Tag: Kurt Campbell

  • Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Update Perang Rusia di Ukraina: Muncul Bantuan Baru untuk Moskow

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang antara Rusia dan Ukraina telah memasuki hari ke-1.005 pada Senin (25/11/2024). Saling serang antara dua negara tetangga tersebut terus menjadi perhatian dunia lantaran muncul bantuan internasional untuk Moskow.

    Saat ini Rusia mendapatkan bantuan internasional dari negara sahabat Korea Utara (Korut). Hal ini pun menimbulkan kekhawatiran baru, salah satunya dari Amerika Serikat (AS) yang selama ini menyokong Ukraina.

    Berikut update terbaru perang antara Rusia dan Ukraina, seperti dihimpun CNBC Indonesia dari berbagai sumber.

    Putin Panggil Negara Arab Ini Ikut Perang Rusia-Ukraina

    Selain warga Korut, Rusia dilaporkan kembali memanggil warga negara asing untuk terlibat dalam perangnya melawan Ukraina. Hal ini dilaporkan oleh Financial Times (FT), Minggu (24/11/2024).

    Dalam laporannya, FT menyebut negara tersebut adalah Yaman, yang saat ini dilanda perang saudara. Mereka dijanjikan upah yang besar hingga kewarganegaraan Rusia bila menyanggupi untuk mengikuti perang Moskow itu.

    “Warga Yaman dijanjikan upah tinggi dan kewarganegaraan Rusia sebelum melakukan perjalanan ke Rusia untuk direkrut secara paksa ke dalam tentara Moskow dan dikirim ke garis depan di Ukraina. Perjalanan tersebut difasilitasi oleh sebuah perusahaan yang terkait dengan pemberontak Houthi Yaman,” tulis laporan itu, yang juga dikutip Newsweek.

    Sebelumnya diketahui, Yaman berada dalam perang saudara yang melibatkan antara pemerintah dan pemberontak Houthi, yang berhaluan syiah dan pro-Iran. Hingga saat ini, Houthi telah berhasil menguasai sejumlah besar wilayah Negeri Hadramaut itu.

    Tidak jelas seberapa dekat Rusia dengan Houthi. Namun konflik ini telah membuat Moskow menjalin hubungan dengan negara-negara yang memusuhi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.

    Serangan Rudal Ukraina ke Wilayah Rusia

    Sistem pertahanan udara Rusia menghancurkan tujuh rudal Ukraina di wilayah Kursk pada Minggu malam, menurut gubernur wilayah Kursk, Alexei Smirnov, di saluran Telegram miliknya.
    Sementara gubernur wilayah Vladislav Shapsha menyebut puing-puing yang jatuh dari pesawat nirawak Ukraina yang hancur memicu kebakaran di fasilitas industri di Kaluga, Rusia. Ia mengatakan tidak ada korban luka dan tiga pesawat nirawak hancur.

    Di sisi lain, Wali Kota Vitali Klitschko di Telegram menyebut pertahanan udara sedang beroperasi di Kyiv sebagai tanggapan atas serangan pesawat nirawak Rusia yang baru.

    Pertahanan udara Ukraina sebelumnya telah menjatuhkan 50 dari 73 pesawat nirawak Rusia yang diluncurkan ke berbagai target, menurut militer Ukraina.

    China Pening Gegara Rusia dan Korut ‘Main Belakang’

    Pemerintah China dilaporkan makin resah dengan kerja sama pertahanan yang kian erat antara Rusia dan Korea Utara (Korut). Hal ini disampaikan Wakil Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Kurt Campbell pada Minggu.

    Dalam pernyataannya, Campbell mengatakan Beijing sangat khawatir dengan bagaimana Pyongyang, dalam kerangka kerja sama ini, mengirimkan pasukannya untuk bertempur dengan Rusia di Ukraina. Menurutnya, China khawatir langkah ini akan membuat Korut mengambil langkah yang tidak sesuai dengan kepentingan nasionalnya.

    “Dalam beberapa diskusi yang telah kami lakukan, tampaknya kami memberitahu mereka tentang hal-hal yang tidak mereka ketahui terkait dengan kegiatan Korut, dan mereka khawatir bahwa dorongan Rusia dapat menyebabkan Korut mempertimbangkan tindakan atau aksi militer yang mungkin tidak sesuai dengan kepentingan China,” ungkapnya dikutip The Guardian.

    “China tidak secara langsung mengkritik Rusia, tetapi kami yakin bahwa meningkatnya koordinasi antara Pyongyang dan Moskow membuat mereka gelisah.”

    Sebelumnya, Korut diketahui telah mengirimkan 10 ribu pasukannya untuk bertempur melawan Ukraina membela Rusia. Hal ini terjadi setelah Presiden Rusia Vladimir Putin dan Pemimpin Tertinggi Korut Kim Jong Un menandatangani perjanjian keamanan antara kedua negara.

    Jenderal Korea Utara Terluka Imbas Serangan Rudal Ukraina

    Seorang jenderal senior Korea Utara dikabarkan terluka dalam serangan Ukraina baru-baru ini di wilayah Kursk, Rusia. Hal itu disampaikan seorang pejabat dari negara Barat seperti dikutip dari Wall Street Journal pada Minggu.

    Kabar ini menjadi pertama kalinya seorang perwira tinggi militer Korea Utara menjadi korban dalam konflik Rusia-Ukraina. Seperti diketahui, lebih dari 10.000 tentara Korea dikerahkan di Kursk saat Kremlin mencoba mengusir pasukan Ukraina yang melancarkan serangan di sana pada Agustus.

    Misi Korea Utara untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) belum menanggapi ihwal kabar jenderalnya yang menjadi korban ini. Pyongyang telah mengirim seorang perwira senior, Kolonel Jenderal Kim Yong Bok ke Rusia untuk mengawasi upaya Korea Utara untuk berkoordinasi dengan Rusia.

    Putin Disebut Sakit, Nampak Tanda Tak Biasa dari Tangannya

    Informasi mengenai kondisi kesehatan Presiden Rusia Vladimir Putin terus menerus diberitakan. Pasalnya, orang nomor satu di Rusia itu saat ini sedang banyak disorot lantaran keputusannya untuk menyerang tetangganya, Ukraina.

    Pada Kamis (21/11/2024), sebuah video yang mengunggah pernyataan terkait Putin yang mengonfirmasi penggunaan rudal hipersonik dalam serangan ke Ukraina menunjukkan sebuah gejala tak biasa bagi Presiden Rusia itu. Nampak Putin duduk dengan kedua tangan dalam posisi hampir tak bergerak selama lebih dari 20 menit.

    Hal ini telah memicu spekulasi liar di internet berdasarkan rumor yang beredar tentang kesehatannya. Penasihat Dalam Negeri Ukraina Anton Gerashchenko menyebut, ada yang tidak sinkron antara badannya dengan kepala dan tangan.

    “Jika Anda mempercepat video, terlihat bahwa tangan Putin tidak bergerak dan tampak terpisah dari tubuhnya. Suara dan gerakan bibir terkadang tidak sesuai,” ujarnya di X, seperti dikutip dari Newsweek.

    Gerashchenko kemudian berkomentar, tanggapan dari apa yang disebutnya ‘para bot dan troll Rusia’ membuatnya berpikir ‘memang ada sesuatu di sana’, menunjuk kejadian ini pada kesehatan Putin.

    Pembuat film Patrick Hölscher juga membuat komentar serupa. Menurutnya, banyak editan dalam video konfirmasi Putin itu yang akhirnya menimbulkan pertanyaan terkait apa yang benar-benar terjadi dengan orang nomor satu Negeri Beruang Putih itu.

    Pada Oktober, Kremlin mengeluarkan pernyataan bahwa Putin tidak memiliki masalah kesehatan setelah ia mengunjungi Rumah Sakit Klinik Pusat. Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan bahwa Putin sebenarnya berada di sana untuk pemeriksaan medis biasa.

    Putin sebelumnya menyebutkan bahwa ia rutin menjalani pemeriksaan di rumah sakit Moskow.

    “Dokter di Rumah Sakit Klinik Pusat, tempat saya menjalani berbagai pemeriksaan rutin, juga merekomendasikan vaksinasi dengan obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri,” katanya kepada menteri kesehatannya Mikhail Murashko.

    Update dari Politik Rusia

    Rusia akan segera menunjuk Alexander Darchiev, yang saat ini menjabat sebagai kepala departemen Amerika Utara Kementerian Luar Negeri, sebagai duta besar barunya untuk Washington, demikian dilaporkan surat kabar Kommersant.

    Sementara Presiden Rusia Vladimir Putin telah menandatangani undang-undang yang memungkinkan mereka yang mendaftar untuk berperang di Ukraina untuk menghapus utang yang belum dibayar senilai hampir US$100.000.

    (pgr/pgr)

  • China Khawatir Korut Jadi Makin Agresif Usai Dikunjungi Putin

    China Khawatir Korut Jadi Makin Agresif Usai Dikunjungi Putin

    Washington DC

    Pemerintah China disebut mengkhawatirkan Korea Utara (Korut) akan semakin berani untuk memulai krisis regional setelah kunjungan langka Presiden Rusia Vladimir Putin. Kekhawatiran itu tetap dirasakan Beijing meskipun negara itu merupakan sekutu Pyongyang dan menjalin aliansi publik dengan Moskow.

    Seperti dilansir AFP, Selasa (25/6/2024), Wakil Menteri Luar Negeri (Wamenlu) Amerika Serikat (AS) Kurt Campbell mengungkapkan bahwa China telah mengindikasikan dalam interaksinya dengan AS jika mereka “cemas” setelah Putin pekan lalu menandatangani pakta pertahanan dengan Pyongyang.

    “Saya pikir adil untuk mengatakan bahwa China mungkin khawatir jika Korea Utara akan terdorong untuk mengambil langkah-langkah provokatif yang dapat menyebabkan krisis di Asia Timur Laut,” ucap Campbell saat berbicara dalam forum Dewan Hubungan Luar Negeri.

    Dia merujuk pada peningkatan insiden militer skala kecil yang dilakukan Korut di area perbatasan dengan Korea Selatan (Korsel), serta “bahasa yang sangat provokatif” dan “tekad yang sangat jelas” dari Pyongyang untuk menghindari diplomasi dengan AS.

    Rusia, seperti diyakini oleh Washington, sedang mencari dukungan yang lebih besar untuk Korut, termasuk potensi dalam bidang nuklir.

    “Ini adalah serangkaian perkembangan yang berbahaya dan sedang kami pantau,” ujar Campbell dalam pernyataannya.

    Korut berada di bawah rentetan sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas program nuklir dan rudalnya. Namun negara itu menemukan mitra yang bersemangat, yaitu Rusia, yang merupakan anggota tetap Dewan Keamanan PBB dan memiliki hak veto.

    Pyongyang dilaporkan telah mengirimkan peluru-peluru artileri kepada Moskow untuk digunakan dalam perang di Ukraina.

    Saksikan juga ‘Korsel: Parasit Terdeteksi di Balon Sampah yang Dikirim Korut’:

    Dalam kunjungannya pekan lalu, Putin menandatangani perjanjian dengan pemimpin Korut Kim Jong Un yang mencakup pakta bagi kedua negara untuk saling membantu jika diserang — yang tampaknya merupakan kembalinya aliansi era Perang Dingin.

    Sementara China, yang sejak lama menjadi mitra utama Pyongyang namun baru-baru ini menjaga jarak dengan Kim Jong Un, tidak banyak berkomentar secara terbuka mengenai kunjungan Putin.

    AS juga menuduh Beijing telah memicu peningkatan kekuatan militer Rusia melalui ekspor industri, meskipun bukan pengiriman senjata secara langsung.

    Campbell, dalam pernyataannya, mengatakan bahwa meskipun China dan Rusia bersatu dalam hal antagonisme terhadap Barat, kedua negara itu memiliki pandangan yang berbeda tidak hanya soal Korut tapi juga soal hubungan Beijing dan Moskow.

    “Saya pikir di masa depan, kemungkinan besar akan terjadi kembali ketegangan antara Moskow dan Beijing,” sebut Campbell.

    Namun dalam jangka waktu dekat, menurut Campbell, China akan lebih unggul dan mungkin bisa mendapatkan kapal selam atau teknologi lainnya dari Rusia yang masih lebih canggih dari Moskow.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)