Tag: Marc Marquez

  • Dibuang Ducati, Masihkah Ada Dendam di Hati Jorge Martin?

    Dibuang Ducati, Masihkah Ada Dendam di Hati Jorge Martin?

    Jakarta

    Kepindahan Jorge Martin dari Ducati ke Aprilia bisa dibilang tak berlangsung baik-baik. Sebab, pergantian seragam tersebut konon dipicu rasa kecewa The Martinator terhadap tim Borgo Panigale. Masihkah ada dendam di hatinya?

    Diketahui, Ducati mengingkari kesepakatan verbal dengan Martin dan lebih memilih Marc Marquez sebagai pebalap pabrikan. Martin yang kadung kecewa kemudian menjalin negosiasi dengan perwakilan Aprilia. Menariknya, kepindahan tersebut diumumkan jauh sebelum kompetisi berakhir.

    Chief Executive Officer Aprilia, Massimo Rivola mengira, proses yang penuh drama tersebut masih menyisakan luka di hati Martin. Namun, dia berharap, pebalap 27 tahun tersebut bisa menyalurkan dendamnya dengan cara yang bijak.

    “Saya tidak tahu apakah itu adalah penandatanganan kontrak yang penuh amarah, saya hanya berharap Jorge tahu bagaimana menyalurkan semua kemarahan itu untuk menjadi lebih cepat di lintasan,” ujar Rivola, dikutip dari Motorsport, Sabtu (18/1).

    Motor MotoGP Aprilia 2025, Martin Pakai Nomor 1 Foto: Dok. Aprilia

    Sementara di kesempatan berbeda, Jorge Martin mengaku tak mau menyimpan rasa dendam untuk Ducati atau pihak mana pun. Sebab, kata dia, membalap dalam kondisi marah justru akan berakhir buruk.

    “Jika saya turun ke lintasan dalam keadaan marah atau ingin membalas dendam kepada Ducati, pada akhirnya saya akan terjatuh setiap akhir pekan,” kata pebalap dengan nomor motor 1 tersebut.

    “Anda harus berkendara dengan cara yang sangat rasional. Saya pikir jika saya mengendarai motor dengan perasaan marah atau lebih agresif dari yang seharusnya, saya tidak akan menjadi versi terbaik dari diri saya,” tambahnya.

    Meski tak menyimpan dendam, namun Martin ingin membuktikan, Ducati salah membuangnya. Dia yakin mampu tampil lebih baik bersama tim barunya di Aprilia.

    “Sudah jelas bahwa setelah mengalahkan mereka, mereka pasti menyesal. Bahkan sebelum semua yang terjadi di Mugello, saya merasa di dalam diri saya, saya tidak tahu mengapa, bahwa (Ducati) bukan tempat saya,” kata dia.

    (sfn/rgr)

  • Dibuang Ducati, Masihkah Ada Dendam di Hati Jorge Martin?

    Martin Jagokan Bagnaia Juara MotoGP 2025

    Jakarta

    Martin adalah juara MotoGP 2024. Tapi alih-alih menjagokan dirinya sendiri buat mempertahankan gelar di MotoGP 2025, Martin justru menjagokan rival utama, Francesco Bagnaia, untuk menjuarai MotoGP 2025.

    “Saat ini saya melihat Pecco (Bagnaia) sebagai favorit (juara MotoGP 2025), diikuti Marc dengan sangat dekat,” bilang Martin dalam wawancara kepada AS, dikutip Minggu (12/1/2025).

    Martin sadar kalau dirinya sekarang hanya mengendarai motor Aprilia yang kurang kompetitif jika dibanding dengan motor Ducati. Meski begitu, Martin tetap optimis bisa menyodok ke papan atas dan bersaing dengan Bagnaia dan Marquez.

    Francesco Bagnaia Foto: Anadolu via Getty Images/Anadolu

    “Saya masih melihat Ducati lebih unggul dibanding merek lain. Tim mereka juga hebat dengan Pecco dan Marc. Tapi siapa tahu. Saya akan menempatkan diri di posisi tiga teratas untuk bertarung dengan mereka dalam beberapa balapan. Tapi yang penting adalah meningkatkan diri, serta mengambil langkah maju,” sambung rider asal Spanyol tersebut.

    Meski gagal bergabung dengan tim pabrikan Ducati Lenovo, Martin mengaku tidak dendam kepada mereka. Bagaimanapun, Ducati telah berjasa besar kepada Martin sebab pabrikan asal Borgo Panigale itu mendukung Martin dengan motor spek pabrikan di tim satelit Pramac Racing.

    “Pada akhirnya Ducati memberi saya kesempatan untuk masuk ke MotoGP, dan tidak hanya itu, mereka juga selalu mempercayai saya,” ungkapnya.

    Marc Marquez (kiri) Foto: Doc. Ducati.

    “Mereka telah memberi saya kontrak yang sangat bagus dan motor yang sangat kompetitif, terutama dalam dua tahun terakhir ini saya memiliki senjata yang sama dengan Pecco dan Enea Bastianini, dan saya mampu mengalahkan mereka di lintasan, jadi ini adalah hal yang paling penting,” tambah dia.

    Martin pun merasa lega setelah berhasil mengukir namanya di Tower of Champions MotoGP. Dengan capaian tersebut, Martin tak perlu takut lagi pensiun dari MotoGP tanpa gelar juara dunia.

    “Itu adalah pikiran yang pernah terlintas di benak saya, tetapi (sekarang) saya tidak akan pernah memikirkannya lagi (karena saya berhasil menjuarai MotoGP),” katanya.

    (lua/riar)

  • Honda Tak Lakukan Pengembangan saat Marquez Cedera

    Honda Tak Lakukan Pengembangan saat Marquez Cedera

    Jakarta

    Bos tim LCR MotoGP Lucio Cecchinnello mengatakan Honda tidak melakukan pengembangan saat Marquez mengalami cedera pada musim 2020. Honda memang bergantung pada Marquez untuk mengembangkan mesin RC213V. Maka ketika Marquez cedera, tim tersebut pun kebingungan.

    Juara dunia delapan kali Marquez dan Honda mendominasi balap MotoGP pada era 2010-an. Kemitraan Honda dan Marquez memenangkan gelar dari tahun 2013-2014, serta 2016-2019.

    Tahun 2019 merupakan tahun paling dominan bagi Marquez. The Baby Alien menang 12 kali dan finis kedua di setiap balapan, dan menjuarai MotoGP 2019 dengan selisih 151 poin di atas pebalap Ducati, Andrea Dovizioso.

    Marc Marquez Foto: AFP/WILLIAM WEST

    Sinergi ciamik antara Honda dan Marquez belakangan menjadi bumerang. Terbukti saat 2019 hanya Cal Crutchlow yang mampu naik podium selain Marquez. Selain itu ketika Marquez mengalami cedera panjang, Honda tak lagi bertaji di lintasan.

    Dalam wawancara dengan GPOne, Cecchinello, yang bekerja sama menjadi tim satelit Honda sejak 2006 di MotoGP, buka-bukaan tentang seberapa besar pengaruh Marquez ke performa tim Repsol Honda secara keseluruhan.

    “Motor Marc bagus, dia mampu mengatasi bagian depan Honda dan menggunakan ban yang lebih hard dibanding yang lain,” kata Lucio Cecchinello dikutip Kamis (9/1/2025).

    “Contohnya balapan di awal musim 2020, di Jerez dia menyalip semua orang, lalu dia kehilangan kendali di depan dan setelah kembali ke motor, dia menunjukkan comeback yang hebat. Kemudian Honda mengatakan, mau menunggu sampai Marc pulih, tetapi seperti yang kita tahu ada komplikasi,” sambung dia.

    “Selama Marc absen, kami tidak melakukan apa pun dalam hal pengembangan, sementara merek lain terus mengembangkan proyek mereka,” tambah Cecchinello. Honda baru melakukan pengembangan lagi pada 2021 saat Marquez mulai pulih. Tapi saat itu pengembangannya pun hanya terbatas pada aspek aerodinamika.

    Akhirnya Marquez meninggalkan Honda pada akhir tahun 2023 karena performa motornya gagal membaik, dan pebalap Spanyol itu bergabung dengan skuad Gresini Ducati untuk tahun 2024. Musim lalu Marquez memenangkan tiga grand prix sejak 2021. Marquez pun naik kelas ke tim pabrikan Ducati untuk tahun 2025.

    (lua/riar)

  • Merasa Enak di Ducati, Marc Marquez Sebut Bak Punya Peluru

    Merasa Enak di Ducati, Marc Marquez Sebut Bak Punya Peluru

    Jakarta

    Marc Marquez menatap musim 2025 dengan penuh percaya diri dengan tim pabrikan Ducati. Kontraknya dua tahun ibarat dua peluru untuk menembak gelar ke-9 dan 10.

    Bintang MotoGP ini sudah membuktikan bisa tampil oke saat menggeber Desmosedici GP23 kendati berada di tim satelite. Marquez juga menjadi satu-satunya penunggang GP23, yang berhasil meraih kemenangan empat kali, di antaranya tiga balapan grand prix di Aragon, San Marino, dan Australia.

    Performa Marquez disinyalir bisa makin meledak dengan menggeber GP25. Apalagi dari segi teknis didukung penuh oleh Ducati.

    Dengan bergabungnya ke tim pabrikan Ducati ibarat amunisi baru bagi Marquez. Dia berhasrat bisa menggunakan peluru-peluru itu menjadi gelar juara dunia lainnya, yang bisa sejajar dengan Valentino Rossi.

    “Tahun 2025 dan 2026 akan jadi dua peluru yang sangat baik. Kita tak tahu apakah dua peluru ini akan jadi yang terakhir atau tidak. Namun, peluru-peluru ini akan jadi peluru yang sangat baik demi meraih gelar,” ungkap Marquez seperti yang dikutip Marca, Kamis (9/1/2025).

    “Soalnya, saya berada di tim terbaik dan kami akan berusaha 100%. Pertama-tama, masih ada pramusim di depan, tetapi sudah jelas saya selalu memulai musim dengan antusiasme,” lanjut Marquez.

    Adaptasi Marquez dengan GP25 berlangsung cukup oke setelah menyudahi tes postseason di Barcelona di posisi keempat. Selanjutnya, Marquez dan pebalap-pebalap MotoGP lainnya dijadwalkan melakoni dua tes pramusim lain di Sepang dan Buriram, sebelum membuka musim baru di Thailand mulai akhir Februari mendatang.

    Dia berharap supaya musim 2025 tidak ada hambatan seperti cedera atau kecelakaan yang horror.

    “Harapannya dari apa yang sudah kami alami. Pasti akan ada kecelakaan, karena ini bagian dari olahraga kami, tetapi saya harap tak ada cedera. Setelahnya, sebagai target, tentu saja saya ingin memperebutkan gelar dunia sampai balapan terakhir,” tutup Marquez.

    (riar/din)

  • Musuh ‘Abadi’, Adakah Peluang Rossi-Marquez Berdamai?

    Musuh ‘Abadi’, Adakah Peluang Rossi-Marquez Berdamai?

    Jakarta

    Hubungan Valentino Rossi dan Marc Marquez sudah retak sejak 10 tahun lalu. Bahkan, hingga sekarang, keduanya belum mau bertemu dan saling bicara. Lantas, adakah peluang mereka berdamai?

    Disitat dari Motosan, mantan pebalap MotoGP yang saat ini membalap di WSBK dan Reli Dakar, Danilo Petrucci yakin, Rossi dan Marquez akan musuhan selamanya. Dia belum menemukan alasan keduanya damai atau saling memaafkan.

    “Saya pikir, semuanya akan segera berakhir. Namun, saya sekarang sadar, itu (hubungan buruk Rossi-Marquez) tidak akan berakhir. Apa yang terjadi antara Vale dan Marc pada musim 2015 tak akan pernah berakhir,” ujar Petrucci, dikutip Rabu (8/2).

    Danilo Petrucci Foto: Getty Images/Steve Wobser

    Perselisihan Rossi dan Marquez memang dimulai dari rentetan kejadian di musim 2015. Momen tersebut bermula di Argentina, kemudian berlanjut ke Malaysia dan Spanyol. Sejak saat itu hingga sekarang, mereka tak pernah bertegur sapa.

    Bahkan, meski sudah berlalu hampir satu dekade, Rossi dan Marquez masih mengungkit insiden di masa lalu tersebut. Mereka punya cerita masing-masing dan sama-sama merasa benar.

    Retaknya hubungan Rossi dan Marquez juga berdampak ke penggemar mereka di seluruh dunia. Kini, pendukung The Doctor dan The Baby Alien kerap kali bertengkar di media sosial untuk membela jagoan masing-masing.

    “Itu masuk akal bagi mereka berdua, tetapi tidak bagi para penggemar. Hanya mereka berdua yang tahu apa yang sebenarnya terjadi (di MotoGP 2015), apa yang terjadi sebelumnya, apa yang mereka katakan atau tidak katakan satu sama lain sepanjang musim,” ungkapnya.

    “Setiap kali salah satu dari keduanya bicara, ada bagian yang ditambahkan yang tidak diketahui kita semua, termasuk kita yang berada di paddock. Masing-masing dari keduanya yakin mereka benar. Kalau tidak, setelah hampir 10 tahun, kita tak akan membahasnya lagi,” kata dia menambahkan.

    (sfn/rgr)

  • Martin Pesimis Bisa Tahan Gelar Juara Dunia, Sadar Motornya Lebih Bapuk

    Martin Pesimis Bisa Tahan Gelar Juara Dunia, Sadar Motornya Lebih Bapuk

    Jakarta

    Jorge Martin sadar betul tunggangan Aprilia kurang oke ketimbang Ducati. Dia pesimis bisa mempertahankan gelar juara dunia.

    Martin baru memenangkan kejuaraan dengan motor paling superior di atas lintasan, Ducati Desmosedici GP24. Kini dia harus berjuang dengan motor yang diwariskan oleh sahabatnya, Aleix Espargaro.

    Beberapa kali Martin harus adaptasi dengan motor asal pabrikan Noale tersebut. Ketika start misalnya, motornya sempat gecol alias tidak stabil.

    Aprilia RS-GP sejatinya punya potensi sebagai kompetitor terdekat Ducati. Buktinya Maverick Vinales bisa menyapu bersih kemenangan sprint dan main race di MotoGP Amerika 2024.

    Namun performa Aprilia yang naik turun bikin Martin cemas terkait masa depannya.

    “Tantangannya sangat besar, karena saya mengambil motor yang saya tidak tahu apakah itu telah menjadi yang kedelapan atau kesembilan, melawan motor yang telah melakukan yang pertama, kedua, ketiga dan keempat, yaitu Ducati,” jelas Martin dikutip dari Diario AS, Kamis (2/1/2025).

    Pebalap Spanyol itu sudah menguji Aprilia RS-GP spesifikasi 2024 dan 2025, menyelesaikan total 77 putaran. Dia berada di posisi ke-11 pada catatan waktu. Martin sempat mengalami kecelakaan kecil di akhir sesi.

    Martin sadar betul perannya di Aprilia sangat berbeda saat bersama Ducati. Kali ini dia bertugas untuk mengembangkan sepeda motor lebih baik lagi, bahkan mendekati level Ducati, namun hal ini bukan sesuatu yang mudah dilakukan Martin.

    Bukan hanya itu, muncul kekhawatiran si Martinator akan kesulitan menjinakkan RS-GP. Soalnya, selama berkarier di kelas premier, Jorge Martin belum pernah menunggangi motor selain Desmosedici.

    “Jika saya melanjutkan dengan Ducati, tujuannya akan sama, untuk memberikan yang terbaik. Tapi jelas, pergi untuk meraih kenangan, karena saya siap untuk itu. Sekarang, saya tidak tahu. Saya tidak tahu bagaimana motor baru itu bekerja,” ujar Martin.

    Martin menegaskan bahwa era Ducati belum akan berakhir di MotoGP musim depan. Apalagi, Bagnaia dan Marc Marquez yang akan menjadi joki Desmosedici GP25.

    “Akan ada banyak gelar juara di garasi itu, tapi siapa yang tahu. MotoGP sudah melewati era: ada era Yamaha, ada era Honda, Ducati era…Siapa yang tahu kalau tahun depan akan menjadi era lainnya. Tapi, pada saat ini saya melihat Bagnaia sebagai favorit, dengan Marc Marquez yang sangat dekat,” ujar Martin.

    (riar/rgr)

  • Tanpa Sprint Race, Bagnaia Klaim Bisa Setangguh Marquez di Era Prime

    Tanpa Sprint Race, Bagnaia Klaim Bisa Setangguh Marquez di Era Prime

    Jakarta

    Francesco Bagnaia belum sepenuhnya menerima hasil MotoGP 2024. Sebab, dia membayangkan, seandainya Sprint Race atau balapan pendek dihapus, dia yakin bisa mengulang kisah sukses Marc Marquez di era prime, yakni juara dengan selisih poin jauh!

    Disitat dari Motosan, Bagnaia meraih 11 kemenangan dari 20 balapan inti (race) musim lalu. Namun, gelar juaranya direbut Jorge Martin yang hanya mampu menang tiga kali. Sebab, di sesi Sprint Race, kemenangan The Martinator lebih banyak dari Bagnaia.

    Bagnaia kemudian membayangkan, seandainya Sprint race dihilangkan, maka dia akan menang mutlak di MotoGP 2024. Pebalap Ducati tersebut yakin mampu mengulang catatan manis prime Marquez di MotoGP 2019.

    “Jika Anda melihat balapan Minggu, terlepas soal insiden jatuh, saya selalu finis di tiga besar, kecuali di Austin, di mana saya berada di urutan kelima. Saya pikir itu merupakan musim, jika Anda menghapus Sprint Race, saya setara Marc Marquez di musim 2019,” ujar Bagnaia, dikutip Selasa (31/12).

    Marc Marquez MotoGP 2019. Foto: Mirco Lazzari gp/Getty Images

    Sebagai pengingat, MotoGP 2019 merupakan musim paling sempurna Marc Marquez sepanjang sejarah. Ketika itu, The Baby Alien meraih 12 kemenangan dari 19 kali balapan. Sementara sisanya, dia meraih enam podium dan jatuh sekali.

    Hasilnya, Marquez mengumpulkan 420 poin yang bersejarah. Catatan tersebut jauh mengungguli Andrea Dovizioso di peringkat kedua dengan hanya 269 poin.

    Mari kita berhitung. Bagnaia musim lalu meraih 11 kemenangan, satu podium kedua, empat podium ketiga, sekali finis kelima dan tiga kali jatuh. Maka, dengan demikian, dia sudah mengumpulkan 498 poin hanya dari balapan inti (race).

    “Menurut saya, itu tetap musim yang luar biasa. Kami butuh sedikit waktu untuk memahami motor dengan baik. Kami membutuhkan empat balapan, sampai kami tiba di Jerez (GP Spanyol) dan kami memahami potensinya. Segalanya luar biasa sejak saat itu,” kata Bagnaia.

    (sfn/din)

  • Bos Pramac Paham Kenapa Akhirnya Ducati Lebih Pilih Marquez Ketimbang Martin

    Bos Pramac Paham Kenapa Akhirnya Ducati Lebih Pilih Marquez Ketimbang Martin

    Jakarta

    Manajer Tim Pramac Racing Fonsi Nieto memahami alasan Ducati lebih memilih Marc Marquez daripada Jorge Martin di tim pabrikan. Kata Nieto, Marquez memiliki daya tarik tersendiri, sekalipun Martin memiliki talenta bagus dan berhasil menjuarai MotoGP 2024.

    “Tidak mudah bagi Ducati buat kehilangan Martin, namun dapat dimengerti bahwa mereka memilih Marc Marquez,” kata Nieto dalam wawancara dengan media Europa Press.

    Jorge Martin Foto: REUTERS/Pablo Morano

    Jika dibandingkan dengan Martin, karier Marquez tentunya lebih mentereng di MotoGP. Terjun ke MotoGP sejak 2013, Baby Alien sudah meraih 6 gelar juara MotoGP. Sedang Martin yang baru naik kelas ke MotoGP sejak 2021 bersama Pramac, baru mengoleksi satu gelar. Dengan perbandingan jumlah gelar itu, tak heran Ducati memilih Marquez.

    “Kita berbicara tentang Marc Marquez, juara dunia delapan kali (6 MotoGP, 1 Moto2, 1 Kejuaraan 125cc), dengan daya tarik yang luar biasa. Ini bisa menjadi bersejarah, Anda harus selalu mengandalkan Marc, dia adalah salah satu pebalap terbaik,” bilang Nieto.

    “Setiap kali dia menginjakkan kakinya di sebuah sirkuit di Kejuaraan Dunia, dia diperhitungkan untuk meraih gelar juara. Ini akan jadi pertarungan yang bagus antara Bagnaia dan dia, dengan Jorge juga berjuang untuk menang bersama mereka,” sambung Nieto.

    Martin yang tidak jadi direkrut tim pabrikan Ducati akhirnya memilih jalan lain dengan bergabung bersama tim pabrikan Aprilia Racing. Di tim asal Italia tersebut, Martin bakal berjuang mempertahankan gelar pada musim depan.

    Sementara itu Pramac Racing juga akan memulai perjalanannya dari nol lagi, di mana dia memilih tidak melanjutkan kerja sama dengan Ducati dan lebih memilih bekerja sama dengan Yamaha di MotoGP 2025.

    (lua/din)

  • Ini Alasan Valentino Rossi Jago Banget di Tikungan

    Ini Alasan Valentino Rossi Jago Banget di Tikungan

    Jakarta

    Pernahkah kalian bertanya-tanya, mengapa Valentino Rossi sangat tangguh di tikungan? Bahkan, ketika masih aktif membalap, sosok berjuluk The Doctor itu lebih sering melakukan overtake di belokan ketimbang jalur lurus!

    Rossi tak pernah kesulitan saat melintas di tikungan tajam yang cenderung zig-zag. Dia hampir sempurna di momen tersebut dan jarang sekali jatuh. Bukan hanya belok ke kanan, dia juga mahir saat belok ke kiri. Apa alasannya?

    Dalam wawancara eksklusif bersama BT Sport, Rossi mengatakan, dia punya kemampuan khusus bernama ambidextrous yang memungkinkan kedua tangan dan kakinya bekerja sama baik.

    “Saya punya kemampuan ambidextrous, yang berarti (selain kaki kiri) saya bisa melakukan segalanya dengan kaki kanan juga,” ujar Valentino Rossi saat bicara mengenai kemampuannya menikung di lintasan, dikutip Selasa (31/12).

    Kenapa Valentino Rossi jago di tikungan? Foto: Mohd RASFAN / AFP

    Menurut sejumlah literasi, ambidextrous merupakan kemampuan ‘khusus’ yang membuat seseorang bisa menggunakan tangan kanan dan kirinya dengan baik. Biasanya, bakat tersebut muncul secara alamiah sejak masih kanak-kanak.

    Rossi menjelaskan, kondisi tersebut membantunya lebih cepat saat menikung ke kiri dan kanan. Tangan dan kakinya secara naluriah bisa bekerja baik saat melintas di tikungan.

    “Ketika mengendarai sepeda motor, banyak rider yang hanya bagus di sebelah kiri, namun kemudian kesusahan saat menikung ke arah kanan. Di sisi lain, saya kuat di kedua arah dan dapat memasuki tikungan lebih cepat,” ungkapnya.

    Disitat dari Motosan, sejumlah pebalap mengaku kesusahan saat menikung ke sebelah kanan, seperti Marc Marquez, Johann Zarco dan Marco Bezzecchi. Padahal, dua nama terakhir merupakan pebalap kidal yang seharusnya tak kesulitan menikung ke arah tersebut.

    Valentino Rossi. Foto: Getty Images/Mirco Lazzari gp

    Selain bakat ‘khusus’, kemampuan Rossi di tikungan juga didukung karakter motor Yamaha yang memang cocok untuk situasi tersebut. Tunggangan itu memang dikenal sebagai corner-speed bike. Selain Yamaha, Suzuki juga menganut hal serupa. Berbeda dengan motor Ducati yang kencang saat berada di trek lurus.

    Corner-speed bike didesain memiliki sasis yang sudut-sudutnya memiliki fleksibilitas lateral untuk tetap terhubung saat motor menikung sekalipun derajat kemiringannya tinggi. Sehingga motor bisa melaju lebih cepat saat berada di tikungan.

    Sementara motor Ducati berjenis point and shoot. Motor tersebut dibuat lebih kaku agar saat pengereman mendalam bisa lebih stabil dan bisa bermanuver di tikungan dengan radius pendek.

    Saat belum ada aturan soal ban yang sama, pebalap yang mengendarai corner-speed bike membutuhkan rangka ban lebih kaku agar bisa terus mengegas di tikungan tanpa khawatir akan jatuh.

    (sfn/din)

  • Ducati Nyesel Rekrut Marquez Gegara Martin Juara Dunia? Ini Kata Bosnya

    Ducati Nyesel Rekrut Marquez Gegara Martin Juara Dunia? Ini Kata Bosnya

    Jakarta

    Keputusan Ducati lebih memilih Marc Marquez ketimbang Jorge Martin untuk membela tim pabrikan sempat ditentang banyak pihak. Sebab, musim lalu, The Martinator tampil lebih baik dan meraih gelar juara. Benarkah Ducati menyesali keputusan tersebut?

    Manager Umum Ducati, Gigi Dall’Igna secara tak langsung mengatakan, pihaknya tak menyesal lebih memilih Marquez ketimbang Martin sebagai pebalap tim merah musim depan. Bahkan, sebelum transfer tersebut diumumkan, dia sudah tahu Martin akan juara musim lalu.

    “Itu adalah salah satu kemungkinan. Kami ingin mempertahankan semua rider, tapi kami menemukan beberapa kendala dan pada akhirnya kami hanya bisa memilih dua,” ujar Gigi, dikutip dari Motorsport, Senin (30/12).

    “Pada saat itu, kami memilih Pecco dan Marc sebagai pebalap resmi (tim pabrikan). Namun, saat kami menentukan pilihan, kami tahu betul bahwa Martin bisa memenangkan kejuaraan dunia,” tambahnya.

    Luigi Dall’Igna General Manager of Ducati Corse Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images

    Gigi menjelaskan, Marquez musim lalu hanya mengendarai Ducati Desmosedici GP23. Motor tersebut secara spesifikasi jauh lebih rendah dibandingkan GP24 yang ditunggangi Martin dan Bagnaia.

    Namun, di tengah keterbatasan tersebut, The Baby Alien nyatanya mampu tampil impresif. Bahkan, pebalap 31 tahun itu mampu finis di posisi tiga klasemen akhir atau persis di belakang Martin dan Bagnaia.

    “Kita semua adalah manusia, termasuk para pebalap. Penting untuk memproyeksikan tingkat pertumbuhan yang bisa Anda dapatkan untuk mencoba memahami apakah satu pilihan akan lebih baik atau lebih buruk dari yang lain,” tuturnya.

    “Ini bukan pekerjaan yang mudah, tapi ini menjadi tugas kami. Terkadang kami melakukannya dengan benar dan terkadang kami bisa salah, karena kami juga manusia,” lanjutnya.

    Marc Marquez dan Jorge Martin Foto: Getty Images/Joan Cros

    Martin musim depan akan membela Aprilia. Pebalap asal Spanyol itu menggunakan nomor motor 1 yang sebelumnya dipakai Bagnaia. Gigi mengaku tak masalah Martin memakai nomor ‘keramat’ tersebut.

    “Nomor 1 hanyalah sebuah angka (di motor), yang penting adalah Martin memenangkan gelar juara saat membela Ducati,” kata Gigi.

    (sfn/rgr)