Whatsapp, mengumumkan penunjukan Joel Kaplan sebagai Kepala Kebijakan Meta menggantikan Nick Clegg mengundurkan diri setelah tujuh tahun menjabat.

    Penunjukan ini disinyalir sebagai upaya Mark Zuckerberg untuk mendekati Donald Trump, mengingat Joel merupakan seorang Republikan di internal Meta. 

    Melansir dari The Verge, Jumat (3/1/2025) dalam pengumumannya di Facebook, Clegg menyatakan bahwa ini adalah waktu yang tepat baginya untuk meninggalkan Meta.

    Selain itu, dirinya mengungkapkan keyakinannya bahwa Kaplan adalah orang yang tepat untuk menggantikan posisinya sebagai Kepala Kebijakan Global Meta.

    “Joel jelas merupakan orang yang tepat untuk pekerjaan yang tepat pada waktu yang tepat,” tulis Clegg.

    Clegg pun menyampaikan bahwa Kaplan merupakan individu yang siap untuk memimpin strategi perusahaan seiring dengan perkembangan ekspektasi publik dan politik mengenai teknologi.

    Diketahui Clegg, yang sebelumnya menjabat sebagai wakil perdana menteri Inggris dari Partai Demokrat Liberal, bergabung dengan Meta pada 2018 dan memainkan peran penting dalam merumuskan kebijakan perusahaan pasca skandal Cambridge Analytica. 

    Clegg juga terlibat dalam pengambilan keputusan terkait misinformasi, termasuk pelarangan akun Trump setelah serangan 6 Januari 2021. Pada bulan Desember, Clegg membalikkan beberapa kebijakan moderasi konten perusahaan, mengakui bahwa Meta telah keliru memoderasi terlalu banyak hal.

    CEO Meta Mark Zuckerberg memberikan pujian kepada Clegg atas kontribusinya, menyatakan bahwa ia telah membawa dampak besar dalam memperkuat suara dan nilai-nilai Meta, serta visinya tentang kecerdasan buatan dan metaverse. 

    “Anda telah membuat dampak penting dalam memajukan suara dan nilai-nilai Meta di seluruh dunia, serta visi kami untuk AI dan metaverse,” kata Zuckerberg dalam tanggapan terhadap unggahan Clegg.

    Di sisi lain, Zuckerberg juga menyatakan keyakinannya bahwa Kaplan, dengan pengalaman dan wawasan mendalam, akan memimpin kebijakan Meta ke arah yang tepat.

    “Saya senang Joel akan mengambil peran ini selanjutnya mengingat pengalaman dan wawasannya yang mendalam dalam memimpin kerja kebijakan kami selama bertahun-tahun,”

    Adapun, peran Kaplan sebagai kepala kebijakan global datang di tengah upaya CEO Meta Mark Zuckerberg untuk lebih mendekatkan diri dengan Trump, meskipun hubungan keduanya sempat tegang. 

    Zuckerberg dilaporkan menyumbangkan $1 juta untuk pelantikan Trump dan bertemu dengannya di Mar-a-Lago pada November lalu. Meskipun sebelumnya berselisih, Zuckerberg kini tampak lebih mendukung pendekatan pro-Trump seiring dengan semakin dekatnya pelantikan presiden.

  • Bos Meta Nick Clegg Tinggalkan Perusahaan Setelah 7 Tahun Mengabdi, Ini Alasannya – Page 3

    Bos Meta Nick Clegg Tinggalkan Perusahaan Setelah 7 Tahun Mengabdi, Ini Alasannya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Mantan Wakil Perdana Menteri Inggris, Nick Clegg, yang menjadi eksekutif Meta menyatakan bakal meninggalkan perusahaan media sosial tersebut setelah tujuh tahun bekerja.

    Clegg mengumumkan kepergiannya dalam posting di X dan Threads, dengan alasan bahwa “Ini adalah waktu yang tepat bagi saya untuk meninggalkan peran saya sebagai Presiden, Urusan Global di Meta.”

    Clegg akan digantikan oleh Joel Kaplan, seorang eksekutif kebijakan lama dan mantan ajudan Gedung Putih untuk George W. Bush yang dikenal karena hubungannya yang erat dengan lingkaran Republik di Washington. Demikian sebagaimana dikutip dari Engadget, Jumat (3/1/2025).

    Sebagai Chief Global Affairs Officer, Kaplan akan berada dalam posisi yang baik untuk menjalankan campur tangan bagi Meta saat Donald Trump mengambil alih Gedung Putih.

    Clegg bergabung dengan Meta pada 2018, setahun setelah publik Inggris menganggap mantan pemimpin Partai Demokrat Liberal itu tidak dapat dipilih.

    Perusahaan yang saat itu dikenal sebagai Facebook berupaya memperbaiki hubungan politiknya setelah Cambridge Analytica dan skandal lainnya.

    Pada tahun 2022, ia dipromosikan menjadi Presiden Urusan Global, sebuah posisi yang melapor langsung kepada Mark Zuckerberg (jabatan sebelumnya diawasi oleh COO Meta saat itu, Sheryl Sandberg).

  • Headset Quest Meta Dikabarkan Rusak Berminggu-minggu Usai Pembaruan Software

    Headset Quest Meta Dikabarkan Rusak Berminggu-minggu Usai Pembaruan Software

    Bisnis.com, JAKARTA – Perangkat Headset VR Quest milik Meta mengalami kerusakan berminggu-minggu setelah perusahaan milik Mark Zuckerberg itu melakukan pembaharuan perangkat lunak (software). 

    Dalam postingan Meta di platform x.com pada 7 Desember 2024, Meta menyebut sedang melakukan pembaruan perangkat lunak atau software headset Quest 2, Quest 3 dan Quest 3S yang rusak. 

    Namun, The Verge melaporkan hingga Minggu (29/12), pembaruan tersebut tidak kunjung tersedia. Tidak hanya itu, pengguna juga merasakan perangkat mereka bermasalah setelah pembaruan dilakukan. 

    “Kami menyadari bahwa beberapa perangkat Meta Quest 3S baru mengalami masalah dengan pembaruan perangkat lunak awal,” tulis Meta. 

    Meta berupaya memperbaiki perangkat tersebut dan meminta masyarakat bersabar. Tidak ada pergantian headset. 

    Untuk diketahui, Meta Quest adalah seri perangkat virtual reality (VR) yang dikembangkan oleh Meta Platforms, dengan tujuan memberikan pengalaman VR yang imersif dan interaktif.

    Quest memiliki fitur utama antara lain tampilan grafis yang tajam, alat kontrol yang presisi, fitur pelacakan gerak hingga dukungan untuk pengalaman VR sosial.

    Ada 3 Model Meta Quest yaitu Meta Quest 2 (sebelumnya Oculus Quest 2),  Meta Quest Pro dan Meta Quest 3. 

    Adapun permasalahan software Quest sebelumnya juga pernah dikeluhkan pengguna. Kerusakan software membuat perangkat Quest menjadi tidak responsif menurut laporan Techradar.  

    Dari sisi penjualan, pada tahun 2020, Oculus Meta Quest Store mengeklai mengantongi pendatapan US$1 miliar sejak peluncuran Quest pada 2019. Kemudian, pada November 2021, dikabarkan 10 juta unit headset Meta Quest 2 telah terjual. 

    Pesaing Vision Pro

    Model menggunakan perangkat Vision ProPerbesar

    Meta meluncurkan headset mixed reality (MR) Quest 3 mulai dengan harga US$499,99 atau Rp7,8 juta (asumsi kurs Rp15.666/US$) pada Oktober 2023. Quest 3 akan diluncurkan pada 10 Oktober 2023 untuk menandingi Vision Pro Apple.

    Dikutip dari laman Meta, headset ini dapat membuat pengguna mengalami pengalaman mixed reality yang lebih mulus dengan adanya kamera depan dan sensor pendeteksi gerakan. 

    Selain itu, walaupun tidak ada alat yang mendeteksi kaki, sistem komputerisasi dapat mendeteksi gerakan sehingga dapat memprediksi tindakan yang dilakukan kaki.  

    Dikutip dari laman The Verge, headset tersebut akan dua kali lebih tipis, dua kali lebih kuat dibandingkan dengan Quest 2. 

    Setiap pembelian Quest 3 ini juga dilengkapi dengan sepasang controller yang membuat pengalaman mixed reality menjadi lebih optimal.

    Belajar dari pengalaman Quest 2 yang telah menjual hampir 20 juta barang, Meta pun optimistis peluncuran Quest 3 akan sukses. 

    “Kami harus membuktikan kepada masyarakan bahwa semua kekuatan ini, semua fitur baru ini sangat berharga,” ujar Wakil Presiden Meta bidang VR, Mark Rabkin.

    Meta melakukan tindakan tersebut untuk mengalahkan headset Vision Pro Apple yang sudah meluncur ke pasar pada awal 2023. 

    Adapun, Vision Pro Apple dibanderol dengan harga yang jauh lebih mahal, yakni US$3.499 atau senilai Rp54,8 juta 

  • Trump Jadi Juru Selamat TikTok, Kirim Surat Sakti ke Mahkamah Agung

    Trump Jadi Juru Selamat TikTok, Kirim Surat Sakti ke Mahkamah Agung

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden terpilih Donald Trump memiliki kebijakan khusus baru untuk menangani polemik keberadaan TikTok di Amerika Serikat.

    Ia telah mengajukan dokumen hukum kepada Mahkamah Agung untuk meminta penundaan undang-undang yang akan memblokir TikTok sehari sebelum pelantikannya pada 20 Januari 2025, kecuali aplikasi tersebut dijual oleh pemiliknya dari China, ByteDance.

    Padahal, pada periode pertama menjabat sebagai Presiden AS, yakni pada 2017-2021, Trump bersikeras melarang TikTok beredar di negaranya, dengan alasan keamanan nasional.

    “Mengingat sifat unik dan kompleksitas kasus ini, pengadilan sebaiknya mempertimbangkan untuk menunda tenggat waktu yang ditetapkan dalam undang-undang demi memberikan ruang bernapas untuk menangani isu-isu ini,” tulis tim hukum Trump dalam dokumen yang diajukan ke MA, dilansir AFP, dikutip Minggu (29/12/2024).

    Dalam dokumen hukum yang diajukan Trump ke MA tersebut, ia sejatinya tidak mengambil sikap atas legalitas kasus TikTok saat ini.

    “Presiden Trump tidak mengambil posisi atas substansi hukum dalam perselisihan ini,” tulis John Sauer, pengacara Trump, dalam dokumen yang dikenal sebagai amicus curiae atau “teman pengadilan”.

    Sebagai gantinya, Trump meminta pengadilan untuk menunda tenggat waktu divestasi hingga 19 Januari 2025. Hal ini, menurut Sauer, akan memungkinkan pemerintahan Trump yang akan datang untuk mencari resolusi politik terhadap permasalahan tersebut.

    “Dia dengan hormat meminta pengadilan mempertimbangkan untuk menunda tenggat waktu dalam undang-undang divestasi hingga pengadilan memutuskan perkara ini, sehingga memberikan kesempatan bagi Pemerintahan Trump yang akan datang untuk mengejar penyelesaian politik atas pertanyaan-pertanyaan dalam kasus ini,” tulis Sauer.

    Perubahan Sikap

    Selama masa jabatan pertamanya, Trump mengklaim bahwa aplikasi berbagi video yang populer di kalangan anak muda Amerika itu berpotensi digunakan oleh pemerintah China untuk mengakses data pengguna atau memanipulasi konten yang mereka lihat.

    Kekhawatiran ini juga diungkapkan oleh sejumlah pejabat dan politisi lain, termasuk dari partai oposisi.

    Trump saat itu meminta agar TikTok dijual kepada perusahaan AS dengan sebagian hasil penjualannya masuk ke pemerintah. Meski langkah ini gagal dilakukan selama masa jabatannya, penerusnya, Presiden Joe Biden, melangkah lebih jauh dengan menandatangani undang-undang yang melarang aplikasi tersebut dengan alasan serupa.

    Namun, baru-baru ini, Trump menyatakan perubahan sikapnya terhadap TikTok.

    Dalam wawancara dengan Bloomberg sebagaimana dikutip dari AFP, dia mengatakan bahwa TikTok penting untuk menjaga persaingan di dunia media sosial.

    “Sekarang saya berpikir ulang, saya mendukung TikTok, karena Anda butuh persaingan,” kata Trump. “Jika tidak ada TikTok, Anda hanya punya Facebook dan Instagram-dan itu, Anda tahu, hanya Zuckerberg.”

    Komentar ini merujuk pada Mark Zuckerberg, pendiri Facebook dan CEO Meta, perusahaan teknologi yang juga memiliki Instagram.

    (hsy/hsy)

  • Trump Kirim Surat ke Mahkamah Agung AS Minta Tunda Pemblokiran TikTok

    Trump Kirim Surat ke Mahkamah Agung AS Minta Tunda Pemblokiran TikTok

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengajukan surat pada hari Jumat (27/12) yang mendesak Mahkamah Agung negara itu untuk menghentikan sementara undang-undang yang akan melarang TikTok.

    Permintaan Trump itu diminta dipenuhi sehari sebelum pelantikannya pada tanggal 20 Januari 2025, apabila TikTok tidak dijual ke AS oleh pemiliknya di China, ByteDance.

    “Mengingat kebaruan dan sulitnya kasus ini, pengadilan harus mempertimbangkan untuk menunda batas waktu menurut undang-undang guna memberikan lebih banyak ruang untuk mengatasi masalah ini,” tulis tim hukum Trump, seperti dilansir CNN.

    Trump sangat menentang TikTok selama masa jabatan pertamanya tahun 2017-2021 dan mencoba dengan sia-sia untuk melarang aplikasi berbagi video tersebut dengan alasan keamanan nasional.

    Partai Republik yang mengusung Trump menyuarakan kekhawatiran, yang juga disuarakan oleh para pesaing politiknya, bahwa Pemerintah Tiongkok mungkin menyadap data pengguna TikTok AS atau memanipulasi apa yang mereka lihat di platform tersebut.

    Pejabat AS juga telah menyuarakan kekhawatiran atas popularitas TikTok di kalangan anak muda, dengan menuduh bahwa perusahaan induknya tunduk pada Beijing dan bahwa aplikasi tersebut digunakan untuk menyebarkan propaganda, klaim yang dibantah oleh perusahaan dan Pemerintah China.

    Trump meminta perusahaan AS untuk membeli TikTok, dengan Pemerintah berbagi harga jual, tapi penggantinya di kursi Presiden AS kala itu, Joe Biden, melangkah lebih jauh, menandatangani undang-undang untuk melarang TikTok karena alasan yang sama.

    Namun, Trump kini telah membalikkan haluan. Pada konferensi pers minggu lalu, Trump mengatakan bahwa ia memiliki solusi untuk TikTok dan bahwa pemerintahannya akan melihat aplikasi tersebut dan potensi larangannya.

    Awal bulan ini, presiden terpilih tersebut bertemu dengan CEO TikTok Shou Zi Chew di kediamannya di Mar-a-Lago, Florida. Baru-baru ini, Trump mengatakan kepada Bloomberg bahwa ia telah berubah pikiran tentang aplikasi tersebut.

    “Sekarang (setelah) saya memikirkannya, saya mendukung TikTok, karena Anda membutuhkan persaingan. Jika Anda tidak punya TikTok, Anda punya Facebook dan Instagram – dan itu, Anda tahu, itu Zuckerberg,” ucap Trump.

    Facebook, yang didirikan oleh Mark Zuckerberg dan bagian dari kerajaan teknologi Meta miliknya, termasuk di antara jaringan media sosial yang melarang Trump setelah serangan oleh para pendukungnya di US Capitol pada 6 Januari 2021.

    Larangan tersebut didorong oleh kekhawatiran bahwa Trump akan menggunakan platform tersebut untuk mempromosikan lebih banyak kekerasan. Larangan tersebut pada platform media sosial utama milik Zuckerberg itu kemudian dicabut.

    (wiw/wiw)

    [Gambas:Video CNN]

  • TikTok Segera Diblokir Permanen, Trump Muncul Jadi Juru Selamat

    TikTok Segera Diblokir Permanen, Trump Muncul Jadi Juru Selamat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, telah mengajukan dokumen hukum kepada Mahkamah Agung untuk meminta penundaan undang-undang yang akan melarang TikTok sehari sebelum pelantikannya pada 20 Januari 2025, kecuali aplikasi tersebut dijual oleh pemiliknya dari China, ByteDance.

    Trump, yang selama masa jabatan pertamanya pada 2017-2021 bersikeras untuk melarang TikTok dengan alasan keamanan nasional, kini mengambil langkah berbeda. Dalam dokumen yang diajukan, tim hukumnya meminta agar tenggat waktu divestasi TikTok ditunda guna memberikan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan masalah tersebut secara politik.

    “Mengingat sifat unik dan kompleksitas kasus ini, pengadilan sebaiknya mempertimbangkan untuk menunda tenggat waktu yang ditetapkan dalam undang-undang demi memberikan ruang bernapas untuk menangani isu-isu ini,” tulis tim hukum Trump dalam dokumen tersebut, dilansir AFP, Sabtu (28/12/2024).

    Dalam dokumen hukum yang diajukan, Trump sejatinya tidak mengambil sikap atas legalitas kasus TikTok saat ini.

    “Presiden Trump tidak mengambil posisi atas substansi hukum dalam perselisihan ini,” tulis John Sauer, pengacara Trump, dalam dokumen yang dikenal sebagai amicus curiae atau “teman pengadilan”.

    Sebagai gantinya, Trump meminta pengadilan untuk menunda tenggat waktu divestasi hingga 19 Januari 2025. Hal ini, menurut Sauer, akan memungkinkan pemerintahan Trump yang akan datang untuk mencari resolusi politik terhadap permasalahan tersebut.

    “Dia dengan hormat meminta pengadilan mempertimbangkan untuk menunda tenggat waktu dalam undang-undang divestasi hingga pengadilan memutuskan perkara ini, sehingga memberikan kesempatan bagi Pemerintahan Trump yang akan datang untuk mengejar penyelesaian politik atas pertanyaan-pertanyaan dalam kasus ini,” tambahnya.

    Sikap Berbeda

    Selama masa jabatan pertamanya, Trump bersikap keras terhadap TikTok. Dia mengeklaim bahwa aplikasi berbagi video yang populer di kalangan anak muda Amerika itu berpotensi digunakan oleh pemerintah China untuk mengakses data pengguna di AS atau memanipulasi konten yang mereka lihat.

    Kekhawatiran ini juga diungkapkan oleh sejumlah pejabat dan politisi lain, termasuk dari partai oposisi.

    Trump saat itu meminta agar TikTok dijual kepada perusahaan AS dengan sebagian hasil penjualannya masuk ke pemerintah. Meski langkah ini gagal dilakukan selama masa jabatannya, penerusnya, Presiden Joe Biden, melangkah lebih jauh dengan menandatangani undang-undang yang melarang aplikasi tersebut dengan alasan serupa.

    Namun, baru-baru ini, Trump menyatakan perubahan sikapnya terhadap TikTok.

    Dalam wawancara dengan Bloomberg sebagaimana dikutip dari AFP, dia mengatakan bahwa TikTok penting untuk menjaga persaingan di dunia media sosial.

    “Sekarang saya berpikir ulang, saya mendukung TikTok, karena Anda butuh persaingan,” kata Trump. “Jika tidak ada TikTok, Anda hanya punya Facebook dan Instagram-dan itu, Anda tahu, hanya Zuckerberg.”

    Komentar ini merujuk pada Mark Zuckerberg, pendiri Facebook dan CEO Meta, perusahaan teknologi yang juga memiliki Instagram.

    (luc/luc)

  • Video: Mark Zuckerberg Ungkap Pengganti HP 6 Tahun Lagi

    Video: Mark Zuckerberg Ungkap Pengganti HP 6 Tahun Lagi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pendiri Facebook dan Bos Meta, Mark Zuckerberg mengungkapkan smartphone bakal tergantikan di masa depan. Penggantinya adalah perangkat kacamata pintar atau smart glasses.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Profit CNBC Indonesia (Selasa, 24/12/2024) berikut ini.