Tag: Mark Zuckerberg

  • Mark Zuckerberg Disidang, Terungkap Fakta Rencana Pisahkan Instagram dari Facebook – Page 3

    Mark Zuckerberg Disidang, Terungkap Fakta Rencana Pisahkan Instagram dari Facebook – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – CEO Meta Mark Zuckerberg sempat mempertimbangkan untuk memisahkan Instagram pada 2018 karena kekhawatiran tentang meningkatnya ancaman litigasi antimonopoli terhadap Facebook. Hal tersebut dibacakan dalam sidang antimonopoli di Washington, D.C, pada hari Selasa waktu setempat.

    Di hari kedua kesaksian Zuckerberg dalam persidangan antimonopoli Meta dengan Komisi Perdagangan Federal (FTC), pengacara yang mewakili FTC memperlihatkan surat elektronik (email) di Mei 2018, di mana Zuckerberg tampaknya mengomentari kemungkinan memisahkan aplikasi berbagi foto yang dibeli perusahaannya pada 2012 seharga USD 1 miliar.

    “Dan saya mulai bertanya-tanya apakah memisahkan Instagram adalah satu-satunya struktur yang akan mencapai sejumlah tujuan penting,” tulis Zuckerberg dalam email tersebut, dikutip dari CNBC, Rabu (16/4/2025).

    “Seiring meningkatnya seruan untuk memisahkan perusahaan teknologi besar, ada kemungkinan yang tidak sepele bahwa kita akan dipaksa untuk memisahkan Instagram dan mungkin WhatsApp dalam 5-10 tahun ke depan. Ini adalah satu faktor lagi yang harus kita pertimbangkan.”

    Facebook membeli Instagram pada 2012, saat aplikasi foto tersebut memiliki 13 karyawan dan Zuckerberg siap untuk melantai di bursa saham dalam apa yang, pada saat itu, merupakan IPO teknologi terbesar yang pernah tercatat.

    Pembelian Instagram dan akuisisi WhatsApp pada 2014 senilai USD 19 miliar merupakan inti dari persidangan antimonopoli besar-besaran yang dimulai hari Senin dan dapat berlangsung selama beberapa minggu.

    FTC menuduh bahwa Meta memonopoli pasar jejaring sosial, dan berpendapat bahwa perusahaan tersebut seharusnya tidak dapat menyelesaikan akuisisi tersebut. Badan tersebut berupaya memisahkan aplikasi tersebut dari Meta sebagai solusi yang memungkinkan.

  • VIDEO: Mark Zuckerberg Disidang! Nasib Instagram & Whatsapp Dipertaruhkan

    VIDEO: Mark Zuckerberg Disidang! Nasib Instagram & Whatsapp Dipertaruhkan

    Meta, induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, dituduh memonopoli pasar media sosial secara ilegal — dan kini terancam dipaksa melepas dua anak usahanya yang paling besar: Instagram dan WhatsApp!

    Ringkasan

  • WhatsApp Terancam Dirombak Total, Zuckerberg Tak Bisa Apa-apa

    WhatsApp Terancam Dirombak Total, Zuckerberg Tak Bisa Apa-apa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mantan Kepala Komisi Perdagangan Federal (FTC) Lina Khan mengatakan Facebook panik ketika memutuskan mengakuisisi Instagram dan WhatsApp sebagai layanan di bawah induk Meta.

    Kala itu, penetrasi smartphone kian meluas. Aplikasi mobile seperti WhatsApp dan Instagram menjadi populer untuk melakukan interaksi secara online.

    “[Facebook] melihat perusahaan seperti Instagram dan WhatsApp mengalami pertumbuhan signifikan. Pada poin itu, perusahaan menghadapi opsi beli atau terkubur (buy-or-bury). Jika tak bisa menandingi rival, pilihannya adalah membeli layanan-layanan pesaing,” kata Khan dalam program Squawk Box CNBC International, dikutip Selasa (15/4/2025).

    Meta akan memulai persidangan anti-kompetisi terkait akuisisi Instagram dan WhatsApp bersama FTC pada Senin (14/4) waktu setempat. Pemerintah menduga raksasa media sosial milik Mark Zuckerberg itu memonopoli pasar media sosial dengan mencaplok Instagram pada 2012 dan membeli WhatsApp pada 2014.

    Meta tak segera merespons permintaan komentar dari CNBC International.

    Persidangan tersebut berpotensi mengharuskan Meta untuk melakukan divestasi terhadap Instagram dan WhatsApp. Meta telah berupaya membantah dugaan FTC dan meyakini perusahaan tidak melakukan monopoli.

    “Tak ada tanggal kedaluwarsa ketika melihat ilegalitas dari transaksi [akuisisi] ini,” kata Khan.

    “Menurut saya ada alternatif membuat ekosistem media sosial berbeda dari hari ini. Namun, alternatif itu tidak terjadi karena Facebook dulu diperbolehkan untuk melakukan akusisi [Instagram dan WhatsApp,” ia menuturkan.

    Pada intinya, Khan mengatakan kasus ini bertujuan menjunjung tinggi kebebasan dan keadilan dalam perdagangan. Meski belum ada penyelesaian yang dicapai, namun Khan menggarisbawahi selalu ada ruang terbuka untuk melakukan penyelesaian sebelum kasus ini memiliki kesimpulan akhir.

    Meski Presiden AS Donald Trump secara umum tampak dekat dengan para petinggi raksasa teknologi, tetapi Khan mengaku senang karena upaya Zuckerberg untuk membatalkan kasus ini tak berhasil.

    Zuckerberg mendonasikan uang sebanyak US$1 juta untuk inaugurasi Trump. Ia juga dilaporkan beberapa kali bertemu Trump sejak Januari 2025.

    “Sebelum persidangan berakhir, lalu ada putusan pertanggungjawaban dan kemudian upaya hukum, kita semua hanya bisa menunggu dan mengamati,” kata Khan.

    (fab/fab)

  • Mark Zuckerberg Disidang, Terungkap Fakta Rencana Pisahkan Instagram dari Facebook – Page 3

    Mark Zuckerberg Dipanggil ke Pengadilan, Bantah Meta Lakukan Monopoli karena Miliki WhatsApp dan Instagram – Page 3

    FTC mengklaim, Meta memegang monopoli pada platform yang dipakai pengguna berbagi konten dengan teman-teman dan keluarga mereka. Pesaing mereka di Amerika Serikat adalah Snapchat milik Snap serta media sosial kecil yang berfokus pada privasi, MeWe, yang dirilis pada 2016.

    Sementara, menurut FTC, platform tempat pengguna melakukan streaming konten ke orang asing yang memiliki minat serupa, seperti X alias Twitter, TikTok, YouTube, dan Reddit tak bisa dipertukarkan.

    Sidang ini pun akan berlangsung setidaknya hingga bulan Juli mendatang. Jika FTC menang, mereka perlu membuktikan bahwa tindakannya memaksa Meta untuk menjual Instagram atau WhatsApp akan memulihkan persaingan.

    Tentunya, jika kehilangan Instagram, Meta akan kehilangan sebagian besar laba bersihnya.

  • Mark Zuckerberg Terancam Kehilangan WhatsApp dan Instagram

    Mark Zuckerberg Terancam Kehilangan WhatsApp dan Instagram

    Jakarta

    Sidang kasus antimonopoli penting terhadap raksasa media sosial Meta dimulai di Washington pada hari Senin waktu setempat. Taruhannya besar yaitu jika Meta kalah, mereka bisa dipaksa untuk menjual WhatsApp dan Instagram.

    Pengacara pengawas persaingan dan konsumen Amerika Serikat menuduh Meta secara tidak sah menghancurkan rival dengan membeli Instagram dan WhatsApp lebih dari sedekade silam. “Mereka memutuskan persaingan terlalu ketat dan akan lebih mudah untuk membeli pesaing daripada bersaing dengan mereka,” kata pengacara Komisi Perdagangan Federal (FTC) Daniel Matheson.

    Meta pun membantahnya. Pengacara Meta Mark Hansen menyebut perusahaan mengakuisisi Instagram dan WhatsApp dalam rangka meningkatkan dan mengembangkannya bersama Facebook.

    FTC menilai Meta membayar terlalu berlebihan saat akuisisi Instagram seharga USD 1 miliar pada tahun 2012. Dua tahun kemudian, perusahaan membeli WhatsApp USD 19 miliar.

    “Argumen FTC adalah akuisisi Instagram merupakan cara menetralkan ancaman persaingan yang meningkat terhadap Facebook,” kata Rebecca Haw Allensworth, profesor hukum antimonopoli yang dikutip detikINET dari BBC.

    Allensworth menyebut perkataan Zuckerberg sendiri, termasuk dari email-emailnya, malah menawarkan bukti paling meyakinkan di persidangan. “Dia mengatakan lebih baik membeli daripada bersaing. Sulit mendapatkan yang lebih harfiah dari itu,” kata Allensworth.

    Matheson merujuk pada memo tahun 2012 dari Zuckerberg di mana ia membahas pentingnya menetralkan Instagram. Meta, di sisi lain, mengklaim bahwa pembelian tersebut membuat pengalaman konsumen menjadi lebih baik.

    “Akuisisi untuk meningkatkan dan menumbuhkan, tidak pernah dianggap melanggar hukum,” kata Hansen. Ia juga menyebut Meta tetap menghadapi persaingan dari sejumlah aplikasi termasuk TikTok, X, YouTube, dan iMessage.

    Jika FTC menang, Meta dapat dipaksa memisahkan diri dari WhatsApp dan Instagram, yang akan sangat merugikan bisnis iklan. Meta mengandalkan 3,3 miliar pengguna harian di seluruh platformnya sebagai salah satu nilai jual bisnis iklannya, yang tahun lalu saja meraup lebih dari USD 160 miliar.

    Zuckerberg sendiri telah mulai bersaksi dan menyatakan bahwa dulu dia ingin membeli Instagram karena teknologi kameranya, bukan terkait jejaring sosialnya. Kemudian, pihaknya yang memoles Instagram hingga terus berkembang seperti sekarang.

    (fyk/afr)

  • Mark Zuckerberg Dituding Mau Tukar Data Pengguna AS demi Tiket Masuk ke China? – Page 3

    Mark Zuckerberg Dituding Mau Tukar Data Pengguna AS demi Tiket Masuk ke China? – Page 3

    Selain itu, Sarah juga mengaku telah melaporkan pelanggaran ini ke SEC (Komisi Sekuritas dan Bursa AS) dan Departemen Kehakiman AS setelah keluar dari Meta.

    Menanggapi tuduhan tersebut, juru bicara Meta, Ryan Daniels, mengatakan, “kesaksian Sarah penuh dengan klaim palsu dan tidak sesuai dengan kenyataan.”

    Sarah juga menyebutkan, model AI Llama milik Meta yang bersifat open-source memang telah digunakan oleh pengembang di China, termasuk DeepSeek, dan menyoroti potensi kontribusinya digunakan untuk militer.

    Ia juga menyinggung, Meta mengambangkan alat sensor bekerja sama dengan otoritas China, dan kemudian menyembunyikan keterlibatan perusahaan dari publik.

    “Meta memiliki beberapa pemikir terbaik dalam satu generasi,” katanya kepada komite. “Jadi, siapa lebih baik, jika Anda adalah Partai Komunis China, untuk mengajari Anda tentang teknologi ini selain Meta.”

  • Meta Hadapi Ancaman Serius di Pengadilan atas Akuisisi Instagram dan WhatsApp

    Meta Hadapi Ancaman Serius di Pengadilan atas Akuisisi Instagram dan WhatsApp

    JAKARTA — Meta Platforms, perusahaan induk Facebook, menghadapi sidang penting di Washington mulai Senin ini 14 April  dalam kasus yang menuduh perusahaan membentuk monopoli ilegal di sektor media sosial dengan mengakuisisi Instagram dan WhatsApp. Gugatan ini diajukan oleh Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) dan berpotensi memaksa Meta untuk membubarkan atau menjual bagian-bagian bisnisnya.

    Akuisisi Instagram pada 2012 dan WhatsApp pada 2014 dinilai FTC sebagai upaya Meta untuk menyingkirkan pesaing yang berpotensi mengancam dominasi Facebook dalam menghubungkan pengguna dengan keluarga dan teman. Kasus ini diajukan pertama kali pada 2020 saat masa pemerintahan pertama Presiden AS, Donald Trump.

    Sidang ini diperkirakan berlangsung hingga Juli dan dinilai sebagai ujian besar terhadap komitmen pemerintahan Trump saat ini dalam menindak dominasi raksasa teknologi. Jika FTC menang, akan ada sidang lanjutan untuk menentukan apakah tindakan seperti penjualan Instagram atau WhatsApp akan efektif memulihkan persaingan.

    Ancaman Investasi Teknologi

    Kepala Divisi Hukum Meta, Jennifer Newstead, menyebut kasus ini lemah dan dapat menghambat investasi di sektor teknologi. Dalam blog-nya, ia menulis, “Sungguh absurd bahwa FTC ingin membubarkan perusahaan besar Amerika saat pemerintah justru sedang mencoba menyelamatkan TikTok yang dimiliki China.”

    Meta disebut menghasilkan sekitar setengah dari pendapatan iklan di AS dari Instagram. Menurut firma riset eMarketer, Instagram diperkirakan menghasilkan pendapatan sebesar 37,13 miliar dolar AS pada 2025, menjadikannya aplikasi dengan pendapatan per pengguna tertinggi dibanding platform lain.

    CEO Meta, Mark Zuckerberg, dijadwalkan akan memberikan kesaksian dalam persidangan ini. Ia akan ditanyai soal email lama yang menunjukkan niatnya mengakuisisi Instagram demi “menetralkan” ancaman terhadap Facebook, serta kekhawatiran bahwa WhatsApp bisa tumbuh menjadi jejaring sosial pesaing.

    Meta berdalih bahwa akuisisi tersebut justru memberi manfaat bagi pengguna dan kini menghadapi persaingan ketat dari TikTok milik ByteDance, YouTube milik Google, dan aplikasi pesan Apple.

    FTC Klaim Meta Kuasai Platform Sosial Privat

    FTC berpendapat Meta memonopoli platform berbagi dengan teman dan keluarga, di mana pesaing utamanya hanyalah Snapchat dan MeWe, aplikasi kecil berbasis privasi. Platform seperti X (Twitter), TikTok, YouTube, dan Reddit dinilai tidak sebanding karena fokusnya adalah siaran publik ke audiens luas berdasarkan minat.

    Hakim Distrik AS, James Boasberg, sebelumnya mengatakan FTC memiliki cukup bukti untuk melanjutkan kasus ini, namun tetap menghadapi “pertanyaan sulit” apakah klaim tersebut akan bertahan dalam proses persidangan.

    Meski WhatsApp belum menghasilkan banyak pendapatan, aplikasi ini memiliki jumlah pengguna harian terbanyak. Meta saat ini sedang meningkatkan monetisasi melalui layanan seperti chatbot bisnis. Zuckerberg menegaskan bahwa “business messaging” bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan berikutnya bagi perusahaan.

    Kasus ini adalah satu dari lima gugatan besar yang menargetkan raksasa teknologi. Amazon dan Apple juga sedang digugat, sementara Google menghadapi dua kasus besar, termasuk sidang yang akan dimulai pekan depan terkait upaya pemerintah memaksa Google menjual browser Chrome-nya.

  • Trump Selamatkan Tiktok, Meta Terancam Diobrak-abrik

    Trump Selamatkan Tiktok, Meta Terancam Diobrak-abrik

    Jakarta, CNBC Indonesia – Meta masih menghadapi ancaman melepas Instagram dan WhatsApp. Perusahaan diketahui tengah menghadapi persidangan mulai hari Senin ini (14/4/2025) di Washington, AS.

    Instagram dan WhatsApp diakuisisi oleh induk perusahaan Facebook lebih dari satu dekade lalu. Namun Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) mengatakan aksi tersebut menjadi cara Meta menyingkirkan pesaing untuk Facebook sebagai platform media sosial utama.

    Seperti dilansir Reuters, FTC berupaya Meta melakukan restrukturisasi atau menjual bisnisnya termasuk Instagram dan WhatsApp.

    CEO Meta Mark Zuckerberg diharapkan untuk bersaksi di persidangan tersebut. Reuters melaporkan kemungkinan Mark Zuckerberg akan ditanya soal email usulan akuisisi Instagram sebagai cara menghapuskan pesaing Facebook dan juga khawatir soal perkembangan WhatsApp.

    Sebelumnya Meta juga telah berpendapatan ucapan Zuckerberg di masa lalu tidak lagi relevan. Mengingat sekarang muncul persaingan ketat pada industri media sosial, seperti Tiktok, Youtube, hingga aplikasi pesan dari Apple.

    Persidangan ini terjadi saat presiden AS Donald Trump justru disebut-sebut berupaya menyelamatkan Tiktok, media sosial asal China, agar bisa beroperasi di negara tersebut. Dia diketahui beberapa kali menunda waktu penjualan platform oleh induk usahanya Bytedance.

    Ini juga yang diucapkan oleh kepala bagian hukum Meta, Jennifer Newstead. Dia juga menyebut kasus ini lemah dan menghalangi untuk investasi teknologi.

    “Tidak masuk akal FTC mencoba memecah perusahaan Amerika yang hebat, namun saat bersamaan pemerintah berusaha menyelamatkan Tiktok milik China,” tulisnya dalam unggahan di blog, dikutip dari Reuters, Senin (14/4/2025).

    Meta diketahui terus menerus berupaya mendekati Trump sejak terpilih kembali menjadi presiden AS kedua kalinya. Misalnya menolak moderasi konten dan menyumbang US$1 juta untuk pelantikan Trump.

    Mark Zuckerberg selaku CEO Meta juga diketahui mengunjungi Gedung Putih dalam beberapa minggu terakhir.

    Kasus ini merupakan satu dari lima kasus di mana FTC dan Departemen Kehakiman AS menuduh perusahaan Big Tech melakukan praktik monopoli ilegal. Amazon dan Apple adalah 2 perusahaan lain yang sedang berurusan dengan FTC. Lalu ada Alphabet yang menaungi Google.

    (dce)

  • Model AI Maverick Standar Meta Tertinggal dari Kompetitor

    Model AI Maverick Standar Meta Tertinggal dari Kompetitor

    Bisnis.com, JAKARTA — Model kecerdasan buatan (AI) terbaru dari Meta, Llama-4 Maverick  belum mampu bersaing secara optimal dengan model-model unggulan dari kompetitor

    Melansir dari Techcrunch, Minggu (13/4/2025) hal ini terungkap setelah versi standar Maverick, tanpa modifikasi, memperoleh skor yang lebih rendah dibandingkan pesaingnya dalam tolok ukur crowdsourced populer, LM Arena.

    Hasil mengecewakan ini muncul setelah kontroversi awal pekan ini, ketika Meta diketahui menggunakan versi eksperimental Llama-4-Maverick-03-26-Experimental untuk memperoleh skor tinggi di LM Arena. Padahal, model yang belum dirilis secara publik

    Tindakan tersebut memicu kritik komunitas dan mendorong pengelola LM Arena untuk merevisi kebijakan serta menilai kembali Maverick dengan versi standar Llama-4-Maverick-17B-128E-Instruct.

    Hasilnya, model standar Meta tertinggal di belakang model terkemuka seperti GPT-4o milik OpenAI, Claude 3.5 Sonnet dari Anthropic, dan Gemini 1.5 Pro besutan Google.

    Menurut Meta, versi eksperimental Maverick telah dioptimalkan khusus untuk skenario percakapan, yang membuatnya tampil lebih baik di LM Arena yang memang menggunakan sistem penilaian berbasis preferensi manusia. 

    Namun, penyesuaian model demi mengejar skor di tolok ukur tertentu dianggap dapat menyesatkan, karena tidak mencerminkan performa model di berbagai konteks dunia nyata.

    Dalam pernyataan kepada TechCrunch, juru bicara Meta menjelaskan bahwa perusahaan secara aktif menguji berbagai varian model, termasuk yang dirancang khusus untuk performa optimal dalam skenario tertentu.

    Menurutnya, Llama-4-Maverick-03-26-Experimental adalah versi yang telah optimalkan untuk percakapan dan memang berkinerja baik di LM Arena

    “Kami kini telah merilis versi sumber terbuka dan sangat antusias melihat bagaimana para pengembang akan menyesuaikan Llama 4 untuk kebutuhan mereka masing-masing,” ucap juru bicara Meta.

    Diberitakan sebelumnya, Meta, perusahaan teknologi milik Mark Zuckerberg, baru saja merilis model AI terbaru Llama 4, dengan tiga koleksi baru yaitu Llama Behemoth, Maverick, dan Llama Scout. 

    Ketiganya diklaim lebih tangguh dibandingkan dengan model AI yang ada saat ini, salah satunya Gemini milik Google.

    “Kami memperkenalkan model pertama dalam rangkaian Llama 4, yang memungkinkan orang untuk membangun pengalaman multimodal yang lebih personal,” tulis Meta dalam blognya, dikutip Minggu (6/4/2025). 

    Meta mengeklaim bahwa ketiga model terbarunya memiliki keunggulan yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan model-model sebelumnya.

    tek

  • Imbas Perang Dagang, Harta Kekayaan Donatur Trump Merosot

    Imbas Perang Dagang, Harta Kekayaan Donatur Trump Merosot

    Jakarta

    Harta kekayaan sejumlah donatur yang mendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Trump dalam masa kampanye kini menurun tajam.

    Penurunan ini disebabkan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Trump, salah satunya yakni kebijakan pengenaan tarif resiprokal ke sejumlah negara. Penurunan tersebut terjadi tiga bulan pertama masa kepemimpinan Trump.

    Sejumlah donatur tersebut merupakan bos-bos dari perusahaan teknologi terbesar di AS, seperti CEO Meta Mark Zuckerberg, CEO Apple Tim Cook, CEO Google Sundar Pichai, CEO Tesla Elon Musk, dan pendiri Amazon Jeff Bezos.

    Berdasarkan CNN business dikutip, Kamis (10/4/2025), Elon Musk mengalami kerugian yang cukup besar. Dari data Bloomberg Billionaires Index, harta kekayaan Elon Musk anjlok US$ 143 miliar atau setara Rp 2.408 triliun (asumsi kurs Rp 16.805 per dolar AS) sejak awal tahun 2025.

    Penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam saham Tesla sebesar 28% dan kapitalisasi pasarnya turun US$ 376,6 miliar atau Rp 6.343 triliun sejak awal tahun ini pada penutupan pasar pada 9 April.

    Kemudian kekayaan bersih Bos Meta, Zuckerberg juga turun sebesar US$ 26,5 miliar atau Rp 446 triliun sejak awal tahun 2025. Harga saham Meta telah merosot hampir 2,25% tahun ini, menurunkan valuasi perusahaan sebesar $35,8 miliar.

    Lalu, harta kekayaan Bos Amazon Bezos juga mengalami penurunan sebesar US$ 47,2 miliar atau setara Rp 7,9 triliun sejak awal tahun ini. Saham Amazon juga turun 13% year-to-date, sehingga total valuasi perusahaan turun sebesar US$ 316,8 miliar atau Rp 5.336 triliun sejak awal tahun ini.

    CEO Google, Sundar Pichai bergabung dengan parade para CEO yang mengunjungi Mar-a-Lago beberapa minggu setelah pemilu. Google mendonasikan $1 juta untuk dana pengukuhan Trump dan menyiarkan acara tersebut secara langsung di YouTube.

    Harga saham Google kini telah anjlok 16,2%, dan valuasinya turun US$ 386,7 miliar atau setara Rp 6.513 triliun sejak awal tahun ini.

    Kemudian Tim Cook dari Apple, secara pribadi turut menyumbangkan US$ 1 juta atau setera Rp 16,8 miliar kepada komite pelantikan Trump. Ia juga bertemu dengan Trump di Mar-a-Lago setelah pemilu untuk membahas tarif dan peraturan teknologi Eropa.

    Apple juga memberikan kemenangan politik kepada Trump awal tahun ini ketika Apple mengumumkan investasi senilai US$ 500 miliar atau Rp 5.422 triliun di fasilitas AS selama empat tahun ke depan.

    Namun demikian, kebijakan tarif Trump bakal berdampak besar produk Apple yang diproduksi di pasar luar negeri seperti Tiongkok, Vietnam, dan India. Harga saham Apple alami penurunan 18,5% dari awal tahun ini, dan menurunkan nilai pasarnya sebesar US$ 684 miliar atau Rp 11.521 triliun.

    (kil/kil)