Tag: Kombes Pol Komarudin

  • Polisi catat 33.484 pelanggaran selama tujuh hari Operasi Zebra Jaya

    Polisi catat 33.484 pelanggaran selama tujuh hari Operasi Zebra Jaya

    Jakarta (ANTARA) – Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya mencatat sebanyak 33.484 pelanggaran yang terjadi selama tujuh hari pelaksanaan Operasi Zebra Jaya 2025.

    “Selama tujuh hari, ada 20.760 pelanggaran roda dua yang ter-capture kamera ETLE (Electronic Traffic Lawa Enforcement) dan 12.724 pelanggaran roda empat yang ter-capture kamera ETLE,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Komarudin dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

    Namun, dia belum dapat merinci jumlah maupun jenis pelanggaran yang terekam oleh kamera ETLE tersebut.

    “Untuk roda dua, paling banyak pelanggaran tidak menggunakan helm SNI (Standar Nasional Indonesia), melawan arus, dan tidak menggunakan Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB),” ujar Komarudin.

    Sedangkan untuk kendaraan roda empat, jenis pelanggaran yang paling banyak adalah tidak menggunakan sabuk pengaman dan berkendara sambil menggunakan ponsel.

    Seperti diketahui, Polda Metro Jaya menggelar Operasi Zebra dengan melibatkan 2.939 personel selama kurang lebih 14 hari, mulai dari 17 hingga 30 November 2025.

    “Operasi ini melibatkan 2.939 personel yang terdiri dari personel satgas daerah, satgas polres dengan dukungan penuh dari jajaran TNI, Satpol PP (Satuan Polisi Pamong Praja), Dinas Perhubungan dan seluruh stakeholder (pemangku kepentingan) lainnya,” kata Wakapolda Metro Jaya Brigjen Pol Dekananto Eko Purwono saat memimpin Apel Pasukan Operasi Zebra di Lapangan Presisi Ditlantas Polda Metro Jaya, Jakarta, pada 17 November 2025.

    Dia menjelaskan Operasi Zebra Jaya bertujuan menurunkan pelanggaran, mengurangi kecelakaan, dan meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas.

    “Data yang cukup mengkhawatirkan, sepanjang Januari-Oktober 2025, terjadi 11.604 kecelakaan, menyebabkan 659 korban jiwa. Sementara pelanggaran lalu lintas mencapai 505.441 kasus, naik signifikan dibanding periode yang sama tahun 2024,” terang Dekananto.

    Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya membeberkan sejumlah target dalam pelaksanaan Operasi Zebra Jaya 2025.

    “Seperti yang banyak sekali terjadi, melanggar traffic light (lampu lalu lintas), balap liar, pengemudi yang dibawa pengaruh alkohol, ini juga harus dilakukan. Tidak mungkin kita harus menunggu ETLE lagi. Ini langsung dilakukan tilang konvensional,” ungkap Komarudin setelah Apel Gelar Pasukan Operasi Zebra Jaya 2025 di Lapangan Presisi Ditlantas Polda Metro Jaya, Jakarta, pada 17 November 2025.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Operasi Zebra Nggak Melulu Langsung Tilang, Ini Tindakannya

    Operasi Zebra Nggak Melulu Langsung Tilang, Ini Tindakannya

    Jakarta

    Kepolisian lalu lintas sedang melakukan Operasi Zebra 2025. Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menerapkan sejumlah pola operasi tindakan dalam Operasi Zebra Jaya 2025, yakni preemtif, preventif, dan penegakan hukum.

    “Pola operasi yang kita lakukan 40% kita menggunakan cara bertindak preemptive, ya, kita akan banyak sosialisasi, identifikasi, imbauan. Kemudian, 40% pola preventive, dengan kekuatan secara masif, yang terakhir 20% adalah penegakan hukum,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Komarudin saat ditemui di Jakarta, dikutip Antara.

    Lebih lanjut, dia menjelaskan penegakan hukum itu dilakukan dengan sejumlah metode, salah satunya dengan electronic traffic law enforcement(ETLE).

    “Menggunakan ETLE Statis, penegakan hukum dengan ETLE mobile dan juga penegakan hukum dengan menggunakan tilang konvensional,” ujar Komarudin.

    Di sisi lain, Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya juga membeberkan sejumlah target Operasi Zebra Jaya 2025 yang akan digelar selama 14 hari ke depan, mulai 17 hingga 30 November.

    Menurut dia, Operasi Zebra Jaya itu bertujuan menurunkan pelanggaran, mengurangi kecelakaan, dan meningkatkan kedisiplinan masyarakat dalam berlalu lintas.

    Operasi Zebra 2025 berlangsung selama dua pekan mulai hari ini, Senin (17/11/2025) sampai dengan 30 November 2025. Operasi Zebra ini menjadi langkah strategis untuk menciptakan kondisi lalu lintas yang aman, tertib, dan lancar menjelang libur Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Dikutip dari akun media sosial resmi TMC Polda Metro Jaya, setidaknya ada tujuh pelanggaran yang menjadi incaran dalam Operasi Zebra Jaya 2025. Berikut tujuh pelanggaran yang menjadi target Operasi Zebra Jaya 2025:

    1. Berkendara sambil main HP

    2. Pengendara di bawah umur

    3. Pengendara sepeda motor tidak menggunakan helm

    4. Pengguna mobil tidak memakai sabuk pengaman

    5. Pengendara di bawah pengaruh alkohol

    6. Pengendara yang tidak melengkapi surat-surat dan pelat nomor resmi

    7. Pengendara yang tidak menggunakan pelat nomor sesuai aturan.

    (riar/dry)

  • Motor Tanpa Pelat Nomor Diburu: Langsung Ditilang, Segini Dendanya

    Motor Tanpa Pelat Nomor Diburu: Langsung Ditilang, Segini Dendanya

    Jakarta

    Motor tanpa pelat nomor bakal diburu polisi dalam Operasi Zebra Jaya 2025. Pelanggar bisa ditilang di tempat, berapa dendanya?

    Belakangan marak ditemukan motor yang tak disertai dengan pelat nomor. Rupanya pelanggaran ini juga menjadi perhatian pihak kepolisian. Dalam Operasi Zebra Jaya 2025, polisi tidak hanya mengandalkan razia di satu titik. Para pelanggar bakal diburu untuk mempercepat penindakan. Motor tanpa pelat nomor menjadi salah satu pelanggaran yang bakal diburu.

    Selama Operasi Zebra berlangsung pada 14-30 November 2025, petugas bakal memaksimalkan perangkat ETLE statis dan ETLE mobile. Kamera bergerak kini merekam dari dua sisi sehingga lebih efektif mendeteksi motor yang sengaja melepas atau menutup pelat nomor alias Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB). Komarudin menegaskan bahwa praktik seperti ini cukup marak dan harus segera dihentikan.

    “Ini sekaligus menindak maraknya motor tanpa TNKB atau TNKB dicopot untuk menghindari tangkapan kamera,” ujar Direktur Lalu Lintas Polda Metro Jaya Kombes Pol Komarudin dikutip laman Korlantas Polri.

    Motor tanpa pelat nomor merupakan pelanggaran lalu lintas. Ini banyak dilakukan para pemotor untuk menghindari tilang ETLE saat melakukan pelanggaran lalu lintas. Kamera ETLE tidak bisa membaca karena pelat nomornya tidak tersedia ataupun tak terdaftar di sistem.

    Kendaraan dengan pelat nomor yang tidak sesuai aturan atau tidak memasang pelat nomor akan kena tilang sesuai dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Disebutkan dalam pasal 68 ayat 1 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009, bahwa setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan wajib dilengkapi dengan surat tanda nomor kendaraan dan tanda nomor kendaraan bermotor.

    Lebih lanjut, pada pasal 280 Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 ditegaskan, setiap orang yang mengemudikan kendaraan bermotor di jalan yang tidak dipasangi Tanda Nomor Kendaraan Bermotor yang ditetapkan oleh Kepolisian Negara Republik Indonesia dipidana dengan pidana kurungan paling lama dua bulan atau denda paling banyak Rp 500.000.

    (dry/din)

  • 4
                    
                        Lokasi Operasi Zebra 2025 di Jakarta Ada di Mana Saja?
                        Megapolitan

    4 Lokasi Operasi Zebra 2025 di Jakarta Ada di Mana Saja? Megapolitan

    Lokasi Operasi Zebra 2025 di Jakarta Ada di Mana Saja?
    Penulis

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya menegaskan bahwa Operasi Zebra 2025 tidak memiliki lokasi razia stasioner tertentu, tetapi dilakukan melalui patroli keliling di seluruh wilayah Jakarta.
    Seluruh penindakan akan menggunakan sistem
    hunting
    , yakni pola operasi yang mengandalkan pergerakan petugas untuk menemukan pelanggaran secara langsung di jalan raya.
    Metode ini dipilih agar penegakan dapat dilakukan kapan saja dan di titik mana pun pelanggaran terlihat.
    Operasi berlangsung serentak pada 17–30 November 2025 sebagai bagian dari persiapan menghadapi masa libur Natal dan Tahun Baru.
    Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Komarudin, menjelaskan bahwa seluruh wilayah hukum Polda Metro Jaya akan menerapkan sistem
    hunting
    .

    Hunting system
    itu jadi bukan razia-razia konsep stasioner, nanti kita akan berpatroli keliling menemukan pelanggaran,” ujarnya saat dihubungi, Jumat (14/11/2025).
    Dengan pola ini, penindakan tidak terpaku pada satu titik, melainkan mengikuti temuan pelanggaran di lapangan selama patroli berlangsung.
    Komarudin menerangkan bahwa bentuk penindakan akan menyesuaikan dengan pelanggaran yang ditemukan.
    “Nanti kita lihat jenis pelanggarannya, apakah itu cukup dengan teguran simpati atau memang harus ditilang,” ujarnya.
    Untuk pelanggaran kasat mata yang dinilai membahayakan keselamatan, penilangan akan diberikan secara langsung.
    “Penindakan dengan tilang ini akan diberlakukan untuk pelanggaran-pelanggaran kasat mata, pelanggaran-pelanggaran yang berpotensi terhadap kecelakaan lalu lintas,” kata Komarudin.
    Dalam operasi tahun ini, pelanggaran yang terlihat langsung akan menjadi prioritas penindakan.
    Komarudin menjelaskan beberapa jenis pelanggaran yang dapat ditindak, antara lain menerobos lampu merah, pelanggaran batas kecepatan atau balap liar, serta penggunaan knalpot yang tidak sesuai spesifikasi.
    “Tidak akan lagi diberi teguran. Untuk jenis pelanggaran ini, petugas akan langsung memberikan tilang,” katanya.
    Ia menambahkan bahwa detail sasaran lengkap akan disampaikan setelah praoperasi.
    Komarudin menyebut sejumlah pelanggaran yang sudah dipastikan menjadi fokus pengawasan, antara lain:
    “Pelanggaran yang disasar itu pelanggaran kasat mata, penggunaan helm, kemudian juga knalpot–knalpot yang tidak sesuai dengan spektek. Itu yang kita sasar,” tutur Komarudin.
    Meski penindakan tetap dilakukan, Komarudin menegaskan bahwa porsi terbesar Operasi Zebra berada pada upaya pencegahan.
    “Jadi bobotnya nanti, bobot yang terbesar dalam kegiatan ini adalah
    pre-emptive
    .
    Pre-emptive
    , kemudian
    preventive
    itu 40-40. Kemudian terakhir penegakan hukum, 20 persen itu penegakan hukum,” katanya.
    Kegiatan edukasi dan pengawasan akan dilaksanakan secara masif untuk meningkatkan disiplin berlalu lintas di Jakarta dan sekitarnya.
    Dengan tidak adanya titik razia tetap dan seluruh wilayah menjadi area patroli,
    Operasi Zebra 2025
    menempatkan pengawasan lalu lintas secara dinamis di lapangan.
    Melalui pola
    hunting system
    dan penguatan kegiatan pencegahan, kepolisian berupaya menekan potensi kecelakaan serta meningkatkan kepatuhan berkendara selama periode operasi.
    (Reporter: Febryan Kevin Candra Kurniawan | Editor: Muhammad Isa Bustomi)
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Polda Metro Jaya siap gelar Operasi Zebra jelang Natal dan Tahun Baru

    Polda Metro Jaya siap gelar Operasi Zebra jelang Natal dan Tahun Baru

    Jakarta (ANTARA) – Direktorat Lalu Lintas Polda Metro Jaya siap menggelar kembali Operasi Zebra menjelang Hari Raya Natal dan Tahun Baru.

    “Hari Senin (17/11) itu gelar pasukan langsung melaksanakan Operasi Zebra. Jadi, Operasi Zebra ini merupakan operasi cipta kondisi menjelang Natal dan Tahun Baru,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Komarudin saat dikonfirmasi, Kamis.

    Dia menjelaskan untuk jenis pelanggaran, yakni pelanggaran yang kasat mata.

    “Untuk pelanggaran-pelanggaran kasat mata nanti selesai laporan pra operasional, nanti kita akan sampaikan, ya,” ujar Komarudin.

    Sementara untuk jangka waktu Operasi Zebra, dia menyebutkan akan dimulai pada 17 November hingga 30 November 2025 secara serentak di seluruh Indonesia.

    “Jadi, targetnya untuk menekan angka pelanggaran lalu lintas. Pelanggaran yang disasar itu pelanggaran kasat mata, seperti penggunaan helm, kemudian juga knalpot-knalpot yang tidak sesuai, itu yang kita sasar,” tutur Komarudin.

    Lebih lanjut, dia mengatakan sistem penindakan tilang nantinya menggunakan hunting system atau berpatroli keliling.

    “Jadi, bukan razia-razia konsep stasioner, kita hunting system, nanti kita akan berpatroli keliling menemukan pelanggaran. Nanti kita lihat jenis pelanggarannya, apakah itu cukup dengan teguran simpati atau memang harus ditilang,” ungkap Komarudin.

    Pewarta: Ilham Kausar
    Editor: Rr. Cornea Khairany
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Jumat Malam, Lalu Lintas Jalan S Parman-Gatot Subroto Ramai Lancar 
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        26 September 2025

    Jumat Malam, Lalu Lintas Jalan S Parman-Gatot Subroto Ramai Lancar Megapolitan 26 September 2025

    Jumat Malam, Lalu Lintas Jalan S Parman-Gatot Subroto Ramai Lancar
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Arus lalu lintas Jalan Letjen S Parman, Slipi menuju Jalan Gatot Subroto, Semanggi terpantau ramai lancar pada Jumat (26/9/2025) malam.
    Berdasarkan pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, tak terjadi kemacetan di persimpangan Slipi Petamburan malam ini.
    Volume kendaraan yang melintas dari arah Grogol terpantau padat, tetapi tidak terjadi penumpukan.
    Pengendara baik mobil, motor, hingga bus Transjakarta dapat melintas dengan kecepatan stabil tanpa hambatan.
    Flyover Slipi yang menghubungkan dengan Jalan Gatot Subroto, Semanggi, Jakarta Selatan juga terlihat ramai lancar.
    Kepadatan terjadi di jalur kiri dari arah Slipi menuju ke Jalan Pejompongan Raya akibat adanya proyek galian di sisi kiri jalan.
    Sementara, dari arah Petamburan maupun Palmerah yang keluar menuju ke jalur arteri mengalami kepadatan akibat banyaknya volume kendaraan yang berhenti di lampu merah persimpangan.
    Adapun, lalu lintas di jalan Tol Dalam Kota, baik dari arah Grogol menuju Cawang maupun sebaliknya terpantau padat dengan sedikit perlambatan imbas volume kendaraan yang meningkat saat jam pulang kantor.
    Kepadatan terjadi di sekitar off ramp dari tol yang menuju ke jalan arteri Semanggi.
    Kepadatan itu juga menimbulkan perlambatan di sekitar area GT Semanggi 1 hingga ke bundaran Simpang Susun Semanggi.
    Meski begitu, rekayasa arus lalu lintas berupa kanalisasi di sepanjang Jalan Gatot Subroto berhasil meminimalisir kepadatan jalur.
    Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya, Kombes Pol Komarudin menyebut kemacetan diprediksi terjadi pada Jumat sore hingga malam hari.
    “Prediksi peningkatan atau bangkitan arus lalin diperkirakan sore jam pulang kantor sampai malam,” kata Komarudin kepada Kompas.com, Jumat.
    Kemacetan terjadi karena GT Semanggi 1 dan Semanggi 2 masih dalam proses perbaikan.
    Perbaikan itu dilakukan usai sejumlah gerbang tol menjadi sasaran pembakaran orang tidak dikenal (OTK) dalam unjuk rasa Agustus 2025 lalu.
    Sementara, GT Pejompongan masih ditutup dan belum beroperasi hingga saat ini.
    Kedua GT Semanggi ditargetkan akan rampung diperbaiki pada Sabtu (27/9/2025) besok, dan GT Pejompongan ditarget rampung pada 4 Oktober mendatang.
    Adapun, pengendara mobil yang melintas menuju kawasan Cawang dari arah Grogol diimbau untuk menggunakan GT Tanjung Duren dan GT Slipi 2.
    Hal itu ditujukan agar mengurangi volume kepadatan kendaraan yang melintas di jalan arteri Slipi-Semanggi.
     
     
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Perbaikan Gerbang Tol Semanggi Dikebut, Target Rampung 2 Hari Lagi 
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 September 2025

    Perbaikan Gerbang Tol Semanggi Dikebut, Target Rampung 2 Hari Lagi Megapolitan 25 September 2025

    Perbaikan Gerbang Tol Semanggi Dikebut, Target Rampung 2 Hari Lagi
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Perbaikan Gerbang Tol (GT) Semanggi 1 dan Semanggi 2 di ruas Tol Dalam Kota ditargetkan rampung pada Sabtu (27/9/2025) mendatang.
    Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya, Kombes Pol Komarudin, mengungkap bahwa perbaikan dua GT tersebut tengah dikebut untuk mengantisipasi kemacetan di kawasan Slipi-Semanggi.
    “Barusan saya koordinasi dengan Jasa Marga, untuk GT Semanggi 1 dan Semanggi 2 mudah-mudahan dua hari ke depan itu sudah beroperasi semua,” jelas Komarudin kepada
    Kompas.com
    , Kamis, (25/9/2025).
    Menurut Komarudin, penyelesaian perbaikan menjadi sangat krusial karena berperan penting memecah kemacetan di Jalan Gatot Subroto dan Jalan Letjen S. Parman.
    Sementara itu, Gerbang Tol Pejompongan yang masih ditutup hingga saat ini disebut akan memakan waktu perbaikan lebih lama.
    “Kalau untuk GT Pejompongan sendiri, direncanakan selesai sekitar tanggal 4 Oktober,” kata Komarudin.
    Saat ini, sejumlah gerbang tol masih dalam proses perbaikan oleh Jasa Marga usai menjadi sasaran pembakaran oleh orang tidak dikenal (OTK) pada kerusuhan unjuk rasa Agustus 2025 lalu.
    Adapun, pada Kamis malam, GT Slipi 2 dan GT Semanggi 1 sudah kembali beroperasi untuk mengantisipasi kemacetan di kawasan Slipi-Semanggi.
    Meskipun, GT Semanggi 1 saat ini hanya mengoperasikan satu gardu untuk akses masuk tol bagi pengendara mobil.
    Sementara itu, GT Semanggi 2 saat ini sudah beroperasi dengan satu gardu reguler ditambah satu lajur sodetan dengan transaksi manual menggunakan
    card reader.
    Sebelumnya, kemacetan parah melanda ruas Jalan Gatot Subroto hingga kawasan Semanggi pada Rabu (24/9/2025) malam, membuat perjalanan warga tersendat berjam-jam.
    Bagi pengendara, dampak penutupan ini terasa langsung. Rizky (28), seorang pengendara motor, mengaku butuh hampir satu jam hanya untuk menempuh jarak dari DPR/MPR RI Senayan menuju SCBD.
    Cerita serupa dialami Salma (25), penumpang Transjakarta T31 rute PIK 2–Blok M. Ia terjebak macet sejak Slipi hingga Semanggi selama lebih dari dua jam.
    Tidak kuat menunggu, ia bersama puluhan penumpang lain akhirnya turun di Slipi Kemanggisan meski tanpa halte resmi, lalu berjalan kaki hampir satu kilometer menuju Petamburan.
    “Hampir semua penumpang yang berdiri itu turun. Bahkan ada penumpang mobil bawa koper yang juga jalan kaki di pinggir tol,” ucapnya.
    Lebih sulit lagi, usaha Salma memesan ojek
    online
    (ojol) menuju Stasiun Karet sempat ditolak pengemudi karena kondisi macet. Ia baru mendapat tumpangan sekitar pukul 21.00 WIB.
    Kemacetan ini tak lepas dari kerusakan fasilitas jalan tol oleh orang tak dikenal saat kerusuhan di Jakarta akhir Agustus 2025.
    Senior General Manager Jasamarga Metropolitan Tollroad, Widiyatmiko Nursejati, menyebut ada tujuh gerbang Tol Dalam Kota Jakarta yang dibakar massa, yakni Slipi 1, Slipi 2, Pejompongan, Senayan, Semanggi 1, Semanggi 2, dan Kuningan 1.
    “Imbasnya banyak fasilitas pelayanan jalan tol yang mengalami kerusakan. Total sebanyak tujuh gerbang tol dibakar massa,” ujarnya, Sabtu (30/8/2025).
    Selain itu, 20 unit
    water barrier
    ,
    rubber cone
    ,
    median concrete barrier
    (MCB), kamera CCTV, hingga sarana pendukung lain turut dirusak.
    Akibatnya, operasional ruas tol Cawang–Tomang–Pluit sempat lumpuh saat itu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Atasi Macet di Gatot Subroto, Polisi Terapkan Kanalisasi di Jalan Arteri dan Tol Semanggi
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        25 September 2025

    Atasi Macet di Gatot Subroto, Polisi Terapkan Kanalisasi di Jalan Arteri dan Tol Semanggi Megapolitan 25 September 2025

    Atasi Macet di Gatot Subroto, Polisi Terapkan Kanalisasi di Jalan Arteri dan Tol Semanggi
    Tim Redaksi

    JAKARTA, KOMPAS.com –
     Polisi memberlakukan rekayasa lalu lintas berupa kanalisasi atau pemisahan lajur di sepanjang Jalan Gatot Subroto pada Kamis malam (25/9/2025).
    Rekayasa tersebut diterapkan untuk mengurai kepadatan yang terjadi di jalan arteri maupun di ruas Tol Dalam Kota yang mengarah ke pintu keluar (
    off ramp
    ) Semanggi.
    “Untuk kendaraan-kendaraan yang berada di lajur 1 dan 2 di (arteri) Semanggi itu tidak bisa masuk ke Gerbang Tol Semanggi 1. Jadi dia harus masuk di Gerbang Tol Semanggi 2 supaya tidak ada
    crossing
    ,” jelas Dirlantas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Komarudin kepada
    Kompas.com
    , Kamis.
    Menurut Komarudin, salah satu penyebab macet yang harus diatasi di arteri Semanggi adalah banyaknya kendaraan yang memotong dari lajur kiri untuk masuk ke pintu tol.
    Serupa, di dalam ruas tol dari arah Grogol menuju Cawang juga diberlakukan kanalisasi untuk mencegah pengendara yang berpindah lajur secara tiba-tiba untuk keluar di
    off ramp
    Semanggi.
    “Sumbatan yang sering terjadi itu adalah kendaraan-kendaraan dari lajur 3 dia baru keluar ataupun baru menepi setelah mendekati off ramp. Nah itu yang sering menyumbat ke arah Semanggi,” kata Komarudin.
    “Sudah kita kanalisasi lajur 1 untuk yang keluar di Semanggi. Untuk lajur 2 dan 3 terpaksa kami harus luruskan. Jadi dia tidak boleh memotong di depan
    off ramp
    ,” imbuhnya.
    Meski begitu, Komarudin menyebut pihaknya tak bisa mencegah adanya kepadatan yang terjadi di dekat pintu keluar tol Semanggi karena macet yang terjadi di jalan arteri.
    “Karena memang kita tidak bisa mengatur pintu keluar ya, kendaraan itu tidak bisa kita luruskan untuk keluar di off ramp yang depan, yang bisa dilakukan ya kanalisasi,” ucapnya.
    Adapun, pada Kamis (25/9/2025) malam, GT Slipi 2 dan GT Semanggi 1 sudah kembali beroperasi untuk mengantisipasi kemacetan di kawasan Slipi-Semanggi.
    Meskipun, GT Semanggi 1 saat ini hanya mengoperasikan satu gardu untuk akses masuk tol bagi pengendara mobil.
    Sementara itu, GT Semanggi 2 saat ini sudah beroperasi dengan satu gardu reguler ditambah satu lajur sodetan dengan transaksi manual menggunakan card reader.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ini Penyebab Jakarta Macet Parah pada Rabu Malam 24 September 2025 – Page 3

    Ini Penyebab Jakarta Macet Parah pada Rabu Malam 24 September 2025 – Page 3

    Sementara itu, sebuah bus mogok di tanjakan Slipi (Jakarta Barat) menuju Semanggi memperparah kemacetan lalu lintas di Jalan Gatot Subroto pada Rabu.

    “Kalau yang di Slipi ada masalah satu, itu ada satu bus yang juga mogok di tanjakan Slipi arah ke Semanggi,” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Pol Komarudin saat dihubungi di Jakarta, Rabu 24 September 2025.

    Macetnya bus itu memperparah kemacetan, lantaran arus kendaraan yang melewati titik tersebut bukan hanya datang dari arah Grogol Petamburan dan KS Tubun, tetapi juga dari putar balik Slipi Petamburan.

    Pantauan di lokasi pada pukul 20.35 WIB, petugas lalu lintas telah menutup putar balik Slipi Petamburan dari arah Semanggi. Penutupan itu pun membuat arus lalu lintas dari arah DPR RI mulai lancar. Demikian juga dari Slipi menuju Semanggi.

    Sebelumnya diberitakan, Polda Metro Jaya menyebutkan bahwa arus lalu lintas dari arah Semanggi menuju Slipi dan arah sebaliknya macet parah karena Gerbang Tol Semanggi 1 ditutup untuk perbaikan.

    “Gerbang Tol Semanggi 1 lagi tahap perbaikan karena dampak dari yang dibakar kemarin (aksi unjuk rasa Agustus 2025),” kata Dirlantas Polda Metro Jaya Kombes Polisi Komarudin saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

    Arus kendaraan pun dialihkan ke Gerbang Tol Semanggi 2, kendati hanya satu gerbang yang dapat digunakan.

    “Sehingga masyarakat yang akan masuk Gerbang Tol Semanggi 1, dialihkan ke Gerbang Tol Semanggi 2,” katanya.

    Gerbang Tol Semanggi 2 juga hanya satu gerbang yang bisa digunakan.

    “Satu gardunya juga perbaikan,” katanya.

  • 5
                    
                        Cerita Warga yang Terjebak Kemacetan Horor di Jalan Gatot Subroto
                        Megapolitan

    5 Cerita Warga yang Terjebak Kemacetan Horor di Jalan Gatot Subroto Megapolitan

    Cerita Warga yang Terjebak Kemacetan Horor di Jalan Gatot Subroto
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Kemacetan parah terjadi di sepanjang Jalan Letjen S Parman, Slipi, hingga Jalan Gatot Subroto, Semanggi, pada Rabu (24/9/2025) sore hingga malam hari.
    Kemacetan itu terjadi sejak sekitar pukul 15.30 WIB dan baru mulai terurai menjelang tengah malam sekitar pukul 23.00 WIB.
    Kemacetan di jalan itu membuat kepadatan kendaraan turut merambah ke wilayah di sekitarnya, seperti Palmerah, Cideng, Petamburan, dan Tanah Abang.
    Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Metro Jaya Kombes Pol Komarudin menjelaskan, kemacetan parah ini dipicu oleh beberapa faktor yang terjadi bersamaan.
    Namun, faktor utamanya adalah penutupan Gerbang Tol (GT) Semanggi 1 yang masih dalam perbaikan setelah insiden pembakaran oleh orang tidak dikenal saat aksi unjuk rasa pada Agustus 2025.
    “Kemacetan ini dampak karena Gerbang Tol Semanggi 1 saat ini ditutup untuk beberapa hari ke depan,” ujar Komarudin kepada Kompas.com, Rabu.
    Sementara itu, GT Semanggi 2 yang seharusnya menjadi alternatif justru juga tak bisa beroperasi secara optimal karena hanya ada satu gardu yang dibuka, sedangkan yang lain juga tengah mengalami perbaikan.
    Komarudin mengatakan, banyaknya aksi saling serobot jalur pengendara di jalan arteri dari jalur kiri ke kanan untuk masuk tol juga memperparah kondisi kemacetan.
    Akhirnya, pengendara mobil terpaksa harus beralih dan menumpuk untuk memasuki jalan tol di GT Kuningan.
    Tak hanya itu, jalan tol dari arah Grogol menuju Cawang juga tersendat akibat kendaraan tak bisa keluar dari tol imbas kemacetan di jalan arteri.
    “Tol yang dari arah Bandara itu tersumbatnya di off ramp keluaran Semanggi. Ini karena jalan arterinya tidak bergerak,” kata Komarudin.
    Sementara itu, lalu lintas di Slipi, terutama dari arah Gedung DPR RI menuju Grogol, tersendat akibat banyaknya kendaraan yang terjebak di tengah kemacetan saat memutar balik.
    Selain itu, Komarudin juga menyebut adanya sebuah bus yang mogok di tanjakan
    flyover
    Slipi karena terjebak kemacetan sehingga menambah kepadatan menuju Jalan Gatot Subroto.
    Transportasi umum Transjakarta menjadi salah satu yang terdampak paling parah dari kemacetan tersebut.
    Pantauan
    Kompas.com
    di lokasi, diperkirakan terdapat hingga 20 bus Transjakarta yang terjebak di dalam kemacetan di sepanjang Jalan Letjen S Parman.
    Rudi (28), warga asal Bogor, Jawa Barat, mengaku harus menempuh perjalanan dari Grogol menuju Slipi selama lebih dari empat jam menggunakan Transjakarta, sejak pukul 17.00 WIB hingga sekitar pukul 21.00 WIB.
    “Saya naik dari Halte Grogol Reformasi. Empat jam perjalanan, gila banget dah. Dari jam 5 sore saya naik bus, baru turun ini jam 9,” ucap Rudi.
    Setibanya di Petamburan, Rudi memutuskan untuk beristirahat terlebih dahulu, sebelum melanjutkan perjalanannya menerobos kemacetan menuju Stasiun Palmerah dan menaiki kereta ke Bogor.
    Irwan (37) justru membagikan momen unik dalam perjalanannya di Transjakarta yang berlangsung selama lebih kurang tiga jam dari Halte Widya Chandra Telkomsel menuju Halte Grogol Petamburan.
    Irwan mengatakan, sejumlah orang bersolidaritas memberikan kursinya kepada penumpang yang tak mendapat kursi dan harus berdiri selama perjalanan. Kursi itu untuk diduduki secara bergantian oleh penumpang, meski tak satu pun dari mereka termasuk sebagai penumpang prioritas.
    Di sisi lain, Salma (25) justru membagikan kisahnya turun di tengah jalan dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki imbas bus Transjakarta yang dinaikinya terjebak macet berjam-jam.
    “Saya sama orang-orang pada turun di Slipi Kemanggisan, terus jalan kaki sampai Petamburan,” ungkap Salma (25), seorang penumpang Transjakarta rute PIK-Blok M.
    Berjalan kaki sepanjang lebih kurang satu kilometer harus ditempuh Salma melewati jalur tol, keluar ke jalan arteri, hingga bergerak ke arah Petamburan.
    Di sepanjang jalan, ia bahkan melihat penumpang dengan koper keluar dari mobil dan berjalan kaki di pinggir tol.
    “Bahkan kayaknya ada Grab/Go-Car yang penumpangnya juga ikut turun karena tadi lihat ada yang bawa-bawa koper juga di pinggir tol,” kata dia.
    Tak hanya kendaraan berukuran besar seperti mobil atau Transjakarta, kendaraan roda dua juga mengalami pengalaman horor serupa saat melintasi macet.
    Zaki (33) mengaku harus menempuh jarak tiga kilometer perjalanan dengan durasi waktu 1,5 jam imbas kemacetan yang juga meluber hingga ke perkampungan.
    Padahal, jarak tersebut biasanya dapat ditempuh selama sekitar 10 atau 15 menit.
    “Parah, macet banget pokoknya. Sampai keringetan di jalan ini saya. Enggak bergerak sama sekali, motor aja enggak bisa nyelip,” kata Zaki.
    Senada, Pras, pengendara yang melintas dari Jalan Panjang, Kebon Jeruk, juga mengaku membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk menuju Palmerah.
    “Kayaknya jaraknya juga enggak seberapa, biasanya paling 10 atau 15 menit. Ini saya udah dua jam di jalan, mau pulang kerja,” ucap Pras.
    Pemandangan unik terpampang di SPBU Palmerah, yang secara mendadak dijadikan tempat beristirahat oleh berbagai pengemudi mobil yang mengaku tak kuat menghadapi kemacetan.
    Mereka memilih untuk menepi dan beristirahat di SPBU dibanding harus menguras tenaga dengan berada di tengah kemacetan selama berjam-jam.
    Terlihat parkiran mobil dipadati pengendara yang beristirahat dengan pintu mobil terbuka, bak tengah berada di
    rest area
    jalan tol pada masa mudik Lebaran.
    “Ini harusnya balik lagi ke Cawang. Tapi, enggak sanggup dah kalau harus ngelewatin macet begitu. Mending saya nunggu tengah malem aja, enggak dikejar apa-apa juga,” kata Arif (39), seorang sopir travel.
    Meski anak istrinya menunggu di rumah, Arif memilih untuk beristirahat agar dapat melanjutkan perjalanan dengan aman.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.