Tag: Luis Enrique

  • Frank Yakin Bisa Membangun Tottenham Jelang Tantangan Berat Lawan PSG

    Frank Yakin Bisa Membangun Tottenham Jelang Tantangan Berat Lawan PSG

    JAKARTA – Thomas Frank yakin 1.000 persen bahwa ia bisa membangun Tottenham Hotspur dan berjanji untuk belajar dari masa-masa sulit saat ini jelang menghadapi tantangan berat Paris Saint-Germain.

    Spurs berada di Ibu Kota Perancis untuk menghadapi sang juara bertahan Liga Champions beberapa hari setelah kekalahan telak 1-4 dari rival mereka, Arsenal.

    Penampilan buruk di Stadion Emirates itu terjadi tiga minggu setelah penampilan buruk saat kalah di kandang sendiri dari Chelsea.

    Hal itu telah meningkatkan sorotan publik di sekitar posisi Frank meskipun pertandingan Liga Champions pada Kamis, 27 November 2025, dini hari WIB, ialah pertandingan ke-20 melatih Tottenham.

    Ditanya apakah penting bagi Spurs untuk tetap menjalankan rencana setelah enam manajer dalam enam musim, Frank tersenyum.

    “Sangat penting (menjalankan rencananya). Salah satu bagian dari menerima pekerjaan ini ialah duduk di sini dan menghadapi tantangan.”

    “Tentu saja saya ingin duduk di sini. Kami telah kalah dari Arsenal dan kemudian menghadapi PSG. Salah satu kuncinya ialah mengelola kemunduran tersebut, belajar darinya, dan bangkit darinya.”

    “Satu hal yang saya yakini 1.000 persen ialah saya tahu cara membangun tim dan klub. Kami akan melakukannya.”

    “Sepanjang perjalanan, kami akan belajar. Yang terpenting ialah bagaimana kami belajar dari masa-masa sulit karena di situlah kami bisa melihat di mana kami akan tertinggal, bagaimana kami bereaksi?”

    “Tim-tim terbaik terus melaju. Mereka masih berlari kencang, mereka masih melakukan hal yang sama dan tanpa keraguan.”

    “Empat bulan pertama, saya belajar banyak tentang tim. Saya belajar banyak tentang masing-masing pemain. Semua pembelajaran itu perlu diwujudkan untuk menemukan formula yang tepat dengan pemain yang tepat di lapangan.”

    “Dengan beberapa pemain yang kembali, lalu kami bermain setiap tiga hari sekali. Itulah tantangan besarnya, tetapi itulah yang saya sambut,” tutur Frank.

    Selama hampir 20 menit bersama media di dalam Parc des Princes, Frank mengakui bahwa pertandingan itu (melawan Arsenal) sulit ditonton ketika mereka menganalisis kekalahan derby London utara.

    Ia juga mengungkapkan bahwa telah ada dua pertemuan dengan para pemain untuk membahas reaksi mereka.

    Frank mendetailkan bagaimana dalam 53 situasi di mana Arsenal dan Spurs terlibat dalam duel atau second ball, Tottenham kalah 36 kali.

    “Jika Anda tidak melakukan itu, itulah dasarnya, maka sangat sulit untuk memenangi pertandingan sepak bola.”

    “Kami akan menghadapi salah satu tim terbaik Eropa lainnya di laga tandang. Jadi, ini tantangan bagus yang kami 100 persen siap hadapi. Saya yakin kami akan bangkit kembali dengan performa yang baik,” kata Frank.

    Frank menggunakan Luis Enrique sebagai acuan setelah ia menanggapi kepergian Kylian Mbappe pada 2024 dengan memimpin PSG meraih kejayaan Liga Champions 12 bulan kemudian.

    “Musim pertama, Luis (Enrique) juga harus berjuang keras. Dia mengubah segalanya, dari bermain dengan pemain-pemain terbaik di Eropa menjadi pemain-pemain yang kurang bintang, sangat bertekad bermain untuk tim.”

    “Dia menciptakan salah satu tim terbaik di dunia dengan melakukan perubahan-perubahan itu,” ujar Frank.

    Brennan Johnson dari Tottenham diskors untuk pertandingan melawan PSG setelah kartu merahnya dalam kemenangan atas Copenhagen.

    Sementara itu, pertandingan ini juga mempertemukan penyerang Spurs, Wilson Odobert, kembali ke Parc des Princes, tempat ia menghabiskan lima tahun di akademi PSG.

    Ia pergi pada 2022 untuk bergabung Troyes dan kemudian mendara di Tottenham dua tahun kemudian setelah satu musim di Burnley.

    Pemain berusia 20 tahun itu teringat tentang sebuah kesempatan pada 2019 ketika ia menjadi ballboy di Parc des Princes. Dia menegaskan siap untuk menghukum PSG.

    “Ya, saya ingat memegang bendera UEFA yang besar dan sekarang sangat menyenangkan bisa kembali sebagai pemain.”

    “Itu adalah mimpi yang luar biasa dan sekarang saya memiliki tujuan dan sasaran. Karena saya bukan anak kecil lagi, saya ingin tampil dan memberikan yang terbaik bagi tim saya,” tutur Odobert.

  • Dominasi PSG dan Kejutan Vinicius Junior

    Dominasi PSG dan Kejutan Vinicius Junior

    JAKARTA – Tidak kurang sembilan pemain Paris Saint-Germain menjadi kandidat yang bakal memenangi Ballon d’Or. PSG menunjukkan dominasi pada penghargaan individu setelah meraih treble. Namun masuknya pemain sayap Real Madrid Vinicius Junior juga menjadi kejutan di gelaran tersebut.

    PSG mengukuhkan sebagai klub terbaik setelah memenangi Liga Champions untuk kali pertama. Dan, PSG juga untuk kali pertama kali meraih treble. Hanya sedikit klub yang mampu meraih tiga trofi utama dalam satu musim.

    Sukses itu menjadikan PSG langsung menguasai nomine peraih Ballon d’Or. Dan ini untuk kali pertama sebuah klub begitu mendominasi penghargaan tersebut.

    Dari skuad asuhan Luis Enrique ini, ada kiper Gianluigi Donnarumma, Achraf Hakimi, Nuno Mendes, Joao Neves, Desire Doue, Khvicha Kvaratskhelia, Vitinha, Fabian Ruiz hingga Ousmane Demble yang menjadi favorit juara.

    Sementara, gelandang Manchester City Rodri yang meraih penghargaan tahun lalu tidak masuk nomine karena absen sepanjang musim kompetisi akibat cedera ACL.

    Begitu pula nama duo superstar, Lionel Messi dan Cristiano Ronaldo, yang menjadi langganan memenangi Ballon d’Or selama dua dekade terakhir sudah tidak ada dalam daftar.

    Era Messi dan Ronaldo yang pernah bergantian meraih penghargaan itu memang sudah berakhir. Messi yang kini bermain di klub MLS Inter Miami masih memegang rekor delapan kali memenangi Ballon d’Or. Kapten tim nasional Argentina yang sudah berusia 38 ini terakhir kali menjadi pemenang pada 2023.

    Sedangkan Ronaldo tercatat lima kali memenangi penghargaan yang digelar majalah terkemuka Perancis France Football tersebut. Kapten timnas Portugal berusia 40 ini terakhir kali menjadi yang terbaik pada 2017.

    Bila Rodri harus tersingkir, sebaliknya Vinicius Jr yang musim lalu menjadi runner up masih masuk kandidat. Lolosnya Vinicius Jr menjadi pertanyaan karena dirinya gagal membawa Madrid memenangi satu pun trofi.

    Berbeda dengan tahun lalu Vinicius Jr bersaing ketat dengan Rodri. Bahkan dia dinilai lebih pantas yang terpilih karena keberhasilan Madrid menjadi juara La Liga Spanyol dan Liga Champions.

    Namun Rodri yang terpilih setelah membawa Manchester City juara Premier League Inggris dan kemudian mengantarkan Spanyol memenangi Piala Eropa. Sementara, Vinicius Jr gagal di Copa America.

    Vinicius Jr Diragukan

    Masuknya Vinicius Jr tahun ini yang memang diragukan. Menurut Planet Football masih ada pemain lain yang lebih layak masuk nominasi ketimbang Vinicius Jr. Sebut saja pemain depan PSG Bradley Barcola yang secara mengejutkan tidak masuk kandidat.

    Bahkan kapten PSG Marquinhos yang sangat layak meraih Ballon d’Or juga tidak masuk nominasi. Atau mungkin pemain PSG sudah terlalu banyak yang masuk nominee sehingga mereka tidak ada dalam daftar. Demikian analisis Planet Football.

    Terlepas dari kontroversi Vinicius Jr, gelandang Napoli Scott McTominay bakal menjadi kuda hitam. Pasalnya, dia termasuk salah satu pemain yang bakal menyaingi para kandidat.

    Eks pemain Manchester United ini sukses mengantarkan Napoli meraih Scudetto. Dirinya tidak sekadar ada di Napoli. McTominay yang juga kapten timnas Skotlandia ini memang memberi kontribusi penting bagi keberhasilan Napoli kembali memenangi titel Serie A Italia.

    Bahkan McTominay menjadi idola anyar fans Napoli. Ini membuka peluang menjadi pemain kedua dari Skotlandia setelah sang legenda Denis Law yang memenanginya pada 1964.

    Kandidat lain yang bisa menjadi pesaing tak lain duo Barcelona, Robert Lewandowski dan Lamine Yamal.

    Bahkan pencapaian Yamal cukup sensasional karena di usia muda sudah ikut membawa Barca meraih titel La Liga Spanyol, Copa del Rey dan Supercopa de Espana.

  • Bawa PSG Kalahkan Bayern dan Lolos ke Semifinal, Enrique Puji Dembele

    Bawa PSG Kalahkan Bayern dan Lolos ke Semifinal, Enrique Puji Dembele

    JAKARTA – Paris Saint-Germain menjadi favorit kuat memenangi Piala Dunia Antarklub 2025 setelah menyingkirkan Bayern Munchen. Dalam laga di perempat final di Stadion Mercedes-Benz, Atlanta, Georgia, Sabtu, 5 Juli 2025 malam WIB, PSG menang 2-0 sehingga lolos ke semifinal. Pelatih Luis Enrique pun memberi pujian kepada Ousmane Dembele.

    PSG kehilangan dua bek Willian Pacho dan Lucas Hernandez yang mendapat kartu merah di laga tersebut. Saat itu PSG yang hanya unggul 1-0 mendapat tekanan dari Bayern yang berusaha menyamakan skor.

    Namun Dembele sukses menutup laga dengan gol di menit terakhir. Gol di menit 90+6 yang menjadikan PSG unggul 2-0 dan mengakhiri upaya Bayern mengimbangi lawan. Apalagi, tak lama kemudian peluit akhir pertandingan berbunyi.

    Penampian gemilang Dembele yang masuk menggantikan Bradley Barcola menjadikan pelatih Luis Enrique memberi pujian. Menurut dia Dembele tak segan turun membantu pertahanan dan kemudian menyelesaikan assist Achraf Hakimi untuk mencetak gol yang menentukan kemenangan PSG.

    “Saya akan memberikan Ballon d’ Or kepada Ousmane Dembele,” kata Enrique. “Bagaimana dia bertahan dan bagaimana dia memimpin tim. Hanya Ballon d’Or yang benar-benar layak untuk dia,” ucapnya.

    Dembele tidak langsung bermain di Piala Dunia Antarklub karena masih menjalani pemulihan akibat cedera paha. Dia absen selama tiga pertandingan penyisihan grup.

    Pemain tim nasional Perancis ini akhirnya diturunkan sebagai pemain pengganti di laga 16 besar. Begitu pula saat PSG menghadapi Bayern. Dembele membangkitkan semangat rekan-rekannya yang mendapat tekanan dari Bayern.

    Bagaimana tidak, PSG kehilangan Pacho setelah melakukan tekel keras terhadap Leon Goretzka di menit 83. Buntutnya, dia mendapat kartu merah. Menghadapi lawan yang bermain dengan 10 orang, Bayern langsung menggebrak.

    Pasalnya Bayern sudah tertinggal 1-0 saat Desire Doue mencetak gol di menit 78. Mereka mencoba memanfaatkan sisa waktu yang ada.

    Striker Harry Kane sempat mencetak gol yang menyamakan skor. Namun gol dia dianulir karena offside. Sebelumnya gol Dayot Upamecano juga dibatalkan wasit karena offside.

    PSG kian kesulitan setelah Hernandez mendapat kartu merah di menit 90+2. Dalam situasi tertekan, Dembele tampil sebagai bintang dengan mencetak gol yang mematikan Bayern.

    “Yang pertama memang jelas itu kartu merah. Tetapi saya tidak yakin dengan yang kedua. Meski demikian, kami pantas menang meski tak mudah meraihnya. Tidak ada yang istimewa dari pertandingan ini. Ibaratnya ini pertandingan seperti yang lainnya,” kata Enrique.

    “Ini periode penting bagi kami,” kata kapten Marquinhos. “Kami juga ingin memenangkan turnamen ini,” ucapnya.

    PSG sendiri memburu quadruple setelah memenangi Liga Champions, Piala Perancis dan Ligue 1 Perancis.

    Hanya saja di semifinal, mereka bertemu lawan tangguh, Real Madrid yang menyingkirkan Borussia Dortmund. Ini menjadi reuni bagi bintang Madrid Kylian Mbappe dengan PSG.

  • Kalahkan Atletico Madrid 4-0, Satu Kaki Paris Saint-Germain di 16 Besar Piala Dunia Antarklub

    Kalahkan Atletico Madrid 4-0, Satu Kaki Paris Saint-Germain di 16 Besar Piala Dunia Antarklub

    California (beritajatim.com) – Keberhasilan Paris Saint-Germain menjuarai Liga Champions ternyata bukan kebetulan belaka. Buktinya, mereka masih sanggup melanjutkan performa hebat mereka di Piala Dunia Antarklub saat mengalahkan Atletico Madrid dengan skor telak 4-0 dini hari tadi pada matchday pertama fase grup.

    Empat gol Les Parisiens dibagi rata ke empat pemain dengan dua gol terjadi di masing-masing babak. Yakni Fabian Ruiz dan Vitinha di babak pertama (19′ dan 45+1′) serta Senny Mayulu dan Lee Kang-in (90+7′).

    Memang, masih ada dua matchday lagi yang harus dijalani PSG di fase grup. Tetapi, dua lawan tersisa, secara kualitas, berbeda jauh dari Atletico. Artinya, PSG di atas kertas sangat mungkin bisa menang mudah. Yakni melawan Botafogo (20/6) dan Seattle Sounders (24/6). Bisa dibilang, satu kaki PSG sudah ada di 16 besar.

    “Kami adalah favorit juara Piala Dunia Antarklub. Aku sangat percaya itu,” papar entraineur PSG Luis Enrique dilansir ESPN.

    Tetapi, beberapa kontroversi mengiringi PSG saat memenangi laga yang dimainkan di Rose Bowl Stadium, California itu. Salah satunya ketika gol Julian Alvarez pada menit ke-57 dianulir VAR (video assistant referee).

    Pemicunya, sesaat sebelum Alvarez mencetak gol, kapten Koke diklaim melanggar wide attacker PSG Desire Doue. Kontroversi selanjutnya adalah ketika bek Clement Lenglet mendapatkan kartu kuning kedua pada menit ke-77. Keluarnya Lenglet jadi muara PSG mampu mencetak dua gol terakhir.

    “Dua insiden itu membuat kami seolah terlihat seperti pesakitan. Aku tidak ingin berbicara lagi tentang kepemimpinan wasit (Istvan Kovacs asal Rumania, Red)” ujar entrenador Atletico Diego Simeone. (dio)

     

     

     

     

  • Marquinhos Tak Ingin Gagal Lagi di Kesempatan Kedua

    Marquinhos Tak Ingin Gagal Lagi di Kesempatan Kedua

    JAKARTA – Bek Marquinhos menjadi salah satu pemain Paris Saint-Germain yang gagal mengangkat trofi pada final Liga Champions 2020. Saat kembali berlaga di final bersama klub sama melawan Inter Milan, Marquinhos tak ingin gagal pada kesempatan kedua ini.

    Laga final di Stadion Allianz Arena, Munich, Minggu, 1 Juni 2025 pukul 02.00 dini hari WIB menjadi momen pembalasan bagi Marquinhos. Bersama Presnel Kimpembe, dirinya merupakan dua pemain yang masih bertahan di PSG.

    Keduanya menjadi bagian dari skuad PSG yang berlaga di final 2020 melawan Bayern Munchen. Hanya, mereka gagal memenuhi ekspetasi merengkuh trofi kuping lebar untuk kali pertama setelah kalah 1-0.

    Usai kegagalan itu, PSG merombak skuad dan kemudian memberhentikan pelatih Thomas Tuchel pada Desember 2020. Pergantian pelatih tetap tak pernah membawa Les Parisiens kembali ke final Liga Champions.

    Saat pemain lain keluar masuk, salah satunya Kylian Mbappe yang hengkang ke Real Madrid, Marquinhos dan Kimpembe tetap menjadi bagian dari PSG.

    Bahkan Marquinhos menjadi pemain yang paling lama bertahan di PSG. Sejak direkrut dari AS Roma pada 2013, bek tim nasional Brasil ini tak tergantikan saat membentengi pertahanan PSG. Selama 12 tahun klub tersebut, dia sudah 10 kali memenangi Ligue 1 Perancis dan delapan kali juara Piala Perancis.

    Bersama bek berusia 31 ini, PSG begitu mendominasi sepak bola Perancis. Bahkan dia juga membawa tim memenangi Piala Liga sebanyak enam kali dan juara Piala Super Perancis atau Trophee des Champions hingga delapan kali.

    Meski demikian, PSG tak pernah meraih sukses di kompetisi Eropa. Mereka hanya sekali melaju ke final dan harus mengakui keunggulan Bayern.

    “Kami pernah di atas dan pernah berada di bawah. Kini, kami punya kesempatan bagus untuk menciptakan sejarah. Bila menjadi juara, tentu ini pencapaian besar bagi klub dan pemain,” kata Marquinhos.

    “Ini merupakan kesempatan kedua saya mencapai final Liga Champions. Saya pastikan kami tidak akan menyerah tanpa perlawanan,” ucapnya.

    Marquinhos memastikan tidak ingin gagal pada kesempatan kedua. Ini menjadikan pasukan Luis Enrique bakal habis-habisan di pertandingan final. Bahkan dia menjanjikan pemain bakal menunjukkan fighting spirit yang belum pernah ada sebelumnya.

    “Kami akan bermain habis-habisan karena kami tahu ini pertandingan yang sulit. Apalagi, kami sudah fight untuk mencapai final,” kata Marquinhos.

    “Kami sudah melakukan segala upaya untuk mencapai final Liga Champions. Musim ini bisa jadi merupakan momen terbaik kami. Jadi, kami ingin membawa trofi ini kembali ke Paris dan kami bisa merayakannya bersama fans,” ucap dia lagi.

    PSG menunjukkan penampilan terbaik di Liga Champions musim ini. Dalam perjalanan menuju final, mereka sukses mengatasi Manchester City, Liverpool dan Arsenal.

    Menariknya, Liverpool dan Arsenal menempati unggulan meraih trofi. Namun PSG mampu mengatasi mereka. Ini yang menjadikan klub yang didanai perusahaan Qatar tersebut menjadi unggulan di laga final

    “Motivasi saya adalah memenangkan Liga Champions untuk kali pertama bagi PSG. Ini akan menjadi kado yang saya persembahkan untuk warga Paris, kota dan klub,” kata Enrique.

  • Marquinhos Tak Ingin Gagal Lagi di Kesempatan Kedua

    Marquinhos Tak Ingin Gagal Lagi di Kesempatan Kedua

    JAKARTA – Bek Marquinhos menjadi salah satu pemain Paris Saint-Germain yang gagal mengangkat trofi pada final Liga Champions 2020. Saat kembali berlaga di final bersama klub sama melawan Inter Milan, Marquinhos tak ingin gagal pada kesempatan kedua ini.

    Laga final di Stadion Allianz Arena, Munich, Minggu, 1 Juni 2025 pukul 02.00 dini hari WIB menjadi momen pembalasan bagi Marquinhos. Bersama Presnel Kimpembe, dirinya merupakan dua pemain yang masih bertahan di PSG.

    Keduanya menjadi bagian dari skuad PSG yang berlaga di final 2020 melawan Bayern Munchen. Hanya, mereka gagal memenuhi ekspetasi merengkuh trofi kuping lebar untuk kali pertama setelah kalah 1-0.

    Usai kegagalan itu, PSG merombak skuad dan kemudian memberhentikan pelatih Thomas Tuchel pada Desember 2020. Pergantian pelatih tetap tak pernah membawa Les Parisiens kembali ke final Liga Champions.

    Saat pemain lain keluar masuk, salah satunya Kylian Mbappe yang hengkang ke Real Madrid, Marquinhos dan Kimpembe tetap menjadi bagian dari PSG.

    Bahkan Marquinhos menjadi pemain yang paling lama bertahan di PSG. Sejak direkrut dari AS Roma pada 2013, bek tim nasional Brasil ini tak tergantikan saat membentengi pertahanan PSG. Selama 12 tahun klub tersebut, dia sudah 10 kali memenangi Ligue 1 Perancis dan delapan kali juara Piala Perancis.

    Bersama bek berusia 31 ini, PSG begitu mendominasi sepak bola Perancis. Bahkan dia juga membawa tim memenangi Piala Liga sebanyak enam kali dan juara Piala Super Perancis atau Trophee des Champions hingga delapan kali.

    Meski demikian, PSG tak pernah meraih sukses di kompetisi Eropa. Mereka hanya sekali melaju ke final dan harus mengakui keunggulan Bayern.

    “Kami pernah di atas dan pernah berada di bawah. Kini, kami punya kesempatan bagus untuk menciptakan sejarah. Bila menjadi juara, tentu ini pencapaian besar bagi klub dan pemain,” kata Marquinhos.

    “Ini merupakan kesempatan kedua saya mencapai final Liga Champions. Saya pastikan kami tidak akan menyerah tanpa perlawanan,” ucapnya.

    Marquinhos memastikan tidak ingin gagal pada kesempatan kedua. Ini menjadikan pasukan Luis Enrique bakal habis-habisan di pertandingan final. Bahkan dia menjanjikan pemain bakal menunjukkan fighting spirit yang belum pernah ada sebelumnya.

    “Kami akan bermain habis-habisan karena kami tahu ini pertandingan yang sulit. Apalagi, kami sudah fight untuk mencapai final,” kata Marquinhos.

    “Kami sudah melakukan segala upaya untuk mencapai final Liga Champions. Musim ini bisa jadi merupakan momen terbaik kami. Jadi, kami ingin membawa trofi ini kembali ke Paris dan kami bisa merayakannya bersama fans,” ucap dia lagi.

    PSG menunjukkan penampilan terbaik di Liga Champions musim ini. Dalam perjalanan menuju final, mereka sukses mengatasi Manchester City, Liverpool dan Arsenal.

    Menariknya, Liverpool dan Arsenal menempati unggulan meraih trofi. Namun PSG mampu mengatasi mereka. Ini yang menjadikan klub yang didanai perusahaan Qatar tersebut menjadi unggulan di laga final

    “Motivasi saya adalah memenangkan Liga Champions untuk kali pertama bagi PSG. Ini akan menjadi kado yang saya persembahkan untuk warga Paris, kota dan klub,” kata Enrique.

  • PSG vs. Inter Milan: Tuntaskan Dendam Kekalahan 2023

    PSG vs. Inter Milan: Tuntaskan Dendam Kekalahan 2023

    JAKARTA – Inter Milan dan Paris Saint-Germain pernah gagal pada final Liga Champions. Namun Inter memang termotivasi untuk menuntaskan dendam atas kekalahan pada final 2023.

    Final di Stadion Allianz Arena, Munich, Minggu, 1 Juni 2025 dini hari WIB, menjadi momen bagi Inter untuk menuntaskan dendam meski menghadapi awan yang berbeda. Pada final tersebut, Inter sesungguhnya mampu mengimbangi Manchester City sebelum kalah 1-0.

    Kini, materi pemain Inter tak jauh berbeda saat kembali mencapai final. Pelatih Simone Inzaghi berambisi menghapus bayang-bayang buruk di Istanbul saat menghadapi PSG di Munich.

    “Saya menyaksikan determinasi dan bukan obsesi yang memang seharusnya tidak memiliki tempat di sini,” kata Inzaghi.

    “Sebaliknya, pemain menunjukkan bagaimana mereka sepenuhnya berkonsentrasi dan memiliki determinasi. Kami tak perlu terobsesi tetapi kami memang harus membebaskan pikiran untuk melakukan persiapan sebaik mungkin,” ucapnya.

    Inzaghi optimistis skuad asuhannya sudah cukup berpengalaman dan meraih sukses sehingga mereka mampu bermain sesuai strategi yang sudah dirancang. Lautaro Martinez dkk pun sudah melupakan kegagalan dalam perebutan Scudetto.

    Inter mengakhiri kompetisi dengan serangkaian kegagalan di kompetisi domestik. Mereka gagal di Coppa Italia, Supercoppa Italiana dan terakhir harus mengakui keunggulan Napoli yang meraih Scudetto. Inter pun finis di urutan kedua musim ini.

    “Sisi psikologi memang sangat penting. Kami berusaha melakukan yang terbaik dan meninggalkan semua kekecewaan,” kata Inzaghi lagi.

    “Kami tahu bagaimana mempersiapkan pertandingan ini. Kami punya pemain yang menjadi juara dunia dan juara Eropa. Kami punya pengalamanan bagaimana mencapai final Liga Champions. Dan pertandingan di Liga Champions tidak kalah penting seperti halnya final di Piala Dunia maupun Piala Eropa,” tuturnya.

    Saat disinggung apa yang dibutuhkan I Nerazzurri agar bisa mengalahkan PSG, Inzaghi menuturkan tim harus bermain lebih agresif. Apalagi, tim asuhan Luis Enrique memang tak bisa diremehkan. Mereka nyaris selalu memenangkan trofi di kompetisi yang diikutinya.

    “Agresivitas dan sudah pasti butuh lebih banyak dari itu karena hanya dengan bermain sepeti itu bisa menang. Ini butuh segalanya, termasuk detil dari pertandingan dan sepenuhnya waspada,” ujar eks pelatih Lazio ini.

    “Pasalnya di hadapan kami adalah tim besar dan pantas berlaga di final seperti halnya Inter. Mereka tim yang kuat dengan pelatih besar,” ujar Inzaghi yang memberi apresiasi terhadap Enrique.

  • Kulminasi Menuju Treble atau Menghapus Kegagalan

    Kulminasi Menuju Treble atau Menghapus Kegagalan

    JAKARTA – Final Liga Champions yang mempertemukan Paris Saint-Germain dan Inter Milan, di Stadion Allianz Arena, Munich, Minggu, 1 Juni 2025 dini hari WIB, menjadi kulminasi dua tim terbaik Eropa memenuhi ambisi. PSG membidik treble dan Inter ingin menebus kegagalan 2023.

    Konklusi dari pertarungan tim-tim elite Eropa di kompetisi kasta tertinggi. Hanya kali ini tidak ada tim dari La Liga Spanyol atau Premier League Inggris yang begitu mendominasi selama 10 tahun terakhir.

    Klub-klub Spanyol dan Inggris yang selalu masuk final dan menjadi juara sejak 2014. Hanya Bayern Munchen dari Bundesliga Jerman yang merusak dominasi dua liga itu saat menjadi juara pada 2020 dengan mengalahkan PSG.

    Inter sendiri sebagai wakil dari Serie A Italia sempat menembus final pada 2023. Namun tim asuhan Simone Inzaghi gagal mengangkat trofi setelah dipaksa menyerah 1-0 oleh Manchester City.

    Tanpa kehadiran tim dari Spanyol maupun Inggris bukan berarti laga final kehilangan magnet. Keberhasilan Inter dan PSG tampil di laga puncak menunjukkan keduanya pantas memperebutkan trofi kuping lebar.

    Dalam perjalanan menuju final, Inter menyingkirkan tim unggulan, Bayern dan Barcelona. Bahkan I Nerazzurri menunjukkan performa terbaik saat menahan Barca 3-3 dan kemudian menang 4-3 lewat extra time.

    Kini, Lautaro Martinez dkk berharap menghapus kegagalan 2023 saat kembali melaju ke final. Apalagi, musim ini Inter gagal total di kompetisi domestik. Dalam perburuan Scudetto, Inter harus mengakui keunggulan Napoli dan mengakhiri kompetisi dengan menduduki peringkat dua.

    “Kami harus tampil sempurna,” kata Martinez saat disinggung peluang Inter memenangkan laga final seperti dikutip Football Italia.

    “Saya selalu katakan bahwa setiap pertandingan adalah final bagi kami. Kini kami ke final dan fokus menghadapi laga ini. Hanya satu tim yang akan mengangkat trofi. Kami sudah lama menunggu untuk melakukannya dan kami harus tampil sempurna,” ucapnya .

    Duel final ini bakal menampilkan gaya bermain yang berbeda dari kedua. Inter tampil dengan organisasi permainan yang rapi dan pertahanan solid. Tampil penuh disiplin dan efisien mampu membuat Bayern dan Barca frustrasi.

    Sebaliknya, PSG menunjukkan permainan yang agresif dan ini ditunjukkan dengan ketajaman Ousmane Dembele. Pelatih Luis Enrique berhasil mengubah PSG dari tim yang bergantung pad satu atau dua pemain bintang saat masih ada Kylian Mbappe.

    Kini, Enrique mengedepankan PSG sebagai sebuah tim. Tidak ada pemain yang menonjol dan Les Parisien menjelma menjadi tim yang bertumpu pada kolektivitas dengan permainan agresif.

    PSG tidak kalah optimistis meraih trofi Liga Champions untuk kali pertama. Dan bila memenuhi target itu, PSG pun bakal termasuk sedikit tim yang mampu meraih treble. Sebelumnya, Marquinhos dkk sudah memenangi Ligue 1 dan Piala Perancis. Kini, mereka berambisi melengkapi sukses itu dengan memenangi Liga Champions.

    “Kami tim yang sudah biasa tampil di final. Ini menjadikan kami sudah berpengalaman bermain di laga puncak. Saat bermain di sana yang terutama adalah motivasi. Dan itu sudah pasti ada pada kami,” kata Enrique.

    “Selain itu penting memiliki pengalaman. Tetapi itu juga relatif. Yang menjadikan kami makin kuat sebagai tim tak lain perjalanan kami menuju final yang tidak mudah. Namun kesulitan itu memberi keuntungan bagi kami. Ini yang menjdikan kami sudah sepenuhnya siap dan tidak takut,” ujarnya.

    PSG memang sedikit di atas angin karena tim sudah fokus lebih awal karena mereka memastikan meraih gelar juara saat kompetisi Ligue 1 belum berakhir.

    Sebaliknya, Inter masih harus berjibaku hingga laga pamungkas Serie A. Bahkan Inzaghi sampai harus merotasi pemain di laga terakhir melawan Como. Termasuk kiper Yann Sommer yang tidak dimainkan.

    Kini, Inzaghi bisa menurunkan skuad terbaik di laga final. Martinez yang absen di beberapa laga terakhir karena problem cedera juga bakal kembali menjadi starter.

    Prakiraan Susunan Pemain

    Paris Saint-Germain: Donnarumma; Hakimi, Marquinhos, Pacho, Nuno Mendes; Joao Neves, Vitinha, Fabian Ruiz; Doue, Dembele, Kvaratskhelia

    Inter Milan: Sommer; Bisseck, Acerbi, Bastoni; Dumfries, Barella, Calhanoglu, Mkhitaryan, Dimarco; Thuram, Martinez

  • Perombakan Luis Enrique Setelah Kepergian Kylian Mbappe

    Perombakan Luis Enrique Setelah Kepergian Kylian Mbappe

    JAKARTA – Pelatih Paris Saint-Germain Luis Enrique harus merombak tim dan mentalitas pemain setelah kepergian Kylian Mbappe. Hasilnya, PSG kembali menembus final Liga Champions dan langsung memburu treble saat menghadapi Inter Milan di Stadion Allianz Arena, Munich, Minggu, 1 Juni 2025 dini hari WIB.

    Bisa apa PSG tanpa Mbappe? Saat ditinggalkan para pemain bintang, PSG diprediksi tak lagi mampu mendominasi Ligue 1 Perancis. Saat itu, PSG ditinggalkan Sergio Ramos, Lionel Messi dan kemudian Neymar.

    Meski ditinggalkan Messi dkk, namun PSG tetap punya keyakinan tetap bisa bersaing di kompetisi domestik dan Liga Champions. Pasalnya masih ada sang ikon Kylian Mbappe.

    Namun saat Mbappe ikut pergi dengan status bebas transfer, PSG dinilai bakal kehilangan separuh dari kekuatan mereka. Bagaimana tidak, permainan tim berpusat pada Mbappe.

    Tanpa kapten tim nasional Perancis ini, PSG bakal kehilangan taji. Apalagi, Ousmane Dembele dan Bradley Barcola seperti hanya menjadi bayang-bayang Mbappe yang pindah ke Real Madrid.

    Hanya saja, Enrique mampu menjawab keraguan itu. Mantan pelatih Barcelona dan timnas Spanyol ini tak membuang waktu dan langsung membangun ulang Les Parisiens. Tim tak lagi berpusat pada pemain bintang seperti yang sudah lama terbangun.

    Enrique mengembangkan filosofi bermain yang sangat disiplin dan kolektif. Tidak ada lagi satu atau dua pemain yang menonjol di tim PSG. Bahkan kapten Marquinhos pun tetap menjadi bagian dari permainan tim.

    “Kami tidak lagi bermain seperti yang diinginkan Mbappe. Itu adalah filosofi lama (klub) yang pada akhirnya tak pernah memenangkan trofi besar,” ujar Enrique seperti dikutip RTE.

    “Kini, kultur klub sudah berubah,” kata dia lagi.

    Hal senada dikatakan Dembele yang dipindahkan Enrique dari posisi sayap dan kemudian ditempatkan sebagai centre forward. Hasilnya, Dembele yang nyaris frustrasi karena kehilangan kemampuan membobol gawang lawan akhirnya menjadi mesin gol andalan PSG.

    Musim ini, Dembele mampu mengemas 32 gol dari 40 pertandingan di berbagai kompetisi, termasuk 21 gol di Ligue 1. Torehan gol eks pemain Barcelona ini jauh lebih banyak dari total gol yang dicetaknya selama lima musim terakhir.

    “Ada perubahan mindset musim ini. Pelatih yang mengendalikan semuanya,” ucap Dembele.

    Enrique menunjukkan siapa bos sesungguhnya di tim. Semua pemain mendapat perlakuan sama dan tidak ada satupun yang diistimewakan.

    Hasilnya, PSG tetap menguasai Ligue 1 dan berhasil memenangi Piala Perancis. Kini, mereka berupaya meraih treble dengan membidik trofi pamungkas, Liga Champions.

    Pencapaian gemilang itu menjadikan Enrique tidak akan mengubah filosofinya. Bahkan dia memastikan tidak ada pemain yang bermain sendiri tanpa kendali dari pelatih.

    “Apakah saya akan melakukan lebih baik lagi musim depan? Tentu saja. Pasalnya tidak ada satu pun pemain yang ada di lapangan akan bermain di luar kendali saya. Musim depan, saya sepenuhnya mengontrol mereka,” ucap Enrique.

    Filosofi bermain Enrique memang membawa PSG kembali ke final Liga Champions menghadapi Inter.

    Sebaliknya, Mbappe harus gigit jari. Meski sudah pindah ke Madrid, dirinya tetap belum bisa memenuhi ambisi mengangkat trofi kuping lebar.

  • Kami ke Paris untuk Menang

    Kami ke Paris untuk Menang

    JAKARTA – Kekalahan 1-0 melawan Paris Saint-Germain menjadi kerugian Arsenal karena mereka bermain di kandang sendiri di laga pertama semifinal Liga Champions Stadion Emirates, London, Rabu, 30 April 2025 dini hari WIB. Namun manajer Mikel Arteta menyatakan Arsenal harus menang datang ke Paris melakoni semifinal kedua.

    Tidak ada pilihan bagi Arsenal kecuali menang dengan mencetak lebih dari dua gol dalam duel di kandang PSG di Stadion Parc des Princes, Paris, Kamis, 8 Mei 2025 dini hari WB. Atau minimal Arsenal menang 1-0 sehingga laga diselesaikan extra time atau bahkan mencoba peruntungan lewat adu penalti.

    Pada laga di kandang sendiri, Arsenal harus bekerja keras mengimbangi PSG. Namun gawang David Raya sudah kebobolan saat laga baru berjalan empat menit. Gol cepat Ousmane Dembele yang menyambut umpan Khvicha Kvaratskhelia membawa PSG unggul 1-0.

    Arsenal sesungguhnya sempat menyamakan skor saat sundulan Mikel Merino yang meneruskan tendangan bebas Declan Rice menembus gawang PSG. Hanya saja, gol itu dianulir karena dia dalam posisi offside.

    Meski gol itu dianulir, Arsenal tetap bermain ofensif dan menciptakan sejumlah peluang. Namun kiper PSG Gianluigi Donnarumma bermain cemerlang dan melakukan sejumlah penyelamatan.

    Alhasil, tim asuhan Luis Enrique mampu mempertahankan keunggulan 1-0 dan membuka peluang lolos ke final karena hanya butuh hasil imbang pada laga kedua yang digelar di kandang sendiri.

    Namun Arteta menolak menyerah. Menurut dia Arsenal memiliki peluang mengejar defisit gol. Mereka tetap akan fight seperti saat menghajar Real Madrid 3-0 pada laga pertama di perempat final.

    “Kami masih separuh perjalanan. Dan di separuh perjalanan ini pesannya tetap sama seperti saat kami mengalahkan Real Madrid 3-0 di laga kandang,” kata Arteta seperti dikutip reuters.com.

    “Kami akan datang ke Paris untuk memenangkan pertandingan. Kami punya kemampuan lebih untuk melakukannya,” ujar dia lagi.

    Arteta menuturkan bila PSG dan Arsenal memiliki kekuatan berimbang. Hanya saja, PSG lebih bisa bermain efisien sehingga mampu mengonversi sebuah peluang untuk menjadi gol.

    “Saya menyaksikan dua tim bagus yang sama-sama bermain bagus. Margin dari dua tim itu sangat kecil. Hanya, mereka memang lebih efisien di depan gawang. Harus diakui, dari pertandingan tersebut, kiper yang pada akhirnya membuat perbedaan,” ucap Arteta yang bermain selama satu musim di PSG dengan status pinjaman dari Barcelona.

    Saat disinggung mengenai peluang Arsenal tetap 50-50, Arteta tetap optimistis menyambut laga kedua. Menurut dia mereka tetap punya peluang ke final.

    “Saya tidak tahu berapa besar peluang kami. Tetapi saya yakin kami ingin ke final. Dan, bila ingin mencapai final Liga Champions, Anda harus melakukan sesuatu yang istimewa. Dan kami akan melakukan sesuatu yang istimewa di Paris,” kata dia berjanji.

    Arsenal yang tinggal berharap meraih trofi Liga Champions setelah gagal di Premier League Inggris sesungguhnya kembali mencapai semifinal untuk kali pertama sejak 2009.

    Hanya, langkah Arsenal dihentikan Manchester United yang kemudian menjadi juara setelah menang adu penalti lawan Chelsea.

    Klub London Utara itu juga pernah mencapai final pada 2006. Namun mereka gagal mengangkat trofi kuping lebar setelah kalah lawan Barcelona. Ini menjadikan Arsenal sebagai tim elite Liga Premier yang belum pernah memenangi Liga Champions.

    Sebaliknya, tim-tim seperti Aston Villa dan Nottingham Forest justru pernah menuai sukses di kompetisi Eropa saat masih disebut Piala Champions (European Cup).

    Villa dan Forest paling tidak sejajar dengan klub elite Liga Inggris. Liverpool, MU, Chelsea dan Manchester City yang pernah menjuarai Liga Champions.