Tag: Ki Bagus

  • HNW: Gen Z penting laksanakan prinsip “Darul Ahdi wa Syahadah”

    HNW: Gen Z penting laksanakan prinsip “Darul Ahdi wa Syahadah”

    Jakarta (ANTARA) – Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menekankan pentingnya peran generasi muda, khususnya Gen Z dalam melaksanakan prinsip Darul Ahdi wa Syahadah (Negara Perjanjian dan Negara Kesaksian) untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.

    Demikian disampaikan HNW dalam acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI bertajuk “Mempersiapkan SDM Unggul Menyongsong Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan oleh MPR RI bekerja sama dengan DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DKI Jakarta di Aula FEB Uhamka Pasar Rebo, Jakarta Timur, Minggu (19/10).

    “Muhammadiyah memandang Indonesia sebagai Darul Ahdi wa Syahadah (Negara Perjanjian dan Negara Kesaksian). Artinya, tidak ada lagi keraguan. Tugas kita, para pemuda dan mahasiswa Muhammadiyah adalah melanjutkan dan menjaga perjanjian ini serta memberikan kesaksian (syahadah),” ujar HNW dikutip dari keterangan tertulis diterima, Kamis (23/10) malam.

    HNW menyebutkan dua poin penting yang harus dipegang teguh oleh Gen Z, khususnya IMM, yakni menjaga perjanjian dan kesaksian.

    Dalam hal ini, peserta harusnya berada di garda terdepan memahami dan melaksanakan kesepakatan nasional yang oleh MPR dikemas menjadi empat pilar MPR RI, juga memberikan kesaksian dengan senantiasa mengingatkan masyarakat dan penyelenggara negara bila terjadi penyimpangan dari kesepakatan dasar itu bahwa ideologi negara kita adalah Pancasila.

    Hal itu dilakukan agar semua pihak segera kembali ke jalan kebenaran berbangsa dan bernegara, dengan berani mengoreksi penyimpangan, dalam hal ini peran kesaksian sangat vital, terutama ketika terjadi penyimpangan terhadap nilai-nilai Pancasila.

    Tidak hanya itu, HNW juga menyoroti potensi ancaman jika penyimpangan dalam menerapkan Pancasila dibiarkan, di antaranya mengaku Ketuhanan Yang Maha Esa tetapi anti-agama atau juga mengaku ber-Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, tetapi membiarkan hukum tidak manusiawi dan perilaku tidak beradab.

    Selain itu, mengakui Persatuan Indonesia, tetapi kesukaannya malah memecah belah anak bangsa antara yang kebangsaan dan keagamaan. Termasuk, Kerakyatan yang dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, tetapi didominasi oleh sikap pendiktean dan pengabaian musyawarah.

    Terakhir, Keadilan Sosial, tetapi orientasinya hanya untuk kelompoknya saja atau oligarki tertentu.

    “Jika penyimpangan ini dibiarkan, kita akan sulit membayangkan Indonesia Emas 2045. Yang muncul justru adalah kecemasan dan kelemahan, yang tidak akan menghadirkan keemasan,” ucapnya.

    Lebih lanjut, HNW juga menyoroti perlunya mengoreksi framing negatif terhadap Gen Z yang kerap digambarkan sebagai generasi antisosial, antiproses, dan tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya.

    Menurutnya, pelabelan semacam itu tendensius dan tidak hanya kontraproduktif, tetapi juga berpotensi mengabaikan potensi besar yang dimiliki anak muda masa kini.

    “Itu adalah framing yang tidak benar dan bertentangan dengan konsep Darul Ahdi wa Syahadah yang sudah diputuskan oleh Muhammadiyah. Buktinya, kawan-kawan IMM ini menunjukkan dedikasi gen Z yang luar biasa. Mereka sejak beberapa hari ini aktif dalam berbagai kegiatan positif. Itu artinya, mereka fakta tentang Gen Z yang benar, tidak sebagaimana di-framing-kan itu,” jelasnya.

    Ia menegaskan bahwa Gen Z seperti dicontohkan oleh IMM justru menunjukkan kepedulian tinggi terhadap isu-isu sosial, lingkungan, dan kemanusiaan melalui berbagai bentuk kreativitas dan aksi nyata di ruang digital maupun lapangan.

    Untuk itu, ia meminta agar masyarakat dan para pemangku kebijakan melihat generasi ini dengan perspektif yang lebih adil dan konstruktif serta memberi ruang bagi mereka untuk berperan aktif dalam proses pembangunan bangsa.

    Selain itu, ia juga mendorong mahasiswa untuk meneladani tokoh-tokoh bangsa dari Muhammadiyah yang terlibat langsung dalam perumusan Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu Ki Bagus Hadikusumo, K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, MR Kasman Singodimejo serta Presiden Pertama RI Soekarno (Bung Karno) yang juga tokoh Muhammadiyah.

    Pewarta: Benardy Ferdiansyah
    Editor: Hisar Sitanggang
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Perputaran Uang Capai Rp 5 M, Festival Ramadan di Bondowoso Kembali Dibuka Tahun ini

    Perputaran Uang Capai Rp 5 M, Festival Ramadan di Bondowoso Kembali Dibuka Tahun ini

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

    TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO –  Festival Ramadan di Alun-alun Ki Bagus Asra Bondowoso kembali dibuka pada momen puasa tahun ini.

    Festival tahunan ini dibuka mulai tanggal hari ini, 1-27 Maret 2025. Atau 27 hari puasa.

    Menurut Kasi Usaha Perdagangan dan Pengembangan Ekspor, Dinas Koperasi Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Bondowoso, Ida Theolita, ada sekitar 300 UMKM baik kuliner atau pun fashion ikut serta di jantung kota.

    Terperinci 145 tenda kuliner, dan sembilan tenda untuk produk fashion. Semuanya dipastikan merupakan pelaku UMKM dari Bondowoso.
    Setiap hari, ratusan UMKM ini akan menjual produknya di seputaran Alun-alun Ki Bagus.

    “Setiap hari mereka dari jam 15.00 sampai jam 22.00,” ujarnya dikonfirmasi Sabtu (1/3/2025).

    Ia menjelaskan, dibukanya festival ramadan ini tak hanya untuk membantu masyarakat berburu takjil dan makanan jelang berbuka puasa.

    Lebih dari itu, juga untuk memberi ruang bagi pelaku UMKM menjual produk dan dagangannya. Sehingga, terjadi perputaran ekonomi baru bagi masyarakat. 

    Catatan di Diskoperindag di pelaksanaan Festival Ramadan tahun kemarin, perputaran uangnya mencapai sekitar Rp 5 milliar.

    “Memang tahun kemarin rame, itu kurang lebih sampai Rp 5 milliar selama satu bulan,” ujarnya.

    Ia menegaskan, pelaku UMKM ini tak dipungut biaya atau gratis. Kecuali mereka mengkoordinir sendiri pembayaran listrik dan kebersihan sampah.

    “Gratis. Tendanya gratis. Lampu itu kan dikoordinir mereka sendiri,” pungkasnya.

    Informasi dihimpun, pada 4 Maret 2025 akan dilaksanakan Bupati dan Wakil Bupati yang baru dilantik akan hadir di acara Festival Ramadan ini. Sekaligus, menjadi acara Bupati dan Wakil Bupati menyapa masyarakat.

  • Ratusan UMKM Meriahkan Festival Ramadan di Bondowoso, Hadirkan Kuliner hingga Fashion

    Ratusan UMKM Meriahkan Festival Ramadan di Bondowoso, Hadirkan Kuliner hingga Fashion

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

    TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO –  Festival ramadan di Alun-alun Ki Bagus Asra Bondowoso kembali dibuka pada momen puasa tahun ini. Festival tahunan ini dibuka mulai tanggal hari ini, 1-27 Maret 2025. Atau 27 hari puasa.

    Menurut Kasi Usaha Perdagangan dan Pengembangan Ekspor, Dinas Koperasi Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Bondowoso, Ida Theolita, ada sekitar 300 UMKM baik kuliner atau pun fashion ikut serta di jantung kota.

    Terperinci 145 tenda kuliner, dan sembilan tenda untuk prpduk fashion. Semuanya dipastikan merupakan pelaku UMKM dari Bondowoso.

    Setiap hari, ratusan UMKM ini akan menjual produknya di seputaran Alun-alun Ki Bagus.

    “Setiap hari mereka dari jam 15.00 sampai jam 22.00,” ujarnya dikonfirmasi Sabtu (1/3/2025).

    Ia menjelaskan, dibukanya festival Ramadan ini tak hanya untuk membantu masyarakat berburu takjil dan makanan jelang berbuka puasa.

    Lebih dari itu, juga untuk memberi ruang bagi pelaku UMKM menjual produk dan dagangannya. Sehingga, terjadi perputaran ekonomi baru bagi masyarakat. 

    Catatan di Diskoperindag di pelaksanaan Festival Ramadan tahun kemarin, perputaran uangnya mencapai sekitar Rp 5 milliar.

    “Memang tahun kemarin rame, itu kurang lebih sampai Rp 5 milliar selama satu bulan,” ujarnya.

    Ia menegaskan, pelaku UMKM ini tak dipungut biaya atau gratis. Kecuali mereka mengkoordinir sendiri pembayaran listrik dan kebersihan sampah.

    “Gratis. Tendanya gratis. Lampu itu kan dikoordinir mereka sendiri,” pungkasnya.

    Informasi dihimpun, pada 4 Maret 2025 akan dilaksanakan Bupati dan Wakil Bupati yang baru dilantik akan hadir di acara Festival Ramadan ini. Sekaligus, menjadi acara Bupati dan Wakil Bupati menyapa masyarakat

  • Kisah Saiful Arifin, Anak Yatim Yang Mendadak Punya Utang Rp 100 Juta Usai Terima Bantuan Pemerintah

    Kisah Saiful Arifin, Anak Yatim Yang Mendadak Punya Utang Rp 100 Juta Usai Terima Bantuan Pemerintah

    TRIBUNJATENG.COM – Kisah pilu anak yatim mendadak punya pinjaman KUR Rp 100 juta padahal tidak pernah mengajukan utang.

    Semua berawal saat dirinya sempat mendapatkan bantuan uang nominal Rp 1 juta yang disebut dari pemerintah.

    Namun ternyata itu diduga merupakan jerat awal yang membuatnya memiliki utang ratusan juta rupiah.

    Nasib pilu ini dialami Saiful Arifin (21) warga Desa Sumber Gading, Kecamatan Sumber Wringin, Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur.

    Ia pun kaget mendadak punya pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) Rp100 juta kepada bank.

    Anak yatim yang hidup dengan ibu dan neneknya ini tak menyangka jika dirinya bakal menjadi korban penipuan.

    Hal itu berawal dari rezeki Rp1 juta yang disebut bantuan dari pemerintah.

    Namun ternyata ini adalah jerat awal untuknya tercatat punya utang pinjaman KUR hingga Rp100 juta di salah satu bank pelat merah di Bondowoso.

    Uang yang didapatnya pada Februari 2024 lalu tak membuat Arifin curiga.

    Uang tersebut lantas digunakan untuk membayar kontrak rumah berukuran 3×5 meter dengan biaya Rp450 ribu per tahun.

    Rumah tersebut ditinggali enam anggota keluarga, ibu, nenek, ponakan, dan istri yang baru dinikahinya.

    Sebagai tulang punggung keluarga, pendapatan yang diperoleh Arifin dari kerja beternak ayam ikut orang hanya cukup untuk kebutuhan sehari-hari.

    Baik untuk makan, beli token listrik, hingga kebutuhan lainnya.

    Ia mengaku semua kenikmatan untuk keluarganya berubah seperti mimpi buruk di siang bolong.

    Yakni saat dirinya hendak kredit sepeda motor ditolak oleh dealer.

    Lantaran di BI Checking, ada namanya yang tercatat memiliki pinjaman Rp100 juta di perbankan.

    Saat itu, ia tak langsung menceritakan kejadian ini pada keluarga, khawatir kaget.

    Namun pada awal Januari 2025, keluarga pun akhirnya tahu juga.

    Dua petugas bank datang ke rumahnya, meminta tanda tangan di dalam dokumen tertulis, terkait pinjaman Rp100 juta.

    Ibunya nyaris pingsan dan istrinya menangis tak henti, sementara sang nenek yang sudah sakit-sakitan berbaring di atas kasur.

    “Bagaimana mau pinjam Rp100 juta. Apa yang mau dibayarkan? Untuk makan saja pendapatan saya ngepas,” kata Arifin.

    Dia sendiri menolak menandatangani dokumen tersebut.

    Pasalnya ia merasa tak pernah melakukan proses pinjam di perbankan.

    Namun tetap saja dia ketakutan dan berusaha mencari jalan keluar bersama pemuda lainnya yang bernasib sama.

    “Kalau harapan saya ya, ini diproses hukum. Dan karena saya tak menikmati uangnya, ya nama saya tak tercatat pinjaman di bank,” ungkap Arifin.

    Kini sejumlah pemuda dari berbagai desa di Kecamatan Sumber Wringin ngeluruk ke Kejaksaan Negeri Bondowoso, Rabu (12/2/2025).

    Aksi tersebut dilakulan sekaligus untuk melaporkan adanya dugaan penggunaan nama para pemuda untuk pengambilan pinjaman KUR di salah satu bank plat merah setempat.

    Salah satu korban, Arifin, mengaku kaget saat dirinya akan melakukan kredit sepeda motor ditolak oleh dealer.

    Lantaran di BI Checking, ada namanya yang tercatat memiliki pinjaman Rp100 juta di perbankan.

    Padahal anak muda yatim ini mengaku tak pernah mengambil pinjaman KUR di bank tersebut.

    Pada Februari 2024 lalu, ia mengaku pernah menerima bantuan sebesar Rp1 juta dengan hanya menyerahkan KTP dan KK dari bank tersebut melalui temannya.

    “Mau dikasih bantuan katanya, Rp1 juta. Dikasih, tapi di teller itu saya lihat pencairan Rp100 juta,” ujar kepala keluarga dari ibu, nenek, dan istrinya yang tinggal ngontrak di rumah ukuran 3×2 meter.

    Hal senada disampaikan oleh Muhammad Novaldi (22) warga Desa Sukorejo, Kecamatan Sumber Wringin.

    Ia menjelaskan, dirinya mengetahui adanya pinjaman Rp100 juta atas namanya setelah dua orang pegawai bank datang ke rumahnya.

    Dirinya menolak tanda tangan karena dalam dokumen terdapat keterangan pinjaman Rp100 juta.

    “Padahal saya tidak pernah (pinjam), yang didatangi bulan Januari 2025 ini,” urainya.

    Ia pun sama, juga diming-imingi dapat bantuan Rp1 juta dengan modal KTP dan KK.

    Kuasa hukum para korban dari LBH Anshor, Jayadi mengatakan, ada enam orang korban yang didampinginya melaporkan dugaan penyalahgunaan KUR di bank pelat merah tahun 2024 ini.

    Di enam korban tersebut ada dua kelompok, dengan jumlah per kelompok 10 orang.

    “Korban enam yang berani melapor,” ujarnya.

    Menurutnya, modus operandinya yakni dengan pinjam nama.

    Dimana pelapor atau para korban diiming-imingi diberi bantuan dengan menyerahkan KTP dan KK.

    Adapun untuk melampirkan SKU sebagai syarat pinjam KUR ini, kata Jay, dikoordinir oleh terlapor dengan inisial RAZ.

    Ia menuturkan bahwa pihaknya sangat menyesalkan pihak bank saat melakukan analisa kredit.

    Lantaran, bagaimana bisa orang-orang yang tak punya usaha dan dikoordinir sedemikian rupa, kemudian dengan mudahnya bisa dapat KUR.

    “Masing-masing Rp100 juta. Bagi mereka masih muda, orang miskin, besar segitu mas. Siapa yang akan membayar?”

    “Tentu secara data, perbankan akan menagih pada mereka,” pungkasnya.

    Sementara itu, saat dikonfirmasi terpisah, pihak perbankan enggan memberikan komentar ketika didatangi media SURYAMALANG.COM. 

    Gelar Tahlil dan Sholawat di Depan Kantor Bank

    Sejumlah pemuda korban dugaan pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) di bank plat merah, menggelar tahlilan di depan bank yang berada di sebelah utara Alun-alun Ki Bagus Asra itu.

    Tahlilan xan membaca sholawat dilaksanakan pada Rabu (12/2/2025) sore kemarin dengan didampingi oleh sejumlah tim LBH Anshor.

    Pantauan di lokasi, anak-anak muda dengan usia rentan 20 tahunan itu duduk bersila. Kemudian, melingkar di depan bank, sembari membaca doa tahlil.

    Doa bersama tak berlangsung lama. Hanya sekitar 15 menitan.

    Setelah itu mereka berlalu pergi dengan penuh harap doanya bisa terkabul.

    Kegiatan ini digelar dengan harapan petugas berwenang bisa menindaklanjuti kasus ini dan memproses hukum siapa pun yang terlibat.

    “Kami menggelar tahlil dan shalawat agar semua yang terlibat dalam kasus ini diproses secara hukum dan kami mendapatkan keadilan,” ucap Andi Eka, Salah Satu Korban.

    Sementara itu Kuasa Hukum Korban dari LBH Anshor, Jayadi mengatakan, ada enam orang korban yang didampinginya melaporkan dugaan penyalahgunaan KUR di Bank plat merah tahun 2024 ini.

    Di enam korban itu ada dua kelompok, dengan jumlah per kelompok 10 orang.

    “Korban enam yang berani melapor,” tegasnya.

    Modus operandinya yakni dengan pinjam nama. Dimana pelapor atau para korban diiming-imingi diberi bantuan dengan menyerahkan KTP dan KK.

    Adapun untuk melampirkan SKU sebagai syarat pinjam KUR ini, kata Jay, dikoordinir oleh terlapor dengan inisial RAZ.

    Sementara itu, dikonfirmasi terpisah pihak Perbankan enggan memberikan komentar saat didatangi awak media di kantornya. (*)

     

  • Maksa Minta Rp 1000, Pengemis Malah Sentuh Penjaga Toko usai Dapat Uangnya, Korban: Orangnya Mepet

    Maksa Minta Rp 1000, Pengemis Malah Sentuh Penjaga Toko usai Dapat Uangnya, Korban: Orangnya Mepet

    TRIBUNJATIM.COM – Tengah viral di media sosial seorang pengemis lecehkan penjaga toko alat tulis.

    Peristiwa ini terjadi di Kecamatan Kota Kabupaten Rembang pada Jumat (20/12/2024).

    Video rekaman CCTV kejadian pun viral di media sosial.

    Dari rekaman tersebut seorang pria yang mengenakan kaos hitam masuk kedalam toko, tiba-tiba langsung menghampiri kasir toko.

    Dari informasi yang didapat, pria tersebut hendak mengemis atau meminta uang.

    Sang kasir sempat memberi uang koin kepada pria tersebut, kemudian pria berbaju hitam itu perlahan mendekati dan melakukan tindakan tak senonoh.

    Korban langsung mendorong, pria berbaju hitam dan kemudian pria itu lari meninggalkan toko.

    “Kejadiannya hari Jumat kemarin, dari cerita teman saya (korban), orangnya masuk mau minta uang. Terus sama teman saya dikasih Rp500 tapi tidak mau, kemudian dikasih Rp1000 terus orangnya mepet,” kata Dewi Priyati, penjaga toko, Selasa (24/12/2024, melansir dari TribunJateng.

    Saat pelaku mepet korban, pelaku sempat mencolek bagian paha dan pantat korban.

    Kemudian korban mendorong pelaku dan pelaku langsung melarikan diri keluar toko.

    Akibat hal tersebut, korban sempat mengalami trauma dan shok.

    “Sempat trauma juga, kejadian baru pertama kali di toko ini. Orangnya itu ciri-cirinya pendek dan kakinya sedikit pincang,” tuturnya.

    Sementara itu, KBO Satreskrim Polres Rembang, Iptu Widodo mengatakan saat ini pihak kepolisian melakukan penyelidikan terkait hal tersebut.

    “Kami juga melakukan patroli cyber atau patroli medsos, berkaitan dengan video yang sudah viral itu. Kami masih menyelidiki berkaitan dengan video tersebut,” jelasnya.

    Sementara itu, maraknya anak di bawah umur yang menjadi pedagang asongan dinilai merupakan modus baru mengemis di Bondowoso, Jawa Timur.

    Hal ini berdasarkan temuan yang dilakukan oleh Pegiat Sosial dari LSM Edelwis Bondowoso, Murti Jasmani, saat dikonfirmasi pada Kamis (17/10/2024).

    “Modusnya adalah anak jual telur puyuh, kadang di depan ATM, masjid, kantor, alun-alun. Yang membuat kita iba untuk membeli,” terangnya.

    Walaupun dirinya mengaku belum melakukan observasi mendalam atas fenomena anak penjual asongan. Namun melihat ini, ia menduga ada yang memanajemen. Karena, ini terlihat sangat masif dan banyak.

    Selain itu, dirinya menilai, secara prinsip tidak ada anak yang ingin mencari uang. Anak itu pasti ingin bersenang-senang.

    Jadi, kalaupun ada yang ingin membantu berjualan, harusnya dilakukan di luar jam sekolah. Dan tak harus mereka kehilangan hak-hak dasar anak.

    Seperti, hak hidup, hak tumbuh kembang, hak partisipasi, dan lainnya.

    “Karena UU Kesejahteraan Sosial itu, ketika orang tua tidak mampu, harus mendapatkan bantuan kok,” tegasnya.

    Dirinya mengaku miris melihat kondisi ini. Karena, anak dan perempuan merupakan pihak yang paling rentan jadi korban kekerasan. Seperti yang terjadi beberapa waktu lalu, yakni pembunuhan dan rudapaksa anak perempuan penjual gorengan di Sumatera Barat.

    “Karena mereka rentan secara biologi dan sosial,” tuturnya.

    Ia mendorong penguatan sinergitas pemerintah dengan civil society dalam mengedukasi dan melakukan upaya preventif perlindungan anak dan perempuan.

    Agar Bondowoso tak hanya seolah menggambarkan mengejar hadiah sebagai Kabupaten Layak Anak.

    “Masalah anak bukan masalah orang tua saja, tapi masalah bersama,” ujarnya.

    Sebelumnya diberitakan, akhir-akhir ini kian marak ditemukan anak-anak di bawah umur berjualan di Alun-alun Ki Bagus Asra, Bondowoso.

    Mereka kerap ditemui setiap harinya berjualan telur puyuh, kacang dan usus goreng, dengan cara menjajakan dagangannya. Ada pula yang berjualan di pelataran rumah makan dan tempat keramaian.

    Satpol PP Bondowoso bersama Dinsos P3AKB melalukan razia gabungan di sejumlah titik yang ditengarai menjadi tempat mereka berjualan.

    Pada Rabu (16/10/2024), terjaring seorang anak berusia sekitar 9 tahun yang berjualan.

    Kepala Dinas Sosial, Pemberdayaan, Perlindungan, Perempuan dan Anak, KB, (Dinsos P3AKB) Bondowoso, Anissatul Hamidah, menjelaskan, ada yang melihat fenomena orang tua sengaja mempekerjakan anak-anak kisaran usia 9-12 tahun ini.

    Kendati begitu, ia menampik ini bagian dari eksploitasi anak. Melainkan, ketidakpahaman orang tua.

    Bahkan, pengakuan dari orang tua tersebut, anak-anak ini yang meminta sendiri berjualan.

    “Kita kemudian edukasi orang tuanya, apa yang menjadi kendala,” jelasnya pada Tribun Jatim Network, Rabu (16/10/2024).

    Ia mengaku fenomena ini sebelumnya pernah terjadi. Pihaknya bahkan pernah merazia dan mengumpulkan anak-anak tersebut dan mengembalikan pada orang tuanya.

    Temuan Dinsos P3AKB, anak-anak penjual ini ada yang orang Bondowoso dan ada yang luar daerah.

    “Ada yang putus sekolah, ada yang tidak putus sekolah,” terangnya.

    Namun begitu, pihaknya selama ini seperti orang ‘kejar-kejaran’ setiap melakukan komunikasi dan edukasi dengan orang tua ataupun anak-anak yang berjualan.

    Kemudian, yang tak punya orang tua dikirim ke panti asuhan.

    “Ya memang harus kuat-kuatan antara mereka dengan kita. Begitu kita pulang, mereka kemudian datang lagi,” pungkasnya.

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di Googlenews TribunJatim.com

  • Masyumi Mati Namun Kadernya Abadi

    Masyumi Mati Namun Kadernya Abadi

    JAKARTA – Pada awal masa kemerdekaan Indonesia, kita tahu sempat ada Partai Islam yang punya kekuatan politik besar yakni Masyumi (Partai Majelis Syuro Muslimin Indonesia). Partai itu didirikan hari ini hingga 7 November 74 tahun lalu. Meski hari ini partai Masyumi telah bubar, tapi gagasannya masih hidup, “kadernya” masih ada. 

    Masyumi dulunya merupakan himpunan berbagai organisasi Islam yang ada di berbagai daerah di Indonesia saat masa penjajahan Jepang. Diantaranya Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, Perti, PSII dan lain sebagainya. Mereka diizinkan menghidupkan kembali Islam A’la Indonesia (MIAI) oleh Balatentara Djepang pada 4 September 1942. 

    Lalu setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, pada 3 November 1945 lewat Maklumat Pemerintah No. X, pemerintah menganjurkan untuk membentuk partai-partai politik. Maka partai-partai politik pun lahir dan salah satunya Masyumi.

    Masyumi didirikan oleh beberapa tokoh Islam seperti Agus Salim, Abdul Kahar Muzakhar, Soekiman Wirosandjojo, Ki Bagus Hadikusumo, Muhammad Natsir dan lainnya. Menurut Anggaran Dasar Masyumi yang disahkan oleh KUII pada tahun 1945, mereka mempunya tujuan untuk menegakan kedaulatan negara Republik Indonesia dan agama Islam dan melaksanakan Cita-cita Islam dalam urusan kenegaraan.

    Dalam keanggotaannya, Masyumi punya dua macam, yakni perseorangan dan anggota inti (organisasi). Anggota perseorangan minimum berumur 18 tahun atau sudah kawin. Ia yang terdaftar kader perseorangan tidak boleh merangkap keanggotaan partai lain. Sementara Anggota Perseorangan mempunyai hak suara, sedangan anggota organisasi (anggota istimewa) punya hak untuk memberi saran atau nasihat. Ide dualisme anggota ini merupakan strategi mereka untuk memperbanyak kader.

    Jatuh bangun Masyumi

    Menurut Aris Sumanto dan Zulkarnain dalam tulisannya “Perkembangan Politik Partai Masyumi Pasca Pemilu 1955” yang dimuat Jurnal Risalah Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta (2016), dari awal berdirinya Masyumi, partai ini sudah menunjukan jatuh bangun. 

    Pada kurun waktu 1945-1949 misalnya, anggota partai Masyumi sudah berhasil duduk di pemerintahan. Sayangnya, baru saja mendapat posisi di pemerintahan, bibit perpecahan sudah terjadi. Salah satu kadernya Amir Sjarifuddin membentuk Partai Syarikat Islam Indonesia (PSII). Peristiwa ini lantas menimbulkan keretakan dalam kalangan Masyumi walaupun dampak dari keluarnya itu tidak begitu besar. 

    Berdirinya PSII kembali disebabkan karena kekecewaan sebagian politisinya di Partai Masyumi yang tidak mendapatkan peran dan kedudukan kurang strategis seperti Wondoamiseno dan Arundji Kartawinata. Partai Masyumi akhirnya bersedia ikut dalam kabinet, meskipun sebelumnya menolak kebijakan Amir.

    Lalu pada periode 1950-1955 partai Masyumi juga menunjukan dinamika naik turun. Pada tahun 1952 saat kabinet dipimpin Wilopo, muncul ketegangan dengan keluarnya NU dalam Masyumi. Keluarnya NU ditandai dengan terpilihnya KH Fakih Usman (unsur Muhamadiyah dalam NU) menjadi Menteri Agama dalam kabinet Wiloppo.

    Perpolitikan terus berlanjut. Masyumi yang sudah ditinggal PSII dan NU terus maju hingga pemilihan umum 1955. Hasilnya, Masyumi menjadi partai pemenang suara terbanyak kedua setelah PNI.

    Akhirnya dibubarkan

    Intrik politik Masyumi pasca pemilu 1955 mulai semakin meruncing. Pada tahun 1957 misalnya ketika presiden hendak menyatukan keempat partai pemeinang pemilu, Masyumi, NU menolak dan menentang keterlibatan PKI, Karena di beberapa kabinet sebelumnya terjadi perdebatan dengan PKI seperti misalah Tanjung Morawa. 

    Penolakan itu berbuntut panjang. Tokoh Masyumi seperti  Natsir, dan Sjarifuddin Prawiranegara pergi ke Sumatera Barat memproklamirkan PRRI (Pemberontak Revolusio Republik Indoesia) pada 15 Februari 1958. 

    Akibat aksi pemberontakan itu pemerintah mengambil jalan tegas untuk menghentikannya. Padang dan kota-kota lain di Sumatera Barat di bom angkatan perang pemerintah, demikian juga Manado dan beberapa kota Sulawesi. Kekuatan PRRI akhirnya padam. 

    Sementara itu, menurut M. Dzulfikriddin dalam bukunya Mohammad Natsir dalam Sejarah Politik Indonesia: Peran dan Jasa Mohammad Natsir dalam Dua Orde Indonesia (2010) setelah pemberontakan, Masyumi dikucilkan. Anggota partai ini tak diajak dalam DPR-GR yang dibentuk Sukarno.

    Kunjungan Soekarno di Kongres Masyumi tahun 1954 (Commons Wikimedia)

    Masih menurut Mohammad Roem mengatakan, Sukarno ingin Masyumi mengutuk anggotanya yang ikut PRRI. Masyumi menolak. Karena itu, Sukarno lantas berpikir untuk membubarkan Masyumi. Partai Sosialis Indonesia, yang menyalahkan dan mengutuk Soemitro Djojohadikusumo serta memecatnya dari keanggotaan PSI, tetap dibubarkan Sukarno.

    Lebih lanjut, menurut M. Dzulfikriddin, pada 17 Agustus 1960, Masyumi menerima surat dari Direktur Kabinet Presiden, menyampaikan Keputusan Presiden Nomor 200/1960. Prawoto Mangkusasmito selaku Ketua PP Masyumi segera bermusyawarah untuk mengambil tindakan. Pada 13 September 1960, PP Masyumi menyatakan bahwa Partai Masyumi dibubarkan. Pernyataan itu dilakukan kurang dari sebulan sejak Keppres Nomor 200/1960 dikeluarkan.

    Jadi, Masyumi membubarkan diri setelah Keppres dikeluarkan pemerintah. Menurut Delmus Puneri Salim dalam bukunya The Transnational and the Local in the Politics of Islam: The Case of West Sumatra Indonesia (2015), pemimpin Masyumi, Syafruddin dan Natsir dipenjara setelah dituding terlibat PRRI dan DI/TII.

    Kadernya abadi

    Meskipun secara bentuk Masyumi telah tiada, namun secara ide mereka masih ada. Apabila dirunut kader ideologisnya tetap hidup. Salah satunya adalah tokoh Islam keturunan Arab, Abu Bakar Ba’asyir. Pria yang biasa juga dipanggil Ustaz Abu itu merupakan pemimpin Majelis Mujahidin Indonesia serta salah seorang pendiri Pondok Pesantren Islam Al Mu’min. 

    Ia merupakan sosok yang menolak ikrar setia kepada NKRI dan Pancasila. Menurutnya selain hukum Al-Quran dan hadits adalah thaghut. Ba’asyir punya teman sejawat yang paling berpengaruh, namanya Adbullah Sungkar, pengurus al-Irsyad Solo. Bersama Sungkar, mereka membuat radio dakwah di Surakarta. 

    Tahun 1970, Sungkar dan Ba’asyir direkrut M. Natsir yang merupakan Ketua Masyumi. Mereka direkrut menjadi pimpinan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) Cabang Solo. DDII berperang besar menyebarkan ideologi salafi jihadi ke Indonesia.

    Satu lagi orang yang punya warisan dari Masyumi adalah Politisi Yusril Ihza Mahendra. Yusril adalah salah seorang yang mendirikan Partai Bulan Bintang (PBB). Partai yang digagas oleh 22 Ormas Islam itu disebut-sebut sebagai pewaris Partai Masyumi. 

    Seperti dijelaskan pada laman partaibulanbintang.or.id, PBB didukung oleh Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII). Seperti diketahui DDII merupakan ormas yang didirikan oleh mantan Ketua Umum Partai Masyumi, M. Natsir. 

    Yusril adalah orang yang sangat mengidolakan M. Natsir. Tak ayal Yusril bahkan sering disebut sebagai murid terbaik M.Natsir selain tokoh Islam Noercholis Madjid. Bahkan Yusril kerap disebut sebagai Natsir muda.

  • Gibran Tinjau Pelaksanaan Makanan Bergizi Gratis Seharga Rp11.000 per Paket di Bogor, Ini Menunya – Halaman all

    Gibran Tinjau Pelaksanaan Makanan Bergizi Gratis Seharga Rp11.000 per Paket di Bogor, Ini Menunya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA-  Pelajar SMP dan SMA di Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School (MBS) Ki Bagus Hadikusumo, Desa Jampang, Kemang, Bogor, Jawa Barat, makan bergizi gratis pada pada Rabu (11/12/2024)

    Turut hadir Wakil Presiden RI Gibran Rakabuming Raka meninjau program tersebut.

    Kedatangan Gibran disambut oleh Wapres Gibran hadir didampingi Pj. Gubernur Jawa Barat, Bey Machmudin, Pj. Bupati Nogor Bachril Bakri, dan segenap pimpinan MBS Ki Bagus Hadikusumo. 

    Gibran mengatakan kunjungan dilakukan untuk melihat proses pemberian makan bergizi yang ada di Pondok Pesantren MBS ini.

    “Pemberian makan bergizi gratis dilaksanakan tiga kali sehari. Menu makanan hari ini terdiri dari ayam, telur, sayur pisang dan susu dengan estimasi harga per paket sebesar Rp 11.000,” kata Gibran di Kemang, Rabu (11/12/2024).

    Dia melihat antusias para siswa luar biasa sekali terhadap program makan bergizi gratis ini.

    “Kita akan mengawal terus program ini. Makan bergizi gratis ini nanti ada juga di ponpes agar kebutuhan gizi anak terpenuhi,” bebernya.

    Pj. Bupati Bogor Bachril Bakri mengungkapkan program makan bergizi gratis ini merupakan langkah nyata pemerintah meningkatkan kualitas gizi anak-anak Indonesia.

    “Program makan bergizi gratis adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa,” ucapnya. 

     
    Melalui program ini, Bachril berharap dapat mengurangi angka stunting dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia di masa depan.

    “Terimakasih kepada pak Wapres RI. Kami sangat bahagia dan senang atas atensi dan perhatian kepada Kabupaten Bogor. Kami mendukung pemberian makanan bergizi gratis hari ini agar berjalan dengan sangat baik,” imbuhnya. 

    Pemberian makan gratis ini disambut antusias oleh para siswa-siswi Ponpes MBS Ki Bagus Hadikusumo

    Salah satu santri putri Muhammadiyah Boarding School, Aledia, mengatakan, makanan yang diberikan enak.

    “Menunya enak, empat sehat lima sempurna. Tadi ada ayam, sayur, buah juga susu,” ungkapnya.

    Dia menjelaskan menu yang disajikan kepada para santri terdiri atas nasi putih, tumis sawi wortel, ayam semur, tahu fantasi, dan pisang. 

    “Alhamdulillah makanannya enak. Mudah-mudahan makanan bergizi gratis ini bisa terus kami terima,” tandas Aledia.

    Penulis: Hironimus Rama

  • Gibran Minta Santri Sadar Mitigasi Bencana Gempa hingga Kebakaran

    Gibran Minta Santri Sadar Mitigasi Bencana Gempa hingga Kebakaran

    Bisnis.com, JAKARTA – Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka menyaksikan proses simulasi mitigasi bencana alam yang telah digelar di Pondok Pesantren Muhammadiyah Boarding School (MBS) Ki Bagus Hasikusumo.

    Kegiatan tersebut berlangsung di 2 sekolah sekaligus, yaitu Kampus MBS 1 dan Kampus MBS 2, yang terletak terpisah di Jl. Mad Nur, Desa Jampang, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, pada Rabu (11/12/2024).

    Gibran menilai pemerintah harus menanamkan budaya sadar bencana sejak dini kepada para santri agar dapat mengurangi risiko bencana di tingkatan komunitas.

    “Mereka harus aware dengan apa yang harus dilakukan pada saat bencana, pada saat gempa bumi, kebakaran,” tuturnya dalam keterangan resmi, Rabu (11/12/2024). 

    Dia berharap melalui simulasi mitigasi itu, seluruh santri tidak lagi panik ketika ada bencana alam, terutama mengetahu apa saja yang harus dilakukan ketika bencana alam datang.

    “Jadi, mereka tidak ada yang panik dan tahu apa yang harus dilakukan,” katanya.

    Sementara itu, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bogor Ade Hasrat mengatakan bahwa upaya penyelamatan diri sendiri saat terjadi bencana menjadi tahap krusial untuk meminimalisasi jumlah korban. 

    “Ini adalah salah satu bentuk upaya kami untuk terus meningkatkan kesiapsiagaan bagi seluruh masyarakat, khususnya pelajar ya,” katanya.

    Dia juga mengatakan bahwa pihaknya akan terus melakukan sosialisasi ke masyarakat terkait mitigasi bencana alam agar dapat mengurangi risiko dari bencana alam itu.

    “Karena, ada program yang namanya Satuan Pendidikan Aman Bencana yang harus terus kami gulirkan agar masyarakat sadar bagaimana menanggulangi atau mengurangi risiko bencana,” ujarnya.

  • Aksi Long March Warnai Peringatan Hari AIDS Sedunia di Bondowoso, Ajak Para ODHA Tidak Minder

    Aksi Long March Warnai Peringatan Hari AIDS Sedunia di Bondowoso, Ajak Para ODHA Tidak Minder

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

    TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO – Ratusan warga Bondowoso dari berbagai elemen komunitas berjalan kaki atau Long March mengelilingi Alun-alun Ki Bagus Asra untuk memperingati hari Aids se Dunia, Minggu (1/12/2024).

    Tak hanya jalan kaki, mereka yang semuanya mengenakan pita merah di lengan tangan kanannya itu juga berorasi dan membawa poster. Serta, mengikuti senam bersama.

    Sinung Sudrajad l, Wakil Ketua DPRD Bondowoso yang selama ini aktif bersama para pegiat Aids, mengatakan, peringatan peduli HIV Aids ini bukan cuma sekedar seremonial. Namun jadi momentum untuk mengakhiri stigma diskriminasi, dan ketidaksetaraan dalam penanganan HIV/AIDS di Indonesia. Khususnya di Bondowoso.

    “Ini sebagaimana tema nasional peringatan Aids se dunia, yakni hak setara untuk semua, bersama kita bisa,” ungkapnya.

    Ia menerangkan, berdasarkan dari data Yayasan Pemberdayaan Intensif Kesehatan Masyarakat (Yapikma), Dinkes, Pokja TB/HIV, ada 1.200an orang di Bondowoso yang disebut sebagai ODHA. Dan sekitar 800 di antaranya aktif berobat, dan 300 orang putus berobat.

    Sejumlah peserta saat berjalan kaki sembari berorasi di Alun-alun Ki Bagus Asra Bondowoso (Tribunjatim.com/Sinca Ari Pangistu)

    “Mengapa putus berobat, karena mereka mengkhawatirkan privasi mereka, mereka butuh jaminan perlindungan,”jelasnya.

    Pihaknya selama ini terus aktif mengajak para ODHA untuk tidak minder dan bersembunyi. Melainkan, melakukan pengobatan dengan mengkonsumsi HRV secara berkelanjutan. 

    Karena, kata Sekjen PDIP Bondowoso itu, HRV yang dikonsumsi sesuai aturan, sedikit banyak bisa menekan virus yang ada di tubuh.

    “Ketika sudah dinyatakan negatif, itu bukan berarti lepas dari virus. Tapi, pengobatan atau konsumsi obat harus tetap dilakukan secara teratur,” tegasnya.

    Sementara, Siwin dari Yapikma Bondowoso mengatakan, tanda-tanda orang terkena HIV Aids sebelum melakukan pemeriksaan. Biasanya mereka demam ketika di malam hari berkepanjangn, diare berkelanjutan, sariawan tak segera sembuh.

    Kemudian, berat badan ini turun drastis 10 persen dari berat badan norma setiap bulan.

    “Jika ada tanda-tanda seperti itu bisa datang ke layanan kesehatan, bisa di Puskesmas atau RS. Bisa datang ke Pokja TB-HIV,” jelasnya.

    Ia menegaskan terkait privasi penderita HIV Aids, dipastikan tenaga kesehatan memiliki kode etik untuk menjaga kerahasiaan penderita.

    “Kalau untuk privasi tenaga kesehatan sudah ada kode etik,” pungkasnya. 

    Untuk informasi, acara tersebut merupakan kolaborasi antara Sumber data Dinkes, Pokja TB/HIV dan Yapikma, serta sejumlah komunitas tenaga kesehatan di Bondowoso

  • KH Mas Mansur, Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah yang karib KH Wahab

    KH Mas Mansur, Pahlawan Nasional dari Muhammadiyah yang karib KH Wahab

    Surabaya (ANTARA) – Organisasi Muhammadiyah, yang kini memasuki ulang tahun (milad) ke-112 sejak didirikan di Yogyakarta pada 18 November 1912, memiliki hubungan erat dengan sosok KH Mas Mansur.

    KH Mas Mansur, sosok Pahlawan Nasional Indonesia adalah pendiri Muhammadiyah Cabang Surabaya pada 17 April 1921, sembilan tahun setelah organisasi tersebut berdiri di Yogyakarta.

    KH Mas Mansur lahir pada 25 Juni 1896 di Kampung Sawahan, Surabaya, dan wafat pada usia 50 tahun pada 25 April 1946. KH Mas Mansur adalah putra KH Mas Ahmad Marzoeki, seorang imam Masjid Ampel, dan Hj Raudhah Sagipoddin dari keluarga pesantren di Sidoresmo, Surabaya.

    Ketertarikan KH Mas Mansur terhadap metode dakwah KH Ahmad Dahlan menjadi salah satu alasan utama ulama kharismatik itu bergabung dengan Muhammadiyah.

    Ketertarikan tokoh besar itu diungkap dalam buku “KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur”, yang awalnya merupakan skripsi karya DR H. Syaifullah, M.Ag.,.

    Buku yang mengupas perjalanan hidup KH Mas Mansur, mulai dari masa mudanya hingga perannya sebagai tokoh nasional, itu kemudian diterbitkan lewat suntingan naskah oleh PW Muhammadiyah Jatim, H. Nadjib Hamid.

    Dalam bedah buku “KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur” di Surabaya (27/10), diceritakan masa muda KH Mas Mansur diisi dengan pendidikan di Pesantren Syaikhona Cholil, Bangkalan, Madura, di mana ia bertemu KH Wahab Hasbullah, salah satu pendiri Nahdlatul Ulama (NU).

    Setelah dua tahun mondok di Bangkalan, KH Mas Mansur berangkat ke Mekkah pada usia 12 tahun bersama KH Wahab Hasbullah. Kedua kawan akrab itu agaknya mewarisi “keakraban” KHM Hasyim Asy’ari (pendiri NU) dan KH Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah) yang juga sama-sama pernah mondok di pesantren Bangkalan.

    Keberadaan keduanya untuk belajar itu juga menandai “pertemuan” KHM Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan di Mekkah. Ada sebuah tugu/prasasti yang menandai pertemuan kedua tokoh dari dua organisasi besar di Indonesia itu.

    Di Mekkah, KH Mas Mansur menyaksikan gejolak Perang Dunia I, yang membuat KH Wahab Hasbullah kembali ke Indonesia, sementara KH Mas Mansur melanjutkan studi ke Universitas Al-Azhar, Mesir, selama empat tahun. Di Mesir, ia terpengaruh oleh pemikiran modernisme Islam dari Syeikh Rasyid Ridha, murid modernis Muhammad Abduh.

    Sepulangnya ke Indonesia pada 1915 saat berusia 19 tahun, KH Mas Mansur tidak ke Surabaya lebih dulu melainkan langsung menuju Yogyakarta untuk bertemu KH Ahmad Dahlan.

    Dalam pertemuan itu, ia terkesan dengan metode “tafsir langsung action” KH Ahmad Dahlan, seperti penafsiran QS Al-Maun yang diwujudkan dalam aksi nyata berupa pendirian PKU Muhammadiyah (sosial), rumah sakit pendidikan (kesehatan), dan aksi kemasyarakatan atau kegiatan sosial lainnya.

    Sapu kawat Jawa Timur

    Pada 1921, enam tahun setelah kembali ke Indonesia, KH Mas Mansur meminta KH Ahmad Dahlan datang ke Surabaya dan menginap di tempat tinggalnya.

    Dalam kesempatan itu, KH Mas Mansur menyatakan bergabung dengan Muhammadiyah dan ditunjuk sebagai Ketua Muhammadiyah Cabang Surabaya pada 17 April 1921. KH Ahmad Dahlan menggambarkan KH Mas Mansur sebagai “sapu kawat Jawa Timur,” yang melambangkan kemampuan KH Mas Mansur menyelesaikan berbagai persoalan, dari a sampai z.

    Dari kepemimpinan di Surabaya, KH Mas Mansur terus naik ke posisi strategis di Muhammadiyah, dari PWM Jatim hingga PP Muhammadiyah, termasuk mengusulkan pembentukan Majelis Tarjih pada 1927 dan lebih mengimplementasikan “gaya” KH Ahmad Dahlan..

    Di tingkat pusat, KH Mas Mansur berperan dalam mengembangkan metode dakwah yang lebih modern dan terorganisasi.

    KH Mas Mansur tidak hanya dikenal sebagai ulama, tetapi juga sebagai aktivis pergerakan nasional. Ketika belajar di Yogyakarta, ia juga mengajar dan tinggal di kompleks rumah guru Madrasah Mu’allimin Muhammadiyah, yang bersebelahan dengan rumah Bung Karno. KH Mas Mansur sempat menjadi saksi sekaligus penghulu dalam pernikahan Bung Karno dengan Fatmawati.

    Di Surabaya, ia aktif berdiskusi dengan tokoh pergerakan seperti HOS Tjokroaminoto. Pada 1937-1943, KH Mas Mansur bersama Ki Bagus Hadikusumo menjadi anggota PPKI dan pada tahun 1943 di BPUPKI, yang merupakan langkah awal dalam pembentukan negara Indonesia.

    “KH Mas Mansur memang merupakan sosok yang lengkap, beliau merupakan agamawan, pendidik, politik/orator, dan jurnalis/redaktur,” kata Dr. H. Syaifullah MAg, penulis buku “KH Mas Mansur Sapu Kawat Jawa Timur”.

    KH Mas Mansur dikenal sebagai “4 serangkai “ dalam MIAI (Majelis Islam Ala Indonesia) yakni Wahono/ketua, KH Wahab Hasbullah, KH Ahmad Dahlan Achyat, dan KH Mas Mansur,” dan PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat), bersama tokoh-tokoh nasional seperti Bung Karno, Bung Hatta, dan Ki Hajar Dewantara.

    KH Mas Mansur wafat pada 25 April 1946 dalam usia yang relatif muda akibat perlakuan buruk dari pihak NICA. KH Mas Mansur dipenjara dua kali karena dianggap berkolaborasi dengan Jepang, meskipun kontribusinya terhadap perjuangan kemerdekaan tidak diragukan.

    Penyiksaan di penjara, termasuk suntikan zat kimia berbahaya, mengakibatkan kerusakan saraf yang pada akhirnya merenggut nyawanya. “Saat keponakannya membesuk di penjara pun diancam macam-macam, namun dimaklumi karena faktor syaraf itu,” kata Syaifullah.

    Editor: Primayanti
    Copyright © ANTARA 2024