Tag: Kim Jong Il

  • Ternyata Ini Alasan Kim Jong Un Hapus Jejak dan Bawa Toilet Sendiri saat di Beijing

    Ternyata Ini Alasan Kim Jong Un Hapus Jejak dan Bawa Toilet Sendiri saat di Beijing

    Jakarta

    Setelah Kim Jong Un bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin di Beijing, staf Korea Utara tampak hati-hati membersihkan barang-barang yang disentuh pemimpin tertinggi itu. Menurut analis, langkah tersebut merupakan bagian dari protokol keamanan untuk mencegah upaya mata-mata asing.

    Meski hubungan Kim dan Putin terlihat makin akrab, rekaman pada Rabu (3/8/2025) memperlihatkan betapa seriusnya Korea Utara berusaha menyembunyikan segala petunjuk terkait kondisi kesehatan Kim.

    Dalam sebuah unggahan di Telegram, reporter Kremlin Alexander Yunashev membagikan video yang memperlihatkan dua staf Kim dengan cermat membersihkan ruangan di Beijing, tempat Kim dan Putin berbincang selama lebih dari dua jam.

    Mereka terlihat mengelap sandaran punggung dan sandaran lengan kursi, membersihkan meja kopi di samping kursi Kim, serta menyingkirkan gelas minumnya.

    “Setelah negosiasi selesai, staf yang mendampingi kepala DPRK dengan hati-hati menghancurkan semua jejak keberadaan Kim,” kata reporter tersebut, merujuk pada Korea Utara, dikutip dari CNA.

    Setelah berbincang di ruangan itu, Kim dan Putin kemudian minum teh bersama sebelum berpisah dengan salam perpisahan yang hangat.

    Seperti dalam kunjungan luar negeri sebelumnya, Kim membawa toilet pribadinya di kereta hijau khas yang membawanya ke Beijing. Menurut laporan surat kabar Jepang Nikkei, langkah ini dilakukan untuk menyembunyikan informasi apa pun terkait kondisi kesehatannya, dengan mengutip sumber intelijen Korea Selatan dan Jepang.

    Michael Madden, pakar kepemimpinan Korea Utara dari Stimson Center, AS, menjelaskan bahwa praktik semacam ini telah menjadi protokol standar sejak era pendahulu Kim, yaitu ayahnya, Kim Jong Il.

    “Toilet khusus dan kantong sampah khusus berisi sampah, limbah, dan puntung rokok disediakan agar badan intelijen asing, bahkan yang bersahabat sekalipun, tidak mengambil sampel dan mengujinya,” kata Madden.

    “Ini akan memberikan wawasan tentang kondisi medis apa pun yang memengaruhi Kim Jong Un. Ini bisa termasuk rambut dan kutil kulit,” ujarnya.

    Pada 2019, setelah pertemuan puncak di Hanoi dengan Presiden AS Donald Trump, pengawal Kim terlihat menutup akses ke lantai kamar hotelnya selama berjam-jam untuk membersihkan ruangan, bahkan sampai mengambil barang-barang termasuk kasur.

    Tim Kim juga kerap terlihat dengan teliti membersihkan barang-barang sebelum ia gunakan. Saat bertemu Presiden Korea Selatan saat itu, Moon Jae-in, petugas keamanan Korea Utara menyemprot kursi dan meja dengan cairan pembersih lalu mengelapnya sebelum Kim duduk.

    Hal serupa terjadi menjelang pertemuan puncaknya dengan Putin pada 2023. Rekaman video menunjukkan tim keamanan Kim membersihkan kursinya dengan disinfektan dan memeriksanya secara ketat. Salah satu penjaga bahkan menggunakan detektor logam untuk memindai kursi, memastikan tidak ada ancaman yang tersembunyi.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Di Depan Presiden Korsel, Trump Bilang Mau Bertemu Kim Jong Un”
    [Gambas:Video 20detik]
    (suc/suc)

  • Korut Bersihkan Kursi Kim Jong Un Usai Bertemu Putin, Takut DNA Dicuri?

    Korut Bersihkan Kursi Kim Jong Un Usai Bertemu Putin, Takut DNA Dicuri?

    Beijing

    Para staf Korea Utara (Korut) secara teliti membersihkan barang-barang yang disentuh oleh pemimpin tertinggi mereka, Kim Jong Un, sesaat setelah pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin digelar di Beijing, China, pada Rabu (3/9) waktu setempat.

    Momen tersebut, seperti dilansir Reuters dan NDTV, Kamis (4/9/2025), terlihat dalam sebuah video yang dibagikan seorang reporter Kremlin bernama Alexander Yunashev via Telegram. Video itu tampaknya direkam setelah Kim Jong Un dan Putin mengakhiri pertemuan yang berlangsung lebih dari dua jam di Beijing.

    Video tersebut mengungkapkan bahwa setelah pertemuan selesai digelar, seorang staf perempuan Korut, yang membawa nampan, dengan cepat menyingkirkan gelas yang diduga digunakan oleh Kim Jong Un.

    Sedangkan seorang staf laki-laki Korut, seperti terlihat dalam video, langsung mengelap kursi bekas tempat duduk Kim Jong Un dengan kain, mulai dari sandaran punggung hingga sandaran tangan. Bagian sisi meja yang mungkin disentuh Kim Jong Un saat berbicara dengan Putin juga ikut dibersihkan.

    Staf laki-laki Korut itu menghabiskan waktu sekitar satu menit untuk mengelap semua bagian kursi yang diduduki Kim Jong Un. Dekorasi interior dan furnitur di sekitarnya juga tidak luput dari pembersihan.

    “Setelah negosiasi selesai, staf yang mendampingi pemimpin DPRK dengan hati-hati menghancurkan semua jejak kehadiran Kim,” kata Yunashev dalam siaran live via Telegram, merujuk pada nama resmi Korut, Republik Rakyat Demokratik Korea.

    “Mereka mengambil gelas tempat dia minum, mengelap bantalan kursi, dan bagian-bagian furnitur yang disentuh pemimpin Korea,” sebutnya.

    Yunashev menambahkan bahwa terlepas dari aksi pembersihan yang aneh itu, pertemuan tersebut berakhir secara positif, dengan Kim Jong Un dan Putin meninggalkan ruangan “dengan sangat puas” sebelum menikmati teh bersama.

    Alasan pasti untuk pembersihan ruangan dan furnitur oleh para staf Korut itu masih dirahasiakan. Namun media terkemuka Amerika, CNN, berspekulasi bahwa pembersihan semacam itu mungkin dimaksudkan untuk mencegah kebocoran informasi DNA milik Kim Jong Un.

    Tonton juga video “Spesifikasi Kereta Api yang Bawa Kim Jong Un ke China” di sini:

    Hal tersebut juga menunjukkan langkah-langkah luar biasa yang diambil Korut untuk menyembunyikan petunjuk apa pun tentang kesehatan Kim Jong Un.

    Dalam kunjungan ke luar negeri sebelumnya, menurut laporan Nikkei yang mengutip badan intelijen Korea Selatan (Korsel) dan Jepang, Kim Jong Un bahkan membawa toiletnya sendiri di dalam kereta warna hijau yang khas yang membawanya ke Beijing untuk menyembunyikan petunjuk kesehatan.

    Pakar kepemimpinan Korut dari Stimson Center yang berkantor di Amerika Serikat (AS), Michael Madden, mengatakan bahwa langkah semacam itu merupakan protokol standar sejak era pendahulu Kim Jong Un, ayahnya Kim Jong Il.

    “Toilet khusus dan kantong sampah berisi kotoran, limbah, dan puntung rokok yang diwajibkan agar badan intelijen asing, bahkan yang bersahabat sekalipun, tidak bisa mengambil sampel dan mengujinya,” sebut Madden.

    “Itu akan memberikan wawasan tentang kondisi medis apa pun yang mempengaruhi Kim Jong Un. Ini bisa mencakup hair tag dan skin tag,” katanya.

    Dalam pertemuan dengan Presiden AS Donald Trump di Hanoi tahun 2019, para pengawal Kim Jong Un terlihat memblokir satu lantai kamar hotelnya untuk membersihkan kamar selama berjam-jam dan mengeluarkan barang-barang termasuk kasur.

    Tim pengawal Kim Jong Un juga membersihkan barang-barang dengan teliti sebelum digunakan sang pemimpin. Dalam pertemuan tahun 2018 dengan Presiden Korsel saat itu Moon Jae In, para pengawal Korut menyemprot kursi dan meja dengan sanitizer dan mengelapnya sebelum Kim Jong Un duduk.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Bangun Fasilitas Baru, Korea Utara Isyaratkan Ekspansi Nuklir?

    Bangun Fasilitas Baru, Korea Utara Isyaratkan Ekspansi Nuklir?

    Jakarta

    Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengungkapkan, pihaknya tengah mengamati pembangunan sebuah fasilitas baru di kompleks nuklir Yongbyon, Korea Utara.

    Dalam pernyataan yang dirilis pekan lalu, Direktur Jenderal IAEA Rafael Grossi mengatakan lembaganya aktif “memantau pembangunan sebuah gedung baru di Yongbyon yang memiliki ukuran dan fitur serupa dengan fasilitas pengayaan di Kangson.”

    Grossi menegaskan bahwa “fasilitas pengayaan uranium yang tidak diumumkan” di Korea Utara “sangat mengkhawatirkan.” Dan menambahkan, “kelanjutan dan pengembangan lebih lanjut dari program nuklir Korea Utara jelas melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB dan sangat disesalkan.”

    ‘Paranoia akan kelangsungan rezim’

    Para analis menyebut, meski Korea Utara telah memiliki kemampuan pencegahan nuklir, diktatur Kim Jong Un meyakini kepemilikan bom atom sebagai jaminan bagi kelangsungan rezimnya.

    “Korea Utara sejak lama paranoid mengenai kelangsungan rezimnya,” kata Erwin Tan, profesor politik keamanan di Hankuk University of Foreign Studies, Seoul.

    Menurut Tan, Kim mewarisi keyakinan dari ayahnya Kim Jong Il bahwa memiliki persenjataan nuklir operasional berfungsi sebagai “polis asuransi.”

    Dia menambahkan, “situasi saat ini juga memberikan semacam ‘jendela peluang’ bagi Korea Utara untuk mengembangkan persenjataan nuklir operasional, berkat keluguan kebijakan pemerintahan Donald Trump dan kurangnya visi geostrategis kala itu.”

    Selain itu, pembangunan fasilitas penyimpanan limbah radioaktif bawah tanah juga terdeteksi di kawasan tersebut.

    Kapasitas nuklir yang bertambah

    Temuan ini bertepatan dengan laporan yang dirilis Senin lalu oleh Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), yang meneliti kondisi persenjataan nuklir dunia.

    SIPRI memperkirakan, per Januari tahun ini, Korea Utara telah merakit sekitar 50 hulu ledak nuklir dan memiliki cukup bahan fisil untuk memproduksi hingga 90 hulu ledak. Laporan itu juga menyebutkan bahwa persediaan senjata nuklir Korea Utara diperkirakan akan terus bertambah dalam beberapa tahun mendatang.

    Andrei Lankov, profesor sejarah dan hubungan internasional di Universitas Kookmin, Seoul, menyebut Korea Utara kini berada di salah satu dari dua jalur perkembangan, yang satu lebih optimistis bagi stabilitas kawasan, yang lain justru pesimistis.

    “Satu dekade lalu, Korea Utara sudah mencapai kemampuan teknis untuk mengerahkan hulu ledak nuklir dan ICBM (rudal balistik antarbenua) untuk mengirimkannya,” ujarnya. “Namun mereka tidak berhenti di situ dan kini sudah sampai pada tahap di mana mereka bisa mengirimkan hulu ledak ke mana saja di dunia.”

    Menurut Lankov, skenario yang tersirat adalah Korea Utara akan mengancam untuk menyerang kota-kota AS jika Washington mencoba menggagalkan invasi ke Korea Selatan. Korea Utara juga bisa menggunakan senjata nuklir taktis di medan perang untuk “mengimbangi keunggulan besar Korea Selatan dalam sistem persenjataan konvensional.”

    “Akibatnya, kemenangan Korea Utara atas jiran di Selatan sangat mungkin terjadi,” tambahnya.

    Namun, Lankov juga melihat kemungkinan lain yang lebih optimistis. Keterbukaan Pyongyang dalam membangun fasilitas baru di Yongbyon itu, menurutnya, bisa dipahami sebagai isyarat diplomatik.

    “Ini bisa jadi pertanda positif bahwa mereka membangun fasilitas ini dengan sepenuhnya sadar bahwa dunia akan melihatnya, sebuah sinyal bahwa Pyongyang ingin bernegosiasi,” katanya.

    Ancaman proliferasi regional

    Profesor Tan mencatat bahwa aliansi keamanan Kim Jong Un dengan Presiden Rusia Vladimir Putin memberi Korea Utara kekuatan tambahan untuk melawan tekanan internasional, meskipun hubungan kedua negara juga diwarnai ketegangan.

    “Rusia, Korea Utara, bahkan Cina, memang saling tidak percaya dan tidak saling menyukai, namun mereka memiliki kepentingan bersama untuk melawan AS,” ujarnya.

    Tan juga menambahkan bahwa Kim tampaknya memperhitungkan bahwa dirinya bisa “menunggangi kerja sama dengan Putin” untuk mendapatkan perlindungan militer Rusia dalam mengembangkan lebih jauh arsenal nuklirnya.

    Situasi ini sekali lagi memunculkan kekhawatiran akan potensi proliferasi senjata nuklir di Asia Timur Laut, termasuk kemungkinan Korea Selatan mengembangkan kemampuan nuklirnya sendiri.

    “Menjelang akhir masa jabatan pertama Trump, sempat muncul perdebatan di Korea Selatan mengenai kebutuhan akan senjata nuklir independen, meskipun aspirasi itu tidak terealisasi,” ujar Tan.

    “Namun kesan saya, walaupun publik Korea Selatan mungkin secara spontan mendukung gagasan memiliki senjata nuklir, antusiasme itu cenderung mereda ketika mereka menyadari konsekuensi berupa kenaikan pajak dan belanja pertahanan, serta dampak negatif bagi reputasi internasional Korea Selatan,” tutupnya.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam Bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Rizki Nugraha

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Korea Utara Kenang Sejarah Pertemuan Pemimpin Besar Korut dengan Presiden Soekarno

    Korea Utara Kenang Sejarah Pertemuan Pemimpin Besar Korut dengan Presiden Soekarno

    PIKIRAN RAKYAT – So Kwang Yun, Kuasa Usaha Kedutaan Besar Korea Utara, mengenang pertemuan bersejarah antara Presiden Kim Il Sung dengan Presiden Soekarno 60 tahun silam.

    So Kwang Yun mengutarakannya saat melihat pameran foto di Kebun Raya Bogor, Kamis 17 April 2025. Kunjungan ini pun dalam rangka memperingati 60 tahun kunjungan bersejarah Pemimpin Korut dengan Presiden Soekarno.

    Kim Jong Il, anak mantan pemimpin Korea Utara tersebut, hadir juga dalam pertemuan tersebut. Keduanya mengunjungi Indonesia dari tanggal 10 hingga 20 April 1965 atas undangan Presiden Soekarno. Keduanya pun menghadiri perayaan 10 tahun Konferensi Asia Afrika.

    So Kwang Yun mengutarakan pertemuan pemimpin kedua negara tersebut menjadi tonggak penting hubungan kedua negara. Pertemuan bersejarah ini pun tak bisa terlepas dari bunga Kimilsungia.

    Saat itu, Presiden Soekarno menghadiahi bunga anggrek kepada Kim Il Sung yang dinamakan Kimilsungia. So Kwang Yun menyebut bunga tersebut sebagai simbol persahabatan kedua negara. So Kwang Yun menjelaskan hubungan ini diwariskan ke generasi selanjutnya.

    Sementara itu, Dino Rachmadiana Kusnad selaku wakil Direktur Jenderal Asia, Pasifik dan Afrika Kemlu RI menjelaskan bahwa Korea Utara menjadi salah satu sahabat Indonesia. “Republik Rakyat Diplomatik Korea tetap menjadi salah satu sahabat terdekat Indonesia di kawasan ini,” ujarnya.

    Dino menambahkan bahwa acara peringatan tersebut bermakna kedua negara bisa bekerja sama memperjuangkan persamaan. Kerja sama bilateral ini akan menguntungkan kedua negara.

    Profil Kim Il Sung

    Kim Il Sung lahir pada tahun 1912 di Mangyongdae. Ia mendirikan negara Korea Utara pada tahun 1948. Ia menjadi pemimpin sejak negara ini berdiri hingga wafatnya pada tahun 1994.

    Saat Korea berada di bawah pendudukan Jepang dari tahun 1910 hingga 1945, ia terlibat dalam aktivitas perlawanan anti-Jepang di Manchuria. Selama Perang Dunia II, bergabung dengan pasukan Soviet.

    Kim Il Sung mengasung ideologi negara juche yang artinyA kemandirian. Ideologi ini mengembangkan ekonomi Korea Utara secara mandiri. Pada tahun 1980, anaknya yang bernama Kim Jong Il dipersiapkan menjadi pemimpin Korea Utara.

    Saat ini. Korea Utara dipimpin oleh Kim Jong Un. Ia mengambil alih kekuasaan dari Kim Jong Il yang merupakan ayahnya sejak Desember 2011.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Wisata 5D4N ke Korea Utara Spesial Ulang Tahun Kim Jong Il, Tertarik?

    Wisata 5D4N ke Korea Utara Spesial Ulang Tahun Kim Jong Il, Tertarik?

    PIKIRAN RAKYAT – Bagi Anda yang penasaran dengan misteri Korea Utara, sebuah agen tur menawarkan kesempatan unik untuk menjelajahi Zona Ekonomi Khusus Rason.

    Paket wisata 5 hari 4 malam ini mengajak Anda untuk merasakan langsung kehidupan sehari-hari di salah satu kawasan industri paling modern di Korea Utara.

    Diketahui, paket wisata ini dibuka dalam rangka memperingati ulang tahun Kim Jong Il yang jatuh pada tanggal 16 Februari 2025 mendatang.

    Dalam website resminya, paket wisata ke Korea Utara itu akan dibuka pada tanggal 12 hingga 18 Februari 2025, namun masih menunggu konfirmasi resmi.

    Mengapa Rason?

    Rason dipilih sebagai tujuan wisata karena beberapa alasan:

    – Rason merupakan kawasan eksperimental di mana Korea Utara menguji kebijakan ekonomi dan sosial baru.

    – Meskipun lebih terpencil dibandingkan Pyongyang, Rason relatif mudah diakses karena lokasinya yang berbatasan dengan China dan Rusia.

    – Anda akan melihat sisi berbeda dari Korea Utara yang jarang dikunjungi oleh wisatawan.

    Kim Jong Il yang merupakan ayah dari Kim Jong Un, yang kematiannya diperingati setiap tahun dengan aturan larangan tertawa selama 11 hari

    Rangkuman Itinerary

    Selama perjalanan, Anda akan diajak mengunjungi berbagai tempat menarik, seperti:

    – Melihat langsung proses produksi di berbagai industri lokal, seperti pabrik pengolahan makanan dan peternakan teripang.

    – Melihat bagaimana bahasa asing diajarkan di Korea Utara.

    – Menyaksikan pemandangan perbatasan antara Korea Utara, China, dan Rusia.

    – Bersantai di tepi pantai dan menikmati keindahan alam di Taman Hae’andan.

    – Berlayar dan menikmati pemandangan pulau yang indah di Pulau Pipha.

    – Mengunjungi tempat-tempat yang sebelumnya tidak dibuka untuk wisatawan.

    Harga dan Fasilitas

    Biaya paket wisata ini dimulai dari 705 Euro per orang (sekitar Rp12,7 juta; 1 Euro: Rp16.963) dan sudah termasuk:

    – Transportasi dari Yanji ke Rason dan kembali

    – Akomodasi hotel

    – Semua makanan selama tur

    – Pemandu wisata lokal

    – Transportasi di dalam Korea Utara

    Hal Penting yang Perlu Diketahui

    – Visa ke Korea Utara harus diurus oleh agen perjalanan.

    – Pembayaran dapat dilakukan secara bertahap.

    – Jadwal perjalanan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kondisi cuaca dan kebijakan pemerintah setempat.

    – Kebebasan bergerak wisatawan di Korea Utara terbatas dan harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan.

    Disclaimer: Tur ini sekarang sudah dibuka untuk pemesanan tetapi belum dikonfirmasi. Saat ini Koryo Tours menunggu informasi dari otoritas Tiongkok mengenai pembukaan sisi perbatasan Tiongkok dan akan segera memberikan konfirmasi.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Adik Perempuan Kim Jong Un Terlihat Bersama 2 Bocah, Anaknya?

    Adik Perempuan Kim Jong Un Terlihat Bersama 2 Bocah, Anaknya?

    Jakarta

    Kantor mata-mata Korea Selatan menganalisa rekaman yang menunjukkan adik perempuan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un, yakni Kim Yo Jong. Wanita itu terlihat bersama dua anak kecil.

    Dilansir AFP, Jumat (3/1/2025), dua anak kecil itu berjenis kelamin laki-laki dan perempuan.

    Mereka terlihat menghadiri perayaan tahun baru berisi pagelaran seni. Kim Yo Jong terlihat menggandeng tangan anak laki-laki seraya berjalan bersama-sama.

    Korea Utara adalah negara yang tertutup. Pemerintah tidak pernah membuka informasi soal status pernikahan Kim Yo Jong. Tapi kantor telik sandi Korsel mengatakan bahwa mereka sedang memastikan apakah anak-anak kecil itu merupakan anak Kim Yo Jong atau bukan.

    “Kami melakukan analisis detail sambil membuka kemungkinan,” kata kantor mata-mata Korsel.

    Badan Intelijen Nasional Korsel mengatakan bahwa mereka sudah mendeteksi sebelumnya bahwa Kim Yo Jong kemungkinan sudah punya anak. Dan anak-anak kecil dalam foto itu berada dalam kurun usia yang sesuai dengan perkiraaan intelijen Korsel.

    Adapun soal acara yang mereka hadiri itu, kementerian unifikasi di Seoul mengatakan ke AFP bahwa itu adalah gelaran pertunjukan seni di Pyongyang. Pastisipan diharapkan menemani anggota keluarga mereka, tapi hal masyarakat tidak biasa melihat Kim Yo Jong bersama anak kecil.

    “Ini juga mengikuti tren mulai awal 2022 untuk menunjukkan pejabat elite dalam lingkaran kecil Kim Jong Un tiba di acara khusus atau menyumbang pemulihan bencana dengan saudaranya atau anggota keluarga,” kata dia.

    Kim Yo Jong lahir tahun 1988. Dia adalah salah satu anak Kim Jong Il. Kim Yo Jong mengenyam pendidikan di Swiss bersama saudara laki-lakinya. Pada April 2015, mata-mata Korsel mengatakan Kim Yo Jong melahirkan. Belakangan, tahun 2018, mata-mata Korsel baru tahu bahwa Kim hamil selama kunjungannya ke Korsel pada Februari 2018 saat Olimpiade Musim Dingin Pyeongchang.

    (dnu/imk)

  • Korea Utara Akhirnya Pakai Kalender Masehi di 2025, Bukan Lagi Juche

    Korea Utara Akhirnya Pakai Kalender Masehi di 2025, Bukan Lagi Juche

    Jakarta, CNN Indonesia

    Korea Utara akhirnya bakal menggunakan kalender masehi untuk edisi 2025 menggantikan sistem penanggalan khas ‘juche’.

    Berdasarkan penanggalan sebelumnya, Korut memasuki Juche 114 pada 2025. Penanggalan itu berpatokan pada tahun lahir pendiri negara tersebut, Kim Il sung.

    Kim Il Sung merupakan kakek dari pemimpin Korut saat ini, Kim Jong Un.

    Belakangan, muncul kabar bahwa Kim Jong Un akan menghapus tanggalan Juche dan menggunakan kalender masehi yang lazim digunakan secara internasional.

    Langkah itu tampaknya merupakan salah satu cara Kim Jong Un untuk mengurangi pengkultusan mendiang sang ayah, Kim Jong Il, dan sang kakek di masa lalu.

    “Tahun ini, Korea Utara menghilangkan simbol-simbol pemujaan terhadap Kim Il Sung dan Kim Jong Il,” seorang keturunan Korut yang ada di China menerangkan kepada Radio Free Asia.

    Sistem penanggalan juche sendiri diambil dari nama ideologi yang ditanamkan Kim Il Sung. Juche berarti menentukan nasib sendiri tanpa bergantung dari pihak lain.

    Sementara itu, kalender resmi merupakan bagian dari propaganda penting di Korea Utara. Kalender-kalender itu dibagikan secara gratis kepada para warga di sana sebagai hadiah.

    Kalender-kalender itu pun kerap menampilkan gambar berupa pencapaian-pencapaian negara, kata-kata rasa hormat terhadap pemimpin, atau memamerkan kekuatan militer Korut.

    Kalender baru 2025 Korut dengan penanggalan masehi didominasi dengan gambar foto gedung-gedung pencakar langit yang gemerlapan dengan lampu di Pyongyang pada malam hari.

    Gambar itu tampaknya untuk mempropagandakan program 50 ribu rumah yang rencananya akan selesai pada akhir 2025.

    (bac/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Momen Kim Jong Un Kunjungi Makam Ayah dan Kakeknya

    Momen Kim Jong Un Kunjungi Makam Ayah dan Kakeknya

    Jakarta, CNN Indonesia

    Kim Jong Un, pemimpin tertinggi Korea Utara, mengunjungi makam ayahnya, Kim Jong Il, dan makam kakeknya, Kim Il Sung, pada Selasa (17/12).

    Kunjungan tersebut dilakukan di Istana Matahari Kumsusan untuk memperingati 13 tahun kematian Kim Jong Il.

    Sebuah keranjang bunga bertuliskan nama Kim Jong Un diletakkan di depan patung almarhum ayah dan kakeknya.

    Sementara itu, Korea Utara tetap diam dan enggan memberikan komentar terkait situasi politik, terutama setelah Presiden Korea Selatan, Yoon Suk Yeol, memberlakukan darurat militer pada awal bulan ini.

  • Puja Puji Putin Jelang Kunjungan ke Korut Usai 24 Tahun

    Puja Puji Putin Jelang Kunjungan ke Korut Usai 24 Tahun

    Pyongyang

    Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan pujian ke Korea Utara (Korut) jelang kunjungannya. Kunjungan ke Korut ini jadi yang pertama dilakukan Putin dalam 24 tahun terakhir.

    Dilansir BBC, Selasa (18/6/2024), Putin memuji Korut yang dianggapnya ‘dengan tegas mendukung’ perang di Ukraina. Putin diperkirakan melakukan kunjungan di Korut selama 2 hari, yakni 18 dan 19 Juni.

    Putin juga diprediksi akan bertemu dengan Pemimpin Korut, Kim Jong Un. Kedua pemimpin terakhir kali bertemu pada bulan September 2023 di kosmodrom Vostochny di timur jauh Rusia. Kunjungan Putin ini merupakan kunjungan pertama Putin ke Pyongyang sejak tahun 2000.

    Dalam surat yang diterbitkan di media pemerintah Korea Utara, Putin berjanji membangun sistem perdagangan dan keamanan dengan Pyongyang ‘yang tidak dikendalikan oleh Barat’.

    Putin juga disebut berjanji mendukung upaya Pyongyang untuk membela kepentingannya meskipun ada apa yang disebutnya sebagai ‘tekanan, pemerasan, dan ancaman militer AS’, dalam artikel yang dicetak di Rodong Sinmun, corong partai berkuasa di Korea Utara. Putin mengatakan kedua negara terus ‘menentang dengan tegas’ apa yang dia gambarkan sebagai ambisi Barat ‘menghalangi pembentukan tatanan dunia multipolarisasi berdasarkan rasa saling menghormati keadilan’.

    Kremlin sendiri menggambarkan kunjungan itu sebagai ‘kunjungan kenegaraan persahabatan’ dengan media Rusia melaporkan bahwa Putin dan Kim mungkin menandatangani perjanjian kemitraan, termasuk mengenai masalah keamanan, dan akan memberikan pernyataan bersama kepada media. Sebuah parade di alun-alun Kim Il Sung sudah disiapkan untuk menyambut Putin.

    Putin juga diperkirakan akan menonton konser dan mengunjungi Gereja Ortodoks Tritunggal Pemberi Kehidupan di Pyongyang, satu-satunya gereja ortodoks di Korea Utara. Ada laporan bahwa Putin akan menginap di wisma Kumsusan di Pyongyang, tempat terakhir kali pemimpin Tiongkok Xi Jinping menginap selama kunjungan kenegaraannya ke Korut pada tahun 2019.

    Putin diperkirakan akan tiba bersama Menteri Pertahanan baru, Andrei Belousov, sementara Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak juga akan menjadi bagian dari delegasi tersebut. Kim mengatakan pekan lalu bahwa hubungan dengan Rusia telah ‘berkembang menjadi hubungan kawan seperjuangan yang tidak dapat dipatahkan’.

    Dalam pertemuan mereka tahun lalu, Putin mengatakan dia melihat ‘kemungkinan’ untuk kerja sama militer dengan Korea Utara, sementara Kim berharap presiden Rusia ‘menang’ di Ukraina.

    Gedung Putih mengaku tak khawatir dengan kunjungan Putin. Namun, AS prihatin dengan hubungan yang lebih erat antara Rusia dan Korut.

    “Kami tidak khawatir dengan perjalanan yang dilakukan Putin,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan pada hari Senin.

    “Yang kami khawatirkan adalah semakin dalamnya hubungan antara kedua negara,” sambungnya.

    Pada awal karir kepresidenannya di tahun 2000, Putin bertemu dengan ayah Kim, Kim Jong Il, yang masih menjadi pemimpin tertinggi Korut. Hubungan antara kedua negara ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.

    Simak selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Korut diketahui membutuhkan bantuan dalam bidang teknologi luar angkasa setelah kegagalannya baru-baru ini dalam menempatkan satelit mata-mata kedua ke orbit – serta makanan, bahan bakar, dan mata uang asing. Sementara, Rusia terus menghadapi kekurangan senjata dalam perangnya di Ukraina.

    Washington dan Seoul menuduh Pyongyang memasok artileri dan peralatan lainnya ke Moskow, kemungkinan besar dengan imbalan makanan, bantuan militer, dan teknologi. Baik Korea Utara maupun Rusia menyangkal adanya kesepakatan senjata.

    Penerbangan Jadi Jadi Teka-teki

    Rencana perjalanan Putin, termasuk pesawat yang membawa Putin pun masih menjadi teka-teki. Otoritas Rusia dan Korut belum memberi penjelasan kapan tepatnya pemimpin Rusia itu akan tiba di Pyongyang. Meski demikian, kunjungannya dijadwalkan dimulai pada Selasa malam.

    Pesawat apa yang akan dinaiki Putin juga masih menjadi teka-teki. Hal ini membuat para pengamat di seluruh dunia terus memantau situs pelacak penerbangan.

    Media Rusia mengatakan Putin akan singgah di kota Yakutsk, Rusia, di Siberia timur. Putin diperkirakan akan menghabiskan beberapa jam di sana dan dijadwalkan bertemu dengan kepala daerah Yakutia serta menghadiri berbagai pameran. Dia mungkin berada di RSD201, yang sebelumnya lepas landas dari Moskow.

    Pesawat tersebut kini telah mendarat di Yakutsk dan diperkirakan akan mendarat di Pyongyang dalam waktu sekitar 3 jam. Namun, ada kemungkinan dia berada di dalam pesawat RSD 389, yang juga lepas landas dari Moskow dan kini terbang di atas Rusia. Pesawat itu baru akan tiba di Pyongyang sekitar 6 jam.

    Putin diperkirakan melakukan banyak hal penting di Korut pada Rabu (19/6) besok. Upacara penyambutan resmi antara delegasi kedua negara, di mana Putin juga akan menerima pengawal kehormatan bakal digelar besok.

    Pembicaraan besar akan dimulai setelah itu. Sebagai bagian dari kunjungan dua hari tersebut – Putin akan disuguhi konser gala.

    Dia juga dijadwalkan mengunjungi satu-satunya gereja ortodoks di Korea Utara – Gereja Tritunggal Pemberi Kehidupan – dalam perjalanan kembali ke bandara. Pemimpin Rusia tersebut diperkirakan akan langsung melakukan perjalanan ke Vietnam untuk kunjungan kenegaraan lainnya.

    Pyongyang Bersolek Sambut Putin

    Korut pun telah bersiap menyambut Putin. Foto Putin dan bendera Rusia terlihat menghiasi jalanan di ibu kota Korut, Pyongyang.

    Pyongyang telah didekorasi untuk menyambut Putin. Jalan-jalan di kota dipenuhi bendera Rusia dan potret Putin.

    Gambar dan rekaman yang dibagikan oleh kantor berita milik negara Rusia, RIA Novosti, menunjukkan spanduk menyambut Putin di sepanjang jalan bebas hambatan, dilapisi dengan poster propaganda Korea Utara.

    “Persahabatan antara Korea Utara dan Rusia abadi,” demikian tulisan salah satu spanduk di luar Bandara Internasional Sunan Pyongyang.

    “Kami dengan hangat menyambut Kamerad Presiden Rusia Vladimir Vladimirovich Putin,” demikian isi spanduk lainnya.

    Halaman 2 dari 2

    (haf/haf)

  • Putin Puji Korut Jelang Kunjungan Pertamanya dalam 24 Tahun

    Putin Puji Korut Jelang Kunjungan Pertamanya dalam 24 Tahun

    Pyongyang

    Presiden Rusia Vladimir Putin melontarkan pujian ke Korea Utara (Korut) jelang kunjungannya. Ini merupakan kunjungan pertama Putin ke Korut dalam 24 tahun terakhir.

    Dilansir BBC, Selasa (18/6/2024), Putin memuji Korea Utara karena ‘dengan tegas mendukung’ perang Moskow di Ukraina. Putin diperkirakan tiba di ibu kota Korut untuk bertemu dengan Pemimpin Korut, Kim Jong Un, Selasa malam.

    Kedua pemimpin terakhir kali bertemu pada bulan September 2023 di kosmodrom Vostochny di timur jauh Rusia. Kunjungan ini merupakan kunjungan pertama Putin ke Pyongyang sejak tahun 2000.

    Dalam surat yang diterbitkan di media pemerintah Korea Utara, Putin berjanji untuk membangun sistem perdagangan dan keamanan dengan Pyongyang ‘yang tidak dikendalikan oleh Barat’.

    Putin juga berjanji mendukung upaya Pyongyang untuk membela kepentingannya meskipun ada apa yang disebutnya sebagai ‘tekanan, pemerasan, dan ancaman militer AS’, dalam artikel yang dicetak di Rodong Sinmun, corong partai berkuasa di Korea Utara. Putin mengatakan kedua negara akan terus ‘menentang dengan tegas’ apa yang dia gambarkan sebagai ambisi Barat ‘untuk menghalangi pembentukan tatanan dunia multipolarisasi berdasarkan rasa saling menghormati keadilan’.

    Amerika Serikat mengatakan pihaknya prihatin dengan ‘mendalamnya hubungan antara kedua negara’. Kremlin sendiri menggambarkan kunjunga tersebut sebagai ‘kunjungan kenegaraan persahabatan’ dengan media Rusia melaporkan bahwa Putin dan Kim mungkin menandatangani perjanjian kemitraan, termasuk mengenai masalah keamanan, dan akan memberikan pernyataan bersama kepada media.

    Sebuah parade di alun-alun Kim Il Sung sudah disiapkan untuk menyambut Putin. Putin juga diperkirakan akan menonton konser dan mengunjungi Gereja Ortodoks Tritunggal Pemberi Kehidupan di Pyongyang, satu-satunya gereja ortodoks di Korea Utara.

    Putin diperkirakan akan tiba bersama Menteri Pertahanan baru, Andrei Belousov, sementara Menteri Luar Negeri Sergei Lavrov dan Wakil Perdana Menteri Alexander Novak juga akan menjadi bagian dari delegasi tersebut.

    Kim mengatakan pekan lalu bahwa hubungan dengan Rusia telah ‘berkembang menjadi hubungan kawan seperjuangan yang tidak dapat dipatahkan’.

    Dalam pertemuan mereka tahun lalu, Putin mengatakan dia melihat ‘kemungkinan’ untuk kerja sama militer dengan Korea Utara, sementara Kim berharap presiden Rusia ‘menang’ di Ukraina.

    Gedung Putih mengatakan AS prihatin dengan hubungan yang lebih erat antara Rusia dan Korea Utara.

    “Kami tidak khawatir dengan perjalanan yang dilakukan Putin,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional John Kirby kepada wartawan pada hari Senin.

    “Yang kami khawatirkan adalah semakin dalamnya hubungan antara kedua negara,” sambungnya.

    John Nilsson-Wright, kepala program Jepang dan Korea di Pusat Geopolitik Universitas Cambridge, mengatakan Putin ‘memperkuat hubungan dengan mitra lamanya dalam Perang Dingin’ dalam upaya untuk ‘melawan anggapan bahwa AS dan sekutunya telah mampu melakukan hal tersebut untuk mengisolasi Moskow’.

    “Dia memperkuat hubungan antara rezim otoriter pada saat pemerintahan demokratis berada dalam posisi defensif, menghadapi tantangan keamanan global di Timur Tengah, Asia Timur dan Ukraina,” ujarnya.

    Pada tahun 2000, di awal karir kepresidenannya, Putin bertemu dengan ayah Kim, Kim Jong Il, yang masih menjadi pemimpin tertinggi Korut. Hubungan antara kedua negara ini meningkat dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina.

    Korea Utara membutuhkan bantuan dalam bidang teknologi luar angkasa setelah kegagalannya baru-baru ini dalam menempatkan satelit mata-mata kedua ke orbit – serta makanan, bahan bakar, dan mata uang asing. Sementara, Rusia terus menghadapi kekurangan senjata dalam perangnya di Ukraina.

    Washington dan Seoul menuduh Pyongyang memasok artileri dan peralatan lainnya ke Moskow, kemungkinan besar dengan imbalan makanan, bantuan militer, dan teknologi. Baik Korea Utara maupun Rusia menyangkal adanya kesepakatan senjata.

    Setelah Korea Utara, Putin diperkirakan akan mengunjungi Vietnam, negara Komunis dan sekutu lamanya, di mana kedua negara diperkirakan akan membahas isu-isu seperti perdagangan.

    (haf/imk)