Tag: Lisa

  • Apple dan WWF Indonesia Kolaborasi Jaga Bukit Tigapuluh di Sumatra, Begini Caranya

    Apple dan WWF Indonesia Kolaborasi Jaga Bukit Tigapuluh di Sumatra, Begini Caranya

    Liputan6.com, Jakarta – Apple memperluas komitmen mereka untuk menjaga lingkungan di Indonesia. Kali ini, perusahaan bermitra dengan WWF (World Wild Fund) Indonesia untuk melindungi lanskap Bukti Tigapuluh di Sumatra.

    Dikenal sebagai salah satu hutan hujan tropis dataran rendah terakhir di Pulau Sumatra, kawasan ini menjadi rumah bagi satwa langka seperti gajah Sumatra, harimau Sumatra, dan orangutan.

    Pengumuman kerja sama ini juga menjadi bagian upaya jangka panjang perusahaan berbasis di Cupertino tersebut dalam mendukung konservasi berbasis teknologi dan komunitas.

    Dijelaskan, selama satu dekade terakhir ini Bukit Tigapuluh sudah menjadi fokus konservasi WWF Indonesia bersama mitra lokal, termasuk sejumlah masyarakat adat berperang aktif menjaga kelestarian hutan.

    Lewat kolaborasi ini, Apple fokus dalam dua hal. Pertama adalah program Eyes on the Forest, di mana ini adalah sistem pemantauan kejahatan kehutanan memanfaatkan citra satelit, intelijen lokal, serta patroli di lapangan.

    Program ini juga bertujuan mendeteksi aktivitas pembalakan liar sekaligus memperkuat koordinasi antar staf taman nasional, pemerintah daerah, dan komunitas setempat.

    Kedua adalah pemantauan satwa liar melalui camera trap survey di seluruh lanskap Bukit Tigapuluh. Teknologi ini digunakan untuk mendeteksi populasi satwa Sumatra, meminimalkan konflik manusia dan satwa.

    Tak hanya itu, fokus ini juga diharapkan dapat mengidentifikasi wilayah membutuhkan restorasi habitat dan peningkatan pengelolaan.

    “Kami bangga dapat mendukung pekerjaan penting WWF-Indonesia untuk restorasi lanskap Bukit Tigapuluh di Sumatra, dan membantu melindungi masyarakat serta satwa liar bergantung pada ekosistem berharga ini,” kata Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy and Social Initiatives Apple, baru-baru ini.

    Menurut Lisa, kolaborasi dengan mitra lokal menjadi kunci keberhasilan konservasi jangka panjang. Perusahaan menilai, pendekatan melibatkan komunitas adat dan masyarakat sekitar mampu menjaga keseimbangan antara pelestarian alam dan keberlanjutan sosial.

    Hal serupa diungkap oleh WWF Indonesia. CEO WWF-Indonesia Aditya Bayunanda menilai, Bukit Tigapuluh sebagai aset keanekaragaman hayati global sangat krusial.

    “Lanskap Bukit Tigapuluh merupakan harta karun keanekaragaman hayati global, rumah bagi beberapa spesies paling ikonik dan terancam punah di dunia,” ujar Aditya. “Kemitraan dengan Apple menunjukkan kekuatan kolaborasi dalam memajukan pekerjaan penting yang dilakukan oleh tim kami dan masyarakat adat setempat di lapangan.”

    Kemitraan ini juga sejalan dengan target besar Apple untuk menjadi perusahaan carbon neutral pada akhir dekade ini. Perusahaan menargetkan penurunan emisi gas rumah kaca hingga 75 persen dibandingkan baseline tahun 2015 di seluruh jejak operasional perusahaan.

  • Apple Klaim Produk Makin Ramah Lingkungan, iPhone 17 dan MacBook Air Jadi Awal Perubahan

    Apple Klaim Produk Makin Ramah Lingkungan, iPhone 17 dan MacBook Air Jadi Awal Perubahan

    Apple menegaskan komitmen mereka untuk terus melindungi lingkungan lebih dari sekadar janji dan ucapan manis semata. Hingga saat ini, perusahaan berbasis di Cupertino tersebut mengklaim sudah memangkas jejak karbon global hingga 60 persen ketimbang di 2015.

    Namun, raksasa teknologi ini akan menghadapi tantangan terbesar mereka. Perusahaan menyebutkan, Apple memiliki target untuk netral karbon secara penuh pada 2030 atau lebih dikenal dengan misi Apple 2030.

    Terkait hal tersebut, Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy, and Social Initiatives Apple, mengungkap isu lingkungan menjadi tanggung jawab moral perusahaan, bukan hanya sebuah strategi bisnis semata.

    Menurut Lisa, Apple ingin memastikan setiap langkah strategis bisnis meninggalkan dampak positif bagi planet. “Di Apple, kami sangat percaya kami memiliki tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan dengan cara membuat dunia lebih baik dari saat kami menemukannya,” kata Lisa.

    Ia mengungkap, saat ini perusahaan sudah menjalankan seluruh operasional dengan 100 persen energi terbarukan dan mengklaim telah carbon neutral sejak 2020. “Apple 2030 membawa target jauh lebih besar karena mencakup seluruh rantai distribusi, mulai dari produk, pemasok, hingga penggunaan perangkat oleh konsumen.”

    Ditemui usai memberikan keynote di acara wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali baru-baru ini, Lisa menjelaskan, Apple sejak awal menyadari nol emisi mutlak hampir mustahil dicapai.

    “Karena itu, perusahaan menargetkan pengurangan emisi hingga 75 persen. Sisanya akan diseimbangkan melalui investasi pada alam,” katanya. Upaya tersebut mencakup perlindungan hutan, restorasi mangrove, dan pelestarian padang rumput di berbagai belahan dunia.

    “Apple telah menghitung secara ilmiah seberapa besar karbon yang diserap oleh alam untuk menyeimbangkan emisi tersisa.” Meski perkembangannya signifikan, perusahaan mendapati tantangan mereka semakin berat.

     

  • Bukan Ceramah, Ini Cara Apple Developer Academy Mendidik Mahasiswa di Indonesia

    Bukan Ceramah, Ini Cara Apple Developer Academy Mendidik Mahasiswa di Indonesia

    Liputan6.com, Bali – Apple Developer Academy baru saja meluluskan sekitar 500 siswa mereka di Batam, Surabaya, Jakarta, dan Bali. Dalam acara tersebut, Apple menjelaskan bagaimana inovasi di dunia pendidikan tidak selalu lahir dari teknologi terbaru.

    Disebutkan, fondasi terpenting di Apple Developer Academy terletak pada metode belajar yang disebut challenge-based learning. Di akademi, siswa langsung hadapkan pada tantangan nyata tanpa panduan langkah demi langkah.

    “Di Apple Developer Academy, mahasiswa tidak datang ke kelas hanya untuk mendengar dosen ceramah,” Lisa Jackson, Vice President, Environment, Policy, and Social Initiative Apple usai menyampaikan keynote di wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali, baru-baru ini.

    Lewat pendekatan ini, mahasiswa tidak duduk pasif mendengarkan ceramah. Sejak hari pertama, mereka langsung dihadapkan pada tantangan nyata tanpa panduan langkah demi langkah.

    Ia menjelaskan, “kamu mungkin tidak tahu harus mulai dari mana. Dunia ada di luar sana, buka internet, tanya teman-teman kamu, cari tahu sendiri.”

    Dengan masuknya teknologi AI justru memperkuat pendekatan tersebut. Hambatan teknis seperti coding kini jauh berkurang berkat bantuan AI. Mahasiswa bisa bekerja lebih cepat menuju tahap berpikir mendalam dan pengambilan keputusan.

    Lisa menekankan, kehadiran AI malah membuat proses belajar semakin dalam. Jika sebelumnya coding jadi penghalang bagi sebagian orang, AI kini dapat membantu mahasiswa melompati hambatan teknis.

    “Bila dulu coding terasa seperti penghambat, sekarang bisa banyak dibantu dengan AI. Jadi mahasiswa bisa melangkah lebih jauh dan berpikir lebih dalam,” ujarnya. “Teknologi akan terus berubah. Yang kami bangun di akademi adalah cara berpikir dan membuat siswa tetap relevan di masa depan.”

    Challenge-based learning juga menjadi alasan kenapa Apple Developer Academy selalu adaptif. Ketika muncul teknologi baru, termasuk AI, perusahaan tidak memperlakukannya sebagai hambatan. Tantangan tersebut langsung dijadikan bagian dari proses belajar.

    Bagi perusahaan berbasis di Cupertino tersebut, pendidikan relevan bukan soal mengejar tren teknologi. Pendidikan harus membentuk pola pikir siap menghadapi perubahan apa pun.

    Melalui challenge-based learning, Apple Developer Academy berupaya menyiapkan generasi developer tidak hanya mahir secara teknis, tetapi juga matang dalam cara berpikir dan mengambil keputusan.

  • Apple Developer Academy Indonesia Luluskan 500 Siswa, Ini Harapan Jangka Panjang Apple

    Apple Developer Academy Indonesia Luluskan 500 Siswa, Ini Harapan Jangka Panjang Apple

    Liputan6.com, Jakarta – Dengan lebih dari 5000 siswa Apple Developer Academy yang lulus sejak tahun 2018, Apple yakin terhadap masa depan lulusan 500 siswa dari Batam, Surabaya, Jakarta, dan Bali di tahun ini.

    Perusahaan berbasis di Cupertino tersebut menilai, para siswa akademi di Indonesia mampu terus membawa dampak positif melampaui ruang kelas.

    Dalam sesi wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali, Lisa Jackson, selaku Vice President, Environment, Policy, and Social Initiative Apple, mengungkap rasa optimismenya terhadap para lulusan akademi.

    Sejak didirikan di Tangerang, para siswa menunjukkan bukti dan mampu memberi kontribusi nyata bagi komuntas lokal, ekosistem teknologi, hingga komunitas pengembang secara luas.

    “Kami tidak sekadar berharap. Kami sudah melihat sendiri dampaknya selama bertahun-tahun. Apple Developer Academy selalu membawa manfaat bagi komunitas, bagi ekosistem developer, dan juga Apple,” Lisa memaparkan.

    Perusahaan mencatat, banyak lulusan dari akademi mampu berkembang menjadi pengembang andalan hingga sampai memberanikan diri untuk merintis usaha sendiri. Sementara itu, sebagian berlanjut menjadi rekan kerja dihargai di berbagai proyek dan ekosistem Apple.

    Menurut Lisa, hubungan itu menunjukkan akademi bukan sekadar program pendidikan jangka pendek. Tapi bagian dari perjalanan karier para lulusan dan ekosistem teknologi di Indonesia.

    “Kami telah melihat lulusan akademi menjadi developer favorit Apple, ada juga akhirnya bekerja bersama kami. Itu selalu menjadi hal membanggakan,” ujar Lisa. Kehadiran Apple Developer Academy di berbagai kota dianggap sebagai fondasi penting untuk menumbuhkan talenta digital lokal mampu bersaing secara global.

    Ia juga menyinggung pengalaman berada di kelas angkatan pertama akademi. Momen tersebut selalu terasa istimewa. “Akan ada naik dan turun. Itu bagian dari proses belajar dan kehidupan. Terpenting, siswa sekarang puna peluang besar di depan mereka.”

    Lewat Apple Developer Academy di Indonesia, perusahaan berharap ekosistem developer lokal terus berkembang. Bagi Apple, keberhasilan akademi di Indonesia bukan diukur dari satu angkatan.

    Akan tetapi, dilihat bagaimana pertumbuhan jangka panjang, dampak bagi komunitas, dan kontribusi lulusan di berbagai sektor industri. Perusahaan berharap, akademi ini bisa dilihat sebagai investasi jangka panjang untuk membangun talenta komunitas, dan masa depan teknologi di Indonesia.

  • Peran Strategis Indonesia di Apple 2030, Lisa Jackson Soroti Energi Bersih dan Hutan Sumatra

    Peran Strategis Indonesia di Apple 2030, Lisa Jackson Soroti Energi Bersih dan Hutan Sumatra

    Apple menegaskan komitmen mereka untuk terus melindungi lingkungan lebih dari sekadar janji dan ucapan manis semata. Hingga saat ini, perusahaan berbasis di Cupertino tersebut mengklaim sudah memangkas jejak karbon global hingga 60 persen ketimbang di 2015.

    Namun, raksasa teknologi ini akan menghadapi tantangan terbesar mereka. Perusahaan menyebutkan, Apple memiliki target untuk netral karbon secara penuh pada 2030 atau lebih dikenal dengan misi Apple 2030.

    Terkait hal tersebut, Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy, and Social Initiatives Apple, mengungkap isu lingkungan menjadi tanggung jawab moral perusahaan, bukan hanya sebuah strategi bisnis semata. 

    Menurut Lisa, Apple ingin memastikan setiap langkah strategis bisnis meninggalkan dampak positif bagi planet. “Di Apple, kami sangat percaya kami memiliki tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan dengan cara membuat dunia lebih baik dari saat kami menemukannya,” kata Lisa.

    Ia mengungkap, saat ini perusahaan sudah menjalankan seluruh operasional dengan 100 persen energi terbarukan dan mengklaim telah carbon neutral sejak 2020. “Apple 2030 membawa target jauh lebih besar karena mencakup seluruh rantai distribusi, mulai dari produk, pemasok, hingga penggunaan perangkat oleh konsumen.”

    Ditemui usai memberikan keynote di acara wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali baru-baru ini, Lisa menjelaskan, Apple sejak awal menyadari nol emisi mutlak hampir mustahil dicapai.

    “Karena itu, perusahaan menargetkan pengurangan emisi hingga 75 persen. Sisanya akan diseimbangkan melalui investasi pada alam,” katanya. Upaya tersebut mencakup perlindungan hutan, restorasi mangrove, dan pelestarian padang rumput di berbagai belahan dunia.

    “Apple telah menghitung secara ilmiah seberapa besar karbon yang diserap oleh alam untuk menyeimbangkan emisi tersisa.” Meski perkembangannya signifikan, perusahaan mendapati tantangan mereka semakin berat.

     

  • Apple 2030 Tinggal Lima Tahun, Lisa Jackson Ungkap Tantangan Lingkungan Terbesar

    Apple 2030 Tinggal Lima Tahun, Lisa Jackson Ungkap Tantangan Lingkungan Terbesar

    Liputan6.com, Bali – Apple menegaskan komitmen mereka untuk terus melindungi lingkungan lebih dari sekadar janji dan ucapan manis semata. Hingga saat ini, perusahaan berbasis di Cupertino tersebut mengklaim sudah memangkas jejak karbon global hingga 60 persen ketimbang di 2015.

    Namun, raksasa teknologi ini akan menghadapi tantangan terbesar mereka. Perusahaan menyebutkan, Apple memiliki target untuk netral karbon secara penuh pada 2030 atau lebih dikenal dengan misi Apple 2030.

    Terkait hal tersebut, Lisa Jackson, Vice President Environment, Policy, and Social Initiatives Apple, mengungkap isu lingkungan menjadi tanggung jawab moral perusahaan, bukan hanya sebuah strategi bisnis semata.

    Menurut Lisa, Apple ingin memastikan setiap langkah strategis bisnis meninggalkan dampak positif bagi planet. “Di Apple, kami sangat percaya kami memiliki tanggung jawab untuk menjalankan perusahaan dengan cara membuat dunia lebih baik dari saat kami menemukannya,” katanya.

    Ia mengungkap, saat ini perusahaan sudah menjalankan seluruh operasional dengan 100 persen energi terbarukan dan mengklaim telah carbon neutral sejak 2020. “Apple 2030 membawa target jauh lebih besar karena mencakup seluruh rantai distribusi, mulai dari produk, pemasok, hingga penggunaan perangkat oleh konsumen.”

    Ditemui usai memberikan keynote di acara wisuda Apple Developer Academy 2025 di Bali baru-baru ini, Lisa menjelaskan, Apple sejak awal menyadari nol emisi mutlak hampir mustahil dicapai.

    “Karena itu, perusahaan menargetkan pengurangan emisi hingga 75 persen. Sisanya akan diseimbangkan melalui investasi pada alam,” katanya. Upaya tersebut mencakup perlindungan hutan, restorasi mangrove, dan pelestarian padang rumput di berbagai belahan dunia.

    “Apple telah menghitung secara ilmiah seberapa besar karbon yang diserap oleh alam untuk menyeimbangkan emisi tersisa.” Meski perkembangannya signifikan, perusahaan mendapati tantangan mereka semakin berat.

     

  • Herwin Sudikta soal LISA UGM: AI Itu Nggak Pernah Bohong, Cuma Nyinarin Data

    Herwin Sudikta soal LISA UGM: AI Itu Nggak Pernah Bohong, Cuma Nyinarin Data

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial, Herwin Sudikta, ikut menanggapi penghentian mendadak sistem kecerdasan buatan LISA milik Universitas Gadjah Mada (UGM).

    Ia melihat bahwa keputusan itu justru memunculkan pertanyaan lebih besar mengenai pengelolaan data internal kampus.

    Dikatakan Herwin, kerja sistem AI pada dasarnya hanya merefleksikan data yang dimiliki tanpa motif apa pun.

    “AI itu tak pernah berbohong. Ia hanya memantulkan data yang diberi,” ujar Herwin kepada fajar.co.id, Jumat (12/12/2025).

    Ia menggambarkan kecerdasan buatan sebagai sebuah cermin digital.

    “Semacam cermin digital yang tak punya kepentingan, tak punya rasa sungkan, dan tak bisa diajak kompromi,” lanjutnya.

    Herwin menegaskan satu prinsip yang menurutnya harus dipahami publik ketika menilai kinerja AI.

    “Karena itu ada satu hal yang selalu gue tekankan: AI hanya bisa menjawab berdasarkan apa yang ada di dalam basis datanya,” Herwin menuturkan.

    Terkait polemik LISA, Herwin menegaskan bahwa logikanya cukup sederhana apabila sistem tersebut bisa menyimpulkan bahwa seseorang bukan mahasiswa UGM.

    “Jadi kalau LISA UGM bisa menyimpulkan bahwa seseorang bukan mahasiswa UGM. Logikanya sederhana, data internal UGM tidak mencatat nama tersebut,” tegasnya.

    Ia bilang, masalah yang muncul bukan berasal dari teknologi yang digunakan.

    “Dan kalau data internal UGM tidak mencatatnya, berarti problemnya bukan pada algoritma, bukan pada LISA, bukan pada AI,” imbuhnya.

    Sebaliknya, Herwin mengatakan bahwa persoalan itu justru mengarah pada sumber data itu sendiri.

  • Gugatan Lisa Mariana Ditolak PN Bandung, Kuasa Hukum Mundur

    Gugatan Lisa Mariana Ditolak PN Bandung, Kuasa Hukum Mundur

    Bandung, Beritasatu.com – Pengadilan Negeri (PN) Bandung, Jawa Barat, resmi menolak seluruh gugatan yang diajukan selebgram Lisa Mariana Presley terkait hak identitas anak terhadap mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Putusan ini menjadi pukulan baru bagi Lisa, karena kuasa hukumnya turut memutuskan mundur.

    Kuasa hukum Lisa, Markus Nababan, menyatakan tidak akan lagi mendampingi Lisa jika kliennya memilih mengajukan banding atas putusan pengadilan. 

    “Kalau dari kami, kami finalisasi setelah putusan ini keluar. Jika nanti Ibu Lisa Mariana mau melakukan upaya hukum lain, silakan. Namun, kalau dari kami sudah tidak mau sampai ke banding, dan kita menyatakan mundur sebagai kuasa hukum Ibu Lisa Mariana,” ujar Markus Nababan dikutip dari kanal YouTube Insertlive, Jumat (12/12/2025).

    Markus juga menyarankan Lisa agar menerima putusan PN Bandung, mengingat seluruh poin gugatan telah ditolak majelis hakim. “Saya menyarankan untuk terima saja karena tidak ada satu pun yang diterima (pengadilan). Jadi ya mau apa lagi?” tegasnya.

    Ia menambahkan, pihaknya telah memberi tahu Lisa mengenai pengunduran diri tersebut, namun hingga kini belum mendapat respons. 

    “Mungkin belum fokus karena dia lagi terkena masalah di mana-mana, ya mungkin memang itu pribadi dia,” tandas Markus. 

    Putusan penolakan majelis hakim PN Bandung dibacakan melalui e-court pada Senin (8/12/2025). Gugatan perdata Lisa bernomor 184/Pdt.G/2025/PN Bdg dinyatakan tidak sesuai fakta hukum, termasuk hasil tes DNA yang dirilis Bareskrim Polri pada Agustus 2025. Hasil tersebut menyebutkan tidak ditemukan kecocokan DNA antara Ridwan Kamil dan anak LM yang berinisial CA. Temuan ilmiah ini sekaligus membantah dasar gugatan yang diajukan Lisa Mariana.

  • Apple Developer Academy Indonesia Luluskan 500 Siswa, Ini Harapan Jangka Panjang Apple

    Ini 4 Aplikasi Terbaik Lulusan Apple Developer Academy 2025 yang Bikin Apple Kagum

    Liputan6.com, Bali – Apple Developer Academy 2025 menampikan deretan talenta digital baru dari berbagai kota di Indonesia. Tahun ini, akademi di Bali menjadi sorotan karena menjadi pertama yang menerima peserta dari berbagai negara di dunia. 

    Tak hanya itu, ini menjadi tahun pertama Apple Developer Academy 2025 di Bali menggelar acara kelulusan bagi para peserta program ini, Seperti akademi di Jakarta, Batam, dan Surabaya, empat tim lulusan memamerkan proyek akhir mereka.

    Dibuat dengan beragam teknologi yang Apple sediakan, setiap aplikasi tampil sebagai solusi konkret untuk isu budaya, lingkungan, keselamatan, hingga olahraga.

    Keempat tim ini akan melakukan presentasi aplikasi buatan mereka di hadapan para mentor dan tamu khusus dari Cupertino, yakni Lisa Jackson, Vice President, Environment, Policy, and Social Initiative di Apple.

    Lalu apa saja keempat aplikasi yang menjadi sorotan dalam acara kelulusan Apple Developer Academy 2025 di Bali? Simak daftarnya.

    1. Wikan, Upaya Menjaga Bahasa Jawa Tetap Hidup

    Dipakai lebih dari 80 juta penutur, bahasa Jawa kini tidak lagi sekuat atau sepopuler dulu, terutama di kalangan anak-anak muda. Melihat hal ini, lima developer menciptakan Wikan. 

    Aplikasi ini menawarkan terjemahan Indonesia ke Jawa dengan model dilatih memakai 185 ribu sample audio berbahasa Jawa. Tak hanya itu, Wikan mendukung dua tingkat bahasa, yaitu ngoko dan krama.

    “Pengguna bisa memilih gaya komunikasi sesuai kebutuhan, mulai dari percakapan harian hingga konteks formal,” jelas Adithya Firmansyah Putra, code Wikan.

    Tim ini juga berkolaborasi dengan seorang profesor dan ahli bahasa Jawa untuk memvalidasi hasil terjemahan. Pipeline koreksi audio ganda juga untuk memastikan sistem mampu membaca fonem dan memperbaiki kalimat sesuai konteks.

    Dijelaskan, aplikasi ini dibangun menggunakan Swift, SwiftUI, SwiftData, dan WhisperKit. “Dengan aplikasi ini, kita ingin membantu orang belajar Bahasa Jawa. Selama pengembangan, saya belajar betapa pentingnya melakukan riset yang benar sebelum langsung melompat ke solusi,” kata Adithya.

     

  • Pesan Lisa Jackson di Wisuda Apple Developer Academy 2025, Inovasi Developer Indonesia Tuai Pujian

    Pesan Lisa Jackson di Wisuda Apple Developer Academy 2025, Inovasi Developer Indonesia Tuai Pujian

    Apple Developer Academy di Indonesia hari ini merayakan kelulusan cohort 2025 dari kampusnya di Jakarta, Surabaya, Batam, dan untuk pertama kalinya, Bali.

    Kali ini, acara kelulusan angkatan 2025 di Bali ini dihadiri secara langsung oleh Lisa Jackson, Vice President, Environment, Policy, and Social Initiatives Apple.

    Ada sekitar 500 lebih siswa dari 69 kota di Indonesia mengikuti akademi Apple tersebut, dan dinyatakan lulus setelah menjalani program intensif selama 10 bulan lamanya.

    Sebagai tahun pertamanya di Bali, Apple membuka pintu akademinya tersebut untuk para siswa dari internasional, juga menyebut peserta dari 12 negara lain ikut bergabung di kampus dan menciptakan suasana pertukaran lintas budaya.

    Lisa membuka perayaan dengan menyampaikan rasa bangga atas kehadiran para mentor dari Singapura, Ia melihat gairah kuat para peserta, mulai dari budaya, olahraga, hingga kepedulian lingkungan yang ia sebut sebagai hal yang sangat dekat dengan dirinya.

    Ia juga menekankan, program ini bukan sekadar ajang belajar coding. Akademi berdiri untuk memberdayakan individu dan komunitas. Para peserta didorong untuk memecahkan masalah nyata lewat teknologi berdampak langsung bagi masyarakat.

    “Saya melihat semua yang kami coba lakukan di Apple, yaitu menjadi sumber daya, membantu orang untuk hidup dan menjadi versi terbaik dari diri mereka sendiri,” kata Lisa.

    Dengan rentang usia dari 18 hingga 56 tahun, angkatan ini terdiri dari pelajar hingga pekerja profesional. Jumlah peserta perempuan juga meningkat hingga 43 persen dibandingkan angkatan sebelumnya