Tag: Mao Zedong

  • India Bunuh 31 Pemberontak Maois, 2 Pasukan Keamanan Tewas

    India Bunuh 31 Pemberontak Maois, 2 Pasukan Keamanan Tewas

    Raipur

    Pasukan keamanan India membunuh sedikitnya 31 pemberontak Maois pada hari Minggu dalam salah satu bentrokan paling mematikan. Sementara itu, dua pasukan komando tewas, dan dua anggota pasukan keamanan lain terluka dalam peristiwa itu.

    Dilansir AFP, lebih dari 10.000 orang telah tewas dalam pemberontakan selama puluhan tahun yang dilancarkan oleh para pemberontak. Maois mengatakan bahwa mereka memperjuangkan hak-hak orang-orang yang terpinggirkan di wilayah tengah India yang kaya akan sumber daya.

    “Sejauh ini 31 mayat Maois telah ditemukan,” kata perwira polisi senior Sundarraj P. kepada AFP.

    “Dua personel keamanan tewas dan dua personel keamanan lainnya terluka,” imbuhnya.

    Bantuan telah dikirim ke daerah itu, katanya, sambil memperingatkan bahwa jumlah korban bisa bertambah saat polisi melakukan operasi pencarian.

    “Pasukan tambahan telah dikerahkan ke lokasi bentrokan,” katanya.

    Polisi mengatakan mereka telah menyita senapan serbu dan peluncur granat dari tubuh pemberontak yang tewas.

    Adu tembak terjadi di daerah hutan distrik Bijapur di negara bagian Chhattisgarh, yang dianggap sebagai jantung pemberontakan.

    Pemberontak, yang juga dikenal sebagai Naxalite, berdasarkan distrik tempat kampanye bersenjata mereka dimulai pada tahun 1967, terinspirasi oleh pemimpin revolusioner Tiongkok Mao Zedong.

    “Ini adalah keberhasilan besar dalam upaya mencapai India yang bebas dari Naxal,” kata Amit Shah, menteri dalam negeri India, yang tahun lalu mengatakan pemerintah berharap dapat menghancurkan pemberontakan tersebut pada tahun 2026.

    Shah mengulangi sumpahnya untuk “memberantas Naxalisme sepenuhnya”.

    Tindakan keras oleh pasukan keamanan menewaskan sekitar 287 pemberontak tahun lalu, mayoritas di Chhattisgarh, menurut data pemerintah.

    Lebih dari 80 Maois telah terbunuh tahun ini, menurut penghitungan pada hari Minggu oleh kantor berita Press Trust of India.

    Maois menuntut tanah, pekerjaan, dan bagian dari sumber daya alam yang sangat besar di wilayah tersebut untuk penduduk setempat.

    Mereka membuat terobosan di sejumlah komunitas terpencil di seluruh India timur dan selatan, dan gerakan tersebut semakin kuat dan jumlahnya bertambah hingga awal tahun 2000-an.

    New Delhi kemudian mengerahkan puluhan ribu tentara di wilayah yang dikenal sebagai “Koridor Merah”.

    Konflik tersebut juga telah menyaksikan sejumlah serangan mematikan terhadap pasukan pemerintah. Sebuah bom pinggir jalan menewaskan sedikitnya sembilan tentara India bulan lalu.

    (aik/aik)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Ekonomi China Mulai Melemah, Deflasi Ancaman Terbesar – Halaman all

    Ekonomi China Mulai Melemah, Deflasi Ancaman Terbesar – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, CHINA –  China mungkin menghadapi siklus deflasi terpanjang sejak tahun 1960-an.

    Demikian peringatan yang diberikan para ekonom.

    Peringatan itu muncul di tengah upaya para pembuat kebijakan ekonomi China meluncurkan langkah-langkah baru yang bertujuan merangsang ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

    Mengapa Hal Ini Penting

    China sebenarnya telah berjuang untuk menstabilkan ekonominya sejak berakhirnya pembatasan ketat era pandemi “nol-Covid” yang diberlakukan Presiden China Xi Jinping.

    Setelah itu China  dihantam oleh berbagai hambatan ekonomi seperti pasar perumahan yang lesu, sektor yang menyumbang sebanyak 70 persen kekayaan rumah tangga.

    Sementara itu, upah yang rendah dan ketidakpastian ekonomi telah membuat konsumen bersikap hati-hati, yang selanjutnya menekan harga.

    Meski biro statistik China melaporkan negara tersebut telah mencapai target pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) berdasarkan kinerja kuartal keempat yang lebih kuat dari perkiraan pada hari Jumat.

    Para analis menunjukkan deflasi yang pada tahun 2024 berlanjut untuk tahun kedua berturut-turut.

    Kondisi ini terus menghadirkan ancaman jangka panjang terhadap pemulihan ekonomi negara itu.

    Apa yang Perlu Diketahui

    Jajak pendapat Bloomberg yang melibatkan 15 analis memperkirakan deflator PDB, metrik umum perubahan harga dalam suatu perekonomian, akan mencapai 0,2 persen tahun ini.

    Deflator PDB, yang mengukur perubahan tingkat harga dengan membandingkan PDB nominal (disesuaikan dengan inflasi) dengan PDB riil (harga konstan), akan mencapai -0,2 persen tahun ini.

    Dibandingkan dengan kenaikan harga tahunan rata-rata sebesar 3,4 persen selama dekade sebelum pandemi.

    Biro statistik melaporkan kenaikan 0,2 persen dalam indeks harga konsumen (IHK) untuk tahun 2024.

    Kenaikan ini menunjukkan beberapa kemajuan dalam menaikkan harga, tetapi masih jauh dari tingkat inflasi yang ingin dicapai China untuk merevitalisasi permintaan domestik dan momentum ekonomi.

    JP Morgan Chase & Co. dan pemberi pinjaman Wall Street lainnya yang dikutip oleh Bloomberg memperkirakan siklus deflasi akan berlanjut tahun ini.

    Menandai periode terpanjang sejak era Lompatan Jauh ke Depan di bawah pemimpin Komunis China Mao Zedong, yang kebijakannya menyebabkan kelaparan yang menewaskan puluhan juta orang.

    Negara tersebut mencapai target PDB sekitar 5 persen tahun lalu, dengan ekspansi 5,4 persen yang lebih baik dari yang diharapkan pada kuartal keempat.

    Namun, banyak ekonom—termasuk mantan pejabat nomor 2 Tiongkok Li Keqiang—telah meragukan angka pertumbuhan resmi Tiongkok.

    Topik yang sensitif bagi Presiden Xi Jinping dan telah membuat beberapa ekonom papan atas dalam masalah.

    Frederic Neumann, kepala ekonom Asia di HSBC Holdings Plc di Hong Kong, mengatakan kepada Bloomberg.

    “Stimulus, stimulus, stimulus, khususnya di sisi fiskal, sangat dibutuhkan di Tiongkok. Kami telah melihat di negara-negara lain diperlukan dorongan kebijakan yang besar untuk keluar dari disinflasi secara permanen. Dan itu adalah sesuatu yang kami pikir akan terjadi secara bertahap di Tiongkok, tetapi memang sangat bertahap.”

    Disinflasi adalah penurunan laju inflasi.

    Kang Yi, direktur Biro Statistik Nasional Tiongkok, mengatakan “Ada perubahan positif dalam situasi harga. Permintaan pasar meningkat, yang menyebabkan harga kembali naik. Dari perspektif harga konsumen, CPI (indeks harga konsumen) naik pada kuartal keempat, terutama karena dampak penurunan harga pangan, yang lebih mencerminkan hubungan antara penawaran dan permintaan, CPI inti naik selama tiga bulan berturut-turut.”

    Apa yang terjadi selanjutnya

    Langkah ini dilakukan menjelang Tahun Baru Imlek, saat banyak konsumen Tiongkok menghabiskan uang untuk membeli hadiah bagi anggota keluarga, serta bepergian mengunjungi kampung halaman atau ke tempat-tempat liburan di seluruh Tiongkok dan sekitarnya.

    Para pemimpin Tiongkok berharap paket stimulus senilai $1,4 triliun yang diumumkan pada bulan September akan membantu mengembalikan perekonomian ke posisi yang lebih kuat tahun ini.

    Dan Presiden Xi Jinping telah menyerukan tindakan proaktif tambahan untuk ke depannya.

     

     

  • TikTok Terancam Diblokir, Warganet AS Disambut Meriah oleh Pengguna RedNote di China – Page 3

    TikTok Terancam Diblokir, Warganet AS Disambut Meriah oleh Pengguna RedNote di China – Page 3

    Nama Tiongkok RedNote, Xiaohongshu, berarti ‘Buku Merah Kecil’, bukan merujuk pada buku kutipan pemimpin komunis Tiongkok Mao Zedong dengan nama yang sama. Namun, kekhawatiran keamanan tidak menghalangi pengguna untuk berbondong-bondong ke RedNote.

    Sarah Fotheringham (37), seorang pekerja kantin sekolah di Utah, mengatakan bahwa kepindahannya ke RedNote adalah cara untuk “menentang” pemerintah.

    “Saya hanya orang sederhana yang menjalani hidup sederhana,” kata Fotheringham kepada BBC melalui pesan RedNote.

    “Saya tidak memiliki apa pun yang tidak dimiliki Tiongkok, dan jika mereka menginginkan data saya, mereka boleh mengambilnya,” ia menambahkan.

    Marcus Robinson, seorang perancang busana di Virginia, mengatakan ia membuat akun RedNote untuk mempromosikan merek pakaiannya.

    Ia mengaku sedikit ragu menerima syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi yang ditulis dalam bahasa Mandarin.

    “Saya tidak bisa membacanya, jadi itu sedikit mengkhawatirkan, tapi saya tetap menyetujuinya,” ucap Robinson.

  • Mengenal Xiaohongshu atau RedNote, Aplikasi Pengganti TikTok yang Terancam Diblokir di AS – Halaman all

    Mengenal Xiaohongshu atau RedNote, Aplikasi Pengganti TikTok yang Terancam Diblokir di AS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Aplikasi TikTok terancam diblokir di Amerika Serikat.

    Kini, para pengguna berbondong-bondong bermigrasi ke aplikasi media sosial China bernama Xiaohongshu atau RedNote dalam Bahasa Inggris, menjadikannya aplikasi yang paling banyak diunduh di AS.

    Dikutip dari Associated Press, pengguna baru aplikasi RedNote itu menyebut diri mereka “pengungsi TikTok”.

    Mereka mengatakan aplikasi China pengganti TikTok itu, dipilih sebagai bentuk protes terhadap larangan TikTok.

    Dilaporkan sebelumnya, Mahkamah Agung AS akan memutuskan undang-undang yang menetapkan TikTok harus dilepaskan diri dari perusahaan induknya di China, ByteDance, paling lambat 19 Januari 2025.

    Dengan kata lain, ByteDance dipaksa menjual aplikasi TikTok kepada Amerika Serikat.

    Jika tuntutan itu tidak dipenuhi, TikTok akan menghadapi larangan di AS karena alasan masalah keamanan nasional.

    Setelah para hakim tampaknya cenderung membiarkan undang-undang tersebut berlaku, banyak pengguna TikTok mulai membuat akun di Xiaohongshu.

    Mereka menyematkan tagar seperti #tiktokrefugee atau #tiktok pada postingan mereka. 

    lihat foto
    Tangkap layar aplikasi Xiaohongshu atau RedNote di Apple Store

    Sejak Senin (13/1/2025), Xiaohongshu menjadi aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di App Store Apple di AS.

    Dilansir Reuters, berikut hal-hal yang perlu diketahui seputar aplikasi ini.

    Apa Itu RedNote?

    RedNote sering dianggap sebagai adaptasi lokal Instagram di China.

    Xiaohongshu diterjemahkan menjadi “Red Note” atau “Little Red Book” dalam bahasa Inggris.

    Frasa ini umumnya merujuk pada kumpulan ucapan dari pemimpin Komunis China, Mao Zedong. 

    Aplikasi Xiaohongshu dikenal sebagai mesin pencari utama di China saat ini bagi pengguna yang ingin mencari rekomendasi dan topik populer, seperti kecantikan, mode, perjalanan, dan makanan. 

    Penggunanya di China sebagian besar masih muda dan perempuan.

    Tampilan antarmukanya berbeda dari TikTok atau Instagram karena menampilkan beberapa unggahan – baik video, foto, atau teks berformat panjang – secara bersamaan.

    Pengguna dapat terlibat dalam diskusi, berbagi unggahan, saling menelepon, dan membeli produk.

    Baru-baru ini, platform ini dapat melakukan penjualan secara live streaming.

    Menurut laporan media China, pada 2023, Xiaohongshu memiliki lebih dari 300 juta pengguna aktif bulanan.

    lihat foto
    Tampilan antarmuka Rednote (PS Photography)

    Aplikasi ini didirikan oleh Miranda Qu, presidennya saat ini, dan Charlwin Mao, CEO-nya, pada 2013 di Shanghai.

    Awalnya, mereka menyebut aplikasi tersebut “Panduan Belanja Hong Kong” dan menyasar wisatawan yang mencari rekomendasi dari luar China daratan.

    RedNote sebagian besar digunakan oleh warga China.

    Meskipun ada pilihan bahasa, sebagian besar konten hingga saat ini masih berbahasa Mandarin.

    Banjirnya pengguna TikTok tampaknya mengejutkan RedNote. 

    Dua sumber yang mengetahui perusahaan tersebut mengatakan mereka tengah berupaya keras untuk menemukan cara memoderasi konten berbahasa Inggris dan membuat alat penerjemahan Inggris-China.

    RedNote hanya mengelola satu versi aplikasinya, dan tidak membaginya menjadi aplikasi luar negeri dan dalam negeri seperti TikTok.

    ByteDance memiliki versi TikTok untuk China daratan yang disebut Douyin, sebagian untuk mematuhi aturan moderasi pemerintah dalam negeri.

    (Tribunnews.com)

  • Pengguna TikTok di AS Ramai-Ramai Pindah ke Aplikasi China RedNote, Ada Apa? – Page 3

    Pengguna TikTok di AS Ramai-Ramai Pindah ke Aplikasi China RedNote, Ada Apa? – Page 3

    Nama Tiongkok RedNote, Xiaohongshu, berarti ‘Buku Merah Kecil’, bukan merujuk pada buku kutipan pemimpin komunis Tiongkok Mao Zedong dengan nama yang sama. Namun, kekhawatiran keamanan tidak menghalangi pengguna untuk berbondong-bondong ke RedNote.

    Sarah Fotheringham (37), seorang pekerja kantin sekolah di Utah, mengatakan bahwa kepindahannya ke RedNote adalah cara untuk “menentang” pemerintah.

    “Saya hanya orang sederhana yang menjalani hidup sederhana,” kata Fotheringham kepada BBC melalui pesan RedNote.

    “Saya tidak memiliki apa pun yang tidak dimiliki Tiongkok, dan jika mereka menginginkan data saya, mereka boleh mengambilnya,” ia menambahkan.

    Marcus Robinson, seorang perancang busana di Virginia, mengatakan ia membuat akun RedNote untuk mempromosikan merek pakaiannya.

    Ia mengaku sedikit ragu menerima syarat dan ketentuan penggunaan aplikasi yang ditulis dalam bahasa Mandarin.

    “Saya tidak bisa membacanya, jadi itu sedikit mengkhawatirkan, tapi saya tetap menyetujuinya,” ucap Robinson.

  • China Tantang AS Berlomba Kembangkan Jet Tempur Generasi Keenam – Halaman all

    China Tantang AS Berlomba Kembangkan Jet Tempur Generasi Keenam – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM — China atau Tiongkok mulai unjuk gigi dengan memamerkan jet tempur siluman terbarunya yang disebut-sebut dinamakan sebagai Chengdu J-36 menghentak dunia militer.

    Dalam sebuah video, militer China mengunggah gambar sebuah pesawat tanpa ekor yang dikawal dengan pesawat tempur lainnya terbang ke angkasa.

    Selama ini negara dengan militer terbesar dunia tersebut dianggap tertinggal dari Amerika Serikat. Dengan hadirnya pesawat generasi keenam tersebut 

    Seorang peneliti militer di Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional Akademi Ilmu Pengetahuan Rusia, Dmitry Stefanovich mengatakan, pesawat eksperimental itu mengirimkan sinyal kuat kepada para pesaing yaitu Amerika Serikat untuk mengembangkan pesawat perang. 

    Selama ini AS merupakan negara yang mengklaim telah memiliki pesawat pengebom siluman paling canggih yaitu Stealth B2 Spirit.

    Video dan foto yang diunggah ke media sosial pada tanggal 26 Desember memperlihatkan dua jet tanpa ekor yang sebelumnya tidak terlihat – pesawat berbentuk berlian yang lebih besar, dan pesawat yang lebih kecil dengan rangka pesawat berbentuk sayap panah. 

    Meskipun Beijing belum berbicara secara terbuka tentang masalah tersebut, tampilan tersebut memicu diskusi di media internasional, dengan beberapa pengamat menyatakan bahwa pesawat tersebut bisa jadi merupakan pesawat tempur generasi keenam pertama.

    “Sejauh ini, kami baru melihat dua varian pesawat eksperimental,” kata Stefanovich kepada Russia Today. 

    “Agaknya, salah satu dari mereka dapat disesuaikan untuk misi serangan yang melibatkan serangan di darat dan, mungkin, target angkatan laut, sementara yang lain bertugas mendominasi langit dan mengendalikan wilayah udara.”

    Rekaman tersebut “menunjukkan keadaan umum pengembangan” pesawat Tiongkok, bukan pesawat generasi keenam secara khusus, pakar tersebut berpendapat, dengan mencatat bahwa ‘generasi keenam’ adalah “istilah yang diterapkan secara longgar.” 

    Oleh karena itu, jelasnya, masih terlalu dini untuk menarik kesimpulan pasti tentang kemampuan pesawat baru tersebut, ia memperingatkan.

    Beijing harus bersaing dengan program pesawat tempur generasi berikutnya Amerika, Stefanovich mencatat.

    “Meskipun tidak ada pengubah permainan di cakrawala, Tiongkok secara eksplisit mengundang untuk berpartisipasi dalam perlombaan senjata, setidaknya dalam hal kualitas.” 
     
    “Namun, kita tidak boleh lupa bahwa AS adalah satu-satunya negara dengan program tahap lanjut untuk pembom strategis baru – B-21 – yang dapat diadaptasi untuk beberapa hal yang kita sebut kemampuan generasi keenam. Pesawat China dan Rusia dengan tipe yang sebanding belum lepas landas,” kata Stefanovich.

    Menurut South China Morning Post, pesawat itu terlihat terbang di atas Chengdu di provinsi Sichuan barat daya pada siang bolong, diapit oleh jet tempur generasi kelima J-20. 

    Pesawat itu memiliki desain tanpa ekor berbentuk segitiga, yang memicu spekulasi tentang potensinya untuk mengubah keseimbangan dominasi udara global.

    Pemerintah dan militer Tiongkok belum mengomentari jet itu secara resmi. Namun, waktu debutnya, yang bertepatan dengan hari ulang tahun Mao Zedong, pendiri Republik Rakyat Tiongkok, menunjukkan adanya pesan yang disengaja.

    Kemunculan J-36 menandakan lompatan besar dalam kemampuan penerbangan militer Tiongkok dan menimbulkan tantangan bagi superioritas udara AS yang ada. Hal itu terjadi sebulan setelah Aviation Industry Corporation (AVIC) Tiongkok meluncurkan jet tempur generasi keenam Baidi White Emperor ‘B Type’ di Zhuhai Airshow pada bulan November. (Russia Today/South China Morning Post)

  • Inilah 4 Diktator Terkejam dalam Sejarah Manusia

    Inilah 4 Diktator Terkejam dalam Sejarah Manusia

    Liputan6.com, Yogyakarta – Sejarah mencatat sejumlah pemimpin yang kekuasaannya membawa malapetaka bagi jutaan nyawa. Kekejaman mereka menjadi noda hitam dalam peradaban manusia. Empat di antara diktator paling kejam dalam sejarah adalah Joseph Stalin, Mao Zedong, Pol Pot, dan Kim Il-sung.

    Keempat tokoh ini, dengan cara yang berbeda-beda, telah menorehkan luka mendalam pada negaranya masing-masing melalui kebijakan-kebijakan brutal yang mengakibatkan kematian massal, penyiksaan, dan kehancuran. Mengutip dari berbagai sumber, berikut empat diktator kejam yang pernah ada:

    1. Joseph Stalin

    Josef Stalin, yang lahir dengan nama Ioseb Besarionis dze Jughashvili pada 18 Desember 1878 adalah seorang tokoh revolusi dan politikus Uni Soviet yang berasal dari Georgia. Perjalanan politiknya dimulai saat ia menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Partai Komunis Uni Soviet dari tahun 1922 hingga 1952.

    Ia juga memegang posisi sebagai Kepala Pemerintahan Uni Soviet dari tahun 1941 hingga 1953. Pada awal kepemimpinannya di pertengahan 1920-an, Stalin menjalankan pemerintahan sebagai bagian dari rezim partai tunggal oligarkis yang memerintah berdasarkan sistem pluralitas.

    Akan tetapi, pada era 1930-an, karakteristik kepemimpinannya berubah ketika ia akhirnya menjadi diktator de facto Uni Soviet hingga akhir hayatnya. Masa pemerintahan Stalin ditandai dengan periode teror yang luar biasa dan kematian massal warga negaranya akibat kepemimpinannya yang brutal.

    Kepemimpinannya sering dibandingkan dengan diktator-diktator lain di era yang sama, seperti Adolf Hitler yang bertanggung jawab atas Holocaust yang menewaskan sekitar 6 juta orang Yahudi. Bahkan pendahulunya, Vladimir Lenin, juga dikenal tidak mengenal ampun dalam memimpin partainya melalui revolusi brutal yang mengakibatkan sekitar 9 juta korban jiwa.

    2. Mao Zadong

    Mao Zedong, yang dikenal juga sebagai Ketua Mao, lahir pada 26 Desember 1893. Ia adalah tokoh revolusioner komunis Tiongkok yang mendirikan Republik Rakyat Tiongkok (RRT).

    Mao memimpin negara tersebut sebagai ketua Partai Komunis Tiongkok sejak berdirinya RRT pada tahun 1949 hingga akhir hayatnya pada tahun 1976. Sebagai seorang penganut ideologi Marxisme-Leninisme, pemikiran-pemikirannya yang mencakup teori, strategi militer, dan kebijakan politik secara kolektif dikenal dengan istilah Maoisme.

    Rezim Mao Zedong menjalankan beberapa kebijakan yang berdampak sangat buruk dan menghancurkan bagi rakyat Tiongkok. Kampanye Pemberantasan Kontra-Revolusioner yang ia lakukan pada tahun 1949 secara khusus menargetkan kelompok-kelompok sosial tertentu, seperti para pemilik tanah, pengusaha, dan mantan anggota partai nasionalis Kuomintang.

    Kampanye ini ditandai dengan pembunuhan massal yang mengakibatkan jutaan orang dieksekusi tanpa melalui proses pengadilan yang adil. Para tahanan politik juga mengalami penyiksaan fisik dan mental yang sangat kejam.

    Pada akhir 1950-an hingga awal 1960-an, penderitaan rakyat Tiongkok semakin diperparah dengan terjadinya Kelaparan Besar, yang merupakan akibat dari kegagalan kebijakan-kebijakan pemerintahan Mao. Bencana kemanusiaan ini diperkirakan telah menewaskan puluhan juta orang karena kelaparan.

     

  • Ketika Militer China Rebut Pyongyang dan Perang Nuklir Nyaris Terjadi

    Ketika Militer China Rebut Pyongyang dan Perang Nuklir Nyaris Terjadi

    Jakarta

    Pada Desember 1950, seorang juru kamera BBC merekam rangkaian peristiwa yang menentukan dalam Perang Korea, yaitu ketika militer China merebut Pyongyang. BBC merangkum bagaimana konflik tersebut menghancurkan lahan dan penduduknya, menentukan masa depan Semenanjung Korea, dan mendorong dunia ke ambang bencana nuklir.

    “Semua jalan menuju keluar kota dipenuhi pengungsi. Hanya sedikit yang tahu ke mana mereka akan pergi,” demikian laporan BBC saat menyiarkan tayangan warga Korea Utara yang mencoba melarikan diri dari Kota Pyongyang yang dilalap api pada 5 Desember 1950.

    Rekaman tersebut diabadikan oleh juru kamera BBC, Cyril Page, selama jam-jam terakhirnya di ibu kota Korea Utara itu.

    Setelah mendengar bahwa pasukan PBB akan ditarik dari Korut, Page turun ke jalan untuk mendokumentasikan kekacauan dan ketakutan warga Pyongyang di tengah kabar bahwa pasukan China segera tiba.

    Dalam kondisi musim dingin yang menusuk tulang, ia merekam para pengungsi yang ketakutan. Mereka tampak membawa apa pun yang bisa diangkut saat asap mengepul dari berbagai bangunan yang terbakar di belakang mereka.

    Evakuasi tersebut merupakan perubahan dramatis yang dialami oleh pasukan PBB pimpinan Jenderal Douglas MacArthur.

    Beberapa minggu sebelumnya, sang jenderal telah berjanji kepada Presiden Amerika Serikat, Harry S Truman, bahwa ia siap untuk menyatukan Korea.

    Kekacauan dan pertumpahan darah ini disebabkan oleh Perang Korea. Bagaimana perang itu bisa terjadi?

    Beberapa tahun sebelum Perang Dunia Kedua berakhir, Korea mengalami penderitaan akibat penjajahan Jepang yang brutal.

    AS mengusulkan kepada sekutu masa perangnya, Uni Soviet, bahwa mereka harus membagi kendali Korea untuk sementara waktu setelah Jepang menyerah guna memudahkan pelucutan pasukan Jepang.

    Pada 1945, AS dan Uni Soviet membagi Korea menjadi dua. Pembatasnya adalah garis demarkasi yang diberi nama paralel ke-38. Di utara, Uni Soviet mendukung Kim Il-sung dalam membentuk Republik Rakyat Demokratik Korea. Sedangkan AS mendukung Syngman Rhee membentuk Republik Korea di selatan.

    Sejak awal, Korea Utara dan Korea Selatan tidak mengakui legitimasi satu sama lain ataupun garis demarkasi yang ditetapkan oleh AS dan Uni Soviet.

    “[Garis] itu tidak pernah dianggap sah atau bermakna oleh orang Korea. Sama sekali tidak berarti bagi mereka,” kata Dr Owen Miller dari Pusat Studi Korea di SOAS, Universitas London, kepada siniar BBC History Magazine.

    Baca juga:

    Pada 1949, AS dan Uni Soviet telah menarik sebagian besar pasukan mereka dari Korea, tetapi tindakan itu tidak banyak membantu meredakan ketegangan antara Korut dan Korsel.

    Sebaliknya, bentrokan berdarah antara kedua negara semakin sering terjadi di sepanjang perbatasan de facto.

    Baik pemimpin Korut maupun pemimpin Korsel ingin menyatukan kembali Korea secara paksa.

    Getty ImagesPendiri Korea Utara, Kim Il Sung.

    Pada 25 Juni 1950, pemimpin komunis Korea Utara, Kim Il-sung, melancarkan aksinya.

    Saat matahari belum terbit, ia mengerahkan pasukan tempur yang terlatih guna melancarkan serangan mendadak dengan melintasi perbatasan paralel ke-38.

    Pasukan Korea Utara, yang dilengkapi senjata buatan Soviet, dengan cepat mengalahkan tentara Korea Selatan. Dalam beberapa hari, mereka berhasil merebut ibu kota Korea Selatan, Seoul, dan memaksa banyak warganya untuk bersumpah setia kepada Partai Komunis. Jika menolak, warga akan menghadapi hukuman penjara atau eksekusi mati.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Di AS, Presiden Truman terkejut dengan kecepatan dan keberhasilan serangan Korea Utara.

    Sebagai seorang yang percaya pada “teori domino”bahwa jika satu negara jatuh ke tangan komunisme, negara lain akan mengikutiia memohon kepada PBB untuk membela Korea Selatan.

    Uni Soviet dapat saja memveto pemungutan suara ini. Namun pada saat itu, Uni Soviet memboikot Dewan Keamanan PBB karena menolak mengakui Republik Rakyat China.

    Maka, pada 28 Juni 1950, sebuah resolusi disahkan yang menyerukan kepada semua negara anggota PBB untuk membantu mengusir invasi Korut. MacArthur, jenderal AS yang telah menerima penyerahan Jepang pada akhir Perang Dunia Kedua, diangkat menjadi komandan pasukan gabungan PBB.

    Membalikkan arus serangan

    AS adalah pihak pertama yang merespons, dengan mengirim tentaranya yang ditempatkan di Jepang. Namun, pasukan ini tidak siap menghadapi pasukan Korea Utara yang lebih unggul dan mampu memukul mundur pasukan AS.

    Pertempuran yang berkecamuk membuat ribuan warga sipil Korea terperangkap sehingga menewaskan mereka. Pada September, pasukan Korea Selatan dan PBB terdesak dan hanya mampu mempertahankan kantong kecil di sekitar Pelabuhan Busan di ujung selatan.

    Saat itu Korea Utara tampak selangkah lagi menyatukan seluruh semenanjung Korea.

    Baca juga:

    Namun, MacArthur memutuskan untuk mencoba melakukan serangan laut terhadap Inchon, sebuah pelabuhan di belakang lini pasukan Korea Utara.

    Melalui pengeboman besar-besaran, pasukan PBB mendarat di Inchon pada 15 September 1950, merebut pelabuhan tersebut, dan bergerak cepat untuk merebut kembali Seoul.

    Setelah mereka merebut kembali ibu kota Korsel, puluhan ribu penduduknya yang telah bersumpah setia kepada Korut ditembak oleh pasukan Korea Selatan.

    Itu hanyalah salah satu dari serangkaian pembunuhan massal yang mengerikan dan membabi buta terhadap warga sipil yang terjadi selama perang.

    “Terjadi banyak pembantaian selama perang, jauh dari garis depan. Di sana orang-orang ditangkap karena dianggap tidak setia,” kata Dr. Miller.

    AFPJenderal MacArthur (kanan) bersama Syngman Rhee, sosok yang didukung AS untuk mendirikan Korea Selatan.

    Operasi Inchon berhasil memutus jalur pasokan dan komunikasi tentara Korea Utara. Di lain pihak, pasukan PBB berhasil keluar dari Busan dan melancarkan serangan balasan. Hal ini membalikkan arus konflik sehingga tentara Korea Utara terpaksa mundur ke utara dan kembali melintasi perbatasan garis lintang 38 derajat.

    Namun berbekal resolusi PBB, MacArthur bertekad menghancurkan pasukan komunis sepenuhnya. Ia lantas memerintahkan pasukannya untuk mengejar pasukan Korea Utara hingga melintasi perbatasan.

    Pada 19 Oktober 1950, pasukan PBB telah merebut Pyongyang dan bergerak maju menuju Sungai Yalu di perbatasan China. Situasi yang begitu mengerikan bagi Korea Selatan beberapa bulan sebelumnya kini tampaknya telah berubah.

    Baca juga:

    Truman ragu untuk memperluas konflik karena bisa menyeret China dan Rusiayang saat itu telah mengembangkan bom atomnya sendirike dalam perang dunia ketiga.

    Namun MacArthur yakin bahwa ia bisa meraih kemenangan yang akan menyatukan kembali Korea di bawah kepemimpinan Korea Selatan yang pro-Barat. Ia meyakinkan Truman bahwa perang akan berakhir sebelum Natal.

    Namun, kemajuan pesat PBB menuju perbatasan China membuat pemimpin komunis Tiongkok, Mao Zedong, gelisah.

    Getty ImagesSejumlah serdadu Korea Utara dan China menjadi tahanan perang pasukan PBB pada Juni 1950.

    Mao memerintahkan tentara China untuk berkumpul secara diam-diam di perbatasan untuk menghadapi pasukan MacArthur yang terus bergerak maju. Pada akhir November, tentara China mengubah arah Perang Korea.

    Ribuan tentara Tiongkok melancarkan serangkaian serangan terhadap pasukan PBB.

    Menderita kerugian besar dan bertempur dalam kondisi musim dingin, pasukan MacArthur tidak mampu mempertahankan wilayah luas yang telah mereka rebut beberapa minggu sebelumnya.

    Pada Pertempuran Sungai Ch’ongch’on, pasukan Tiongkok mengalahkan pasukan PBB secara telak, yang disebut-sebut sebagai salah satu penarikan mundur paling berdarah dalam sejarah Korps Marinir AS.

    Ancaman perang nuklir

    Karena tidak mampu menghentikan laju pasukan China yang tak kenal lelah, MacArthur memutuskan untuk meninggalkan Pyongyang.

    Pasukan PBB diperintahkan untuk membakar semua perlengkapan dan peralatan, yang menyebabkan banyak bangunan di kota itu dilalap api.

    Getty ImagesWarga sipil Korea mengungsi ke arah selatan pada Januari 1951.

    Menyadari bahwa tentara Korea Utara dan China mengancam akan membersihkan siapa pun yang dicurigai membantu pasukan PBB, ribuan penduduk Pyongyang meninggalkan kota itu dalam ketakutan dan kondisi lelah.

    Juru kamera BBC, Cyril Page, merekam orang-orang Korea ini yang berusaha mati-matian untuk menyeberangi Sungai Taedong agar tidak terjebak di Pyongyang saat pasukan PBB pergi.

    “Karena prioritasnya adalah kendaraan militer, para pengungsi tidak diizinkan menyeberangi jembatan di atas Sungai Taedong sebelah selatan Pyongyang,” demikian BBC melaporkan.

    Baca juga:

    Para teknisi militer AS sengaja mengatur agar jembatan-jembatan ini meledak setelah kendaraan militer pasukan gabungan PBB melintasinya demi memperlambat laju pasukan Korea Utara.

    “Namun, karena takut tertinggal di kota, ribuan orang berjalan ke tepi sungai,” lanjut laporan BBC. “Di sana, berbagai jenis kapal disiapkan untuk membawa mereka menyeberang.”

    Page sendiri diperintahkan untuk meninggalkan lapangan terbang sebelum senja. Ketika ia tiba di lapangan terbang itu, ia mendapati bahwa sebagian besar lapangan terbang itu juga dibakar pasukan PBB karena khawatir fasilitas itu dapat digunakan oleh Korea Utara.

    “Saat hari mulai gelap, hanggar dan bengkel yang menyala-nyala menerangi langit malam,” sebut laporan BBC. “Pada tengah malam, ratusan rumah pribadi di dekat lapangan terbang itu juga terbakar.”

    Saat pesawat yang ditumpangi Page lepas landas, ia mengambil gambar terakhir Pyongyang, yang sempat menjadi tempat kemenangan MacArthur tetapi saat itu melambangkan kegagalan strategi militernya.

    “Hari sudah hampir fajar ketika juru kamera kami meninggalkan lapangan udara Pyongyang,” BBC melaporkan, “dan saat pesawatnya berangkat, ia melihat pasukan PBB mundur ke selatan bersama barisan kendaraan yang tampaknya tak berujung.”

    Baca juga:

    Pada 6 Desember 1950, saat pasukan China dan Korea Utara kembali memasuki Pyongyang, strategi AS untuk mengakhiri perang mulai bergeser ke arah yang jauh lebih berbahaya.

    Hubungan Truman dengan MacArthur selalu sulit karena sang jenderal cenderung melangkahi wewenangnya dan mengabaikan perintah langsung.

    Kini, saat menghadapi situasi yang memburuk di Korea, kedua pria itu berulang kali berselisih pendapat mengenai arah perang.

    MacArthur, yang sebelumnya meremehkan kekhawatiran Truman bahwa Mao Zedong mungkin akan campur tangan, kini mulai secara terbuka menganjurkan peningkatan konflik.

    Ia berpendapat bahwa AS harus mengancam menggunakan senjata nuklir dan mengebom China jika pasukan komunis di Korea tidak meletakkan senjata mereka.

    MacArthur tidak sendirian dalam hal ini: Curtis LeMay, kepala Komando Strategis Udara AS selama Perang Korea, juga mendukung serangan pendahuluan.

    LeMay, yang percaya bahwa perang nuklir tidak dapat dihindari, belakangan mencoba membujuk Presiden John F Kennedy agar ia diizinkan untuk mengebom lokasi rudal nuklir saat Krisis Rudal Kuba.

    Desakan untuk menggunakan senjata nuklir ini sangat mengkhawatirkan negara-negara PBB lainnya yang terlibat dalam konflik Korea, termasuk Perdana Menteri Inggris, Clement Attlee. Dia bahkan sengaja terbang ke Washington DC untuk menolak gagasan tersebut.

    Namun MacArthur berkeras bahwa rencananya akan berhasil, karena ia yakin Rusia akan terintimidasi dan tidak akan melakukan apa pun terhadap serangan AS ke China.

    Kembali ke garis awal

    Pada 9 Desember 1950, MacArthur secara resmi meminta kewenangan untuk menggunakan senjata nuklir. Truman menolaknya.

    Dua pekan kemudian, MacArthur menyerahkan daftar target serangan, termasuk yang berada di China. Dia bahkan mencantumkan jumlah bom atom yang akan dibutuhkannya.

    Ia terus mendesak Pentagon untuk memberinya keleluasaan menggunakan senjata nuklir kapanpun diperlukan.

    Pada akhir Desember 1950, pasukan PBB telah didorong mundur melintasi perbatasan garis lintang 38 derajat. Adapun pasukan China dan Korea Utara merebut kembali kota Seoul yang terkepung dan dibom pada Januari 1951.

    “Mungkin jika beberapa komandan seperti Curtis LeMay lebih dekat dengan presiden, mereka mungkin akan menggunakan senjata nuklir karena komandan seperti LeMay dan MacArthur memang ingin menggunakannya,” kata Dr. Miller.

    “Mereka berpikir, ‘Apa gunanya punya senjata nuklir kalau kita tidak menggunakannya?’”

    Lantaran Truman tidak yakin dirinya bisa mengendalikan MacArthur, ditambah kekhawatiran bahwa sikap agresif sang jenderal dapat memicu Perang Dunia Ketiga, Truman memecatnya atas tuduhan pembangkangan pada April 1951.

    Baca juga:

    Getty ImagesPasukan PBB yang mundur dari Pyongyang menuju selatan dengan melintasi perbatasan garis lintang paralel ke-38, pada 1950.

    Perang Korea terus berlanjut selama dua tahun berikutnya. Adapun Seoul berpindah tangan lagi untuk keempat kalinya.

    Karena tidak ada pihak yang mampu meraih kemenangan yang menentukan, perang ini berubah menjadi perang yang berkepanjangan dan berdarah.

    “Salah satu ironi terbesar dari perang ini adalah, garis depan kedua pasukan berada pada musim semi tahun 1951 tidak jauh dari garis lintang 38 derajat,” kata Dr. Miller.

    “Setelah semua kerugian besar ini terjadi di kedua belah pihak, kehancuran sipil yang terjadi, tetapi mereka kurang lebih kembali ke garis awal.”

    Korsel dan Korut akhirnya mengakhiri pertempuran dengan gencatan senjata pada 1953, tetapi mereka tidak menandatangani perjanjian damai. Artinya, secara teknis mereka masih berperang.

    Konflik tersebut merusak Semenanjung Korea. Perkiraannya bervariasi, tetapi diyakini bahwa sekitar empat juta orang tewas selama Perang Korea dan setengahnya adalah warga sipil. Lebih banyak lagi yang mengungsi atau kelaparan.

    Pengeboman udara menghancurkan negara itu, menghancurkan seluruh kota. Keluarga yang terpisah akibat pemisahan tersebut tidak pernah bersatu kembali.

    Puluhan tahun kemudian, kedua negara masih terjebak dalam konflik, dipisahkan oleh zona demiliterisasi sepanjang 250 km yang dipenuhi ranjau darat dan dijaga oleh ratusan tentara.

    Warisan perang yang tidak pernah berakhir.

    Artikel ini dapat Anda baca dalam versi bahasa Inggris berjudul ‘As darkness fell, blazing hangars lit up the sky’: How the fall of Pyongyang brought the world to the brink of crisis pada laman BBC Culture.

    (ita/ita)

  • Kim Jong Un Bawa Toilet Sendiri ke Mana-mana, Demi Keamanan Negara

    Kim Jong Un Bawa Toilet Sendiri ke Mana-mana, Demi Keamanan Negara

    Jakarta

    Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un baru-baru ini memerintahkan rakyatnya mengumpulkan tinja mereka sendiri untuk mengatasi krisis pupuk. Masih berkaitan dengan kotoran, Jong Un punya kebiasaan unik yakni membawa toiletnya sendiri ke mana-mana.

    Jong Un di 2018 membuat sejarah sebagai pemimpin Korea Utara pertama yang melintasi garis demarkasi militer untuk bertemu dengan Presiden Korea Selatan saat itu, Moon Jae-in. Dalam pertemuan bersejarah itu, The New York Post memberitakan bahwa Jong Un membawa toilet duduk sendiri karena khawatir fungsi tubuhnya dapat mengungkapkan detail kotor tentang kesehatannya.

    “Ketimbang menggunakan toilet umum, pemimpin Korea Utara memiliki toilet pribadi yang mengikutinya ke manapun ia bepergian,” kata Lee Yun-keol, Kepala Studi Korea Utara di Institut Analisis Pertahanan Korea kala itu, dikutip dari The New York Post.

    “Kotoran pemimpin negara mengandung informasi tentang status kesehatannya sehingga tidak dapat dianggap remeh,” Yun-keol menjelaskan.

    Diktator yang tertutup itu sangat berhati-hati dalam segala tindakannya, termasuk mengungkapkan masalah kesehatannya. Apalagi banyak rumor beredar bahwa ia tidak sehat.

    Banyak yang berspekulasi, perawakannya yang gemuk mungkin menyimpan berbagai penyakit mulai dari asam urat, diabetes, tekanan darah tinggi, penyakit menular seksual, hingga masalah psikologis.

    Tinja Berharga Incaran Intelijen

    Kekhawatiran Jong Un dengan menjaga ketat kotorannya sendiri sebenarnya sangat beralasan. Mengutip laporan Ellensburg Daily Record pada bulan Desember 1987, pada tahun 1980-an, badan intelijen Amerika Serikat CIA pernah berupaya memperoleh sampel tinja pemimpin Soviet Mikhail Gorbachev secara diam-diam untuk mengetahui kondisi kesehatannya.

    Badan mata-mata Inggris M16 juga pernah mencoba trik yang sama selama kunjungan Gorbachev ke London. Namun, ia tinggal di asrama dengan toilet yang disiram ke tangki umum, yang berarti kotorannya tidak dapat dipisahkan.

    CIA juga memperoleh kotoran Nikita Khrushchev, yang memimpin Uni Soviet selama puncak Perang Dingin, selama kunjungannya tahun 1959 ke AS. Analisis oleh petugas medis CIA membuktikan Khrushchev dalam kondisi kesehatan yang sangat baik.

    Kepala pemerintahan Uni Soviet Joseph Stalin juga diberitakan pernah memata-matai Mao Zedong, komunis China yang mendirikan partai Republik Rakyat China, dengan mengumpulkan tinjanya pada tahun 1949 dan menelitinya di laboratorium rahasia.

    Zedong tanpa sengaja menggunakan toilet khusus yang dirancang agar kotorannya tidak melewati saluran pembuangan, melainkan disimpan dalam kotak rahasia. Metode itu digunakan untuk melakukan profil psikologis seseorang.

    “Misalnya, jika mereka mendeteksi kadar asam amino triptofan yang tinggi, mereka menyimpulkan bahwa orang tersebut tenang dan mudah didekati. Kekurangan kalium dalam kotoran dianggap sebagai tanda sifat gugup dan seseorang yang menderita insomnia,” kata mantan agen Soviet Igor Atamenenko.

    Kala itu, kotoran Zedong dipelajari secara diam-diam selama 10 hari dan berujung pada penolakan Stalin menandatangani perjanjian dengannya.

    (rns/afr)

  • Ada Apa di Balik Ketegangan China-Taiwan yang Semakin Memanas?

    Ada Apa di Balik Ketegangan China-Taiwan yang Semakin Memanas?

    Beijing

    China meluncurkan latihan militer besar-besaran di sekitar Taiwan yang mensimulasikan serangan skala penuh di pulau itu beberapa hari setelah pelantikan presiden baru Taiwan, William Lai.

    Latihan militer ini menegaskan inti permasalahan: klaim China atas Taiwan.

    Beijing memandang Taiwan sebagai provinsi yang memisahkan diri yang pada akhirnya akan menjadi bagian dari China dan negara itu tak mengesampingkan penggunaan kekuatan militer dalam upayanya ini.

    Akan tetapi banyak warga Taiwan menganggap diri mereka sebagai bagian yang terpisah dari penduduk China.

    Kendati begitu, sebagian besar dari mereka mendukung status quo, yakni Taiwan tak mendeklarasikan kemerdekaan dari China atau bersatu dengan negara itu.

    BBC

    Bagaimana sejarah antara China dan Taiwan?

    Catatan China pertama kali menyebutkan pulau itu pada tahun 239 M, ketika seorang kaisar mengirimkan pasukan ekspedisi ke sana sebuah fakta yang digunakan Beijing untuk mendukung klaimnya atas teritori ini.

    Setelah masa penjajahan Belanda yang relatif singkat, Taiwan diperintah oleh Dinasti Qing di China, sebelum diserahkan ke Jepang setelah negara itu memenangkan Perang Sino-Jepang Pertama.

    Setelah Perang Dunia Kedua, Jepang menyerah dan melepaskan kendali atas wilayah yang direbutnya dari China.

    Setelah itu, Taiwan secara resmi diduduki oleh Republik China (ROC), yang mulai memerintah dengan persetujuan sekutunya, Amerika Serikat dan Inggris.

    Namun dalam beberapa tahun berikutnya perang saudara pecah di China, dan pasukan pemimpin ROC saat itu, Chiang Kai-shek, dikalahkan oleh tentara Komunis pimpinan Mao Zedong.

    Chiang, sisa-sisa pemerintahan Kuomintang (KMT) dan pendukungnya sekitar 1,5 juta orang melarikan diri ke Taiwan pada tahun 1949.

    Chiang dengan sistem pemerintahan diktatornya memerintah Taiwan hingga tahun 1980-an.

    Setelah kematiannya, Taiwan memulai transisi menuju demokrasi dan mengadakan pemilu pertamanya pada tahun 1996.

    Siapa saja yang mengakui Taiwan?

    Ada perbedaan pendapat tentang status Taiwan.

    Taiwan memiliki konstitusi sendiri dengan pemimpin yang dipilih secara demokratis dan sekitar 300.000 tentara aktif.

    Pemerintahan ROC di pengasingan pada awalnya mengklaim mereka mewakili seluruh China.

    Taiwan sempat menduduki kursi China di Dewan Keamanan PBB dan diakui oleh banyak negara Barat sebagai satu-satunya pemerintahan China.

    Jet Angkatan Udara Taiwan bersiap lepas landas sebagai tanggapan terhadap latihan militer China (Reuters)

    Namun pada 1970-an beberapa negara mulai berargumen bahwa pemerintah Taipei tidak bisa lagi dianggap sebagai perwakilan sejati masyarakat yang tinggal di daratan China

    Pada 1971, PBB mengalihkan pengakuan diplomatik ke Beijing.

    Ketika China mulai membuka perekonomiannya pada 1978, AS menyadari adanya peluang perdagangan dan kebutuhan untuk mengembangkan hubungan.

    AS secara resmi menjalin hubungan diplomatik dengan Beijing pada 1979.

    Sejak saat itu, jumlah negara yang mengakui pemerintahan ROC telah menurun drastis dan hanya 12 negara yang mengakui pulau tersebut saat ini.

    China memberikan tekanan diplomatik yang besar terhadap negara-negara lain agar tidak mengakui Taiwan.

    Bagaimana relasi antara Taiwan dan China?

    Hubungan keduanya mulai membaik pada 1980-an ketika Taiwan melonggarkan peraturan mengenai kunjungan dan investasi di China .

    Pada 1991, ROC menyatakan bahwa perang dengan Republik Rakyat China telah berakhir.

    Tiongkok mengusulkan apa yang disebut opsi “satu negara, dua sistem”, yang disebut akan memungkinkan Taiwan mendapatkan otonomi jika Taiwan setuju berada di bawah kendali Beijing.

    Sistem ini juga mendasari kembalinya Hong Kong ke tangan Tiongkok pada 1997 hingga saat ini, ketika Beijing berupaya meningkatkan pengaruhnya.

    Taiwan menolak tawaran tersebut, sehingga membuat Beijing berkukuh bahwa pemerintahan ROC Taiwan tidak sah namun perwakilan tidak resmi dari Tiongkok dan Taiwan masih mengadakan pembicaraan terbatas.

    Kemudian pada tahun 2000, Taiwan memilih Chen Shui-bian sebagai presiden, yang membuat Beijing khawatir.

    Chen dan partainya, Partai Progresif Demokratik (DPP), secara terbuka mendukung “kemerdekaan” Taiwan.

    Setahun setelah Chen terpilih kembali pada tahun 2004, Tiongkok mengesahkan apa yang disebut undang-undang anti-pemisahan, yang menyatakan hak China untuk menggunakan “cara-cara yang tidak damai” terhadap Taiwan jika negara tersebut mencoba “memisahkan diri” dari China.

    Pada 2016, politisi dari DPP Tsai Ing-wen terpilih menjadi presiden. Di bawah pemerintahannya, hubungan China dan Taiwan memburuk.

    China memutus komunikasi resmi dengan Taiwan setelah Tsai menjabat presiden, dengan alasan Tsai menolak mendukung konsep satu negara China.

    Di bawah pemerintahan Tsai Ing-wen hubungan China dan Taiwan memburuk (Reuters)

    Tsai tidak pernah mengatakan dia akan secara resmi mendeklarasikan kemerdekaan Taiwan, dan bersikeras bahwa Taiwan sudah merdeka.

    Namun masa jabatan Tai juga bertepatan dengan masa jabatan Xi Jinping yang membuat klaim China terhadap Taiwan kian agresif.

    Xi menegaskan kembali bahwa China “pasti akan bersatu kembali” dengan Taiwan, dan telah menetapkan 2049 sebagai target untuk “mencapai impian China”.

    Pada Januari 2024, Taiwan memilih wakil presiden Tsai, William Lai, sebagai presiden seorang pria yang oleh China dicap sebagai “separatis”.

    Latihan militer pada Kamis (23/05) dilakukan pada pekan pertama William Lai menjabat, dengan mengatakan latihan militer itu sebagai “hukuman berat” atas “tindakan separatis” dan menyebut Lai sebagai presiden DPP “terburuk” sejauh ini.

    Apa kaitan AS dengan hubungan China-Taiwan?

    AS mempertahankan hubungan resmi dengan Beijing, dan mengakuinya sebagai satu-satunya pemerintah China yang menerapkan kebijakan “Satu China namun AS juga tetap menjadi pendukung setia Taiwan di dunia internasional.

    Washington terikat oleh hukum untuk menyediakan senjata pertahanan kepada Taiwan dan Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa AS akan menyokong Taiwan dalam hal militer melanggar sikap yang dikenal sebagai ambiguitas strategis.

    Pulau ini telah lama menjadi salah satu isu yang paling diperdebatkan dalam hubungan AS-China, dan Beijing mengutuk segala dugaan dukungan Washington terhadap Taipei.

    Pada 2022 silam, setelah kunjungan Ketua Parlemen AS Nancy Pelosi ke Taiwan, China merespons dengan unjuk kekuatan dengan melakukan latihan militer di sekitar Taiwan sebagai pembalasan.

    Di bawah kepemimpinan Presiden Xi, China meningkatkan “perang zona abu-abu” ini dengan mengirim jet tempur dalam jumlah besar ke dekat Taiwan dan mengadakan latihan militer sebagai respons terhadap perselisihan politik antara AS dan Taiwan.

    Pada 2022, serangan pesawat tempur China ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan meningkat hampir dua kali lipat.

    Hasil pemilu ini akan menentukan jalannya hubungan AS-China dan siapa pun yang keluar sebagai pemenang, akan membawa dampak pada hubungan rumit antara AS, China, dan Taiwan.

    Saksikan juga ‘KuTips: Jaga Kesehatan Bagi Pekerja Shift Malam’:

    (nvc/nvc)