Tag: Kamala Harris

  • Balasan Menohok Trump ke Kamala Harris, Sebut ‘Liberal Gila’

    Balasan Menohok Trump ke Kamala Harris, Sebut ‘Liberal Gila’

    Jakarta

    Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris menyebut dirinya sebagai ‘underdog’ dalam Pilpres AS dan menyebut lawan politiknya dari Partai Republik Donald Trump ‘aneh’. Merespons hal itu, Trump menggambarkan Harris sebagai ‘tidak waras’ saat kedua rival saling mengejek dari jauh.

    Dilansir Reuters, Minggu (28/7/2024), Harris, yang berbicara di acara penggalangan dana pribadi yang dipimpin oleh penyanyi-penulis lagu James Taylor di Pittsfield, Massachusetts, mengatakan sebagian besar retorika yang datang dari Trump dan pasangannya, Senator AS JD Vance, “aneh sekali.”

    Penggunaan kata “aneh” untuk menggambarkan lawan-lawannya merupakan bagian dari strategi baru dari Demokrat. Tim kampanye Harris menyebut Trump “tua dan agak aneh” setelah penampilannya di Fox News pada hari Kamis.

    Selama serangkaian kunjungan kampanye minggu ini, Harris (59) kembali membandingkan latar belakangnya sebagai jaksa dengan catatan Trump sebagai penjahat yang dihukum dan mengatakan tawarannya adalah tentang masa depan. Sementara Trump (78) disebutnya ingin mengembalikan negara itu ke “masa lalu yang kelam”.

    Beberapa jam kemudian, Trump melancarkan serangkaian serangan hiperbolik di sebuah rapat umum di St. Cloud, Minnesota. Trump menyatakan bahwa Harris akan “menghancurkan negara” dan mengkritiknya dalam berbagai masalah mulai dari keselamatan publik hingga imigrasi.

    “Jika seorang liberal gila seperti Kamala Harris terpilih, impian Amerika akan mati,” kata Trump, seraya menambahkan bahwa Harris “bahkan lebih buruk” daripada Biden.

    Acara mantan presiden di arena hoki es berkapasitas 8.000 tempat duduk itu mematuhi rekomendasi Dinas Rahasia AS agar ia menghindari acara luar ruangan yang besar setelah percobaan pembunuhan di rapat umum Pennsylvania.

    Minnesota tidak memilih calon presiden dari Partai Republik dalam 52 tahun, tetapi kampanye Trump telah melihatnya semakin dalam jangkauan setelah angka jajak pendapat Biden menurun setelah penampilannya yang buruk dalam debat 27 Juni.

    Namun, pengambilalihan Harris telah menghidupkan kembali kampanye yang telah goyah parah di tengah keraguan Demokrat tentang peluang Biden untuk mengalahkan Trump atau kemampuannya untuk terus memerintah jika ia berhasil.

    Harris, wanita kulit hitam pertama dan orang Asia Amerika pertama yang menjabat sebagai wakil presiden, mengumpulkan lebih dari $100 juta dalam 36 jam setelah Biden memutuskan untuk mengundurkan diri keluar dari perlombaan. Penggalangan dana hari Sabtu menghasilkan lebih dari $1,4 juta dari sekitar 800 peserta, kata tim kampanyenya.

    Shannon Watts, pendiri Moms Demand Action, sebuah kelompok keamanan senjata dengan sekitar 10 juta anggota, mengatakan kepada MSNBC pada hari Sabtu bahwa lebih dari 200.000 orang bergabung dalam panggilan Zoom pada hari Kamis untuk membangun dukungan bagi Harris di antara para wanita kulit putih, mengumpulkan lebih dari $11 juta.

    (yld/gbr)

  • Tuding Trump Banyak Bohong, Kamala Haris Ngaku Underdog di Pilpres AS

    Tuding Trump Banyak Bohong, Kamala Haris Ngaku Underdog di Pilpres AS

    Jakarta

    Wakil Presiden AS Kamala Harris mengakui perjuangan berat untuk mengalahkan Donald Trump pada Pemilu di bulan November. Namun Harris mengatakan kampanyenya digerakkan oleh rakyat sembari menyebut Trump banyak berbohong mengenai rekam jejaknya.

    Dilansir AFP, Minggu (28/7/2024), saat Trump berpidato di konferensi bitcoin di Tennessee, Harris berbicara di acara penggalangan dana di Massachusetts dengan tamu selebriti termasuk penyanyi-penulis lagu James Taylor dan pemain cello Yoyo Ma.

    “Kami adalah underdog dalam perlombaan ini, tetapi ini adalah kampanye yang digerakkan oleh rakyat,” katanya kepada khalayak di acara tersebut, yang menurut kampanyenya akan menghasilkan $1,4 juta.

    Menurutnya Trump menggunakan beberapa kebohongan dalam melakukan kampanyenya. Ia menyebut Trump dengan sebutan aneh.

    “Donald Trump telah menggunakan beberapa kebohongan liar tentang rekam jejak saya. Dan beberapa dari apa yang dia dan calon wakil presidennya katakan, yah, itu aneh sekali,” katanya.

    Tim kampanye Harris telah mengadopsi kata ‘aneh’ sebagai istilah umum baru untuk menggambarkan retorika agresif Trump.

    Serangannya mencakup tuduhan bahwa Harris ingin melegalkan pembunuhan bayi yang baru lahir, yaitu kebohongan yang berasal dari dukungan kuat wakil presiden terhadap hak aborsi.

    Mantan jaksa penuntut California itu juga menantang Trump untuk berdebat, setelah tim kampanyenya mengatakan minggu ini bahwa dia tidak akan setuju untuk mempertahankan pertarungan yang disiarkan televisi pada tanggal 10 September yang sebelumnya dijadwalkan dengan Biden.

    “Saya berharap dia mempertimbangkan kembali karena kami memiliki banyak hal untuk dibicarakan,” katanya.

    (yld/gbr)

  • Kamala Harris Banjir Dukungan Gantikan Joe Biden di Pilpres AS

    Kamala Harris Banjir Dukungan Gantikan Joe Biden di Pilpres AS

    Jakarta

    Kamala Harris bakal menggantikan Presiden Joe Biden dalam pertarungan Pilpres AS. Banjir dukungan diberikan warganet bagi perempuan yang kini masih menjabat sebagai Wakil Presiden AS saat ini.

    Joe Biden mengumumkan pengunduran dirinya dalam pencalonan presiden di Pemilu AS yang digelar 5 November mendatang. Ia tak mengungkap alasan kenapa mundur.

    “Merupakan kehormatan terbesar dalam hidup saya untuk melayani sebagai presiden Anda. Meskipun niat saya adalah untuk mencalonkan diri kembali, saya yakin demi kepentingan terbaik partai dan negara saya jika saya mundur dan hanya memenuhi tugas saya sebagai presiden selama sisa masa jabatan,” kata Biden dalam pernyataan resminya.

    Setelah mundur, Biden mendukung Harris sebagai calon presiden penggantinya. Menurutnya perempuan 59 tahun itu sosok yang tepat untuk menghadapi Donald Trump di Pilpres AS.

    “Keputusan pertama saya sebagai calon partai pada tahun 2020 adalah memilihKamala Harris sebagai wakil presiden saya. Dan itu adalah keputusan terbaik yang pernah saya buat. Hari ini saya ingin memberikan dukungan dan persetujuan penuh saya agar kamala menjadi calon partai kita tahun ini. Demokrat-inilah waktunya untuk bersatu dan mengalahkan Trump,” ucap Biden di akun Twitternya.

    [Gambas:Twitter]

    Mendapat kepercayaan tersebut, Kamala akan berjuang agar resmi ditunjuk Partai Demokrat sebagai calon presiden dan menggantikan Joe Biden. Selain itu, Kamala Harris juga berupaya agar bisa mengalahkan Donald Trump, capres resmi yang diusung rivalnya dari Partai Republik

    “Saya merasa terhormat mendapat dukungan dari Presiden dan niat saya adalah untuk mendapatkan dan memenangkan nominasi ini,” ujarnya

    “Saya akan melakukan segala daya saya untuk menyatukan Partai Demokrat-dan mempersatukan bangsa kita-untuk mengalahkan Donald Trump dan agenda ekstrem Proyek 2025 miliknya,” tegas Harris.

    Usai pengumuman tersebut, nama Kamala Harris langsung trending topic. Berikut rangkuman dukungan bagi dirinya dari para warganet Negeri Paman Sam.

    “Malam ini, saya bergabung dengan jutaan orang Amerika, dengan mengikuti jejak Presiden Biden, dan sepenuhnya mendukung dan mendukung pencalonan Wakil Presiden Kamala Harris sebagai calon kami untuk Presiden Amerika Serikat. Bergabunglah dengan Kami. 100 Hari untuk Menjaga Demokrasi,” ujar @WendellPierce.

    “Kamala Harris akan menjadi Presiden Amerika Serikat berikutnya. Saya menjanjikan dukungan penuh saya untuk memastikan kemenangannya pada bulan November. Sekarang lebih dari sebelumnya, sangat penting bahwa partai dan negara kita dengan cepat bersatu untuk mengalahkan Donald Trump dan ancaman terhadap demokrasi Amerika. Ayo mulai bekerja,” kata @AOC.

    “Meskipun saya sedih melihat Joe Biden mundur, seorang pria yang selalu mendukung Amerika, saya pikir ini adalah saat yang tepat bagi generasi berikutnya untuk melangkah. Kamala Harris selalu menjadi seseorang yang saya dukung dan akan terus melakukannya, dengan bangga,” ungkap @LateralusNoose.

    (afr/afr)

  • Bantahan Gedung Putih soal Isu Biden Mundur Pencalonan Presiden

    Bantahan Gedung Putih soal Isu Biden Mundur Pencalonan Presiden

    Jakarta

    Surat kabar The New York Times menyerukan agar Presiden Joe Biden mundur dan mengizinkan anggota Partai Demokrat lainnya bertarung melawan Donald Trump dalam pemilihan presiden mendatang. Gedung Putih menegaskan Biden tak akan mundur.

    Dilansir kantor berita AFP, Sabtu (29/6/2024), media ternama AS itu membuat seruan dalam editorialnya pada Jumat (28/6) waktu setempat. Dewan editorial surat kabar tersebut -yang terpisah dari ruang redaksinya- mengatakan debat calon presiden (capres) pada Kamis pekan kemarin membuktikan Biden yang berusia 81 tahun “gagal dalam ujiannya sendiri.”

    Tekad Biden untuk mencalonkan diri lagi disebut sebagai ‘pertaruhan sembrono’, seraya menambahkan “pelayanan publik terbesar yang dapat dilakukan Biden adalah mengumumkan bahwa ia tidak akan terus mencalonkan diri kembali,”.

    Pada kesempatan sebelumnya, Biden menegaskan berniat tetap ikut dalam pemilihan presiden 2024. Hal itu disampaikan Biden setelah penampilannya dalam debat capres AS melawan mantan presiden Donald Trump dinilai buruk dan memicu kepanikan di kalangan Partai Demokrat.

    “Saya tidak berjalan semudah dulu, saya tidak berbicara selancar dulu, saya tidak berdebat sebaik dulu, tapi saya tahu apa yang saya lakukan sekarang — saya tahu bagaimana mengatakan yang sebenarnya,” kata Biden dalam acara kampanye yang dipenuhi para pendukung di North Carolina pada Jumat (28/6) waktu setempat.

    “Saya tahu yang benar dan yang salah. Saya tahu bagaimana melakukan pekerjaan ini. Saya tahu bagaimana menyelesaikan sesuatu. Saya tahu, seperti yang diketahui jutaan orang Amerika, ketika Anda terjatuh, Anda bangkit kembali,” imbuh Biden, dikutip dari kantor berita AFP, Sabtu (29/6/2024).

    Penampilan Biden Disebut Seperti ‘Mimpi Buruk’

    Kalangan Partai Demokrat AS menyebut penampilan Biden dalam debat capres pada Kamis (27/6) malam bagaikan ‘mimpi buruk’. Komentar negatif muncul setelah penampilan Biden dengan suara yang serak dan bibirnya terlihat bergetar saat menyampaikan argumen dalam debat.

    Setelah debat dimulai, Gedung Putih menyebut kalau Biden sedang terkena sakit flu. Namun pada debat itu, Biden juga sempat terbata-bata dan terkadang menyimpang dari topik, bahkan ke arah yang salah.

    “Ini benar-benar mimpi buruk,” sebut salah satu sekutu Biden dari Partai Demokrat, yang enggan disebut namanya, seperti dikutip The Hill.

    Adapun, salah satu anggota Kongres asal Texas, Lloyd Doggett, turut menuntut Biden mundur.

    “Dengan mengakui bahwa, berbeda dengan Trump, komitmen terbesar Presiden Biden adalah untuk negara, bukan diri sendiri, saya berharap dia akan mau mengambil keputusan sulit untuk menarik diri,” kata dia seperti dikutip Associated Press. “Dengan hormat, saya mengimbaunya untuk mundur.”

    Gedung Putih Tegaskan Biden Tak Akan Mundur

    Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menegaskan Biden tak akan mundur dari konstestasi Pilpres.

    “Presiden mempunyai pikiran yang jernih dan dia tetap ikut dalam persaingan,” katanya kepada wartawan, Kamis (4/7).

    Gubernur Kalifornia Gavin Newsom mengecam adanya desakan Biden mundur. Dia yang juga digosipkan akan menggantikan Biden sebagai kandidat Partai Demokrat, menyebut tidak akan berkhianat.

    “Anda tidak bisa mengkhianati kandidat partai hanya karena satu penampilan. Partai semacam apa yang melakukannya?” tandasnya.

    Sejumlah nama yang dibahas berpotensi menjadi capres Demokrat adalah Wakil Presiden Kamala Harris dan Gubernur Kalifornia Newsom, serta Gubernur Negara Bagian Michigan Gretchen Whitmer.

    Whitmer pertama kali terpilih sebagai gubernur pada tahun 2018 dan terpilih kembali pada tahun 2022. Dia menggawangi salah satu negara bagian yang diperebutkan secara ketat oleh kedua partai. Pada pilpres 2020, Biden hanya membukukan kemenangan tipis 2,8 persen atas Trump di Michigan.

    Namun sama seperti tokoh Demokrat lainnya, Whitmer secara terbuka mendukung Joe Biden dan menulis di platform media sosial X bahwa “kita perlu memilih kembali Joe Biden dan Kamala Harris.”

    Tokoh senior Demokrat, Nancy Pelosi, bekas ketua Kongres AS, bahkan mengusulkan kepada Biden dan Trump untuk menjalani tes klinis demi membuktikan kesehatan dan ketajaman mental mereka. Seperti dilaporkan AP, Pelosy menekankan bahwa “Biden berada dalam kondisi terbaik untuk mencalonkan diri.”

    Halaman 2 dari 2

    (idn/lir)

  • Bantahan Gedung Putih soal Isu Biden Mundur Pencalonan Presiden

    Terlalu Tua, Mungkinkah Partai Demokrat Ganti Joe Biden?

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat Joe Biden kesulitan mengakhiri polemik mengenai umurnya yang tergolong lanjut di usia 81 tahun. Penampilannya saat debat pertama calon presiden mencuatkan keraguan terhadap kemampuannya mengalahkan kandidat Partai Republik Donald Trump pada pemilu kepresidenan November mendatang.

    Kini, dorongan pensiun dini ikut dilayangkan sejumlah kader Partai Demokrat. Salah satunya datang dari anggota Kongres asal Texas, Lloyd Doggett, yang berinisiatif menuntut Biden mundur.

    “Dengan mengakui bahwa, berbeda dengan Trump, komitmen terbesar Presiden Biden adalah untuk negara, bukan diri sendiri, saya berharap dia akan mau mengambil keputusan sulit untuk menarik diri,” kata dia seperti dikutip Associated Press. “Dengan hormat, saya mengimbaunya untuk mundur.”

    Desakan tersebut dikecam Gubernur Kalifornia Gavin Newsom, yang juga digosipkan akan menggantikan Biden sebagai kandidat Partai Demokrat. “Anda tidak bisa mengkhianati kandidat partai hanya karena satu penampilan. Partai semacam apa yang melakukannya?” tandasnya.

    Seberapa mungkin Biden lengser?

    Pergantian kandidat, terutama presiden yang sedang menjabat, pada masa akhir pemilu merupakan fenomena di luar kelaziman, meski bukan tidak mungkin.

    “Untuk mengganti seorang kandidat pada saat ini, idealnya, jika dia sendiri yang mundur,” kata Filippo Trevisan, seorang profesor di Fakultas Komunikasi American University di Washington. “Langkah ini akan menjadi cara paling sederhana.”

    Namun dia meyakini bahwa Biden tidak akan mau melewatkan kesempatan memenangkan masa jabatan kedua di Gedung Putih.

    Juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre menegaskan dugaan tersebut. “Presiden mempunyai pikiran yang jernih dan dia tetap ikut dalam persaingan,” katanya kepada wartawan, Kamis (4/7).

    Siapa berpeluang gantikan Biden?

    Sejumlah nama yang dibahas berpotensi menjadi capres Demokrat adalah Wakil Presiden Kamala Harris dan Gubernur Kalifornia Newsom, serta Gubernur Negara Bagian Michigan Gretchen Whitmer.

    Whitmer pertama kali terpilih sebagai gubernur pada tahun 2018 dan terpilih kembali pada tahun 2022. Dia menggawangi salah satu negara bagian yang diperebutkan secara ketat oleh kedua partai. Pada pilpres 2020, Biden hanya membukukan kemenangan tipis 2,8 persen atas Trump di Michigan.

    Namun sama seperti tokoh Demokrat lainnya, Whitmer secara terbuka mendukung Joe Biden dan menulis di platform media sosial X bahwa “kita perlu memilih kembali Joe Biden dan Kamala Harris.”

    Tokoh senior Demokrat, Nancy Pelosi, bekas ketua Kongres AS, bahkan mengusulkan kepada Biden dan Trump untuk menjalani tes klinis demi membuktikan kesehatan dan ketajaman mental mereka. Seperti dilaporkan AP, Pelosy menekankan bahwa “Biden berada dalam kondisi terbaik untuk mencalonkan diri.”

    Mungkinkah Biden diganti paksa?

    Bagaimana jika Biden tidak mundur, namun Partai Demokrat ingin melantik kandidat lain pada konvensi bulan Agustus?

    “Skenario ini tidak akan terjadi kecuali aturan partai diubah,” kata Clüver Ashbrook dari Bertelsmann Foundation. Menurutnya, Amerika Serikat “telah mengadakan pemilihan pendahuluan di mana Joe Biden telah memenangkan 99 persen suara delegasi. Tidak seorangpun di Partai Demokrat akan rela menentang suara delegasi dan menghindari proses demokrasi.”

    Tapi skenarionya berbeda jika Biden mundur setelah konvensi partai atas alasan kesehatan. Dalam hal ini, Komite Nasional Demokrat akan menggelar sidang istimewa demi memutuskan kandidat pengganti. Menurut Ashbrook, perkembangan semacam itu dipastikan akan memicu diskusi mengenai keadaan demokrasi di AS.

    rzn/hp

    (ita/ita)

  • Wapres AS Ngaku Sangat Takut Trump Kembali ke Gedung Putih

    Wapres AS Ngaku Sangat Takut Trump Kembali ke Gedung Putih

    Jakarta

    Wakil Presiden (Wapres) Amerika Serikat Kamala Harris mengaku dirinya sangat takut bahwa Donald Trump akan memenangi pemilihan presiden dan kembali ke Gedung Putih. Dia pun mendesak Partai Demokrat untuk “melawan”.

    Komentarnya ini dilontarkan setelah Trump meraih kemenangan pada hari Senin lalu dalam kaukus di Iowa, langkah pertama dalam perebutan nominasi calon presiden Partai Republik untuk menantang petahana Presiden Joe Biden pada pemilihan presiden November mendatang.

    “Saya sangat takut, itulah sebabnya saya bepergian ke negara kita… kita semua harusnya takut,” kata Wapres AS itu kepada The View, sebuah acara bincang-bincang di jaringan ABC, seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (18/1/2024).

    Namun Harris yang berusia 59 tahun itu menambahkan: “Kita tidak lari dari sesuatu ketika kita takut, kita melawannya.”

    Komentar Harris tersebut menanggapi pertanyaan tentang laporan bahwa mantan presiden Barack Obama prihatin dengan kampanye Biden, dan komentar mantan ibu negara Michelle Obama yang mengatakan dia “takut” jika Trump kembali terpilih.

    Biden telah meningkatkan serangan langsung terhadap Trump baru-baru ini, dengan mengingatkan bahwa mantan presiden yang menghadapi 91 dakwaan pidana tersebut merupakan ancaman bagi demokrasi AS.

    Harris sendiri memiliki peran yang semakin menonjol dalam upayanya memobilisasi para pemilih kulit hitam, kaum perempuan dan kaum muda untuk pemilu penting tahun ini.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Ultimatum Serius Muslim AS soal Agresi Israel Bisa Bikin Biden Pusing

    Ultimatum Serius Muslim AS soal Agresi Israel Bisa Bikin Biden Pusing

    Jakarta, CNN Indonesia

    Presiden Amerika Serikat Joe Biden mendapat kecaman sekaligus ultimatum serius dari pemimpin Muslim di negara bagian AS atas dukungannya soal agresi militer Israel ke Palestina.

    Ancaman itu disebut-sebut bisa bikin Biden pusing terkait peluangnya maju di pemilihan presiden AS 2024.

    Para pemimpin Muslim tersebut berjanji pada Sabtu (2/12) akan menggalang komunitas mereka untuk menolak terpilihnya kembali Biden sebagai presiden.

    Dilansir dari Al jazeera, kampanye #AbandonBiden mulai digaungkan saat warga Muslim Amerika di Minnesota menuntut Biden menyerukan gencatan senjata sejak 31 Oktober.

    Aksi ini menyebar hingga Michigan, Arizona, Wisconsin, Pennsylvania, dan Florida.

    “Konferensi #AbandonBiden 2024 ini diadakan dengan latar belakang pemilihan presiden tahun 2024 mendatang dan keputusan untuk menarik dukungan kepada Presiden Biden karena keengganannya menyerukan gencatan senjata dan melindungi orang-orang tak berdosa di Palestina dan Israel,”  kata kelompok tersebut.

    Partai Demokrat di Michigan telah memperingatkan Gedung Putih terkait cara Biden menangani perang di Gaza dapat menghilangkan cukup banyak dukungan dari komunitas Arab-Amerika yang mempengaruhi hasil pemilihan presiden 2024, dikutip dari Press TV.

    Presiden dan wakil presiden Amerika Serikat dipilih oleh sekelompok pemilik suara yang sebagian besar dipilih oleh partai politik di negara bagian tersebut.

    “Kami tidak punya dua pilihan. Kami punya banyak pilihan,” kata Jaylani Hussein, direktur Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR) cabang Minnesota.

    Pernyataan ini dikeluarkan oleh Hussein saat ditanya mengenai alternatif Biden pada konferensi pers di Dearborn, Michigan.

    Dunia perpolitikan Amerika Serikat didominasi oleh dua partai, yaitu Demokrat dan Republik. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi kandidat independen untuk mencalonkan diri.

    Beberapa kandidat presiden Amerika Serikat menyampaikan penolakan mereka terhadap agresi Israel ke Gaza.

    Cornel West, Mantan profesor Harvard dan filsuf kulit hitam terkemuka yang mencalonkan diri sebagai kandidat independen, menyerukan gencatan senjata di Gaza dan menentang pendudukan Israel di Palestina.

    Jill Stein, yang ikut serta dalam platform Partai Hijau, juga menuntut adanya gencatan senjata di Gaza.

    Namun, sumbangan pihak swasta ke dalam sistem politik Amerika Serikat membuat kandidat independen lebih sedikit mendapatkan sokongan dana. Hal ini berarti kandidat independen akan sulit mengalahkan calon kandidat dari dua partai besar.

    Hingga saat ini, para pejabat Amerika Serikat menolak tekanan untuk menghentikan perang Israel dan Hamas secara permanen.

    Wakil Presiden Amerika Serikat Kamala Harris menegaskan pernyataan Biden bahwa Israel mempunyai hak untuk membela diri.

    Penolakan komunitas Muslim terhadap Biden bukan berarti mereka mengharapkan kembali kepemimpinan mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    “Kami tidak mendukung Trump,” ungkap Muslim Amerika.

    Mereka menganggap penolakan suara terhadap Biden merupakan satu-satunya cara mengubah kebijakan negara tersebut.

    Survey yang baru-baru ini diakan menunjukkan bahwa terjadi penurunan drastis dukungan Arab-Amerika dari suara mayoritas menjadi hanya 17 persen.

    Penurunan suara ini berdampak penting di negara-negara bagian, seperti Michigan, di mana Biden memperoleh kemenangan dengan selisih 2,8 poin persentase dan warga Amerika keturunan Arab memperoleh 5 persen suara, menurut Arab American Institute.

    (cpa/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • VIDEO: Kamala Harris: Terlalu Banyak Warga Palestina yang Terbunuh

    VIDEO: Kamala Harris: Terlalu Banyak Warga Palestina yang Terbunuh

    01:27

    VIDEO: Kamala Harris: Terlalu Banyak Warga Palestina yang Terbunuh

    Internasional
    • 11 bulan yang lalu

  • Wapres AS Tegur Keras Israel: Terlalu Banyak Warga Sipil Terbunuh

    Wapres AS Tegur Keras Israel: Terlalu Banyak Warga Sipil Terbunuh

    Jakarta, CNN Indonesia

    Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) Kamala Harris menegur keras atas meningkatnya jumlah korban sipil dalam gencatan senjata Israel dan Hamas di Jalur Gaza, Palestina.

    “Terlalu banyak warga Palestina yang tidak bersalah terbunuh,” ujar Harris kepada wartawan pada perundingan iklim PBB di Dubai, Sabtu (2/12) waktu setempat, dikutip dari AFP.

    “Sejujurnya, skala penderitaan warga sipil serta gambar dan video yang datang dari Gaza sangat menyedihkan,” kata dia.

    Sementara itu, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu mengatakan perang di Jalur Gaza tak akan berhenti hingga berhasil “menumpas” kelompok Hamas.

    Netanyahu mengklaim upaya diplomatik berhasil membuat sandera Israel dibebaskan oleh Hamas. Hal itu di luar upaya yang menggunakan kekuatan militer untuk menghancurkan Gaza.

    “(Perang) akan terus berlanjut sampai kita mencapai semua tujuan kita, yaitu mendapatkan kembali para sandera dan melenyapkan Hamas,” jelas Netanyahu saat konferensi pers pada Sabtu (2/12) waktu setempat, dikutip dari Al Jazeera.

    “Operasi darat diperlukan utnuk mencapai tujuan yang disebutkan sebelumnya,” imbuh dia.

    Netanyahu kukuh bahwa pasukan militer Israel tak melanggar peraturan hukum internasional saat melancarkan agresi di Gaza.

    Padahal, Israel terang-terangan melakukan pelanggaran hukum internasional. Terdapat setidaknya tiga hukum internasional yang dilanggar Israel selama agresi ini.

    Mereka menyerang warga sipil hingga korban jiwa yang berjatuhan mencapai lebih dari 15 ribu sejak agresi dimulai pada 7 Oktober lalu. Selain itu, Israel juga menyandera, memblokir kebutuhan dasar, pemindahan paksa warga sipil, hingga menyerang rumah sakit dan tempat ibadah.

    Adapun menurut Netanyahu, ini merupakan perang jangka panjang yang pada akhirnya akan dimenangkan oleh pihaknya.

    Lebih lanjut, Israel dan Hamas tidak menemui kesepakatan untuk memperpanjang gencatan senjata hingga berakhir pada Jumat (1/12).

    Israel dan kelompok perlawanan Palestina, Hamas, sepakat gencatan senjata pada 24 November dan diperpanjang hingga dua kali.

    Dalam periode gencatan senjata yang berlangsung selama sepekan itu, Netanyahu mengatakan pasukan militernya menghabiskan waktu untuk melanjutkan agresinya di Gaza.

    Setelah gencatan senjata berakhir, sejauh ini dilaporkan lebih dari 180 warga Palestina tewas dan ratusan lainnya terluka usai Israel kembali menyerang Gaza. Sementara itu, total korban jiwa setelah agresi Israel dimulai pada 7 Oktober lalu mencapai lebih dari 15 ribu yang didominasi perempuan dan anak-anak.

    (pop/mik)

    [Gambas:Video CNN]