Tag: Lloyd Austin

  • AS Desak Israel Perbaiki Situasi di Gaza – Espos.id

    AS Desak Israel Perbaiki Situasi di Gaza – Espos.id

    Perbesar

    ESPOS.ID – Kondisi reruntuhan di Gaza Utara, di mana Israel juga menahan sejumlah orang, Jumat (25/10/2024). (Istimewa/X/PalYouthNews)

    Esposin, GAZA — Pemerintah Amerika Serikat telah mendapatkan komitmen lebih lanjut dari Israel dalam dua hari terakhir mengenai situasi di Jalur Gaza, ungkap Gedung Putih pada Rabu (13/11/2024). 

    Perkembangan tersebut muncul setelah adanya laporan dari kelompok bantuan yang mengatakan Israel belum menjalani tuntutan bantuan AS dalam waktu 30 hari, menurut surat tertanggal 13 Oktober 2024.

    Promosi
    Berdayakan Perempuan, BRI Raih Indonesia Women’s Empowerment Principles Awards

    Surat yang ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, dan Menteri Pertahanan, Lloyd Austin, menguraikan tuntutan khusus, termasuk persyaratan minimal 350 truk bantuan untuk memasuki Gaza setiap hari.

    Surat itu juga meminta Israel untuk menahan diri dari mengadopsi undang-undang kontroversial yang akan melarang semua kegiatan Badan Bantuan dan Pekerjaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNRWA) di Israel dan wilayah pendudukan.

    Delapan organisasi bantuan kemanusiaan, termasuk Anera dan Oxfam, merilis laporan pada Selasa (12/11/2024) yang menyatakan bahwa Israel “tidak hanya gagal memenuhi kriteria AS yang mengindikasikan dukungan terhadap respons kemanusiaan, tetapi juga mengambil tindakan yang secara dramatis memperburuk situasi di lapangan, khususnya di Gaza utara.”

    Sementara itu, Penasehat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan mengatakan kepada wartawan bahwa dirinya telah bertemu Menteri Urusan Strategis Israel Ron Dermer pada Selasa untuk membahas secara rinci dan konstruktif mengenai situasi terbaru di Timur Tengah.

    Menegaskan AS mendesak peningkatan jumlah bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza, Sullivan mengatakan “Kami telah membuat beberapa kemajuan dalam hal itu. Kami memperoleh komitmen lebih lanjut dari pihak Israel selama beberapa hari terakhir. Kami ingin komitmen tersebut ditindaklanjuti,” katanya sebagaimana dikutip dari Anadolu yang dilansir Antara, Kamis (14/11/2024). 

    “Kami yakin bahwa dapat terus menangani semua isu yang relevan, baik itu bantuan kemanusiaan atau memastikan pertahanan Israel terhadap serangan Iran atau mengupayakan gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan di Gaza, atau pada akhirnya membawa resolusi diplomatik ke Lebanon, yang tengah kami garap secara aktif,” katanya. “Kami akan terus melakukannya setiap hari selama kami masih menjabat.”

    DIa mengatakan pemerintahan Biden telah mengirim sinyal kepada pemerintahan Trump yang akan datang bahwa mereka siap berkoordinasi dalam perjanjian sandera Gaza, menambahkan bahwa topik tersebut dibahas dalam pertemuan antara Presiden Joe Biden dan Presiden terpilih Donald Trump di Gedung Putih pada Rabu.

    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram “Solopos.com Berita Terkini” Klik link ini.

  • Prabowo Bertemu Menhan AS Lloyd Austin untuk Tukar Informasi, Apa yang Dibahas?

    Prabowo Bertemu Menhan AS Lloyd Austin untuk Tukar Informasi, Apa yang Dibahas?

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto mengamini melakukan banyak pembicaraan saat bertemu dengan Menteri Pertahanan (Menhan) Amerika Serikat (AS) Lloyd J. Austin, Kamis (14/11/2024).

    “Kami berhubungan baik. Saya sama beliau sudah bekerja sama lama. Ya kami bicara masalah-masalah yang aktual, kerjasama antara kedua negara. Tukar menukar informasi dan pandangan. Saya kira itu intinya,” ujarnya kepada wartawan.

    Untuk diketahui, Lloyd James Austin III adalah pensiunan jenderal Angkatan Darat AS yang saat ini menjabat sebagai Menteri Pertahanan Amerika Serikat ke-28.

    Pria berusia 70 tahun itu meninggalkan angkatan bersenjata setelah masa jabatan 41 tahun yang gemilang dan dilantik ke jabatan saat ini pada 22 Januari 2021.

    Sebelumnya, pertemuan keduanya terjadi di sela-sela kegiatan IISS Shangri-La Dialogue 2024 di Singapura, Sabtu (1/6/2024). Saat itu keduanya masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan.

    Pertemuan keduanya di Singapura itu, dimaksudkan untuk memperkuat kemitraan jangka panjang antara kedua negara dan mendiskusikan masalah-masalah kepentingan bersama.

    Pada pertemuan itu, Prabowo menyampaikan apresiasinya terhadap dukungan AS dalam kerja sama untuk memodernisasi peralatan pertahanan Indonesia untuk memenuhi kekuatan TNI.

    Kedua negara juga menyadari pentingnya kerja sama bilateral dalam modernisasi pertahanan untuk mengembangkan kemampuan dalam menghadapi berbagai ancaman dengan efektif.

    “Saya menyampaikan apresiasi kepada dukungan Amerika Serikat terkait kerja sama dalam memodernisasi alutsista Indonesia. Hal ini penting untuk pemenuhan kekuatan pokok TNI,” ujar Prabowo, Sabtu (1/6/2024).

  • Bukan Cuma OECD dan BRICS, Prabowo Ingin RI Gabung di Banyak Organisasi

    Bukan Cuma OECD dan BRICS, Prabowo Ingin RI Gabung di Banyak Organisasi

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto mengatakan Indonesia bakal mencoba setiap jalur untuk bergabung dalam sejumlah organisasi internasional di bidang ekonomi.

    Dia menyebut wajar bagi pemerintah mengambil semua peluang yang ada, termasuk aksesi ke Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi  atau Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD). Di sisi lain, Prabowo juga ingin RI bergabung dengan organisasi BRICS (Brazil, Russia, India, China, South Africa).

    “Saya kira tak ada masalah, kami juga ikut IPEF, kami juga ikut CPTPP. Ya kami ikut beberapa kelompok. Untuk ekonomi kami ingin mencari yang terbaik, peluang-peluang untuk ekonomi kita. Kami harus memikirkan kesejahteraan rakyat kan,” pungkas Prabowo usai bertemu Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin, Kamis (14/11/2024)

    Sebelumnya, Presiden AS Joe Biden menyatakan dukungannya terhadap upaya Indonesia untuk mempercepat permohonan aksesi ke Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). 

    Biden berharap dengan bergabungnya Indonesia dengan OECD dapat menyediakan jalur menuju pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat dan berkualitas tinggi melalui kebijakan yang lebih kuat dan lebih bertanggung jawab.

    Saat proses tersebut berlangsung, kata Biden, AS dapat bekerja sama dengan pemerintah Indonesia untuk memastikan keberhasilannya dalam menyelaraskan dengan standar dan praktik terbaik OECD, termasuk dengan mendukung Indonesia saat melaksanakan semua reformasi ekonomi, tata kelola, perdagangan, dan ketenagakerjaan yang diperlukan.

    Prabowo dan Biden juga menyatakan komitmen mereka terhadap sistem perdagangan internasional berbasis aturan dan mengakui pentingnya lembaga dan norma multilateral yang mempromosikan perdagangan bebas dan adil. Kedua pemimpin berjanji untuk memajukan dialog dan konsultasi dalam menyelesaikan sengketa WTO.

  • AS Luncurkan Serangan Udara ke Kelompok Houthi di Yaman

    AS Luncurkan Serangan Udara ke Kelompok Houthi di Yaman

    Washington DC

    Amerika Serikat (AS) meluncurkan serangkaian serangan terhadap apa yang mereka klaim target-target Houthi di Yaman. Serangan itu dilakukan dengan pesawat tempur AS.

    Dilansir AFP dan CNN, Minggu (10/11/2024), pejabat pertahanan AS menyebut serangan itu dilakukan pada Sabtu malam. AS mengklaim serangan itu menargetkan sejumlah fasilitas penyimpanan senjata di sedikitnya tiga lokasi.

    Fasilitas-fasilitas tersebut dianggap menjadi tempat Houthi menampung senjata konvensional canggih yang digunakan untuk menargetkan kapal-kapal di Laut Merah dan Teluk Aden. Houthi yang didukung Iran telah berbulan-bulan menargetkan kapal-kapal di Laut Merah, salah satu jalur air tersibuk di dunia, dan menyebut serangan itu sebagai respons terhadap perang Israel di Gaza melawan Hamas.

    Houthi, Hamas, dan Hizbullah semuanya merupakan bagian dari aliansi yang dipimpin Iran yang mencakup Yaman, Suriah, Gaza, dan Irak yang telah menyerang Israel dan sekutu-sekutunya sejak perang dimulai pada 2023. Mereka mengatakan tidak akan berhenti menyerang Israel dan sekutunya sampai gencatan senjata tercapai di daerah kantong Palestina tersebut.

    Pada pertengahan Oktober, setelah lebih dari setahun serangan oleh Houthi terhadap kapal-kapal AS dan internasional, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin mengumumkan bahwa AS menyerang kelompok militan tersebut menggunakan pesawat pengebom siluman B-2 untuk pertama kalinya. Austin mengatakan dia mengizinkan serangan tersebut atas arahan Presiden AS Joe Biden untuk ‘semakin melemahkan’ kemampuan Houthi.

    Pesawat pengebom B-2, yang dapat membawa muatan yang jauh lebih besar daripada jet tempur, merupakan pesan yang jelas bagi Iran, dengan Austin mengatakan setelahnya bahwa AS dapat menyerang target ‘yang berusaha dijauhkan oleh musuh kita, tidak peduli seberapa dalam terkubur di bawah tanah, diperkeras, atau dibentengi’.

    (haf/imk)

  • Timur Tengah Memanas, 6 Pesawat Pengebom B-52 AS Siaga di Qatar

    Timur Tengah Memanas, 6 Pesawat Pengebom B-52 AS Siaga di Qatar

    Pengerahan semacam itu sebelumnya, sebut Haaretz, “telah membantu (Yordania) — bersama dengan Angkatan Udara Israel dan negara-negara lainnya — untuk mencegat serangan pertama Iran terhadap Israel pada 13 April lalu, yang mencakup puluhan rudal jelajah dan drone, serta rudal balistik yang diluncurkan ke Israel”.

    Usai pembunuhan Nasrallah, Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin memerintahkan kapal perang USS Lincoln untuk tetap siaga di kawasan untuk mencegah Iran melancarkan serangan merespons kematian pemimpin kelompok yang didukungnya tersebut.

    Sejak saat itu, skuadron tambahan juga telah dikerahkan oleh AS dan sejumlah kapal-kapal penghancur rudal, yang mampu mencegat rudal balistik, rudal jelajah dan drone di udara, tetap disiagakan di perairan Laut Merah dan Laut Mediterania.

    Situasi di kawasan semakin tegang setelah bulan lalu, rentetan pengeboman udara Israel selama berjam-jam telah menghancurkan sebagian besar pertahanan udara Iran. Menanggapi pengeboman itu, Teheran bersumpah akan melancarkan serangan pembalasan.

    Ada indikasi bahwa serangan balasan Iran kemungkinan datang dari wilayah Irak, yang diduga melibatkan serangan drone besar-besaran, sementara rudal-rudal balistik terbesar masih berada di wilayah Iran. Kendati demikian, milisi-milisi Irak yang beraliansi dengan Iran juga memiliki kemampuan rudal dan balistik.

    (nvc/ita)

  • 8 Ribu Tentara Korut Sudah Sampai di Dekat Ukraina

    8 Ribu Tentara Korut Sudah Sampai di Dekat Ukraina

    Moskow

    Sebanyak 8 ribu dari 10 ribu tentara Korea Utara sudah sampai di dekat Ukraina. Tentara Kim Jong-Un dikerahkan Rusia untuk menyerang tetangganya itu.

    Dilansir AFP, Jumat (1/11/2024), informasi kedatangan 8 ribu pasukan Korea Utara ini disampaikan pihak intelijen Amerika Serikat (AS), disampaikan Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken.

    “Kami belum melihat pasukan ini dikerahkan dalam pertempuran melawan pasukan Ukraina, tetapi kami memperkirakan itu akan terjadi dalam beberapa hari mendatang,” kata Blinken dalam konferensi pers setelah pembicaraan empat arah dengan menteri luar negeri dan pertahanan Korea Selatan.

    Posisi 8 ribu tentara Pyongyang itu sudah sampai di Kursk, kota di Rusia yang berada di sebelah timur laut Ukraina. Bagi Rusia, ini adalah pertama kalinya sejak satu abad bahwa negara tersebut mengundang tentara asing untuk bertempur.

    Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan bahwa pasukan Korea Utara dipasok dengan seragam buatan Rusia.

    “Jangan salah, jika pasukan Korea Utara ini terlibat dalam operasi tempur atau dukungan tempur terhadap Ukraina, mereka akan menjadikan diri mereka sebagai target militer yang sah,” kata Austin.

    Rusia telah melatih pasukan Korea Utara dalam artileri, pesawat tanpa awak, operasi artileri dasar, dan pembersihan parit. Menurut AS, Rusia bermaksud menempatkan tentara-tentara dari Asia ini sebagai pasukan garis depan.

    (dnu/zap)

  • Ancaman AS ke Korut Jika Nekat Bantu Rusia Bisa Masuk Kantong Mayat

    Ancaman AS ke Korut Jika Nekat Bantu Rusia Bisa Masuk Kantong Mayat

    Badan mata-mata Korea Selatan (Korsel) sebelumnya melaporkan bahwa Korut telah mengirimkan ribuan tentaranya, termasuk pasukan khusus elite, ke Rusia. Otoritas AS, pada Senin (28/10) waktu setempat, melaporkan bahwa 10.000 tentara Korut saat ini sedang berlatih di wilayah Rusia.

    Pyongyang membantah telah mengirimkan pasukannya ke Rusia. Namun Wakil Menlu Korut untuk Urusan Rusia, Kim Jong Gyu, dalam pernyataan via media pemerintah pekan lalu, mengatakan bahwa jika pengerahan pasukan seperti itu dilakukan, maka akan sejalan dengan norma-norma global.
    Korut dan Rusia sama-sama berada di bawah sanksi PBB, dengan Pyongyang karena program senjata nuklirnya dan Moskow karena invasinya ke Ukraina.

    Menhan AS-Korsel Serukan Korut Tarik Pasukan dari Rusia

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin dan Menhan Korsel Kim Yong Hyun, pada Rabu (30/10), kompak menyerukan agar Korut menarik mundur pasukan mereka dari Rusia. Seruan ini disampaikan saat kekhawatiran internasional meluas atas prospek tentara-tentara Korut ikut berperang melawan pasukan Ukraina.

    “Saya menyerukan kepada mereka (Korut-red) untuk menarik pasukan mereka keluar dari Rusia,” ucap Austin saat berbicara di Pentagon, melontarkan seruan serupa dari Menhan Korsel yang berdiri di sebelahnya.

    “Jika tentara Korea Utara bertempur bersama tentara Rusia dalam konflik ini dan menyerang tentara Ukraina, maka tentara Ukraina berhak membela diri. Mereka menjadi pihak yang berperang, dan Anda memiliki alasan untuk meyakini bahwa… mereka akan terbunuh dan terluka akibat pertempuran,” sebutnya.

    Austin menyebut tentara Korut itu dilengkapi dengan seragam dan senjata militer Rusia.

    Menyampaikan informasi senada, Duta Besar Ukraina untuk PBB Sergiy Kyslytsya menyebut pasukan Korut mengenakan seragam militer Rusia dan berbaur dengan unit etnis minoritas untuk menyembunyikan mereka.

    Kim Yong Hyun, yang berbicara melalui penerjemah, menyebut pengerahan pasukan Korut ke Rusia “bisa mengakibatkan peningkatan ancaman keamanan di Semenanjung Korea”.

    Hal itu, menurut Kim Yong Hyun, dikarenakan adanya “kemungkinan besar” bagi Pyongyang untuk meminta transfer teknologi dari Moskow untuk membantu program persenjataannya — termasuk senjata nuklir taktis, rudal balistik antarbenua dan satelit pengintaian — sebagai imbalan atas pengerahan pasukan mereka.

    (whn/isa)

  • Jika Tentara Masuk Ukraina, Pulang dalam Kantong Mayat

    Jika Tentara Masuk Ukraina, Pulang dalam Kantong Mayat

    Pyongyang membantah telah mengirimkan pasukannya ke Rusia. Namun Wakil Menlu Korut untuk Urusan Rusia, Kim Jong Gyu, dalam pernyataan via media pemerintah pekan lalu, mengatakan bahwa jika pengerahan pasukan seperti itu dilakukan, maka akan sejalan dengan norma-norma global.

    Korut dan Rusia sama-sama berada di bawah sanksi PBB, dengan Pyongyang karena program senjata nuklirnya dan Moskow karena invasinya ke Ukraina.

    Menhan AS-Korsel Serukan Korut Tarik Pasukan dari Rusia

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Lloyd Austin dan Menhan Korsel Kim Yong Hyun, pada Rabu (30/10), kompak menyerukan agar Korut menarik mundur pasukan mereka dari Rusia. Seruan ini disampaikan saat kekhawatiran internasional meluas atas prospek tentara-tentara Korut ikut berperang melawan pasukan Ukraina.

    “Saya menyerukan kepada mereka (Korut-red) untuk menarik pasukan mereka keluar dari Rusia,” ucap Austin saat berbicara di Pentagon, melontarkan seruan serupa dari Menhan Korsel yang berdiri di sebelahnya.

    “Jika tentara Korea Utara bertempur bersama tentara Rusia dalam konflik ini dan menyerang tentara Ukraina, maka tentara Ukraina berhak membela diri. Mereka menjadi pihak yang berperang, dan Anda memiliki alasan untuk meyakini bahwa… mereka akan terbunuh dan terluka akibat pertempuran,” sebutnya.

    Austin menyebut tentara Korut itu dilengkapi dengan seragam dan senjata militer Rusia.

    Dia juga mengatakan bahwa tentara Korut itu diperkirakan akan mulai bertempur melawan pasukan Ukraina pada November mendatang.

    Kim Yong Hyun, yang berbicara melalui penerjemah, menyebut pengerahan pasukan Korut ke Rusia “bisa mengakibatkan peningkatan ancaman keamanan di Semenanjung Korea”.

    Hal itu, menurut Kim Yong Hyun, dikarenakan adanya “kemungkinan besar” bagi Pyongyang untuk meminta transfer teknologi dari Moskow untuk membantu program persenjataannya — termasuk senjata nuklir taktis, rudal balistik antarbenua dan satelit pengintaian — sebagai imbalan atas pengerahan pasukan mereka.

    (nvc/idh)

  • Korut Tembak Rudal Balistik ke Laut Timur!

    Korut Tembak Rudal Balistik ke Laut Timur!

    Jakarta

    Korea Utara menembakkan rudal balistik tak dikenal ke perairan timur laut semenanjung Korea pada hari Kamis waktu setempat. Tembakan diluncurkan setelah pertemuan pimpinan pertahanan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) di Pentagon.

    Dilansir dari Yonhap, Kamis (31/10/2024), Militer Korsel tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai tembakan rudal Korut. Saat ini, analisis sedang dilakukan.

    Peluncuran itu terjadi beberapa jam setelah kepala pertahanan Korea Selatan dan Amerika Serikat mengutuk pengerahan pasukan Korea Utara ke Rusia di Pentagon.

    Korut terakhir kali menembakkan beberapa rudal balistik jarak pendek pada tanggal 18 September.

    Dilansir AFP, Kamis (31/10/2024), Pimpinan pertahanan AS dan Korea Selatan Korsel menyerukan agar Korut menarik pasukannya dari Rusia. AS menyebut sekitar 10.000 telah dikerahkan untuk melawan pasukan Ukraina.

    AS dan Korsel meyakini pengiriman pasukan Pyongyang ke medan tempur melawan pasukan Kyiv akan menimbulkan eskalasi signifikan sehingga memicu kekhawatiran internasional yang meluas.

    “Saya menyerukan kepada mereka untuk menarik pasukan mereka dari Rusia,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Pentagon. Hadir pula Menteri Pertahanan Korsel Kim Yong-hyun, di sampingnya.

    Sementara itu, Kim mengatakan dia yakin pengerahan pasukan Korea Utara “dapat mengakibatkan meningkatnya ancaman keamanan di semenanjung Korea.”

    (taa/taa)

  • AS hingga Korsel Serukan Korut Tarik Pasukan dari Rusia

    AS hingga Korsel Serukan Korut Tarik Pasukan dari Rusia

    Jakarta

    Korea Utara (Korut) mengirimkan 10 ribuan pasukan Pyongyang ke medan tempur membantu Rusia melawan pasukan Ukraina. Merespons hal ini, Pimpinan pertahanan Amerika Serikat (AS) dan Korea Selatan (Korsel) menyerukan agar Korut menarik pasukannya dari Rusia.

    Dilansir AFP, Kamis (31/10/2024), Rusia dan Korut telah memperdalam aliansi politik dan militer selama perang bergulir. Namun, mengirim pasukan Pyongyang ke medan tempur melawan pasukan Kyiv akan menimbulkan eskalasi signifikan sehingga memicu kekhawatiran internasional yang meluas.

    “Saya menyerukan kepada mereka untuk menarik pasukan mereka dari Rusia,” kata Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin di Pentagon. Hadir pula Menteri Pertahanan Korsel Kim Yong-hyun, di sampingnya.

    Austin mengatakan Amerika Serikat akan terus bekerja dengan sekutu dan mitra untuk mencegah Rusia menggunakan pasukan tersebut dalam pertempuran.

    Sementara itu, Kim mengatakan dia yakin pengerahan pasukan Korea Utara “dapat mengakibatkan meningkatnya ancaman keamanan di semenanjung Korea.”

    Hal tersebut lantaran “kemungkinan besar” Pyongyang akan meminta transfer teknologi dari Rusia untuk membantu program persenjataannya “termasuk senjata nuklir taktis, rudal balistik antarbenua, dan satelit pengintaian–sebagai imbalan atas pengerahan pasukannya,” katanya.

    Namun dia tidak mengumumkan perubahan pada kebijakan lama Seoul yang melarangnya menjual senjata ke zona konflik aktif termasuk Ukraina. Seperti diketahui, AS dan Ukraina sebelumnya meminta Korsel mempertimbangkan kebijakan tersebut.

    Pentagon mengatakan pada hari sebelumnya bahwa “sejumlah kecil” pasukan Korea Utara telah dikerahkan di wilayah Kursk Rusia, tempat pasukan Ukraina telah melakukan serangan darat sejak Agustus.

    Gedung Putih mengatakan bahwa pasukan Pyongyang akan menjadi “target militer yang sah” jika mereka berperang melawan Ukraina.

    Jika pasukan Korea Utara “bertempur bersama tentara Rusia dalam konflik ini dan menyerang tentara Ukraina, tentara Ukraina berhak untuk membela diri,” kata Austin.

    Mereka akan menjadi “pihak yang berperang bersama, dan Anda punya banyak alasan untuk percaya bahwa… mereka akan terbunuh dan terluka akibat pertempuran,” tambahnya.

    Pyongyang membantah telah mengirim pasukan ke Rusia, tetapi wakil menteri luar negerinya mengatakan bahwa jika pengerahan semacam itu terjadi, itu akan sejalan dengan norma-norma global.

    Korea Utara dan Rusia sama-sama dikenai sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Pyongyang dijatuhkan sanksi atas program senjata nuklirnya, sementara Moskow atas perang Ukraina.

    Menteri Luar Negeri Korea Utara Choe Son Hui berada di Moskow pada hari Rabu untuk mengadakan pembicaraan “strategis” dengan mitranya dari Rusia Sergei Lavrov, sementara Wang Yi selaku diplomat tertinggi untuk Tiongkok, sekutu diplomatik utama Pyongyang, tengah membahas krisis Ukraina dengan wakil menteri luar negeri Rusia di Beijing.

    (taa/taa)