Tag: Kamala Harris

  • Harga Emas Dunia Cetak Rekor Termahal Lagi, Dipatok Segini Sekarang – Page 3

    Harga Emas Dunia Cetak Rekor Termahal Lagi, Dipatok Segini Sekarang – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga emas mencapai rekor tertinggi pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena ketidakpastian seputar pemilihan presiden Amerika Serikat atau Pilpres AS dan konflik Timur Tengah, bersama dengan ekspektasi penurunan suku bunga oleh Bank Sentral AS, Federal Reserve (The Fed) meningkatkan daya tarik terhadap emas batangan.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (30/10/2024), harga emas dunia di pasar spot naik 0,9% menjadi USD 2.766,00 per ons, setelah mencapai rekor tertinggi di level USD 2.771,61 pada awal sesi perdagangan.

    Sedangkan harga emas berjangka AS naik 0,9% menjadi USD 2.779,50.

    Harga emas batangan tumbuh subur dalam kondisi suku bunga rendah dan dianggap sebagai lindung nilai terhadap volatilitas pasar. Harga emas telah melonjak lebih dari 34% sepanjang tahun ini.

    Harga emas didukung oleh taruhan safe-haven karena ketegangan geopolitik dan ketidakpastian politik terus berlanjut. Mantan Presiden AS dari Partai Republik Donald Trump dan Wakil Presiden dari Partai Demokrat Kamala Harris juga terjebak dalam persaingan ketat menuju Gedung Putih.

    Di bidang geopolitik, sedikitnya 93 warga Palestina tewas dan hilang dalam serangan Israel di Gaza utara, kata Kementerian Kesehatan Gaza.

    Pasar saat ini memperkirakan peluang hampir 100% untuk penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin oleh Fed pada bulan November.

    “Emas akan mempertahankan kecenderungan naiknya dan bahkan mungkin mendekati USD 2.800 dalam beberapa hari ke depan, selama risiko pemilu AS terus membebani sentimen pasar, sementara ekspektasi penurunan suku bunga Fed tetap utuh,” kata Han Tan, Kepala Analis Pasar di Exinity Group.

    Namun, pembeli di India, konsumen emas terbesar kedua di dunia, menepis harga tertinggi yang pernah tercatat, dan melakukan pembelian untuk festival Dhanteras dan Diwali.

    Senada dengan harga emas, harga perak naik 2,2% menjadi USD 34,45 per ons. Harga platinum naik 1,8% menjadi USD 1.051,10. Sedangkan harga Paladium naik 0,5% menjadi USD 1.224,25, setelah mencapai level tertinggi dalam 10 bulan karena kekhawatiran sanksi terhadap produsen utama Rusia. 

  • Rupiah merosot menjelang pemilihan presiden AS

    Rupiah merosot menjelang pemilihan presiden AS

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Rupiah merosot menjelang pemilihan presiden AS
    Dalam Negeri   
    Sigit Kurniawan   
    Senin, 28 Oktober 2024 – 18:14 WIB

    Elshinta.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Senin ditutup merosot menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) November 2024.

    Pada akhir perdagangan Senin, kurs rupiah turun 77 poin atau 0,50 persen menjadi Rp15.724 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.647 per dolar AS.

    “Para pedagang sebagian besar condong ke dolar AS untuk mengantisipasi pemilihan presiden 2024, yang tinggal seminggu lagi,” kata pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam keterangannya di Jakarta, Senin (28/10).

    Ibrahim menuturkan arus masuk ke dolar AS juga didorong oleh ekspektasi meningkatnya ketidakpastian politik di Jepang, setelah koalisi yang dipimpin oleh Partai Demokrat Liberal yang berkuasa kehilangan mayoritas parlementernya dalam pemilihan akhir pekan.

    Kekhawatiran atas konflik yang lebih besar di Timur Tengah mereda setelah Israel tidak menyerang fasilitas minyak dan nuklir Iran dalam serangan selama akhir pekan. Sementara Teheran memang mengancam akan membalas serangan itu, para pemimpin Iran juga meremehkan dampak serangan Israel.
     

    Meningkatnya ketidakpastian atas pemilihan presiden AS juga diharapkan akan memacu permintaan safe haven, terutama dengan jajak pendapat baru-baru ini yang menunjukkan persaingan ketat antara Donald Trump dan Kamala Harris. Namun, dolar tampaknya lebih diuntungkan dari ketidakpastian itu.

    Fokus pekan ini adalah pada serangkaian pembacaan ekonomi utama untuk mendapatkan lebih banyak petunjuk, diantaranya data produk domestik bruto dari AS dan zona euro akan dirilis dalam beberapa hari mendatang, sementara data indeks harga PCE, pengukur inflasi pilihan Federal Reserve, juga akan dirilis akhir pekan ini.

    Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Senin melemah ke level Rp15.729 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.629 per dolar AS.

    Sumber : Antara

  • Jelang Pilpres AS, Trump Tegaskan: Saya Bukan Nazi!

    Jelang Pilpres AS, Trump Tegaskan: Saya Bukan Nazi!

    Jakarta

    Calon presiden (capres) dari partai Republik Amerika Serikat, Donald Trump mengatakan kepada para pendukungnya bahwa ia “bukan seorang Nazi.” Hal ini disampaikan mantan presiden AS itu dalam kampanye di minggu terakhir menjelang pemilihan presiden AS yang akan berlangsung pada November mendatang, di mana ia akan bertarung melawan Wakil Presiden AS yang menjadi capres partai Demokrat, Kamala Harris.

    “Kalimat terbaru dari Kamala dan kampanyenya adalah bahwa setiap orang yang tidak memilihnya adalah seorang Nazi,” kata Trump dalam kampanye di Atlanta pada Senin (28/10) waktu setempat.

    “Saya bukan Nazi. Saya kebalikan dari Nazi,” ujar Trump, dilansir kantor berita AFP, Selasa (29/10/2024).

    Komentar tersebut disampaikan menyusul publikasi terbaru wawancara New York Times, di mana kepala staf Gedung Putih yang menjabat paling lama di bawah Trump, pensiunan jenderal John Kelly, mengatakan bahwa Trump sesuai dengan definisi seorang fasis.

    Kelly juga menyatakan Trump telah mengatakan bahwa “Hitler juga melakukan beberapa hal baik” dan bahwa dia “menginginkan jenderal-jenderal seperti yang dimiliki Adolf Hitler.”

    Sebelumnya, Trump juga menyerang Harris dalam sebuah kampanye di Madison Square Garden, New York City, pada hari Minggu (27/10) malam waktu setempat.

  • Pertumbuhan Ekonomi Global Berisiko Melambat Jika Trump Menang Pilpres AS, Ini Penyebabnya

    Pertumbuhan Ekonomi Global Berisiko Melambat Jika Trump Menang Pilpres AS, Ini Penyebabnya

    Bisnis.com, JAKARTA – Kemenangan Donald Trump dalam Pilpres AS 5 November mendatang belum tentu akan menjadi nilai tambah bagi perekonomian dan pasar keuangan global.

    Chief Investment Officer perusahaan investasi milik negara Singapura, Temasek International, Rohit Sipahimalani menyebut pemerintahan Trump akan memperlambat pertumbuhan global yang pada akhirnya akan berdampak pada perusahaan-perusahaan AS. 

    “Saya tahu kebijaksanaan dan konsensus konvensional adalah bahwa saat ini kepresidenan Trump lebih baik bagi pasar,” kata Sipahimalani dikutip dari Bloomberg dalam sebuah wawancara di Bloomberg Television, Selasa (29/10/2024).

    Selain itu, Sipahimalani juga mengutip harapan untuk pajak yang lebih rendah dan lebih banyak deregulasi. Namun, menurutnya, jika melihat ke tahun 2025, gambarannya tidak begitu jelas.

    Investor di seluruh dunia berada dalam kegelisahan menjelang pemilihan presiden AS minggu depan. Kemenangan Trump akan lebih menguntungkan bagi investor yang memegang saham dan Bitcoin dibandingkan lawannya dari Partai Demokrat Kamala Harris, menurut survei terbaru Bloomberg Markets Live Pulse.

    Sipahimalani mengatakan, meskipun kemenangan Harris akan bermanfaat bagi negara-negara berkembang, hal sebaliknya mungkin terjadi jika kemenangan Trump. Dia mengatakan, kemenangan Trump mungkin akan berarti dolar lebih kuat dan suku bunga lebih tinggi dibandingkan pada pemerintahan Harris.

    “Tarif akan menciptakan ketidakpastian, yang tidak pernah baik untuk investasi dan sebenarnya menurut saya hal ini akan berdampak negatif tidak hanya bagi negara-negara berkembang tetapi juga di seluruh dunia,” katanya, seraya menambahkan bahwa hal ini akan “berdampak pada pertumbuhan global.”

    Temasek adalah salah satu perusahaan investasi milik negara terbesar di dunia dengan nilai portofolio bersih sebesar S$389 miliar atau US$294 miliar. Dalam beberapa bulan terakhir, perusahaan ini telah memulai perubahan besar dalam strateginya, dengan mengerahkan lebih banyak modal di AS.

    Baru-baru ini, Temasek juga mengumumkan rencana untuk berinvestasi sebesar US$30 miliar selama setengah dekade ke depan. Meski begitu, Sipahimalani memperkirakan pasar akan lebih bergejolak pada tahun 2025 dibandingkan beberapa tahun terakhir.

    Dia mengatakan bahwa pasar terlalu meremehkan risiko ekor atau tail risk, atau peristiwa yang memiliki peluang lebih kecil untuk terjadi namun jika hal tersebut terjadi, dampaknya akan sangat besar. 

    Menurutnya, perlambatan pertumbuhan global juga akan berdampak langsung pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di AS mengingat 25% pendapatan perusahaan-perusahaan S&P 500 berasal dari luar negeri.

    Terkait China, Sipahimalani mengulangi komentarnya sebelumnya bahwa cara otoritas China menerapkan stimulus fiskal jauh lebih penting daripada jumlah uang tunai yang akan dibelanjakan.

    Sipamihalani menuturkan, apa pun kebijakan yang diambil pemerintah saat ini, hal tersebut perlu diulang beberapa kali sebelum dapat diterapkan dengan benar, seraya mengutip pertanyaan mengenai kesediaan pejabat untuk mengambil risiko dan masalah struktural lainnya. 

    “Satu tahun ke depan akan penuh tantangan dan ini akan menjadi pasar perdagangan,” ujarnya.

  • Bill Gates Coblos Siapa di Pilpres AS 2024, Akhirnya Terjawab

    Bill Gates Coblos Siapa di Pilpres AS 2024, Akhirnya Terjawab

    Jakarta

    Jika Elon Musk mendukung Donald Trump dalam Pilpres Amerika Serikat yang sebentar lagi digelar, siapa yang didukung oleh Bill Gates? Jawabannya ternyata Kamala Harris yang menjadi lawan Trump.

    Pendiri Microsoft itu telah menyumbangkan USD 50 juta atau sekitar Rp 786 miliar untuk kampanye Harris. Sumbangan tersebut seharusnya bersifat pribadi, tapi ia menguaknya ke New York Times, meski belum mendukung wakil presiden tersebut secara terbuka.

    “Saya mendukung kandidat yang menunjukkan komitmen jelas untuk meningkatkan perawatan kesehatan, mengurangi kemiskinan, dan memerangi perubahan iklim di AS dan di seluruh dunia,” kata Gates yang dikutip detikINET dari Independent, Selasa (28/10/2024).

    “Saya punya sejarah panjang bekerja dengan para pemimpin di seluruh spektrum politik, tapi pemilu ini berbeda, dengan signifikansi yang belum pernah terjadi sebelumnya bagi orang Amerika dan orang-orang yang paling rentan di seluruh dunia,” tambah dia.

    Gates, yang kekayaan bersihnya diperkirakan sekitar USD 105 miliar menurut Forbes, saat ini merupakan orang terkaya ketiga belas di dunia. Ia kabarnya mengungkapkan kekhawatirannya jika Trump kembali menjabat. Di sisi lain, dia memuji pekerjaan pemerintahan Biden-Harris dalam mengatasi perubahan iklim.

    Organisasi filantropisnya, Bill & Melinda Gates Foundation, sangat khawatir tentang potensi gangguan terhadap program keluarga berencana dan kesehatan global jika Trump terpilih.

    Gates sejatinya lama lama berusaha untuk menempatkan dirinya di atas politik sehingga ia dapat memiliki kredibilitas dengan audiens dan pemerintahan Demokrat ataupun Republik.

    “Saya memilih tak berpartisipasi dalam donasi politik yang besar. Ada kalanya terasa menggoda melakukannya dan ada orang lain yang memilih untuk melakukannya, tetapi saya tidak ingin meraih megafon raksasa itu.” ” katanya pada akhir tahun 2019.

    Dalam wawancara sebelumnya, setelah Harris terjun ke dunia politik, miliarder itu mengatakan bahwa orang mungkin sudah menebak siapa yang didukungnya meskipun tetap menekankan ia bukan seorang yang berpengaruh secara politik.

    “Saya pikir sangat bagus memiliki seseorang yang lebih muda dan dapat memikirkan hal-hal seperti AI dan cara membentuknya dengan cara yang benar,” katanya saat itu.

    Sementara itu, Trump secara terbuka menerima dukungan dari orang terkaya di dunia, Elon Musk. Musk terang-terangan berbicara di kampanye Trump dan mempromosikan kandidat Partai Republik tersebut di platform media sosialnya, X.

    (fyk/fay)

  • H-8 Pilpres AS, Kamala Harris Unggul Tipis dari Donald Trump Versi Survei

    H-8 Pilpres AS, Kamala Harris Unggul Tipis dari Donald Trump Versi Survei

    Washington DC

    Pemilihan Presiden Amerika Serikat (AS) akan digelar pada 5 November atau 8 hari lagi. Berdasarkan hasil survei popular vote, capres Demokrat Kamala Harris unggul tipis dari capres Republik Donald Trump.

    Dilansir BBC, CNN dan Al-Jazeera, Senin (28/10/2024), Harris masih unggul dari Trump untuk urusan popular vote atau suara dukungan dari pemilih secara nasional. Namun, popular vote bukan penentu dalam Pilpres AS.

    Pemenang Pilpres AS ditentukan lewat electoral college yang merupakan suara dari masing-masing negara bagian. Terdapat 538 suara electoral college yang tersebar di 50 negara bagian AS. Capres AS harus mendapat minimal 270 suara electoral college untuk menang Pilpres.

    Hasil Survei Terkini

    BBC melaporkan Harris unggul tipis atas Trump dalam rata-rata jajak pendapat nasional sejak memasuki pencapresan pada akhir Juli. Berdasarkan survei yang dirilis FiveThirtyEight yang dikutip via BBC, elektabilitas Harris berada di angka 48%, sementara Trump 47% per tanggal 28 Oktober 2024.

    Harris mengalami peningkatan dalam angka jajak pendapatnya dalam beberapa minggu pertama kampanyenya. Angka-angka tersebut relatif stabil hingga September, termasuk setelah debat antara kedua kandidat pada 10 September yang disaksikan oleh hampir 70 juta orang.

    Dalam beberapa hari terakhir, jarak suara Harris dan Trump semakin menyempit. Ada penurunan tren dukungan ke Harris, sementara terdapat tren kenaikan dukungan untuk Trump.

    BBC memberikan catatan bahwa jajak pendapat nasional merupakan panduan tentang seberapa populer seorang capres di seluruh negeri, namun belum tentu akurat untuk memprediksi hasil akhir Pilpres AS yang ditentukan sistem electoral college seperti telah dijelaskan sebelumnya. Ada 50 negara bagian di AS yang sebagian besar hampir selalu memilih capres dari partai yang sama.

    Saat ini, jajak pendapat sangat ketat di tujuh negara bagian yang dianggap medan pertempuran dalam Pilpres AS 2024. Berdasarkan hasil survei FiveThirtyEight, BBC melaporkan tidak ada kandidat yang memiliki keunggulan jauh di daerah-daerah itu.

    Survei menunjukkan Trump unggul tipis di Arizona, Georgia, Nevada, dan North Carolina. Di tiga negara bagian lainnya – Michigan, Pennsylvania, dan Wisconsin – Harris telah memimpin sejak awal Agustus.

    Tetapi, Trump sekarang memiliki keunggulan yang sangat tipis di Pennsylvania. Ketiga negara bagian tersebut telah menjadi basis Demokrat sebelum Trump mengubah mereka menjadi basis Republik dalam perjalanannya untuk memenangkan kursi kepresidenan pada tahun 2016.

    Biden merebutnya kembali pada tahun 2020. Jika Harris dapat melakukan hal yang sama, maka dia akan berada di jalur yang tepat untuk memenangkan Pilpres.

    Kondisi hampir mirip juga terlihat dalam survei CNN terbaru yang dilakukan oleh SSRS. Survei tersebut menunjukkan 47% pemilih potensial mendukung Harris dan 47% mendukung Trump.

    Jajak pendapat CNN juga menemukan persaingan yang ketat selama kampanye singkat antara Harris dan Trump. Pada bulan September, pemilih potensial terbagi 48% untuk Harris dan 47% untuk Trump, hampir sama dengan jajak pendapat terbaru.

    Al-Jazeera juga melaporkan hasil survei Pilpres AS yang dirilis oleh Emerson College Polling. Berdasarkan survei yang dirilis pada Sabtu (26/10), Harris dan Trump imbang pada masing-masing 49%.

    Survei yang dilakukan pada 23-24 Oktober itu menunjukkan persaingan yang lebih ketat dibandingkan minggu sebelumnya. Ini juga pertama kalinya Harris tidak unggul dari Trump sejak bulan Agustus.

    (haf/dhn)

  • Pengaruh Pemilu AS 2024: Rupiah Diprediksi Terus Tertekan

    Pengaruh Pemilu AS 2024: Rupiah Diprediksi Terus Tertekan

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dinilai dipengaruhi oleh kekhawatiran investor menjelang Pemilihan Presiden AS 2024. Hal ini disampaikan oleh analis mata uang, Lukman Leong, di Jakarta,

    “Rupiah diperkirakan akan terus melemah seiring dengan penguatan dolar AS, yang didorong oleh kecemasan investor terkait hasil Pilpres AS 2024,” kata Lukman sa, dikutip dari ANTARA.

    Menurutnya, kekhawatiran tersebut terkait dengan hasil jajak pendapat yang menunjukkan Donald Trump semakin mendekati keunggulan Kamala Harris. Berdasarkan data terbaru dari ABC News dan 538 pada Selasa (22/10), Harris memperoleh dukungan 48,2 persen, sementara Trump berada di angka 46,4 persen.

    Jika Trump berhasil memenangkan pemilihan, inflasi di AS diprediksi akan meningkat akibat kebijakan pajak dan tarif yang diterapkannya. “Kebijakan ini akan menyulitkan Federal Reserve (The Fed) untuk menurunkan suku bunga,” ujarnya.

    Di sisi lain, proyeksi pelemahan rupiah juga dipengaruhi oleh berkurangnya peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed. Survei terbaru menunjukkan pemotongan suku bunga hanya mencapai 50 basis poin (bps) sepanjang tahun ini, dengan masing-masing penurunan sebesar 25 bps per bulan. Sebelumnya, pemangkasan suku bunga diperkirakan dapat mencapai 70 bps.

    “Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS hari ini diperkirakan berada di kisaran Rp15.600 hingga Rp15.700 per dolar AS,” tambah Lukman.

    Pada Kamis pagi, nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta melemah 14 poin atau 0,09 persen menjadi Rp15.640 per dolar AS, dari posisi sebelumnya di angka Rp15.627 per dolar AS. (*)

  • Elon Musk Bagi-bagi Rp 15 M Tiap Hari, Ini Syaratnya

    Elon Musk Bagi-bagi Rp 15 M Tiap Hari, Ini Syaratnya

    Jakarta

    Elon Musk mendukung penuh Donald Trump kembali jadi Presiden Amerika Serikat, bahkan tak segan keluar banyak uang. Baru-baru ini, nakhoda Tesla dan SpaceX itu berjanji memberi USD 1 juta atau Rp 15,4 miliar tiap hari hingga Pilpres bulan November ke satu pemenang yang menandatangani petisinya yang mendukung Konstitusi AS.

    Dia membuktikannya langsung dengan memberikan cek USD 1 juta ke seorang peserta acara kampanye di Pennsylvania yang bertujuan untuk menggalang pendukung Donald Trump. Pemenangnya adalah seorang pria bernama John Dreher.

    “Ngomong-ngomong, John tak tahu (undian ini). Jadi, sama-sama,” kata pendiri Tesla itu sambil menyerahkan cek ke Dreher, dikutip detikINET dari CNBC. “Kami akan menghadiahkan USD 1 juta secara random ke orang yang menandatangani petisi, setiap hari, dari sekarang sampai Pemilu,” tambahnya.

    Itu adalah contoh terbaru Musk menggunakan kekayaannya yang luar biasa untuk memengaruhi pemilihan presiden yang ketat antara Trump dan saingannya dari Partai Demokrat Kamala Harris. Menurut Forbes, harta Musk saat ini diestimasi USD 247,7 miliar.

    Musk mendirikan America PAC, organisasi aksi politik untuk mendukung kampanye presiden Trump. Kelompok itu membantu memobilisasi dan mendaftarkan pemilih di negara bagian penting. Ia mengatakan dengan hiperboila bahwa jika Harris menang, itu akan menjadi pemilu terakhir di AS.

    Ia juga menyebut dua upaya pembunuhan Trump membuktikan ia mengusik dan menjungkirbalikkan status quo dengan cara yang tidak akan dilakukan Harris. Menurutnya, itu sebabnya tidak ada yang mencoba membunuh Harris. “Membunuh boneka tidak ada gunanya,” kata Musk.

    Tanda tangan petisi memungkinkan America PAC mengumpulkan detail kontak lebih banyak calon pemilih untuk datang ke tempat pemungutan suara bagi Trump. Musk, yang oleh Forbes dinobatkan sebagai orang terkaya di dunia, sejauh ini telah menyumbang sedikitnya USD 75 juta ke America PAC.

    Akan tetapi bagi-bagi duit itu meresahkan pentolan Partai Demokrat. Gubernur Pennsylvania Josh Shapiro mengatakan pemberian Musk sangat memprihatinkan dan bisa jadi melanggar hukum. Shapiro, seorang Demokrat, sebelumnya adalah jaksa agung.

    Rick Hasen, pakar pemilu di UCLA School of Law dan pengkritik Trump, menilai bahwa tindakan Musk jelas merupakan pembelian suara yang ilegal. Ia menyebut aturan Departemen Kehakiman menyebut bahwa tidak dibenarkan menawarkan hadiah lotre yang bertujuan untuk menambah pendaftaran suara.

    (fyk/fay)

  • Trump Tolak Debat Capres Kedua dengan Kamala Harris, Ini Alasannya

    Trump Tolak Debat Capres Kedua dengan Kamala Harris, Ini Alasannya

    Jakarta

    Calon presiden (capres) Amerika Serikat dari Partai Republik, Donald Trump menolak untuk melakukan debat capres yang kedua dengan rivalnya, capres Kamala Harris dari Partai Demokrat.

    Penolakan ini disampaikan pada hari Rabu (9/10) waktu setempat, beberapa jam setelah Fox News menawarkan untuk menjadi tuan rumah debat kedua capres itu akhir bulan ini, sebelum hari pemilihan presiden (pil pres) pada tanggal 5 November mendatang.

    Trump dan Harris baru berhadapan satu kali dalam debat pada bulan September lalu, dan meskipun ada beberapa media berita yang menyarankan, tampaknya mereka tidak akan bertemu lagi dalam debat sebelum pilpres digelar.

    “Prosesnya sudah sangat terlambat, pemungutan suara (awal) sudah dimulai — tidak akan ada pertandingan ulang!” kata Trump dalam unggahan dengan huruf kapital di platform media sosial Truth Social miliknya, menepis kemungkinan debat kedua.

    “Kamala menyatakan dengan jelas, kemarin, bahwa dia tidak akan melakukan hal yang berbeda dari Joe Biden, jadi tidak ada yang perlu diperdebatkan,” ujar Trump, dilansir kantor berita AFP, Kamis (10/10/2024).

    Berdasarkan jajak pendapat terbaru, Harris unggul tipis dari Trump. Menurut jajak pendapat The Guardian per 5 Oktober, Harris diprediksi memimpin dengan perolehan 49,3 persen suara secara nasional, dibandingkan Trump dengan hanya 46 persen suara.

    Angka tersebut dirilis saat pemungutan suara awal sudah berlangsung, dan menurut data Election Lab di University of Florida, lebih dari 1,4 juta warga AS telah memberikan suaranya hingga Jumat (4/10) siang waktu setempat. Keunggulan tipis Harris atas Trump itu serupa dengan analisis The Guardian pekan lalu.

    Meski perolehan suara nasional atau popular votes penting, namun Pilpres AS yang menggunakan sistem electoral college membuat capres harus mampu mendapatkan 270 electoral colleges dari total 538 electoral colleges untuk memenangkan Pilpres. Jalan paling sederhana untuk mendapatkan hal tersebut adalah dengan memenangkan swing states.

    Para pakar politik memprediksi pertarungan antara Harris dan Trump akan berlangsung sengit di sejumlah swing states. Swing states sendiri merupakan negara bagian yang menjadi perebutan suara dan ada kemungkinan untuk dimenangkan oleh capres Partai Demokrat atau capres Partai Republik.

    Puluhan negara bagian AS lainnya memiliki riwayat sebagai blue states, yang artinya selalu dimenangkan oleh Partai Demokrat, atau red states yang selalu dimenangkan oleh Partai Republik.

    Ada tujuh swing states yang menjadi perebutan suara dalam pilpres AS, yakni Pennsylvania, Michigan, Wisconsin, Nevada, North Carolina, Georgia dan Arizona. Harris dinyatakan memimpin di sebanyak lima negara bagian dari total tujuh negara bagian yang menjadi swing states.

    Hal itu didasarkan pada angka rata-rata jajak pendapat untuk negara bagian berkualitas tinggi yang dikumpulkan platform analisis jajak pendapat 538 selama 10 hari terakhir. Namun secara keseluruhan, kedua capres tetap memiliki peluang kemenangan yang sama.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • AS Tetap Setia Dukung Israel, Apa Alasannya?

    AS Tetap Setia Dukung Israel, Apa Alasannya?

    Jakarta

    Presiden AS Joe Biden mengonfirmasi dukungan AS untuk Israel pada Rabu (02/10), ketika ia menulis di platform media sosial X, “Saya menegaskan kembali komitmen kuat Amerika Serikat terhadap keamanan Israel” dalam sebuah pertemuan dengan para pemimpin negara-negara G7.

    Dukungan Biden ini muncul pada saat Timur Tengah berada dalam kondisi pergolakan yang dimulai ketika kelompok Islam militan Hamas, yang dianggap sebagai kelompok teroris oleh AS, Inggris, Jerman, Uni Eropa, dan beberapa negara lainnya, menyerang Israel pada 7 Oktober 2023. Hamas membunuh sekitar 1.200 orang dan menyandera hampir 250 orang, sekitar 100 orang sandera masih disekap di Gaza.

    Sebagai pembalasan, Israel lalu melancarkan operasi militer berskala besar di wilayah Palestina yang tujuan utamanya adalah untuk memusnahkan Hamas dan membebaskan para sandera. Sejak awal operasi tersebut, lebih dari 40.000 orang di Gaza, kebanyakan dari mereka adalah warga sipil, telah terbunuh.

    Pertempuran antara pasukan Israel dan Hizbullah, sekutu Hamas yang berbasis di Lebanon, yang telah menembakkan rudal ke Israel dari seberang perbatasan utara Israel dengan Lebanon, juga meningkat. Pada Senin (30/09), Israel melancarkan serangan darat terhadap Lebanon, setelah membunuh pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah dalam serangan udara akhir pekan lalu.

    Para pejabat AS telah menekankan bahwa mereka ingin menghindari perang skala besar di wilayah tersebut dan mencapai gencatan senjata di Gaza sebagai imbalan atas pembebasan para sandera. Namun pada Selasa (01/10), Iran meluncurkan rentetan rudal ke Israel dan makin meningkatkan eskalasi dalam skala lebih luas.

    Biden-Netanyahu, dinamika hubungan yang kompleks

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah menghadapi rangkaian aksi protes di dalam negeri mengenai cara dia menangani perang dengan Hamas. Para pengkritiknya khawatir bahwa tindakan keras Netanyahu justru memperkecil kemungkinan Hamas akan membebaskan para sandera yang tersisa.

    AS telah menggunakan statusnya sebagai sekutu terbesar Israel untuk mencoba mempengaruhinya agar mengizinkan lebih banyak bantuan masuk ke Gaza. Sejauh ini, kebanyakan permintaan AS ditolak Netanyahu. Namun, seperti yang ditegaskan kembali oleh Biden pada Rabu (02/10), dukungan Washington untuk Israel tetap tak tergoyahkan. Tetapi bukan berarti kedua pemimpin negara tersebut selalu akur.

    Komitmen tersebut, kata Panikoff, terlihat ketika AS dengan kekuatan penuh membantu melindungi Israel dari rudal yang ditembakkan oleh Iran pada hari Selasa. Pada saat yang sama, pemerintahan Biden “merasa frustrasi dengan pengambilan keputusan Perdana Menteri Netanyahu,” kata Panikoff, seorang mantan perwira intelijen AS.

    Kepercayaan AS terhadap Netnyahu ‘berkurang secara signifikan’

    Salah satu contoh dari pengambilan keputusan ini adalah pembunuhan pimpinan Hizbullah Hassan Nasrallah oleh Israel. “Tidak ada kepercayaan pribadi yang luar biasa antara Biden dan Netanyahu,” kata William Wechsler, kolega Panikoff di Atlantic Council dan direktur senior Rafik Hariri Center dan Program Timur Tengah di lembaga think tank yang berbasis di Washington tersebut.

    “Satu minggu yang lalu, AS memfokuskan semua upaya mereka untuk menegosiasikan gencatan senjata selama 21 hari di bagian utara” di perbatasan Israel-Lebanon, kata Wechsler. “Mereka melakukan pembicaraan setiap hari dengan pihak Israel mengenai ide ini, namun ketika mereka melakukan pembicaraan ini, pihak Israel merencanakan operasi untuk membunuh Nasrallah. Dan mereka tidak mengatakan kepada pemerintahan Biden bahwa mereka melakukan hal ini. Tingkat kepercayaan yang ada di sana telah berkurang secara signifikan oleh pengalaman baru-baru ini.”

    Keterlibatan AS dalam potensi perang Timur Tengah

    Setelah serangan rudal Iran ke Israel pada Selasa (30/09) Netanyahu mengatakan bahwa “Iran melakukan kesalahan besar malam ini – dan mereka akan membayarnya.”

    Para pengamat khawatir bahwa Israel dapat membalas dengan menembakkan rudal ke target-target di wilayah Iran. Konflik ini dan eskalasi lebih lanjut dalam pertempuran dengan Lebanon dapat berubah menjadi perang berskala besar dengan konsekuensi yang berpotensi menimbulkan bencana bagi wilayah tersebut dan sekitarnya.

    Wechsler mengatakan bahwa perang seperti itu akan melibatkan Hizbullah yang mengirimkan ratusan ribu rudal ke Israel, cukup untuk membuat sistem pertahanan Iron Dome yang terkenal itu kewalahan. Selain itu, lanjutnya, Iran juga akan menembakkan cukup banyak rudal ke Israel, cukup untuk membuat pertahanan udara Amerika Serikat yang ditempatkan di kawasan kewalahan.

    Perang juga bisa berarti “Israel mencoba mendahului kedua serangan ini, mencoba mengambil sejumlah besar senjata dan menempatkan sejumlah besar orang tak berdosa dalam bahaya, yang dengan sengaja disisipkan Hizbullah di antara mereka,” kata Wechsler.

    Jika hal itu terjadi, ada kemungkinan besar Amerika Serikat akan terlibat lebih jauh, tambah Wechsler – karena “banyak orang Amerika yang akan terancam: Warga Amerika yang tinggal di Israel, [pasukan] Amerika di pangkalan-pangkalan kami di seluruh wilayah, mitra-mitra Amerika di bagian lain Teluk.”

    Dukungan AS untuk Israel berpotensi rugikan Harris dalam pemilu?

    Meskipun isu-isu domestik memainkan peran yang lebih besar bagi sebagian besar pemilih, dukungan AS terhadap Israel juga dapat mempengaruhi pemilihan presiden AS yang akan datang. Beberapa orang Amerika merasa bersemangat tentang peran AS dalam konflik Timur Tengah, seperti yang dapat dilihat dengan protes pro-Palestina yang menyebar di kampus-kampus di seluruh AS pada musim semi lalu.

    Dan di Michigan, sebuah negara bagian dengan populasi Arab-Amerika yang signifikan, lebih dari 100.000 anggota Partai Demokrat memilih opsi “tidak berkomitmen” daripada memilih Joe Biden (yang saat itu menjadi kandidat) dalam pemilihan pendahuluan Partai Demokrat. Dorongan untuk membuat orang memilih “tidak berkomitmen” datang dari para penentang pemerintahan Biden-Harris yang mendukung perang Israel di Gaza. Pada pemilihan presiden tahun 2020, Biden hanya memenangkan Michigan dengan 154.000 suara.

    Panikoff melihat kemungkinan bahwa cukup banyak pemilih yang beralih ke kandidat pihak ketiga karena dukungan Kamala Harris terhadap Israel sehingga dapat membuat perbedaan di negara-negara bagian tertentu yang memiliki swing state – dan dengan demikian mempengaruhi hasil pemilihan secara keseluruhan.

    “Apakah mungkin para pemilih di Michigan yang sangat marah atas konflik di Gaza… mendukung Jill Stein atau Cornel West sampai pada tingkat yang cukup tinggi sehingga dapat mengubah pemilihan untuk Donald Trump di Michigan? Ya,” kata Panikoff. “Saya pikir ada kemungkinan Anda bisa melihat hasil yang sama di Pennsylvania. Dan jika hal tersebut terjadi di keduanya, maka akan sangat, sangat sulit untuk melihat jalur di mana Wakil Presiden Harris bisa menang.”

    Artikel ini diadaptasi dari bahasa Inggris

    (ita/ita)