Tag: Lloyd Austin

  • Timur Tengah Membara, AS Peringatkan Iran dan Proksinya

    Timur Tengah Membara, AS Peringatkan Iran dan Proksinya

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) memperingatkan Iran dan proksi-proksinya untuk tidak mengeksploitasi situasi krisis di Timur Tengah atau memperluas konflik. Washington menegaskan akan bertindak jika Teheran dan proksinya memanfaatkan situasi terkini dengan menyerang personel militer atau kepentingan AS di kawasan.

    Peringatan tersebut, seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (30/9/2024), dilontarkan Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin yang bertekad mencegah Iran dan proksi-proksinya mengeksploitasi situasi krisis di Timur Tengah, saat Israel menggempur Hamas di Jalur Gaza, Hizbullah di Lebanon, dan Houthi di Yaman.

    Diketahui bahwa Hamas, Hizbullah dan Houthi semuanya didukung oleh Iran.

    “Amerika Serikat bertekad untuk mencegah Iran dan mitra-mitra serta proksi yang didukung Iran mengeksploitasi situasi atau memperluas konflik,” tegas juru bicara Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, Mayor Jenderal Patrick Ryder, dalam pernyataannya.

    “(Menhan Austin) Telah memperjelas jika Iran, mitra-mitranya, atau proksinya, menggunakan momen ini untuk menargetkan personel atau kepentingan Amerika di kawasan, maka Amerika Serikat akan mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk membela rakyat kami,” ucapnya.

    Menhan Austin, menurut Ryder, juga memberikan wewenang kepada militer AS untuk memperkuat kehadiran di kawasan Timur Tengah dengan kemampuan dukungan udara yang bersifat “defensif” dan mengerahkan pasukan lainnya pada status kesiapan yang lebih tinggi.

    Pentagon menambahkan bahwa pasukan AS kini dipersiapkan untuk dikerahkan jika diperlukan.

    “(Menhan Austin) Meningkatkan kesiapan pasukan tambahan AS untuk dikerahkan, meningkatkan kesiapan kami untuk merespons berbagai kemungkinan,” kata Ryder dalam pernyataannya.

    Pada Minggu (29/9), menurut laporan Reuters, militer AS mengumumkan peningkatan kemampuan dukungan udara di kawasan Timur Tengah dan menempatkan tentaranya dalam kesiapan yang lebih tinggi untuk dikerahkan ke kawasan tersebut.

    Pengumuman itu disampaikan dua hari setelah Presiden Joe Biden menginstruksikan Pentagon untuk menyesuaikan postur pasukan AS di Timur Tengah, saat meningkatnya kekhawatiran bahwa serangan Israel yang menewaskan pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah akan mendorong Iran untuk membalas dendam.

    Namun pernyataan terbaru Pentagon hanya memberikan sedikit petunjuk mengenai besaran atau cakupan pengerahan udara terbaru itu. Pentagon hanya mengatakan bahwa: “Kami akan lebih memperkuat kemampuan dukungan udara defensif dalam beberapa hari mendatang”.

    Militer Israel menyerang lebih banyak target di wilayah Lebanon pada Minggu (29/9) untuk semakin menekan Hizbullah, setelah menewaskan Nasrallah dalam serangan di pinggiran selatan Beirut pada Jumat (27/9) waktu setempat.

    Pada Senin (30/9), Israel untuk pertama kalinya menyerang jantung kota Beirut dalam serangan drone terbarunya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Israel Yakin Iran Rencanakan Serangan, Bisa Terjadi Beberapa Hari Lagi

    Israel Yakin Iran Rencanakan Serangan, Bisa Terjadi Beberapa Hari Lagi

    Tel Aviv

    Komunitas intelijen Israel meyakini Iran telah memutuskan untuk melancarkan serangan langsung terhadap pihaknya sebagai pembalasan atas pembunuhan tokoh penting Hamas di wilayahnya dua pekan lalu. Teheran diperkirakan akan melancarkan pembalasannya terhadap Tel Aviv dalam beberapa hari ke depan.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (12/8/2024), keyakinan Israel itu diungkapkan oleh dua sumber yang dikutip oleh reporter Axios Barak Ravid dalam laporan terbarunya pada Minggu (11/8) waktu setempat.

    Ravid, dalam laporannya via media sosial X, menyebut bahwa Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant telah berbicara dengan Menhan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin, dan memberitahunya soal persiapan militer Iran yang menunjukkan negara itu mempersiapkan serangan skala besar terhadap Israel.

    Ditambahkan oleh Ravid bahwa serangan balasan Iran terhadap Israel bisa saja terjadi sebelum 15 Agustus, tanggal yang ditetapkan oleh AS, Mesir dan Qatar untuk perundingan gencatan senjata Gaza terbaru. Tel Aviv telah mengonfirmasi akan berpartisipasi dalam perundingan itu, sedangkan Hamas belum menanggapi.

    Timur Tengah dalam situasi siaga tinggi sejak pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan pembunuhan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di pinggiran Beirut dua pekan lalu. Iran dan proksi regionalnya, termasuk Hizbullah, menyalahkan Israel atas kedua pembunuhan itu dan bersumpah akan membalas.

    Meskipun Tel Aviv sendiri belum berkomentar apa pun soal kematian Haniyeh. Sejauh ini, Israel hanya mengaku bertanggung jawab atas kematian Shukr.

    Dalam pernyataan yang dirilis tak lama setelah kematian Haniyeh, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa menjadi tugas Teheran untuk membalas kematian Haniyeh mengingat pembunuhan itu terjadi di wilayah Iran.

    Wakil komandan Garda Revolusi Iran (IRGC), Ali Fadavi, dalam pernyataan pada Jumat (9/8) lalu mengatakan bahwa perintah Khamenei soal Israel harus “dihukum” atas pembunuhan Haniyeh akan dilaksanakan “dengan cara terbaik”.

    “Perintah (Khamenei) mengenai hukuman berat terhadap Israel dan balas dendam atas darah martir Ismail Haniyeh sudah jelas dan eksplisit,” ucapnya.

    “Akan dilaksanakan dengan cara terbaik,” tegas Fadavi dalam pernyataannya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Makin Panas! AS Kerahkan Kapal Selam Berpeluru Kendali ke Timur Tengah

    Makin Panas! AS Kerahkan Kapal Selam Berpeluru Kendali ke Timur Tengah

    Washington DC

    Amerika Serikat (AS) akan mengerahkan kapal selam yang dilengkapi peluru kendali ke kawasan Timur Tengah. Pengerahan ini dilakukan saat kawasan itu bersiap menghadapi kemungkinan serangan balasan Iran dan sekutunya atas pembunuhan tokoh Hamas dan Hizbullah dua pekan lalu.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (12/8/2024), Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mengumumkan pada Minggu (11/8) waktu setempat bahwa pengerahan kapal selam itu diperintahkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Lloyd Austin.

    Meskipun menurut postingan militer AS di media sosial, kapal selam bertenaga nuklir milik AS, USS Georgia, sudah berada di Laut Mediterania sejak Juli lalu, pengumuman secara terbuka soal pengerahan kapal selam menjadi hal yang jarang dilakukan AS.

    Pentagon menyebut Austin, setelah berbicara dengan Menhan Israel Yoav Gallant, memerintahkan kelompok penyerang pada kapal selam USS Abraham Lincoln untuk mempercepat pengerahannya ke kawasan Timur Tengah.

    “Menteri Austin menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat untuk mengambil setiap langkah yang mungkin dilakukan untuk membela Israel dan menekankan penguatan postur dan kemampuan kekuatan militer AS di seluruh kawasan Timur Tengah mengingat semakin meningkatnya ketegangan regional,” sebut Pentagon dalam pernyataannya.

    Militer AS telah mengatakan pihaknya akan mengerahkan jet-jet tempur tambahan dan kapal perang Angkatan Laut ke kawasan Timur Tengah seiring upaya Washington untuk meningkatkan pertahanan Israel, sekutu dekatnya.

    Ketegangan di kawasan Timur Tengah semakin meningkat setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran dan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di Lebanon dua pekan lalu. Israel telah mengaku bertanggung jawab atas kematian Shukr, namun belum berkomentar apa pun soal kematian Haniyeh.

    Namun Hamas dan Teheran bertekad untuk membalas Israel atas kematian Haniyeh. Situasi semakin panas dengan Hizbullah, sekutu Hamas dan kelompok yang didukung Iran, juga bersumpah membalas dendam atas kematian Shukr.

    Situasi tersebut semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa perang yang berkecamuk di Jalur Gaza akan meluas menjadi perang yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.

    Teheran, dalam pernyataannya, juga menyebut AS turut memikul tanggung jawab atas kematian Haniyeh karena dukungannya terhadap Israel.

    Reuters melaporkan beberapa personel AS dan koalisinya mengalami luka-luka dalam serangan drone di Suriah pada Jumat (9/8) pekan lalu. Serangan itu menjadi serangan terbesar kedua dalam beberapa hari terakhir terhadap pasukan Washington saat ketegangan meningkat di Timur Tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/lir)

  • Pemimpin Hamas Dibunuh untuk Perpanjang Perang Gaza

    Pemimpin Hamas Dibunuh untuk Perpanjang Perang Gaza

    Jakarta

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan bahwa pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dimaksudkan untuk memperpanjang konflik di Gaza, dan akan mempersulit pembicaraan untuk menyelesaikan krisis tersebut. Hal ini disampaikan Abbas kepada kantor berita Rusia, RIA dalam sebuah pernyataan yang dipublikasikan pada hari Selasa (6/8).

    “Tidak diragukan lagi bahwa tujuan pembunuhan Haniyeh adalah untuk memperpanjang perang dan memperluas cakupannya,” lapor RIA mengutip pernyataan Abbas, dilansir Reuters dan Al Arabiya, Selasa (6/8/2024).

    “Ini akan berdampak negatif pada negosiasi yang sedang berlangsung untuk mengakhiri agresi dan menarik pasukan Israel dari Gaza,” imbuh pemimpin Otoritas Palestina itu.

    Haniyeh tewas di ibu kota Iran, Teheran, minggu lalu, dalam sebuah serangan yang memicu ancaman balas dendam terhadap Israel. Pembunuhan ini pun memicu kekhawatiran bahwa konflik di Gaza akan berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.

    “Kami menganggap ini sebagai tindakan pengecut dan perkembangan berbahaya dalam politik Israel,” kata Abbas dalam pernyataan yang dipublikasikan dalam bahasa Rusia oleh kantor berita RIA.

    “Otoritas pendudukan Israel harus meninggalkan ambisi mereka dan menghentikan tindakan agresif mereka terhadap rakyat kami dan tujuan kami, mematuhi hukum internasional dan melaksanakan Inisiatif Perdamaian Arab, serta gencatan senjata dan penarikan pasukan dari Jalur Gaza segera dan berkelanjutan,” tandas Abbas.

    Sementara itu, terkait memanasnya situasi di Timur Tengah, militer Amerika Serikat memindahkan sedikitnya dua kapal perangnya yang sudah berada di Timur Tengah, menjadi lebih dekat ke Israel. Ini dilakukan di tengah ancaman Iran akan aksi pembalasan atas pembunuhan Haniyeh.

    Dilansir Al Arabiya, Selasa (6/8/2024), Presiden AS Joe Biden juga memimpin rapat dengan tim keamanan nasionalnya di Gedung Putih pada hari Senin (5/8) waktu setempat untuk membahas perkembangan terbaru di Timur Tengah. Para pejabat AS tidak dapat memperkirakan kapan Iran dan proksi-proksinya di Lebanon, Irak, Yaman, atau Suriah akan melakukan serangan terhadap Israel untuk membalas pembunuhan Ismail Haniyeh dan seorang komandan tinggi kelompok Hizbullah beberapa hari lalu.

    Pemindahan kapal perusak USS Cole dan USS Laboon dari Teluk Oman ke Laut Merah dilakukan setelah Pentagon atau Departemen Pertahanan AS pada hari Jumat lalu, memerintahkan untuk mengerahkan jet tempur tambahan beserta kapal penjelajah dan kapal perusak berkemampuan pertahanan rudal balistik ke Eropa dan Timur Tengah sebagai tanggapan atas ancaman Iran dan sekutunya.

    Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga memerintahkan kapal induk USS Abraham Lincoln dan kelompok penyerangnya untuk menggantikan kapal induk USS Theodore Roosevelt guna mempertahankan keberadaan kapal perang di wilayah tersebut.

    Pentagon juga mengambil langkah-langkah untuk mengirimkan skuadron jet tempur lainnya.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Iran Mengancam, AS Pindahkan 2 Kapal Perang Lebih Dekat ke Israel

    Iran Mengancam, AS Pindahkan 2 Kapal Perang Lebih Dekat ke Israel

    Jakarta

    Militer Amerika Serikat memindahkan sedikitnya dua kapal perangnya yang sudah berada di Timur Tengah, menjadi lebih dekat ke Israel. Ini dilakukan di tengah ancaman Iran akan aksi pembalasan atas pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran, Iran minggu lalu.

    Dilansir Al Arabiya, Selasa (6/8/2024), Presiden AS Joe Biden juga memimpin rapat dengan tim keamanan nasionalnya di Gedung Putih pada hari Senin (5/8) waktu setempat untuk membahas perkembangan terbaru di Timur Tengah. Para pejabat AS tidak dapat memperkirakan kapan Iran dan proksi-proksinya di Lebanon, Irak, Yaman, atau Suriah akan melakukan serangan terhadap Israel untuk membalas pembunuhan Ismail Haniyeh dan seorang komandan tinggi Hizbullah beberapa hari lalu.

    Pemindahan kapal perusak USS Cole dan USS Laboon dari Teluk Oman ke Laut Merah dilakukan setelah Pentagon atau Departemen Pertahanan Amerika Serikat pada hari Jumat lalu, memerintahkan untuk mengerahkan jet tempur tambahan beserta kapal penjelajah dan kapal perusak berkemampuan pertahanan rudal balistik ke Eropa dan Timur Tengah sebagai tanggapan atas ancaman Iran dan sekutunya.

    Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin juga memerintahkan kapal induk USS Abraham Lincoln dan kelompok penyerangnya untuk menggantikan kapal induk USS Theodore Roosevelt guna mempertahankan keberadaan kapal perang di wilayah tersebut.

    Pentagon juga mengambil langkah-langkah untuk mengirimkan skuadron jet tempur lainnya.

    Kepala Komando Pusat AS (CENTCOM) Jenderal Erik Kurilla berada di Israel pada hari Senin untuk bertemu dengan rekan-rekannya, untuk membahas apa yang disebut Israel sebagai “penilaian keamanan.”

    Sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan bahwa dunia memperhatikan dengan prihatin pada “momen kritis” saat ini.

    “Kami terlibat dalam diplomasi yang intens hampir sepanjang waktu dengan pesan yang sangat sederhana: Semua pihak harus menahan diri dari eskalasi, semua pihak harus mengambil langkah-langkah untuk meredakan ketegangan,” kata Blinken.

    “Eskalasi tidak menguntungkan siapa pun. Itu hanya akan menyebabkan lebih banyak konflik, lebih banyak kekerasan, lebih banyak ketidakamanan. Sangat penting bagi kita untuk memutus siklus ini dengan mencapai gencatan senjata di Gaza,” ujar Blinken, seraya menambahkan bahwa ini akan memungkinkan lebih banyak ketenangan di wilayah tersebut, tidak hanya di Gaza.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • AS-Jepang Kritik China dan Rusia di Pertemuan Tingkat Tinggi

    AS-Jepang Kritik China dan Rusia di Pertemuan Tingkat Tinggi

    Jakarta

    Menteri Luar Negeri AS Anthony Blinken dan Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa dan Menteri Pertahanan Minoru Kihara di Tokyo Jepang. Amerika Serikat dan Jepang mengeluarkan kritik yang pedas terhadap China dan Rusia usai diskusi tingkat tinggi tersebut.

    Dilansir AFP, Minggu (28/7/2024), pertemuan 2+2 itu bertujuan untuk meningkatkan kolaborasi pertahanan yang sudah erat antara Jepang dan AS di kawasan yang semakin tidak stabil.

    “Kebijakan luar negeri Tiongkok berupaya untuk membentuk kembali tatanan internasional demi keuntungannya sendiri dengan mengorbankan orang lain,” demikian pernyataan bersama setelah pembicaraan ‘2+2’ antara Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, Menteri Pertahanan Lloyd Austin, dan mitra mereka dari Jepang.

    Mereka “menegaskan kembali keberatan keras mereka terhadap klaim maritim RRC (Republik Rakyat China) yang melanggar hukum, militerisasi fitur-fitur yang direklamasi, dan aktivitas yang mengancam dan provokatif di Laut Cina Selatan”, kata pernyataan itu.

    “Tindakan-tindakan destabilisasi China di kawasan ini mencakup pertemuan-pertemuan yang tidak aman di laut dan di udara, upaya-upaya untuk mengganggu eksploitasi sumber daya lepas pantai negara-negara lain, serta penggunaan kapal-kapal Penjaga Pantai dan milisi maritim yang berbahaya”, lanjut pernyataan itu.

    Selain itu, mereka juga menyatakan keprihatinan tentang “ekspansi persenjataan nuklir China yang terus berlanjut dan cepat, yang terus berlanjut tanpa transparansi apa pun mengenai maksudnya dan yang ditolak untuk diakui oleh RRC, meskipun ada bukti-bukti yang tersedia untuk umum”.

    Pernyataan itu “menyoroti dengan keprihatinan kerja sama militer strategis Rusia yang berkembang dan provokatif dengan RRC, termasuk melalui operasi-operasi dan latihan-latihan bersama di sekitar Jepang, dan dukungan RRC terhadap pangkalan industri pertahanan Rusia”.

    Pernyataan tersebut, yang dikeluarkan setelah pembicaraan Blinken dan Austin dengan Menteri Luar Negeri Jepang Yoko Kamikawa dan Menteri Pertahanan Minoru Kihara, juga mengonfirmasi rencana untuk mendirikan Markas Besar Pasukan Gabungan baru di Jepang, yang dipimpin oleh seorang komandan AS bintang tiga, untuk 54.000 personel militer yang ditempatkan di sana.

    Markas ini akan berfungsi sebagai mitra Komando Operasi Gabungan yang direncanakan Jepang untuk semua angkatan bersenjatanya, yang membuat kedua militer lebih gesit jika terjadi krisis di Taiwan atau semenanjung Korea.

    Pasukan AS di Jepang saat ini melapor kembali ke Komando Indo-Pasifik di Hawaii, sekitar 6.500 kilometer (4.000 mil).

    (yld/idn)

  • AS Akan Tingkatkan Struktur Komando Militer di Jepang

    AS Akan Tingkatkan Struktur Komando Militer di Jepang

    Jakarta

    Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin, akan mengumumkan peningkatan struktur komando AS di Jepang. AS dan Jepang merombak kerja sama militer dalam menghadapi China yang semakin tegas.

    Dilansir AFP, Minggu (28/7/2024), Amerika Serikat memiliki sekitar 54.000 personel militer di Jepang yang saat ini melapor kembali ke Komando Indo-Pasifik di Hawaii, sekitar 6.500 kilometer (4.000 mil) jauhnya dan 19 jam di belakang.

    Seorang pejabat militer AS mengatakan hari ini Austin akan bergabung dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken untuk pembicaraan “2+2” dengan rekan-rekan mereka di Tokyo. Mereka akan mengumumkan Markas Besar Pasukan Gabungan baru yang dipimpin oleh seorang komandan bintang tiga.

    Hal ini akan berfungsi sebagai mitra Komando Operasi Gabungan yang direncanakan Jepang untuk semua angkatan bersenjatanya, membuat kedua militer lebih gesit jika terjadi krisis di Taiwan atau semenanjung Korea.

    Didorong oleh kegelisahan tentang Tiongkok dan kekhawatiran tentang Korea Utara, Jepang dalam beberapa tahun terakhir telah melepaskan sikap pasifisnya yang ketat, meningkatkan pengeluaran pertahanan dan bergerak untuk memperoleh kemampuan “serangan balik”.

    Pada bulan April Presiden Joe Biden dan Perdana Menteri Jepang, Fumio Kishida, mengumumkan “era baru” dalam kerja sama pada pertemuan puncak di Gedung Putih.

    Bulan ini Jepang dan Filipina yang merupakan tempat perhentian berikutnya Blinken dan Austin untuk pembicaraan “2+2”, menandatangani pakta pertahanan yang akan memungkinkan pengerahan pasukan di wilayah masing-masing.

    Seperti halnya Manila, Jepang dan Korea Selatan juga telah berupaya untuk mengakhiri pertikaian mengenai Perang Dunia II. Presiden AS Joe Biden sempat menjamu para pemimpin kedua negara itu di Camp David pada bulan Agustus lalu.

    Menjelang pertemuan “2+2” Jepang-AS, Austin dan Menteri Pertahanan Jepang Minoru Kihara mengadakan pembicaraan trilateral dengan Shin Won-sik, Menteri Pertahanan Korea Selatan pertama yang mengunjungi Jepang dalam 15 tahun.

    Mereka menandatangani nota kesepahaman untuk lebih mempererat hubungan, termasuk dalam hal berbagi informasi dan latihan trilateral.

    “Kerja sama trilateral antara Jepang, Amerika Serikat, dan Korea Selatan telah menjadi lebih kuat dan tak tergoyahkan bahkan di bawah berbagai perubahan dalam situasi internasional,” kata Kihara kepada wartawan setelah pertemuan tersebut.

    (yld/gbr)

  • Serangan Houthi Ancam Laut Merah, Pengerahan Kapal Induk AS Diperpanjang

    Serangan Houthi Ancam Laut Merah, Pengerahan Kapal Induk AS Diperpanjang

    Washington DC

    Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin memerintahkan perpanjangan masa pengerahan kapal induk Dwight D Eisenhower, yang telah dikerahkan ke kawasan Timur Tengah selama lebih dari tujuh bulan terakhir.

    Kapal induk AS itu selama berbulan-bulan menjalankan misi mencegah kelompok Houthi, yang didukung Iran, menyerang kapal-kapal yang berlayar di Laut Merah dan sekitarnya.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Jumat (7/6/2024), seorang pejabat Pentagon atau Departemen Pertahanan AS, yang enggan disebut namanya, mengungkapkan bahwa kapal bertenaga nuklir yang juga disebut sebagai “Ike” itu telah diperpanjang pengerahannya untuk tambahan satu bulan lagi.

    Langkah ini diambil di tengah semakin meningkatnya serangan Houthi di perairan strategis tersebut.

    Kapal induk AS yang membawa Carrier Strike Group Two itu telah dikerahkan ke kawasan Timur Tengah sejak 14 Oktober tahun lalu, atau hanya beberapa hari setelah kelompok Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap Israel.

    Serangan Hamas itu menghidupkan kembali pertempuran di wilayah, yang beberapa hari sebelumnya disebut oleh penasihat keamanan nasional utama untuk Presiden AS Joe Biden mengalami “hari yang lebih tenang dibandingkan dua dekade lalu”.

    Tak lama setelah serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu dan rentetan pengeboman oleh Israel terhadap Jalur Gaza, kelompok Houthi mulai menargetkan kapal-kapal militer dan komersial di Laut Merah. Serangan-serangan itu menargetkan kapal-kapal yang dianggap memiliki hubungan dengan Israel.

    Namun pada praktiknya, Houthi juga menyerang beberapa kapal yang tidak memiliki hubungan dengan Israel atau sekutunya, AS. Salah satu kapal yang diserang adalah kapal yang berlayar menuju Yaman dengan membawa muatan makanan dan kapal tanker minyak yang dimiliki dan dioperasikan oleh China.

    Selain kapal induk AS itu, kelompok tempur Eisenhower juga mencakup kapal-kapal penghancur AS seperti USS Gravely dan USS Mason, serta kapal penjelajah USS Philippine Sea. Kelompok tempur AS itu juga mencakup sayap udara yang berbasis pada kapal induk Ike dan terdiri atas 6.000 personel.

    Pada Kamis (6/6) waktu setempat, militer AS mengatakan pasukannya telah menghancurkan 80 sistem udara tanpa awak (UAS) milik Houthi yang diluncurkan dari wilayah Yaman. Militer Washington juga menghancurkan dua kapal permukaan tanpa awak (USV) milik Houthi di Laut Merah.

    Selain itu, kapal-kapal koalisi AS juga menghancurkan sebuah UAS di atas Laut Merah, yang diluncurkan dari wilayah Yaman yang dikuasai Houthi.

    Sementara kelompok Houthi mengklaim telah meluncurkan rudal balistik antikapal (ASBM) dari wilayah Yaman mengarah ke Laut Merah. Tidak ada laporan korban luka maupun kerusakan akibat serangan itu.

    Namun insiden itu menunjukkan bagaimana pertempuran terus berlanjut, meskipun AS telah mengerahkan operasi militer selama berbulan-bulan untuk mencegah Houthi melancarkan serangannya. Kelompok Houthi sebelumnya menegaskan hanya akan menghentikan serangan setelah gencatan senjata tercapai di Jalur Gaza.

    Seorang pejabat pertahanan AS lainnya, yang enggan disebut namanya, mengatakan kepada Al Arabiya bahwa AS telah melancarkan 51 serangan pertahanan diri terhadap target-target Houthi. Sejak November tahun lalu, menurut pejabat AS itu, Houthi telah melancarkan lebih dari 170 serangan di Laut Merah dan sekitarnya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS-China Cari Cara Tangani Risiko di Tengah Ketegangan Taiwan

    AS-China Cari Cara Tangani Risiko di Tengah Ketegangan Taiwan

    Jakarta

    Menteri Pertahanan Cina Dong Jun bertemu dengan mitranya dari Amerika Serikat (AS), Lloyd Austin, di sela-sela KTT keamanan Shangri-La di Singapura. Pentagon menyambut baik rencana pembentukan “kelompok komunikasi krisis” AS-Cina, sementara Beijing menyebut pembicaraan itu “positif, praktis, dan konstruktif.”

    Dialog Shangri-La, yang diselenggarakan oleh International Institute for Strategic Studies (IISS) yang berbasis di London, menjadi barometer bagi intensitas ketegangan AS-Cina dalam beberapa tahun terakhir.

    Pertemuan menhan kedua negara adidaya itu selama satu jam pada Jumat (31/5), merupakan pertemuan militer tingkat tinggi AS-Cina pertama setelah Presiden AS Joe Biden dan Presiden Cina Xi Jinping sepakat untuk membuka kembali kontak militer-ke-militer pada November 2023.

    Cina telah memutuskan kontak setelah Ketua DPR AS saat itu, Nancy Pelosi, membuat marah Beijing dengan mengunjungi Taiwan pada Agustus 2022.

    “Kami setidaknya memiliki serangkaian komunikasi reguler antara kedua belah pihak untuk mengurangi kemungkinan salah perhitungan,” kata Amanda Hsiao, seorang ahli senior Cina di International Crisis Group (ICG), kepada DW.

    Meskipun membuka jalur komunikasi adalah tanda bahwa AS dan Cina ingin mengelola risiko konfrontasi dengan lebih baik, pidato dari Austin dan Dong di KTT tersebut menunjukkan bahwa kedua negara memiliki sudut pandang yang berlawanan tentang keamanan regional di Asia.

    Cina menyinggung “kekuatan eksternal”

    Dalam sesi pada Minggu (2/6) yang berjudul “Pendekatan Cina terhadap Keamanan Global”, Menteri Pertahanan Dong menekankan pentingnya hubungan militer-ke-militer yang stabil antara Cina dan AS.

    Pada saat yang sama, Dong menyalahkan “kekuatan eksternal” yang memicu ketegangan di Asia-Pasifik melalui “konfrontasi blok”. Dong tidak secara eksplisit menyebut nama AS, tetapi menyinggung pembangunan aliansi strategis Washington sebagai kekuatan yang mengganggu stabilitas akibat kekuatan eksternal.

    Sehari sebelumnya, pidato Menteri Pertahanan AS Austin di KTT tersebut menyoroti pembangunan aliansi Washington di bawah pemerintahan Biden sebagai ujung tombak keamanan regional.

    “Kami bekerja sama dengan sekutu dan mitra kami tidak seperti sebelumnya,” kata Austin, merujuk pada latihan militer bersama dengan Jepang, Korea Selatan, dan Filipina.

    Sebelum berangkat ke Singapura, Austin telah menulis di X bahwa AS telah “memberikan hasil bersejarah” di Indo-Pasifik dengan “berinvestasi dalam kemampuan, mengubah postur pasukan AS, dan menghubungkan sekutu dan mitra.”

    Menanggapi pidato Austin, Letnan Jenderal Cina Jing Jianfeng mengatakan, strategi AS dimaksudkan “untuk menciptakan perpecahan, memprovokasi konfrontasi, dan merusak stabilitas.”

    Menurut pakar ICG Hsiao, narasinya adalah bahwa “Cina memiliki niat damai, dan masalahnya bukan pada Cina, melainkan pada AS.”

    Cina memperingatkan ‘kelompok separatis’ Taiwan

    Soal Taiwan, yang menjadi pemantik utama yang berpotensi menimbulkan konflik di Asia, Dong menuduh AS telah mengirimkan “sinyal yang sangat salah” kepada “pasukan separatis” di pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu.

    Cina mengklaim Taiwan sebagai wilayanya, dan meskipun para pejabat Cina berulang kali mengatakan “penyatuan kembali secara damai”, retorika Beijing menyiratkan bahwa mereka bersedia untuk menggunakan kekuatan jika diperlukan.

    AS adalah penyokong keamanan utama Taiwan, dan Beijing menganggap hal ini sebagai campur tangan pihak luar dalam “urusan dalam negerinya.”

    AS dan negara-negara Barat lainnya tidak memiliki hubungan diplomatik formal dengan Taiwan. Namun, memberikan dukungan tidak langsung, misalnya, melalui kunjungan politik tingkat tinggi, tanpa secara langsung mengakui pulau itu sebagai negara yang merdeka.

    Ketegangan di Laut Cina Selatan

    Selain masalah Taiwan, perselisihan maritim di Laut Cina Selatan adalah titik sengketa lainnya antara AS dan Cina.

    Meskipun ada keputusan internasional pada tahun 2016 yang menolak klaim teritorial Cina, Beijing bersikeras bahwa sebagian besar Laut Cina Selatan adalah milik Cina, bahkan bagian yang berjarak lebih dari seribu mil dari daratan Cina.

    Bulan lalu, AS dan Filipina mengakhiri latihan militer gabungan berskala besar, saat kapal-kapal Cina terus mengganggu kapal-kapal Filipina di Zona Ekonomi Eksklusif Filipina yang diklaim oleh Cina.

    Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. menjadi pembicara utama di KTT Singapura dan membuka dengan pidato yang bersumpah bahwa Filipina akan merespons jika ada tentara Filipina yang terbunuh oleh penggunaan meriam air oleh Cina terhadap kapal-kapal Filipina. Dia juga menegaskan, “Filipina tidak akan mengalah” dalam masalah kedaulatan.

    Menteri Pertahanan AS Austin juga memperingatkan, “pelecehan yang dihadapi Filipina sangat berbahaya.” Dia menekankan, “setiap negara, besar atau kecil, memiliki hak untuk menikmati sumber daya maritimnya sendiri.”

    pkp/as

    (ita/ita)

  • Asia-Pasifik Prioritas, AS Akan Aman Jika Asia Juga Aman

    Asia-Pasifik Prioritas, AS Akan Aman Jika Asia Juga Aman

    Jakarta

    Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat Lloyd Austin mengatakan bahwa kawasan Asia-Pasifik tetap menjadi “prioritas” bagi Washington. Dia mengatakan bahwa Amerika Serikat akan aman “hanya jika Asia juga aman”.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (1/6/2024), Lloyd menyampaikan pernyataan tersebut di forum keamanan besar di Singapura, sehari setelah dia bertemu dengan Menhan China Dong Jun.

    “Amerika Serikat hanya bisa aman jika Asia aman dan itulah sebabnya Amerika Serikat telah lama mempertahankan kehadirannya di kawasan ini,” kata Austin pada forum Dialog Shangri-La, yang dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi barometer hubungan AS-China.

    Austin mengatakan, meskipun konflik bersejarah terjadi di Eropa dan Timur Tengah, Asia-Pasifik “tetap menjadi wilayah operasi prioritas kami”.

    Amerika Serikat terus berupaya memperkuat aliansi dan kemitraan di kawasan Asia-Pasifik, khususnya dengan Filipina, dalam upayanya melawan kekuatan dan pengaruh militer China yang semakin besar.

    Seiring dengan memperdalam hubungan pertahanan, AS juga meningkatkan latihan militer gabungan, sambil secara teratur mengerahkan kapal perang dan jet tempur di Selat Taiwan dan Laut China Selatan – yang membuat marah para pemimpin China.

    Pemerintah China memandang hal ini sebagai bagian dari upaya AS selama puluhan tahun untuk membendungnya.

    Dialog Shangri-La tahun ini digelar seminggu setelah China mengadakan latihan militer di sekitar Taiwan setelah pelantikan Presiden Lai Ching-te, yang oleh Beijing digambarkan sebagai “separatis berbahaya”.

    Filipina, sekutu Amerika Serikat, merupakan fokus utama upaya Washington di kawasan Asia.

    Mengingat posisinya di Laut China Selatan dan kedekatannya dengan Taiwan, yang diklaim China sebagai wilayahnya, dukungan Filipina akan sangat penting bagi Amerika Serikat jika terjadi konflik.

    Austin menegaskan pada hari Sabtu (1/6), bahwa komitmen AS untuk membela Filipina berdasarkan perjanjian pertahanan bersama mereka tetap “kuat”. Hal ini disampaikan seiring konfrontasi yang berulang kali antara kapal-kapal China dan Filipina di Laut Cina Selatan telah memicu kekhawatiran akan konflik yang lebih luas.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)