Tag: Mark Zuckerberg

  • Meta PHK 600 Karyawan di Divisi AI, Proyek Superintelijen Belum Tunjukkan Hasil – Page 3

    Meta PHK 600 Karyawan di Divisi AI, Proyek Superintelijen Belum Tunjukkan Hasil – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Meta kembali melakukan perombakan besar-besaran di tengah ambisi perusahaan untuk mengembangkan kecerdasan buatan (AI). Terkini, perusahaan bentukan Mark Zuckerberg tersebut diketahui telah melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).

    Disebutkan, Meta PHK 600 karyawan dari divisi “superintelijen”. Langkah ini kabarnya dilakukan sebagai upaya menyederhanakan proses pengambilan keputusan di internal perusahaan.

    “Dengan mengurangi jumlah anggota tim kami, lebih sedikit percakapan yang diperlukan untuk membuat keputusan, dan setiap orang akan lebih mampu memikul beban serta memiliki cakupan dan dampak yang lebih besar,” ujar kepala AI Meta, Alexandr Wang, dikutip dari Axios, Sabtu, (25/10/2025).

    Wang menambahkan, karyawan terdampak dapat melamar ke posisi lain di perusahaan. “Kami masih membutuhkan individu berbakat dan keahlian mereka di bagian lain,” ucapnya.

    PHK di Meta ini juga memengaruhi FAID, lab riset AI legendari perusahaan, serta beberapa unit produk AI dan infrastruktur.

    Namub, langkah penghematan ini menujukkan perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp ini masih mencari arah dalam strategi pengembangan AI-nya.

    Laporan Gizmodo menyebut, meski perusahaan berhasil menarik banyak talenta baru, arah pengembangan AI Meta masih belum jelas dan membuat semangat karyawan semakin menurun.

    Selain mengeluarkan dana sebesar kontrak NBA, perusahaan berinvestasi USD 15 miliar (sekitar Rp 249 triliun) ke AI Scale untuk mendapatkan talenta dan infrastruktur. Sejak menyerap itu semua, Meta gagal menentukan apa yang harus dilakukan.

    Perusahaan itu mengumumkan inisiatif “Superintelligence” terlebih dahulu untuk menyatukan upayanya dalam bidang AI, tetapi memecahnya menjadi beberapa divisi dalam hitungan minggu.

  • Daftar Universitas Dunia yang Lahirkan Banyak Miliarder – Page 3

    Daftar Universitas Dunia yang Lahirkan Banyak Miliarder – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Tak semua miliarder berasal dari latar belakang yang sama, banyak di antara mereka menempuh pendidikan di universitas-universitas bergengsi dunia. Berdasarkan data terbaru yang divisualisasikan oleh Visual Capitalist, Harvard University tetap memegang predikat sebagai universitas dengan jumlah alumni miliarder terbanyak di dunia.

    Laporan ini menyoroti hubungan erat antara pendidikan tinggi elit dan akumulasi kekayaan ekstrem, di mana jaringan, akses terhadap modal, dan lingkungan akademik inovatif berperan besar dalam menciptakan peluang bisnis berskala global.

    Diktuip dari Visual Capitalist, Sabtu (25/10/2025), Harvard University diketahui menempati posisi puncak pada daftar Universities Producing the Most Billionaires, dengan 125 alumni miliarder.

    Kampus yang berlokasi di Cambridge, Massachusetts ini telah lama dikenal sebagai inkubator para pemimpin dunia, pengusaha sukses, dan investor ternama.

    Nama-nama seperti Bill Gates (Pendiri Microsoft), Mark Zuckerberg (pendiri Meta), Michael Bloomberg (pendiri Bloomberg LP), hingga Ray Dalio (pendiri Bridgewater Associates) tercatat pernah menimba ilmu di universitas ini.

    Menariknya, beberapa di antaranya tidak menyelesaikan studinya, menunjukkan bahwa meski pendidikan berperan penting, jaringan dan ide besar sering kali menjadi faktor utama dalam membangun kekayaan luar biasa.

  • Bos Baru Datang, 600 Karyawan AI Meta Dikorbankan

    Bos Baru Datang, 600 Karyawan AI Meta Dikorbankan

    Jakarta

    Meta akan memberhentikan sekitar 600 karyawan di unit AI atau kecerdasan buatan. Perusahaan mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) tersebut dalam memo dari kepala AI-nya, Alexandr Wang.

    Wang yang baru berusia 28 tahun, direkrut bulan Juni sebagai bagian investasi Meta senilai USD 14,3 miliar di Scale AI, perusahaan yang ia dirikan. Dalam PHK ini, para pegawai di seluruh unit infrastruktur AI Meta, unit Riset Kecerdasan Buatan Fundamental, dan posisi terkait produk lainnya terdampak.

    Namun, PHK tak berimbas pada karyawan di TBD Labs, yang mencakup banyak talenta AI tingkat atas dan dibayar sangat mahal. Para karyawan tersebut, diawasi langsung oleh Wang, terhindar dari PHK. Memang Zuckerberg tampaknya cenderung mengistimewakan mereka dari karyawan lama.

    “Dengan mengurangi ukuran tim kami, lebih sedikit percakapan yang diperlukan untuk membuat keputusan, dan setiap orang akan lebih mampu menanggung beban serta memiliki cakupan dan dampak yang lebih besar,” tulis Wang dalam memo kepada karyawan, mengenai alasan PHK.

    Wang adalah bagian dari pererkrutan besar-besaran pakar AI oleh Mark Zuckerberg. Ia menggencarkan perekrutan peneliti AI papan atas dengan membajak karyawan dari pesaing seperti OpenAI dan Google, ditawari penghasilan jutaan dolar. Para peneliti elit yang berhasil ia rekrut kini berada di bawah Wang.

    Zuckerberg mengatakan pada bulan Juli bahwa Meta tidak membutuhkan tim besar untuk membuat terobosan di bidang AI. “Anda sebenarnya menginginkan kelompok orang terkecil yang dapat memasukkan semuanya ke dalam kepala mereka, jadi ada premi absolut untuk orang-orang terbaik dan paling berbakat,” cetusnya.

    Zuckerberg merasa frustrasi dengan kemajuan Meta di bidang AI, terutama setelah peluncuran model Llama 4 pada bulan April yang mendapat respons kurang antusias dari para pengembang. Maka, dia pun bertindak sendiri memperkuat divisi AI.

    (fyk/fyk)

  • Zuckerberg Pecat 600 Karyawan di Bidang AI, Kenapa?

    Zuckerberg Pecat 600 Karyawan di Bidang AI, Kenapa?

    Jakarta

    Meta akan memberhentikan sekitar 600 karyawan di unit AI atau kecerdasan buatan. Alasannya karena perusahaan berupaya untuk beroperasi lebih lincah.

    Perusahaan mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) tersebut dalam memo dari kepala AI-nya, Alexandr Wang, yang direkrut bulan Juni sebagai bagian investasi Meta senilai USD 14,3 miliar di Scale AI. Pekerja di seluruh unit infrastruktur AI Meta, unit Riset Kecerdasan Buatan Fundamental, dan posisi terkait produk lainnya terdampak.

    Namun, PHK tak berimbas pada karyawan di TBD Labs, yang mencakup banyak talenta AI tingkat atas dan dibayar sangat mahal. Para karyawan tersebut, diawasi oleh Wang, terhindar dari PHK. Memang Zuckerberg tampaknya cenderung mengistimewakan mereka dari karyawan lama.

    Menurut sumber, berbagai divisi AI Meta sering bersaing sumber daya komputasi. Ketika karyawan baru bergabung untuk membentuk Superintelligence Labs, unit AI Meta menjadi terlalu besar. PHK ini merupakan upaya Meta memangkas departemen dan memperkuat peran Wang mengarahkan strategi AI perusahaan.

    Meta agresif merombak pendekatannya terhadap AI karena berupaya mengimbangi pesaing seperti OpenAI dan Google. Mereka menggelontorkan miliaran dolar untuk proyek infrastruktur dan rekrutmen. Setelah pemangkasan, jumlah karyawan Superintelligence Labs di Meta kini di bawah 3.000 orang.

    Meta memberi tahu beberapa karyawan bahwa 21 November adalah tanggal PHK dan sekarang adalah waktu tenggang. “Selama waktu ini, akses internal Anda akan dihapus dan Anda tidak perlu melakukan pekerjaan tambahan apa pun untuk Meta. Anda dapat menggunakan waktu ini untuk mencari posisi lain di Meta,” sebut Meta. Perusahaan akan membayar pesangon 16 minggu ditambah dua minggu untuk setiap tahun masa kerja yang telah diselesaikan.

    CEO Mark Zuckerberg merasa frustrasi dengan kemajuan Meta di bidang AI, terutama setelah peluncuran model Llama 4 pada bulan April yang mendapat respons kurang antusias dari para pengembang.

    Menyusul investasi besar-besaran Meta di Scale AI, Zuckerberg meluncurkan unit baru bernama Meta Superintelligence Labs yang terdiri dari para peneliti dan insinyur AI terkemuka. Kelompok ini dipimpin oleh Wang dan mantan CEO GitHub, Nat Friedman.

    Dalam laporan keuangan terbaru, Meta mengatakan pihaknya memperkirakan total pengeluarannya untuk tahun 2025 akan berada di kisaran USD 114 miliar hingga USD 118 miliar. Angka itu diprediksi meningkat.

    (fyk/fyk)

  • Bajak Karyawan Gaji Selangit, Sekarang Malah PHK Besar-besaran

    Bajak Karyawan Gaji Selangit, Sekarang Malah PHK Besar-besaran

    Jakarta, CNBC Indonesia – Beberapa saat lalu, Meta dilaporkan tengah giat membajak karyawan dari perusahaan kompetitor untuk memperkuat tim Superintelligence Labs yang fokus mengembangkan inovasi teknologi kecerdasan buatan (AI).

    Beberapa karyawan dari OpenAI dan Apple dilaporkan pindah ke Meta yang menawarkan gaji selangit. Paket kompensasi yang diberikan katanya tembus US$100 juta atau setara Rp1,6 triliun.

    Namun, pembajakan karyawan gila-gilaan ternyata tak menjamin perusahaan bebas PHK. Meta dilaporkan memangkas sekitar 600 posisi di tim Superintelligence Labs.

    Perusahaan berdalih perampingan dilakukan untuk membuat unit AI lebih fleksibel dan responsif, dikutip dari Reuters, Kamis (23/10/2025).

    Lebih spesifik, PHK kali ini akan berdampak pada unit Facebook Artificial Intelligence Research (FAIR), serta tim yang fokus pada produk dan infrastruktur terkait AI.

    Tim TBD Lab yang baru dibentuk tak akan terdampak pemangkasan terbaru Meta. TBD Lab berisi puluhan peneliti dan engineer yang mengembangkan model dasar AI generasi berikutnya untuk Meta.

    Informasi soal PHK massal terbaru di unit AI Meta pertama kali dilaporkan oleh Axiao, berdasarkan memo internal perusahaan.

    Chief AI Officer Meta, Alexandr Wang mengatakan tim yang lebih kecil akan mempercepat alur pengambilan keputusan, meningkatkan tanggung jawab, cakupan, dan efektivitas masing-masing orang.

    Perusahaan mengusulkan bagi para karyawan yang kena PHK untuk melamar ke tim dan pekerjaan lain di Meta.

    Sebagai informasi, Superintelligence Labs dibentuk pada Juni lalu, sebagai bagian dari reorganisasi perusahaan dalam mengembangkan AI. Unit ini didirikan setelah staf senior mengundurkan diri, serta penerimaan buruk terkait model terbuka (open-source) Llama 4 yang dirilis perusahaan.

    CEO Meta Mark Zuckerberg turun langsung dalam merekrut gila-gilaa para talenta AI untuk mengisi posisi-posisi di Superintelligence Labs. Di dalam unit ini ada tim FAIR, TBD Lab, serta tim produk lainnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Meta PHK 600 Karyawan Divisi AI Usai Mark Zuckerberg Bajak Para Petinggi Apple

    Meta PHK 600 Karyawan Divisi AI Usai Mark Zuckerberg Bajak Para Petinggi Apple

    Bisnis.com, JAKARTA — Meta Platforms Inc. berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 600 karyawan di divisi AI Superintelligence Labs pada bulan depan.

    Langkah ini melibatkan tim di Fundamental Artificial Intelligence Research (FAIR), divisi produk AI, dan infrastruktur AI, sebagai bagian dari upaya restrukturisasi untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan pengembangan teknologi kecerdasan buatan.

    PHK ini diumumkan melalui memo internal dari Chief AI Officer Meta, Alexandr Wang, yang baru bergabung pada Juni 2025. Dalam memo tersebut, Wang menjelaskan bahwa pengurangan tim bertujuan untuk mengurangi birokrasi dan meningkatkan tanggung jawab individu.

    “Dengan mengurangi ukuran tim kami, akan ada lebih sedikit diskusi untuk membuat keputusan, dan setiap orang akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar serta dampak yang lebih signifikan,” tulis Wang, seperti dilaporkan Reuters, Kamis (23/10/2025).

    Divisi Superintelligence Labs, yang dibentuk untuk mengejar “superintelligence” atau AI yang melebihi kemampuan manusia, telah mengalami pertumbuhan pesat sejak 2022. Namun, sumber internal menyebut divisi ini menjadi “bloated” atau membengkak, dengan tim-tim sering bersaing untuk sumber daya komputasi.

    PHK tidak akan memengaruhi kelompok baru seperti TBD Lab, yang mencakup rekrutan elite dengan paket kompensasi mencapai ratusan juta dolar AS, termasuk pakar dari OpenAI, Google, dan Microsoft.

    Langkah ini datang di tengah persaingan ketat di industri AI, di mana Meta telah menginvestasikan miliaran dolar untuk infrastruktur dan talenta. Baru-baru ini, perusahaan mengumumkan kesepakatan senilai US$27 miliar dengan Blue Owl Capital untuk membangun data center Hyperion di Louisiana, yang diharapkan menjadi pusat AI terbesar.

    Sementara itu, CEO Meta, Mark Zuckerberg, telah menekankan komitmen ini, meskipun perusahaan tetap melakukan PHK untuk menjaga kelincahan.

    Para karyawan yang terdampak akan diberi kesempatan untuk melamar posisi lain di dalam Meta melalui proses perekrutan yang dipercepat. Perusahaan juga menyatakan akan terus merekrut talenta AI berkualitas tinggi.

    “Ini bukan berarti penurunan investasi. Kami tetap antusias dengan model yang sedang kami latih, rencana komputasi ambisius, dan produk yang kami bangun,” tambah Wang dalam memo menurut laporan Business Insider.

    PHK ini menjadi bagian dari tren di industri teknologi, di mana perusahaan seperti Microsoft dan Alphabet juga melakukan pengurangan staf sambil meningkatkan investasi AI. Meta, yang memiliki lebih dari 80.000 karyawan secara global, sebelumnya telah melakukan PHK massal pada 2022 dan 2023 untuk efisiensi operasional.

    Meta Bajak Petinggi Apple

    Keputusan ini diambil saat Meta getol dalam membajak petinggi kompetitor untuk masuk ke tim AI mereka. Belum lama Meta menarik Ke Yang, eksekutif Apple yang memimpin pengembangan pencarian web berbasis AI untuk Siri.

    Diketahui, Apple berencana melakukan pengembangan besar sistem Siri pada 2026. Sejumlah lompatan terbesar dalam sejarah asisten virtual Apple, akan terjadi dengan sejumlah fitur canggih berbasiskan AI generatif yang diklaim lebih kontekstual, personal, dan kompetitif terhadap platform rival seperti ChatGPT atau Google Gemini .

    Namun, di tengah pengembangan tersebut, Apple justru kehilangan para pakar AI-nya, di mana Meta terus agresif merekrut pentolan AI Apple untuk mendominasi teknologi superintelligence.

    Ke Yang baru saja ditunjuk memimpin tim Answers, Knowledge, and Information (AKI) di Apple beberapa minggu lalu, dengan tugas utama meningkatkan kemampuan Siri untuk menarik informasi dari web dan data pribadi pengguna.

  • Orang Super Kaya Ramai Bikin Bunker Mewah, Persiapan Bencana

    Orang Super Kaya Ramai Bikin Bunker Mewah, Persiapan Bencana

    Jakarta

    Dalam beberapa tahun terakhir, para kaum ultra kaya diam-diam telah mempersiapkan rumah mereka untuk bencana besar, dengan membangun bunker bawah tanah yang tidak hanya terlindungi tapi juga super mewah.

    Selain perubahan iklim dan bencana alam, tak sedikit pula yang khawatir terkait perkembangan pesat AI. Terlebih beberapa pentolan teknologi menyebut AI bisa melampaui kecerdasan manusia dan berpotensi berbahaya.

    CEO Meta, Mark Zuckerberg, membangun kompleks USD 300 juta di Hawaii, lengkap dengan bunker luas yang memiliki infrastruktur energi, air, dan makanan sendiri. Adapun Bill Gates dilaporkan memiliki bunker di bawah beberapa rumahnya. Dari kalangan selebriti, Kim Kardashian dan Shaquille O’Neal, kabarnya menjajaki ide tersebut.

    “Yang dulunya merupakan tempat perlindungan sederhana telah menjadi tempat perlindungan yang dirancang khusus. Klien masa kini menginginkan fitur yang mencerminkan gaya hidup mereka, seringkali dengan sentuhan yang sangat individual,” ujar Naomi Corbi dari SAFE, firma yang desain hunian yang aman.

    Corbi mengatakan klien meminta fasilitas seperti galeri seni ber-AC, teater pribadi, dan kebun hidroponik. Fasilitas lain bisa berupa pusat kebugaran, kolam renang, sauna, tempat tinggal staf, dan apa pun yang bisa membuat bertahan hidup di tengah krisis terasa jauh lebih nyaman.

    Oppidum, perusahaan spesialis hunian bawah tanah, mengatakan privasi adalah kunci. “Salah satu prinsip desain hunian adalah Anda tidak ingin siapa pun mengetahuinya. Saya jarang sekali bertemu langsung klien miliarder. Dan bahkan ketika bertemu, mereka selalu punya nama samaran,” jelas Tom Grmela, kepala komunikasi perusahaan itu.

    Douglass Rushkoff, yang mewawancarai para miliarder yang siap siaga menghadapi bencana untuk bukunya Survival of the Richest, mengatakan banyak dari mereka ingin menjauhkan orang asing dari tempat perlindungan.

    “Orang-orang ini tidak lagi didorong oleh rasa takut, melainkan oleh keinginan. Gagasan untuk terisolasi di stasiun luar angkasa atau bunker bawah tanah adalah hal yang baik bagi banyak orang seperti mereka,” cetusnya yang dikutip detikINET dari Yahoo News.

    Selain bunker pribadi, ada pula yang menginginkan bunker untuk banyak orang. Perusahaan Vivos mengkhususkan diri dalam kompleks seperti ini, dapat menampung hingga 800 orang dan lebih murah daripada bunker individu.

    “Ini seperti kapal pesiar bawah tanah. Ada kamar asrama pribadi, area tidur pribadi, kamar mandi pribadi, dan lainnya. Tapi secara keseluruhan, ini adalah area bersama dengan ruang-ruang berorientasi komunitas tempat orang bisa berkumpul, makan bersama, dan bersantai,” kata Dante Vicino, arsitek dan pimpinan proyek Vivos.

    Rushkoff sendiri mengusulkan sebaiknya bunker tidak dibuat untuk diri sendiri. “Jika Anda benar-benar ingin selamat dari kiamat, temui tetangga Anda, jalin pertemanan, dan bentuklah komunitas dengan orang lain. Itu adalah teknik bertahan hidup yang jauh lebih mungkin daripada mengisolasi diri sepenuhnya di bawah tanah,” katanya.

    (fyk/fyk)

  • Meta Ray Ban Display Tak Bisa Diperbaiki Ketika Rusak, Ini Penyebabnya – Page 3

    Meta Ray Ban Display Tak Bisa Diperbaiki Ketika Rusak, Ini Penyebabnya – Page 3

    Sebelum permasalahan Meta Ray Ban Display mencuat, raksasa teknologi asal AS tersebut telah meluncurkan varian terjangkau dari lini kacamata pintar, Meta Ray Ban Gen 2.

    Mengutip Reuters, peluncuran kacamata pintar ini diperkenalkan langsung oleh CEO Meta, Mark Zuckerberg, di acara Meta Connect 2025 bersamaan dengan kontroler wristband.

    Lantas Apa Bedanya?

    Menurut salah satu postingan di Gizmochina, kecamata AI ini hadir dengan dual sensor kamera ultrawide sebesar 12MP di bagian depan, dan lima buah mikrofon untuk setup audio.

    Berdasarkan informasi tersebut, kamera ini bisa menangkap gambar beresolusi tinggi 3024 x 4032 piksel dan mendapatkan hasil perekaman video Hi-Res di 1080p.

    Jadi, selain muncul sebagai varian lebih terjangkau, Meta Ray Ban Gen 2 masih memiliki teknologi canggih. Namun, sejauh pantauan kami, iFixit belum terpantau memberikan masukan pada seri ini.

    Buat kamu yang tertarik Meta Ray Ban Gen 2 sudah mulai dipasarkan di India dengan harga mulai 29.900 Rupee (sekitar Rp 5,6 jutaan).

     

     

  • Jangan Tiru Bill Gates dan Mark Zuckerberg

    Jangan Tiru Bill Gates dan Mark Zuckerberg

    Jakarta

    Pendiri raksasa toko online Amazon, Jeff Bezos, membahas mengenai Mark Zuckerberg dan Bill Gates yang sukses luar biasa meski drop out kuliah. Keduanya drop out dari Harvard sementara Bezos sendiri lulusan Princeton University yang sama-sama bergengsi.

    Bezos menjelaskan bahwa meskipun mungkin untuk sukses sebagai wirausaha tanpa gelar, kejadian seperti itu jarang terjadi. Maka ia meminta anak muda jangan meniru mereka untuk drop out. “Itu akan selalu menjadi saran saya: Saya menyelesaikan kuliah, dan saya menikmati kuliah. Saya pikir itu membantu saya,” kata salah satu orang terkaya dunia itu.

    Zuckerberg mendirikan Facebook tahun 2004 dari kamar asramanya di Harvard, kemudian keluar untuk fokus pada perusahaan. Gates juga meninggalkan Harvard pada tahun 1975 untuk mendirikan Microsoft bersama Paul Allen. Keduanya baru berusia 19 tahun ketika mereka meluncurkan perusahaan masing-masing.

    Saat ini menurut Forbes, Zuckerberg adalah orang terkaya ketiga di dunia dengan kekayaan USD 244,3 miliar, sementara Gates berada di peringkat ke-17 dengan USD 106 miliar. Adapun Bezo adalah orang terkaya keempat dengan kekayaan USD 234 miliar. Bezos lulus dari Princeton pada tahun 1986 dengan gelar teknik. Ia baru meluncurkan Amazon di 1994 pada usia 30 tahun, setelah hampir satu dekade pengalaman kerja.

    Bezos mengatakan 10 tahun pengalaman kerjanya meningkatkan peluang Amazon untuk sukses. Bezos pun menyarankan anak muda untuk bekerja di perusahaan yang sukses terlebih dahulu guna meningkatkan peluang kesuksesan di masa depan.

    “Saya selalu menyarankan kepada kaum muda: Bekerjalah di perusahaan dengan praktik terbaik di mana Anda dapat mempelajari banyak hal mendasar seperti cara merekrut dengan baik, cara wawancara, dan lain-lain,” ujarnya.

    “Ada banyak hal yang akan Anda pelajari di perusahaan hebat yang akan membantu Anda, dan masih banyak waktu untuk memulai perusahaan setelah Anda menyerapnya,” imbuhnya yang dikutip detikINET dari VNExpress.

    Bahkan Gates juga menentang drop out ketika putri bungsunya, Phoebe Gates, juga mempertimbangkan untuk berhenti kuliah dan memulai bisnis. Jadi peluang orang yang lulus kuliah untuk sukses, lebih besar daripada mereka yang drop out.

    (fyk/fay)

  • Instagram Nguping Pembicaraan Pengguna? Ini Kata Bosnya

    Instagram Nguping Pembicaraan Pengguna? Ini Kata Bosnya

    Jakarta

    Tidak sedikit pengguna Instagram yang beranggapan aplikasi milik Meta itu bisa menguping pembicaraan pengguna untuk menampilkan iklan atau rekomendasi. Namun bos Instagram Adam Mosseri menegaskan pihaknya mendengarkan percakapan pengguna.

    Sistem iklan dan rekomendasi Meta memang bisa sangat presisi. Kadang pengguna hanya membahas sebuah produk lewat percakapan verbal, tapi Meta bisa tahu seolah mereka ikut mendengarkan percakapan lewat mikrofon ponsel.

    Tuduhan ini pernah beberapa kali dibantah oleh Meta dan CEO Mark Zuckerberg. Kini giliran Mosseri yang buka suara untuk membantah teori konspirasi tersebut.

    “Kami tidak mendengarkan (percakapan) kalian. Kami tidak menggunakan mikrofon ponsel untuk menguping kalian,” kata Mosseri dalam video yang diunggah di Instagram, seperti dikutip dari The Verge, Jumat (3/10/2025).

    Mosseri mengaku ia sering membicarakan topik ini, termasuk dengan istrinya. Ia menambahkan menguping pembicaraan pengguna lewat mikrofon ponsel merupakan pelanggaran privasi yang berat dan akan menguras baterai ponsel pengguna.

    Mosseri juga memberikan beberapa faktor yang mungkin menjelaskan mengapa pengguna melihat iklan untuk sesuatu yang baru saja dibicarakan dengan orang lain. Pertama, pengguna mungkin pernah melihat produk tersebut di website sebelum dibicarakan dengan orang lain.

    “Kami bekerjasama dengan pengiklan yang berbagi informasi dengan kami tentang siapa yang ada di website mereka untuk mencoba menargetkan orang-orang tersebut melalui iklan. Jadi kalau kalian melihat suatu produk di website, pengiklan tersebut mungkin telah membayar kami untuk menjangkau kalian lewat iklan,” ujar Mosseri.

    Kedua, Meta memperlihatkan iklan ke pengguna Instagram berdasarkan apa yang menurut mereka menarik untuk pengguna, dan sebagian berdasarkan apa yang teman-teman mereka dan orang serupa minati.

    Ketiga pengguna mungkin pernah melihat iklan itu sebelum membicarakannya dengan teman namun tidak disadari karena scroll terlalu cepat. Terakhir, mungkin itu hanya kebetulan yang terjadi secara acak.

    Meski sudah mengunggah video penjelasan yang cukup panjang, Mosseri memperkirakan rumor ini akan terus berlanjut. Meta juga tidak perlu menguping pembicaraan pengguna, karena mereka akan menggunakan percakapan dengan Meta AI untuk menampilkan iklan dan rekomendasi.

    (vmp/vmp)