Tag: Kazuo Ueda

  • BOJ Beri Sinyal Kenaikan Suku Bunga Acuan Jepang pada Desember 2025

    BOJ Beri Sinyal Kenaikan Suku Bunga Acuan Jepang pada Desember 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Bank of Japan (BOJ) Kazuo Ueda baru-baru ini menyatakan keyakinannya terhadap prospek ekonomi Jepang dan mengisyaratkan kemungkinan kenaikan suku bunga acuan.

    Dilansir dari Reuters, Ueda mengindikasikan bahwa BOJ berada dalam jalur menuju suku bunga lebih tinggi dengan tetap berpegang teguh pada garis standarnya. Dia menegaskan kembali bahwa jika proyeksi BOJ mengenai aktivitas ekonomi dan inflasi terealisasi, bank sentral akan melanjutkan kenaikan suku bunga acuan dari posisi saat ini di level 0,50%.

    Pernyataan tersebut sempat menimbulkan kebingungan di masyarakat, terutama mengenai apakah BOJ memiliki pandangan yang berbeda dengan pemerintah terkait kondisi ekonomi.

    Menanggapi hal tersebut, Menteri Keuangan Jepang Satsuki Katayama menegaskan bahwa pemerintah dan BOJ berada pada posisi yang sama. Ia memastikan bahwa kedua pihak memiliki pandangan serupa bahwa perekonomian Jepang tengah pulih secara moderat.

    “Kami yakin tidak ada perbedaan antara pandangan BOJ dan pemerintah bahwa perekonomian Jepang pulih secara moderat, jadi kami tidak melihat hal ini sebagai masalah,” ujarnya dalam konferensi pers rutin pada Selasa (2/12/2025).

    Perekonomian Jepang terkontraksi untuk pertama kalinya dalam enam kuartal, memperkuat alasan bagi Perdana Menteri Sanae Takaichi untuk meluncurkan paket stimulus fiskal besar guna menopang pertumbuhan.

    Laporan Kantor Kabinet Jepang yang dikutip dari Bloomberg pada Senin (17/11/2025) mencatat, produk domestik bruto (PDB) riil turun 1,8% secara tahunan pada kuartal III/2025. Capaian tersebut lebih baik dari konsensus ekonom yang memperkirakan kontraksi 2,4%.

    Pelemahan ekonomi tersebut sebelumnya telah banyak diproyeksikan, setelah pertumbuhan ekonomi Jepang kuartal II/2025 mencapai 2,3%, setelah revisi data, atau empat kali lipat dari potensi pertumbuhan negara itu. Penurunan tajam kali ini juga diperparah oleh anjloknya investasi perumahan yang terkontraksi 9,4% secara kuartalan.

    Ueda sebelumnya juga menyampaikan bahwa BOJ akan mempertimbangkan berbagai pro dan kontra sebelum memutuskan apakah suku bunga akan dinaikkan. Keputusan tersebut rencananya akan diumumkan pada pertemuan kebijakan berikutnya pada 19 Desember 2025.

    Berdasarkan sinyal yang muncul sejauh ini, para ekonom menilai bahwa peluang kenaikan suku bunga cukup besar pada Desember ini, atau paling lambat pada Januari 2026.

    Katayama menambahkan bahwa dia berharap BOJ terus bekerja sama dengan pemerintah dalam menjalankan kebijakan moneter untuk mencapai target inflasi 2% yang didukung oleh kenaikan upah. 

    “Pada titik ini, mengingat ekspektasi tersebut, saya tidak perlu menambahkan apa pun lagi. Ke depannya, kita perlu memantau apakah kenaikan harga akan berlanjut, serta perkembangan kebijakan perdagangan AS. Selain itu, mengingat berbagai fluktuasi di pasar keuangan dan modal global, kita harus mencermati tren korporasi,” sambungnya. (Putri Astrian Surahman)

  • Strategi Bank Sentral Jepang Tangkal Inflasi Setelah Tahan Suku Bunga

    Strategi Bank Sentral Jepang Tangkal Inflasi Setelah Tahan Suku Bunga

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank of Japan (BOJ) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada Kamis (31/7/2025). Kebijakan itu diklaim tidak membuat bank sentral berada dalam posisi tertinggal dalam merespons inflasi. 

    Melansir Bloomberg, BOJ mempertahankan suku bunga call overnight di level 0,5% pada akhir pertemuan kebijakan dua hari pada Kamis. Hasil ini sesuai ekspektasi 56 ekonom yang disurvei. 

    Meski demikian, dewan gubernur yang beranggotakan sembilan orang itu menaikkan proyeksi median inflasi tahun fiskal berjalan menjadi 2,7% dari 2,2%. Estimasi itu seiring kenaikan harga pangan yang berkelanjutan. Proyeksi untuk tahun fiskal 2026 dan 2027 juga sedikit dinaikkan, di luar perkiraan para ekonom.

    Meski perubahan proyeksi tersebut mengisyaratkan langkah BOJ mendekati kenaikan suku bunga berikutnya, bank sentral tetap enggan memberikan sinyal jelas soal waktu. 

    Gubernur BOJ Kazuo Ueda menyebut pihaknya masih memerlukan waktu untuk menilai dampak tarif baru Amerika Serikat terhadap ekonomi Jepang dan perdagangan global, meski ketidakpastian sebagian mereda setelah tercapainya kesepakatan dagang AS–Jepang.

    “Kami tidak melihat kabut perdagangan ini tiba-tiba menghilang. Saat ini, saya tidak melihat kami tertinggal dari tren inflasi. Saya juga tidak melihat risiko tinggi kami akan tertinggal,” ujar Ueda dalam konferensi pers. 

    Dia menolak berkomentar langsung soal pergerakan mata uang yen, namun menegaskan tren harga terus meningkat walau masih berada sedikit di bawah target inflasi 2%.

    Menurut Hiroki Shimazu, Kepala Strategi MCP Asset Management, revisi naik proyeksi inflasi BOJ memang membuat pasar menilai kenaikan suku bunga semakin dekat. 

    “Namun, laporan terbaru juga menyebutkan adanya perlambatan ekonomi yang diperkirakan,” jelasnya.

    Pelemahan yen terus berlanjut mendekati level psikologis ¥150 per dolar AS, sementara imbal hasil obligasi pemerintah Jepang melonjak dalam beberapa bulan terakhir dan memengaruhi pasar global.

    Keputusan BOJ ini diambil hanya beberapa jam setelah Federal Reserve menahan suku bunga acuannya, dengan Ketua Jerome Powell menekankan banyak ketidakpastian yang menghalangi langkah pemangkasan. Dua gubernur Fed bahkan memilih opsi pemotongan 25 basis poin, meski ditolak mayoritas.

    Dalam laporan outlook kuartalannya, BOJ menyebut risiko inflasi kini umumnya seimbang, berbeda dengan laporan tiga bulan sebelumnya yang hanya menyoroti risiko penurunan.

    BOJ juga menurunkan karakterisasi ketidakpastian perdagangan dari “sangat tinggi” menjadi lebih moderat, sambil menegaskan kesiapan menaikkan suku bunga bila kondisi memungkinkan.

    Kesepakatan dagang AS–Jepang yang tercapai pada 22 Juli menurunkan tarif impor mobil dan sebagian besar barang Jepang ke AS menjadi 15%. BOJ memperkirakan pada akhir tahun ini mereka akan memiliki cukup data untuk menilai kelayakan kenaikan suku bunga.

    Kenaikan proyeksi inflasi mencerminkan tekanan biaya hidup yang tinggi, terutama akibat lonjakan harga pangan, termasuk beras, yang menjadikan Jepang salah satu negara G7 dengan inflasi paling persisten.

    Meski demikian, Ueda tetap mempertahankan pendekatan bertahap, menekankan bahwa tren harga inti masih sedikit di bawah target 2% jika dilihat dari analisis menyeluruh.

    Tekanan biaya hidup ini juga menjadi isu utama dalam pemilu majelis tinggi bulan ini yang berakhir dengan kekalahan terbesar bagi Perdana Menteri Shigeru Ishiba dan koalisinya. Meski menghadapi desakan mundur dari sebagian anggota Partai Demokrat Liberal, Ishiba menyatakan tetap bertahan.

    Jika BOJ akhirnya menaikkan suku bunga, biaya pinjaman di Jepang akan mencapai level tertinggi dalam tiga dekade terakhir.

  • Timur Tengah Memanas, Sederet Bank Sentral Diproyeksikan Tahan Suku Bunga

    Timur Tengah Memanas, Sederet Bank Sentral Diproyeksikan Tahan Suku Bunga

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral berbagai negara diproyeksi akan tetap mempertahankan suku bunga acuannya jelang pengumuman beberapa pekan ke depan.

    Dilansir dari Bloomberg, Minggu (15/6/2025), para pejabat bank sentral dari Washington hingga London telah menyatakan kewaspadaannya atas potensi peningkatan inflasi dan ketidakpatuhan arus perdagangan. Ketegangan baru di Timur Tengah antara Israel dan Iran juga menambah kekhawatiran mereka.

    Para investor sendiri akan memfokuskan perhatian ke bank sentral AS Federal Reserve alias The Fed yang akan mengambil keputusan pada Rabu (18/6/2025) waktu setempat.

    Para ekonom Bloomberg memperkirakan para pejabat The Fed masih perlu waktu beberapa bulan lagi untuk dapat membuat penilaian yang pasti tentang implikasi kebijakan Presiden AS Donald Trump terhadap perekonomian negeri Paman Sam. Oleh sebab itu, The Fed diperkirakan masih akan menahan suku bunganya.

    Secara keseluruhan, bank-bank sentral yang bertanggung jawab atas enam dari 10 mata uang yang paling banyak diperdagangkan di dunia akan mengambil keputusan dalam waktu dekat.Di antara mereka, hanya bank sentral Swedia dan Swiss yang diperkirakan para ekonom akan menurunkan suku bunganya.

    Asia

    Pekan ini merupakan minggu yang penting bagi bank sentral di Asia, dengan sebagian besar diperkirakan tidak mengubah suku bunganya di tengah ketidakpastian kebijakan perdagangan dan ketegangan di Timur Tengah.

    Pada Senin, bank sentral Pakistan diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, diikuti oleh Jepang pada hari Selasa. Suku bunga diperkirakan akan tetap dipertahankan setelah Gubernur Kazuo Ueda mengisyaratkan inflasi masih belum mencapai target.

    Bank Indonesia diperkirakan tidak mengubah suku bunga pada Rabu, demikian pula Taiwan pada Kamis karena ekonominya mengalami volatilitas mata uang yang membuat dolar Taiwan mencapai titik tertinggi dalam tiga tahun.

    Sementara China diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pinjaman pada Jumat. Filipina adalah satu-satunya bank sentral di kawasan tersebut yang terlihat memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin karena meredanya inflasi.

    Eropa, Timur Tengah, Afrika

    Bank Sentral Eropa mengumumkan keputusan suku bunganya pada Kamis, sehari setelah angka inflasi Inggris dirilis. Para ekonom memproyeksikan suku bunga akan bertahan di 4,25%.

    Riksbank Swedia sudah memangkas suku bunga sebesar 175 basis poin sejak Mei 2024. Hanya saja, pertumbuhan ekonomi yang melambat dan angka inflasi yang rendah, dikombinasikan dengan ketidakpastian perdagangan, membuat bank sentral negara yang bergantung kepada ekspor itu kemungkinan akan melakukan pelonggaran kembali pada Rabu.

    Di Namibia pada hari yang sama, para pejabat juga kemungkinan akan menurunkan suku bunga mereka pada saat inflasi berada di batas bawah kisaran target 3% hingga 6%.

    Sementara Bank sentral Norwegia akan ambil putusan Kamis. Norges Bank diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya di 4,5%.

    Pada hari yang sama, Bank Nasional Swiss juga diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar seperempat poin. Itu akan membawa suku bunga ke nol, level yang belum pernah disentuh oleh para pejabat sebelumnya—meskipun sebelumnya sudah pernah ada di wilayah negatif.

    Botswana juga mungkin memangkas suku bunga pada Kamis untuk membantu menopang perekonomian karena inflasi diperkirakan akan tetap rendah.

    Bank sentral Turki diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya pada 46% pada hari yang sama. Para pejabat telah menggunakan cara lain untuk melonggarkan kebijakan di tengah melambatnya inflasi, seperti menurunkan biaya pendanaan rata-rata dari hampir 50% menjadi mendekati suku bunga acuan.

    Amerika Latin

    Bank sentral Chili, yang dipimpin oleh Gubernur Rosanna Costa, pada Selasa kemungkinan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada 5%.

    Bank sentral Brasil turut diproyeksikan tidak terburu-buru memangkas suku bunga acuannya pada Rabu. Saat ini, suku bunga acuannya berada di 14,75%.

  • Bank Sentral Terkuat Bumi Kumpul di Tokyo, Bahas ‘Realita Menyakitkan’

    Bank Sentral Terkuat Bumi Kumpul di Tokyo, Bahas ‘Realita Menyakitkan’

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sejumlah bank sentral terkemuka dunia berkumpul di Tokyo, Jepang, Selasa (27/5/2025). Hal ini dilakukan untuk memenuhi undangan simposium yang diusulkan Bank of Japan (BOJ).

    Pejabat dari Federal Reserve, termasuk Presiden Fed New York John Williams, Bank Sentral Eropa, Bank Kanada, dan Bank Sentral Australia termasuk di antara peserta konferensi, yang berlangsung di kantor pusat BOJ di pusat Tokyo. Simposium ini juga akan diikuti akademisi terkemuka Amerika Serikat (AS), Eropa, dan Asia.

    Meskipun sebagian besar pidato bersifat akademis dan tertutup untuk media, tema tahun ini membahas “Tantangan Baru Bagi Kebijakan Moneter”, khususnya bagaimana bank sentral harus menghadapi inflasi yang terus-menerus, risiko ekonomi yang merugikan, pasar yang tidak stabil, dan tarif AS.

    Hambatan yang saling bertentangan tersebut, yang sebagian besar merupakan hasil dari kebijakan Presiden AS Donald Trump, menciptakan hambatan bagi banyak bank sentral, terlepas dari apakah mereka menaikkan atau menurunkan suku bunga.

    BOJ, misalnya, tetap berada di jalur yang tepat untuk terus menaikkan suku bunga dan secara bertahap mengurangi pembelian obligasinya, sangat kontras dengan rekan-rekannya yang memangkas suku bunga, tetapi perkembangan global baru-baru ini telah menimbulkan pertanyaan tentang kecepatan langkah tersebut.

    “Meskipun BOJ mungkin terpaksa tidak melakukan perubahan untuk sementara waktu, mereka tidak perlu menghentikan kenaikan suku bunga sama sekali,” kata mantan pejabat BOJ Nobuyasu Atago, kepada Reuters.

    “Mereka hanya perlu mengomunikasikan dengan cara bahwa ketika kondisinya membaik, mereka dapat melanjutkan kenaikan suku bunga.”

    Pada pertemuan tahun lalu, para peserta mengkaji pengalaman mereka dalam memerangi kemerosotan ekonomi dengan membahas pelajaran yang dipetik dari penggunaan berbagai alat pelonggaran moneter yang tidak konvensional.

    Mereka juga membahas apakah Jepang, sebuah negara yang mempertahankan suku bunga sangat rendah bahkan ketika bank sentral utama lainnya menaikkan suku bunga secara agresif, dapat bangkit dari deflasi dan inflasi rendah selama beberapa dekade dengan tanda-tanda kenaikan upah yang berkelanjutan.

    Kebijakan yang Menggantung

    Kondisi Jepang bisa menjadi pesan meyakinkan bagi bank-bank sentral utama yang menghadapi dilema serupa namun saat ini diperburuk oleh perang dagang global dan kebijakan perdagangan Trump yang tidak menentu.

    Awalnya dianggap akan memangkas suku bunga lebih lanjut, Federal Reserve AS terpaksa menunggu dengan peringatan dari para pejabat minggu lalu tentang inflasi yang merayap karena tarif.

    Sementara Bank Sentral Eropa diperkirakan akan memangkas suku bunga lagi pada bulan Juni, kasusnya semakin berkembang untuk jeda lebih lama karena tantangan inflasi.

    “Tarif mungkin bersifat disinflasi dalam jangka pendek tetapi menimbulkan risiko kenaikan dalam jangka menengah,” kata anggota dewan ECB Isabel Schnabel, seorang yang vokal dalam kebijakan, dalam sebuah konferensi di Universitas Stanford pada tanggal 9 Mei, dalam seruan eksplisit untuk jeda.

    BOJ juga menghadapi tantangan untuk menyeimbangkan tekanan inflasi domestik dan risiko pertumbuhan dari tarif AS. Tarif Trump memaksa BOJ untuk memangkas tajam prakiraan pertumbuhannya pada tanggal 1 Mei, menandakan jeda dalam siklus kenaikan suku bunga yang masih menyisakan suku bunga jangka pendek pada 0,5%.

    Namun, Gubernur Kazuo Ueda telah mengisyaratkan kesiapan untuk melanjutkan kenaikan suku bunga jika inflasi dasar tetap pada jalurnya untuk mencapai target 2% secara berkelanjutan. Tetapi, inflasi konsumen inti Jepang mencapai titik tertinggi dalam lebih dari dua tahun sebesar 3,5% pada bulan April karena harga pangan melonjak 7%.

    “Jelas BOJ telah gagal mencapai mandatnya untuk stabilitas harga,” kata Atago, yang saat ini menjabat sebagai kepala ekonom di Rakuten Securities Economic Research Institute.

    (tps/tps)

  • Inflasi Jepang Lampaui Ekspektasi, Bank Sentral Lanjutkan Kenaikan Suku Bunga?

    Inflasi Jepang Lampaui Ekspektasi, Bank Sentral Lanjutkan Kenaikan Suku Bunga?

    Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi Jepang meningkat lebih cepat dari perkiraan pada Januari 2025 karena harga pangan yang lebih tinggi. Data tersebut menjaga Bank of Japan tetap berada di jalur yang tepat untuk menaikkan suku bunga acuannya lebih lanjut. 

    Data dari Kementerian Dalam Negeri Jepang yang dilansir dari Bloomberg pada Jumat (21/2/2025) menyebut, indeks harga konsumen atau inflasi Jepang tidak termasuk makanan segar naik 3,2% secara year on year (yoy) pada Januari 2025. Catatan tersebut merupakan kenaikan terbesar sejak Juni 2023. 

    Kenaikan inflasi ini sedikit lebih cepat dari perkiraan, dan didorong oleh kenaikan harga makanan olahan termasuk kenaikan harga beras, makanan pokok negara, yang mencapai rekor tertinggi sebesar 70,9%.

    Sementara itu, inflasi secara keseluruhan meningkat menjadi 4% dari 3,6% mencapai angka tersebut untuk pertama kalinya dalam dua tahun. Kenaikan harga pangan segar pada laju tercepat dalam dua dekade juga berkontribusi terhadap percepatan inflasi secara keseluruhan, karena harga sayuran termasuk kubis melonjak.

    Laporan ini menegaskan kembali inflasi Jepang secara keseluruhan sebagai yang tertinggi di antara negara-negara Kelompok Tujuh (G7), menggarisbawahi komentar anggota dewan BOJ baru-baru ini tentang perlunya mewaspadai risiko kenaikan. 

    Meskipun Gubernur Kazuo Ueda telah mengawasi tiga kenaikan suku bunga dalam kurun waktu satu tahun, berlanjutnya penguatan inflasi dapat mendorong spekulasi bahwa kenaikan suku bunga berikutnya akan dilakukan lebih cepat dari perkiraan. 

    Ekonom yang disurvei bulan lalu memperkirakan kenaikan biaya pinjaman berikutnya akan terjadi sekitar bulan Juli.

    “Inflasi inti Jepang kemungkinan akan tetap sekitar 3% pada paruh pertama tahun ini. BOJ akan terus mempertimbangkan waktu kenaikan suku bunga berikutnya, daripada mengkhawatirkan apakah mereka memerlukannya,” kata Taro Saito, kepala penelitian ekonomi di NLI Research Institute. 

    Ketika para pedagang menilai kembali pandangan mereka mengenai jalur kenaikan suku bunga BOJ, imbal hasil obligasi Jepang bertenor 10 tahun telah meningkat pada bulan ini.

    Musim panas dengan temperatur lebih tinggi, melemahnya yen, dan kekurangan tenaga kerja adalah salah satu faktor pendorong yang menyebabkan tingginya biaya pangan bagi rumah tangga, karena dunia usaha terus membebankan beban kenaikan harga kepada konsumen.  

    Perusahaan makanan besar di Jepang berencana menggandakan jumlah produk yang akan mereka naikkan harga pada tahun ini dibandingkan tahun lalu, menurut laporan Teikoku Databank yang dirilis pada 31 Januari. 

    Inflasi Jepang saat ini masih berada pada atau di atas target BOJ sebesar 2% selama hampir tiga tahun, dan kemungkinan besar memiliki dampak yang lebih besar terhadap pola pikir rumah tangga. 

    Bank sentral menaikkan suku bunga kebijakannya menjadi 0,5% pada bulan lalu, menjadikannya level tertinggi sejak krisis keuangan global. BOJ mengatakan akan terus menaikkan suku bunga jika prospek ekonominya terwujud, sebuah sikap yang membuat para pedagang bertanya-tanya kapan kenaikan suku bunga berikutnya akan dilakukan.

    Inflasi terus menjadi masalah mendesak bagi pemerintahan minoritas Perdana Menteri Shigeru Ishiba karena mereka menghadapi prospek pemilu nasional yang harus diadakan pada akhir bulan Juli. 

    Pada Oktober 2024, partai berkuasa yang dipimpin oleh Ishiba mengalami hasil pemilu terburuk sejak tahun 2009, sebuah hasil yang sebagian besar oleh para analis dikaitkan dengan inflasi.

    Sekitar 65% rumah tangga yang disurvei mengatakan mereka merasakan beban inflasi “sangat berat,” menurut jajak pendapat yang dilakukan oleh surat kabar Yomiuri dan jaringan berita NNN bulan ini. Angka tersebut melonjak dari 49% pada survei sebelumnya yang dilakukan pada Oktober 2023. 

    Dengan kenaikan upah riil hanya sekitar 0,5%, belanja konsumen bisa melemah di masa depan, setelah hanya menunjukkan sedikit pemulihan. 

    Untuk mencapai siklus positif inflasi, kenaikan upah dan pertumbuhan, Ishiba menyerukan kenaikan gaji yang kuat lagi tahun ini. Pihak berwenang akan mencermati hasil awal negosiasi upah musim semi tahunan yang diharapkan sekitar pertengahan bulan depan. 

    “Dengan inflasi keseluruhan sebesar 4%, ini adalah lingkungan yang sulit bagi rumah tangga,” kata Saito.

  • IHSG diprediksi menguat ikuti bursa kawasan dan global

    IHSG diprediksi menguat ikuti bursa kawasan dan global

    Melihat pergerakan IHSG kemarin, kami memproyeksikan hari ini IHSG menguat

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Jumat diperkirakan bergerak naik mengikuti penguatan bursa saham kawasan Asia dan global.

    IHSG dibuka menguat 21,32 poin atau 0,48 persen ke posisi 7.253,96. Sementara itu, kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 naik 4,72 poin atau 0,56 persen ke posisi 848,31.

    “Melihat pergerakan IHSG kemarin, kami memproyeksikan hari ini IHSG menguat,” ujar Senior Analyst Retail Research BNI Sekuritas Kevin Juido di Jakarta, Jumat.

    Dari mancanegara, pasar saham melonjak setelah Donald Trump dalam pidato virtual di Forum Ekonomi Dunia, menyatakan akan “menuntut agar suku bunga segera diturunkan”.

    Trump juga mengungkapkan rencana untuk meminta Arab Saudi menurunkan harga minyak, yang menyebabkan harga minyak mentah turun.

    Sepanjang pekan ini, pasar saham telah mendapatkan dorongan dari optimisme terkait potensi pemangkasan pajak dan deregulasi di bawah pemerintahan Trump, serta pertumbuhan ekonomi yang tetap kuat.

    Kemudian, musim laporan keuangan kuartal IV 2024 dimulai, didorong oleh laporan positif dari Netflix dan beberapa bank besar.

    Namun, optimisme pasar sedikit terganggu setelah saham American Airlines anjlok lebih dari 8 persen pada Kamis menyusul proyeksi keuangan yang lemah dari perusahaan tersebut.

    Dari regional, pasar Asia Pasifik bergerak variatif pada Kamis (23/1/2025), investor di kawasan ini tengah mencermati dan menilai serangkaian data ekonomi yang akan dirilis.

    Inflasi Singapura pada Desember 2024 tercatat sebesar 3,7 persen year on year (yoy), naik dari realisasi pada bulan sebelumnya sebesar 3,6 persen (yoy).

    Selain itu, Bank of Japan (BoJ) juga akan mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya hari ini dan besok, Jumat (24/1/2025). Gubernur BoJ Kazuo Ueda telah mengisyaratkan niat untuk menaikkan suku bunga.

    Sementara itu, indeks-indeks Wall Street Kembali naik pada Kamis (23/1/2025), indeks S&P 500 naik 0,53 persen ke level 6.118,71, Dow Jones Industrial Average meningkat 0,92 persen menjadi 44.565,07 dan Nasdaq Composite bertambah 0,22 persen ke posisi 20.053,68.

    Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain, indeks Nikkei menguat 274,24 poin atau 0,69 persen ke level 40.233,11, indeks Shanghai menguat 12,35 poin atau 0,38 persen ke posisi 3.242,73, indeks Kuala Lumpur melemah 6,40 poin atau 0,54 persen ke posisi 1.570,25, dan indeks Straits Times melemah 1,91 poin atau 0,59 persen ke 3 804,68.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Kelik Dewanto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Alasan Bank of Japan Pertahankan Suku Bunga saat The Fed Longgarkan Kebijakan

    Alasan Bank of Japan Pertahankan Suku Bunga saat The Fed Longgarkan Kebijakan

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral Jepang, Bank of Japan (BOJ) mempertahankan suku bunga acuannya karena menunggu sedikit lebih lama sebelum langkah selanjutnya.

    Mengutip Bloomberg pada Kamis (19/12/2024), Dewan kebijakan Gubernur BOJ, Kazuo Ueda mempertahankan suku bunga acuannya di sekitar 0,25%, menurut sebuah pernyataan. Hasil tersebut diharapkan oleh lebih dari separuh ekonom yang disurvei oleh Bloomberg. 

    Anggota dewan BOJ Naoki Tamura memberikan suara menentang keputusan tetap tersebut dan mengusulkan kenaikan suku bunga menjadi 0,5%. Dia mengatakan ekonomi dan harga bergerak sesuai dengan harapan, dan ada peningkatan risiko kenaikan inflasi. 

    Meskipun dia ditolak oleh anggota dewan lainnya, usulannya menunjukkan dewan BOJ mungkin bersiap untuk kenaikan berikutnya.

    Ueda tengah mencari waktu yang tepat untuk kenaikan suku bunga ketiganya, dengan indikator ekonomi terkini yang menunjukkan inflasi bergerak sesuai dengan proyeksi BOJ—prasyarat untuk kenaikan suku bunga.

    Sejak mengambil alih kendali bank sentral, gubernur telah berupaya untuk menormalkan kebijakan moneter setelah bertahun-tahun bereksperimen, misi yang diperkuat oleh tinjauan kebijakan panjang yang juga dirilis pada hari Jumat yang menekankan pentingnya suku bunga.

    “Mereka bisa saja menaikkan suku bunga kali ini jika mereka mau, dan kemungkinan akan ada kenaikan suku bunga pada bulan Januari,” kata Kepala Ekonom Daiwa Securities, Toru Suehiro.

    Suehiro menuturkan, BOJ memilih untuk menunggu dan melihat sebagian karena ingin melihat seperti apa kebijakan ekonomi pemerintahan AS yang baru nanti.

    Yen melemah melewati level kunci 155 terhadap dolar setelah pemungutan suara status quo, merosot sebanyak 0,4% menjadi 155,47. Taruhan kenaikan suku bunga telah surut dalam beberapa minggu terakhir, berkontribusi pada penurunan yen selama enam hari berturut-turut hingga hari Senin, penurunan terpanjang terhadap dolar sejak bulan Juni.

    Sementara itu, indeks Topix menghapus kerugian sebanyak 1,4% pada hari sebelumnya, setelah Federal Reserve menurunkan suku bunga pada hari Rabu tetapi mengurangi perkiraannya untuk pemangkasan pada tahun 2025.

    BOJ mungkin juga enggan menaikkan suku bunga pada Desember 2024 mengingat potensi citra yang buruk. Pemerintah minoritas Perdana Menteri Shigeru Ishiba saat ini sedang bernegosiasi dengan partai oposisi yang waspada terhadap kenaikan suku bunga awal untuk memastikan dukungan bagi anggaran tahunan tahun depan.

    Ada pula ingatan tentang kesalahan langkah yang dianggap terjadi di masa lalu. Menaikkan suku bunga tiga kali dalam satu tahun kalender belum pernah terjadi di Jepang sejak 1989. 

    Pengetatan itu disebut oleh para ekonom sebagai salah satu faktor yang menyebabkan meletusnya gelembung aset negara tersebut.

    Menjelang pertemuan tersebut, pejabat BOJ melihat sedikit biaya untuk menunda kenaikan suku bunga berikutnya, mengingat hanya ada sedikit peluang percepatan inflasi yang cepat, menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut kepada Bloomberg awal bulan ini. 

    Beberapa pejabat tidak menentang kenaikan suku bunga bulan ini jika diusulkan, menurut orang-orang tersebut, mengisyaratkan bahwa pergerakan suku bunga semakin dekat.

    BOJ juga menegaskan kembali bahwa tren inflasi tampaknya konsisten dengan targetnya untuk paruh kedua periode prospeknya. Dalam survei ekonom terbaru Bloomberg, Januari adalah waktu yang paling populer untuk kenaikan suku bunga berikutnya.

    Kilas Balik Kebijakan 2007

    Bagi para pengamat BOJ yang sudah lama, seruan Tamura untuk menaikkan suku bunga kali ini mengingatkan pada kenaikan suku bunga pada Februari 2007. Kala itu, kenaikan suku bunga didahului oleh usulan untuk menaikkan biaya pinjaman dari tiga anggota dewan pada rapat sebelumnya.

    Bank sentral juga merilis hasil tinjauan kebijakannya, yang meninjau kembali seperempat abad terakhir. Sambil mencatat manfaat dari eksperimen kebijakan besar-besaran yang dilakukan di bawah pendahulu Ueda, Haruhiko Kuroda, bank sentral juga memperingatkan bahwa biayanya juga harus diperhitungkan.

    “Tinjauan tersebut mengisyaratkan preferensi Ueda untuk tidak menggunakan langkah-langkah yang tidak konvensional dengan mencatat efek sampingnya,” kata Tsuyoshi Ueno, ekonom senior di NLI Research Institute di Tokyo. 

    “Itu menunjukkan bahwa menurutnya suku bunga harus dinaikkan untuk menciptakan ruang kebijakan, selama kondisi ekonomi memungkinkan,” katanya.

    Keputusan BOJ mengakhiri spekulasi yang intens selama berminggu-minggu di pasar. Bulan lalu, para pedagang melihat sebanyak dua pertiga peluang untuk kenaikan suku bunga pada Desember, sebelum proyeksi turun menjadi kurang dari 20% minggu ini dengan peluang kenaikan suku bunga pada bulan Maret yang lebih tinggi. 

    Jalan ke depan masih belum jelas bagi BOJ. Dengan pertemuan kebijakan berikutnya yang dijadwalkan berakhir empat hari setelah Donald Trump mengambil alih Gedung Putih, ketidakpastian tetap tinggi. 

    Bank sentral telah mengatakan tidak akan menaikkan suku bunga ketika pasar keuangan tidak stabil. 

    Ueda akan menguraikan pemikiran di balik keputusan hari ini dan prospek inflasi pada konferensi pers yang dimulai pukul 15.30. 

    “Saya ingin melihat apakah dia memberikan petunjuk tentang prospek kenaikan suku bunga di masa mendatang, dan bagaimana dia berpikir tentang ketidakpastian. Dia telah berbicara banyak tentang ekonomi AS baru-baru ini, jadi saya tertarik untuk melihat apa yang dia katakan tentang ini sekarang,” kata ekonom utama di S&P Global Market Intelligence, Harumi Taguchi. 

  • Jelang Pertemuan BOJ, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Lampaui Ekspektasi

    Jelang Pertemuan BOJ, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Lampaui Ekspektasi

    Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi Jepang meningkat lebih cepat dari perkiraan awal. Data tersebut menunjukkan pemulihan yang lebih kuat jelang keputusan bank sentral pada akhir bulan ini.

    Mengutip Bloomberg pada Senin (9/12/2024), kantor kabinet Jepang mencatat, Produk domestik bruto (PDB) Jepang tumbuh 1,2% secara year on year pada kuartal III/2024. Hasil tersebut melampaui perkiraan awal sebesar 0,9%. Para ekonom telah memperkirakan revisi ke atas menjadi 1,0%.

    Data pertumbuhan yang lebih kuat mendukung pandangan Bank of Japan (BOJ) bahwa ekonomi akan terus berkembang secara moderat. Penurunan ekspor neto dan belanja modal menyusut, sementara pertumbuhan inventaris juga direvisi naik. 

    Gubernur BOJ Kazuo Ueda diperkirakan akan memeriksa data ekonomi secara saksama termasuk survei Tankan pada 13 Desember sebelum keputusan kebijakan bank sentral pada 19 Desember. 

    Sebagian besar ekonom yang disurvei bulan lalu meramalkan kenaikan suku bunga pada Januari, sementara Ueda mengatakan dalam wawancara baru-baru ini dengan surat kabar Nikkei bahwa waktu untuk kenaikan sudah “mendekati”, memicu spekulasi bahwa bank mungkin akan menaikkan suku bunga bulan ini.

    “Angka tersebut kemungkinan akan memperkuat pandangan BOJbahwa perekonomian cukup kuat untuk menahan pengurangan stimulus lebih lanjut,” ujar ekonom Bloomberg Economics, Taro Kimura.

    Inflasi tetap berada pada atau di atas target bank sentral selama lebih dari 30 bulan.

    Data PDB ini mengonfirmasi bahwa ekonomi tumbuh selama kuartal kedua berturut-turut. Belanja konsumen yang solid meskipun terjadi topan besar menunjukkan kekuatan mendasar dalam ekonomi. 

    Tetapi, beberapa ekonom masih skeptis tentang seberapa berkelanjutan pertumbuhan tersebut mengingat sebagian terangkat oleh pemotongan pajak satu kali yang diperintahkan oleh mantan Perdana Menteri Fumio Kishida.

    Sejauh ini perekonomian Jepang diperkirakan tumbuh sebesar 1,5% yoy pada kuartal IV/2024 mendatang, menurut survei Bloomberg bulan lalu.

  • Saham Teknologi Boncos, IHSG Ditutup Ambruk

    Saham Teknologi Boncos, IHSG Ditutup Ambruk

    Jakarta: Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore ditutup melemah dipimpin oleh saham-saham sektor teknologi.
     
    IHSG ditutup melemah 15,37 poin atau 0,21 persen ke posisi 7.180,33. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 1,80 poin atau 0,21 persen ke posisi 875,12.
     
    “Bursa regional Asia bergerak melemah, pasar tampaknya cenderung berhati-hati karena fokus perhatian dari meningkatnya konflik di kawasan Eropa antara Rusia dan Ukraina,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, seperti dikutip dari Antara, Rabu, 20 November 2024.
    Konflik tersebut membuat pasar berhati-hati karena ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Eropa hingga potensi risiko eskalasi nuklir yang dipicu Ukraina meluncurkan serangan rudal pertamanya di wilayah perbatasan Rusia menggunakan persenjataan yang dipasok Barat.
     
    Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin memperluas doktrin nuklir Rusia untuk mengizinkan respons atom terhadap serangan konvensional. Menteri Luar Negeri Rusia menyatakan mereka akan melakukan segala kemungkinan untuk menghindari perang nuklir.
     
    Dari Jepang, Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengindikasikan bahwa setiap kenaikan suku bunga di masa mendatang akan bertahap, tergantung pada perkembangan ekonomi, meskipun tidak memberikan garis waktu spesifik kapan kenaikan ini akan terjadi.
     
    Di sisi lain, pelaku pasar menyikapi kebijakan bank sentral Tiongkok yang mempertahankan suku bunga acuannya, yang mana bank sentral Tiongkok mempertahankan suku bunga pinjaman utama tidak berubah setelah memangkasnya pada Oktober 2024, seperti yang diharapkan secara luas.
     
    Bank Rakyat TIongkok mempertahankan suku bunga pinjaman utama satu tahun dan lima tahun tidak berubah pada masing-masing 3,1 persen dan 3,6 persen, yang mencerminkan penilaian berkelanjutan bank sentral terhadap langkah-langkah stimulus yang ada karena Tiongkok mengintensifkan upaya untuk melawan perlambatan ekonominya dan mencapai target pertumbuhan 2024 sekitar lima persen meskipun ada tantangan yang terus berlanjut.
     
    Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level 6,0 persen.
     

     

    Saham sektor teknologi paling boncos

    Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.
     
    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor menguat yaitu dipimpin sektor energi sebesar 0,37 persen, diikuti oleh sektor kesehatan dan sektor keuangan yang naik masing-masing sebesar 0,33 persen dan 0,33 persen.
     
    Sedangkan, tujuh sektor melemah yaitu sektor teknologi turun paling dalam minus 1,94 persen, diikuti oleh sektor properti dan sektor barang konsumen primer yang masing- masing turun sebesar 0,71 persen dan 0,52 persen.
     
    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu BOAT, JMAS, DAAZ, DOSS, dan LABA. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni NAIK, DNAR, VERN, SURI, dan MEJA.
     
    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.083.440 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 19,52 miliar lembar saham senilai Rp8,73 triliun. Sebanyak 250 saham naik 310 saham menurun dan 229 tidak bergerak nilainya.
     
    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei melemah 52,09 poin atau 0,16 persen ke level 38.352,30, indeks Hang Seng menguat 41,33 poin atau 0,21 persen ke level 19.705,00, indeks Shanghai menguat 21,97 poin atau 0,66 persen ke posisi 3.346,01, dan indeks Straits Times menguat 14,33 poin atau 0,38 persen ke 3.743,63.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • IHSG ditutup melemah dipimpin sektor teknologi 

    IHSG ditutup melemah dipimpin sektor teknologi 

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    IHSG ditutup melemah dipimpin sektor teknologi 
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Rabu, 20 November 2024 – 17:56 WIB

    Elshinta.com – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu sore ditutup melemah dipimpin oleh saham-saham sektor teknologi.

    IHSG ditutup melemah 15,37 poin atau 0,21 persen ke posisi 7.180,33. Sementara kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 turun 1,80 poin atau 0,21 persen ke posisi 875,12.

    “Bursa regional Asia bergerak melemah, pasar tampaknya cenderung berhati-hati karena fokus perhatian dari meningkatnya konflik di kawasan Eropa antara Rusia dan Ukraina,” sebut Tim Riset Pilarmas Investindo Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Rabu (20/11).

    Konflik tersebut membuat pasar berhati-hati karena ketegangan geopolitik yang sedang berlangsung di Eropa hingga potensi risiko eskalasi nuklir yang dipicu Ukraina meluncurkan serangan rudal pertamanya di wilayah perbatasan Rusia menggunakan persenjataan yang dipasok Barat.

    Sementara itu, Presiden Rusia Vladimir Putin memperluas doktrin nuklir Rusia untuk mengizinkan respons atom terhadap serangan konvensional.

    Menteri Luar Negeri Rusia menyatakan bahwa mereka akan melakukan segala kemungkinan untuk menghindari perang nuklir.

    Dari Jepang, Gubernur Bank of Japan Kazuo Ueda mengindikasikan bahwa setiap kenaikan suku bunga di masa mendatang akan bertahap, tergantung pada perkembangan ekonomi, meskipun tidak memberikan garis waktu spesifik kapan kenaikan ini akan terjadi.

    Di sisi lain, pelaku pasar menyikapi kebijakan bank sentral China yang mempertahankan suku bunga acuannya, yang mana bank sentral China mempertahankan suku bunga pinjaman utama tidak berubah setelah memangkasnya pada Oktober 2024, seperti yang diharapkan secara luas.

    Bank Rakyat China mempertahankan suku bunga pinjaman utama satu tahun dan lima tahun tidak berubah pada masing-masing 3,1 persen dan 3,6 persen, yang mencerminkan penilaian berkelanjutan bank sentral terhadap langkah-langkah stimulus yang ada karena China mengintensifkan upaya untuk melawan perlambatan ekonominya dan mencapai target pertumbuhan 2024 sekitar 5 persen meskipun ada tantangan yang terus berlanjut.

    Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuannya di level 6 persen.

    Dibuka menguat, IHSG bergerak ke teritori negatif sampai penutupan sesi pertama perdagangan saham. Pada sesi kedua, IHSG betah di zona merah hingga penutupan perdagangan saham.

    Berdasarkan Indeks Sektoral IDX-IC, empat sektor menguat yaitu dipimpin sektor energi sebesar 0,37 persen, diikuti oleh sektor kesehatan dan sektor keuangan yang naik masing- masing sebesar 0,33 persen dan 0,33 persen.

    Sedangkan, tujuh sektor melemah yaitu sektor teknologi turun paling dalam minus 1,94 persen, diikuti oleh sektor properti dan sektor barang konsumen primer yang masing- masing turun sebesar 0,71 persen dan 0,52 persen.

    Saham-saham yang mengalami penguatan terbesar yaitu BOAT, JMAS, DAAZ, DOSS dan LABA. Sedangkan saham-saham yang mengalami pelemahan terbesar yakni NAIK, DNAR, VERN, SURI dan MEJA.

    Frekuensi perdagangan saham tercatat sebanyak 1.083.440 kali transaksi dengan jumlah saham yang diperdagangkan sebanyak 19,52 miliar lembar saham senilai Rp8,73 triliun. Sebanyak 250 saham naik 310 saham menurun dan 229 tidak bergerak nilainya.

    Bursa saham regional Asia sore ini antara lain, indeks Nikkei melemah 52,09 poin atau 0,16 persen ke level 38.352,30, indeks Hang Seng menguat 41,33 poin atau 0,21 persen ke level 19.705,00, indeks Shanghai menguat 21,97 poin atau 0,66 persen ke posisi 3.346,01, dan indeks Straits Times menguat 14,33 poin atau 0,38 persen ke 3.743,63.

    Sumber : Antara