Upaya Pemerintah Cegah Candu Digital: Tunggu Anak Siap Sesuai Perkembangannya
Tim Redaksi
KOMPAS.com
– Di tengah euforia kemajuan teknologi digital, sebuah ancaman senyap kian menguat, yakni candu digital, kondisi yang merujuk pada kecanduan terhadap ponsel, media sosial, dan berbagai layanan daring.
Secara neurologis, fenomena problematik tersebut dipicu oleh pelepasan dopamin yang intens, terjadi ketika pengguna, terutama anak-anak dan remaja, mendapatkan
reward
secara cepat dan terus menerus saat menjelajah internet.
Masalahnya, anak-anak belum memiliki kemampuan untuk “mengerem” sensasi itu. Ketika dipaksa berhenti, mereka mengalami mengidam (
craving
) yang intens, sehingga bisa bermanifestasi sebagai sifat mudah marah (
irritable
), pembangkangan, agresi, atau berusaha keras untuk kembali ke layar mereka.
Buku
Sekilas tentang PP TUNAS, Pelindungan Anak di Ruang Digital
yang dirilis Direktorat Jenderal Komunikasi Publik dan Media (DJKPM) menyatakan, sekitar 48 persen pengguna internet di Indonesia adalah anak di bawah usia 18 tahun.
Lebih mengkhawatirkan lagi, disebutkan bahwa lebih dari 80 persen anak mengakses internet setiap hari dengan rata-rata durasi tujuh jam sehari.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2024 menyebutkan, 39,71 persen anak usia dini di Indonesia telah menggunakan telepon seluler, sedangkan 35,57 persen lainnya sudah mengakses internet.
Sementara itu, riset UNICEF Indonesia bertema “Online Knowledge and Practice of Children in Indonesia: Baseline Study 2023” memaparkan, anak-anak usia 8–18 tahun mengaku menggunakan internet sekitar 5,4 jam per hari.
Dari riset yang sama, sekitar 50,3 persen anak mengaku pernah melihat konten dewasa (materi seksual/pornografi) di media sosial. Kemudian, 48 persen anak pernah mengalami perundungan (
bullying
), yang kebanyakan dilakukan dalam dunia daring.
Data tersebut menjadi materi dasar penyusunan regulasi, ditambah dengan maraknya kasus konten negatif,
eksploitasi data pribadi
, dan
cyberbullying
.
Untuk menghadapi ancaman digital bagi anak yang kian marak, Pemerintah Indonesia menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 (PP Tunas) tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak.
Regulasi tersebut dirancang untuk menciptakan ruang digital aman, menangani dampak negatif, seperti konten tidak layak, kecanduan digital, dan eksploitasi data anak.
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menegaskan, PP Tunas merupakan bukti keseriusan pemerintah melindungi anak-anak dari kejahatan di ruang digital.
“Tunas adalah bentuk keberpihakan negara terhadap anak-anak. Kami ingin ruang digital menjadi ruang yang aman, sehat, dan mendukung tumbuh kembang anak Indonesia. Ini bukan sekadar kebijakan, tetapi ikhtiar kolektif kita semua sebagai bangsa,” ujarnya mengutip komdigi.go.id, Jumat (28/3/2025).
Fokus utama PP Tunas adalah mewajibkan penyelenggara sistem elektronik (PSE) menyaring konten berbahaya, memberikan mekanisme pelaporan yang mudah, dan memastikan remediasi yang cepat.
PP Tunas juga mengatur verifikasi usia pengguna, penerapan pengamanan teknis, dan larangan profiling data anak untuk kepentingan komersial.
Salah satu peraturan teknis tersebut mengatur verifikasi umur untuk mengakses layanan digital, termasuk media sosial, berdasarkan tingkat risiko dan kebutuhan akan persetujuan orangtua atau wali.
Sebagai contoh, usia di bawah 13 tahun hanya diperbolehkan memiliki akun pada produk dan layanan digital berisiko rendah yang dirancang khusus untuk anak-anak serta harus seizin orangtua.
Sehubungan dengan itu, PP Tunas mewajibkan PSE memiliki mekanisme kontrol orangtua untuk memantau, membatasi akses, melindungi data pribadi anak, hingga menyediakan fitur
screen time
yang bisa digunakan orangtua.
Lebih dari itu, pemerintah juga meluncurkan tunasdigital.id, yaitu panduan praktis bagi orangtua untuk menjaga anak-anak di dunia maya.
Platform yang juga merupakan turunan dari PP Tunas itu hadir untuk mencegah anak-anak terpapar konten negatif, eksploitasi dan pelecehan, serta mengantisipasi penggunaan gawai secara berlebihan yang dapat mengganggu kesehatan psikologis anak serta melindungi data pribadi.
Meutya menjelaskan, platform tersebut tidak hanya berisi materi teoritis, tetapi juga akan diisi dengan beragam
sharing
pengalaman dari para bunda, tips menjaga anak saat berselancar di ruang digital, hingga konten edukatif dari para pakar.
“Konten dari para pakar sangat penting, misalnya terkait mana sih aplikasi yang aman untuk anak, mana aplikasi yang untuk umur dewasa, mana
games
yang bisa dimainkan untuk anak-anak usia sekian dan mana games yang belum boleh,” jelasnya.
Beberapa pengamat dan praktisi
perlindungan anak
menyambut positif penerbitan PP Tunas sebagai langkah maju untuk melindungi ruang digital yang aman dan ramah bagi anak.
Salah satunya adalah Ketua Forum Anak Sukowati (Forasi) Sragen, Sasa Widya. Ia menyambut baik hadirnya PP Tunas yang dapat melindungi anak-anak dan kelompok rentan di dunia maya.
“Dengan adanya PP Tunas, kami merasa pemerintah semakin memperkuat langkah perlindungan anak di ruang digital. Ini sejalan dengan apa yang sudah kami lakukan selama ini,” katanya melansir Kompas.com, Rabu (15/10/2025).
Sasa mengaku cukup sering menemukan berbagai bentuk konten negatif di dunia maya yang bisa berpotensi membahayakan anak-anak, mulai dari
chat
bernada seksual, ujaran kebencian, hingga promosi judi
online
.
“Kalau ada ketemu hal begitu, tindakan yang kami sarankan ke teman-teman adalah memblokir akun tersebut. Sejauh ini belum pernah menemukan kasus ekstrem, tapi yang ringan seperti itu cukup sering,” tuturnya.
Sementara itu, Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) mengingatkan pemerintah untuk tidak berhenti pada pembuatan regulasi, tetapi juga pada pengawasan.
Ketua LPAI Seto Mulyadi mengatakan, sanksi tegas akan memberikan efek jera bagi penyelenggara platform digital dan mendorong mereka untuk mematuhi regulasi yang telah ditetapkan.
“Platform digital yang melanggar perlu dicabut izinnya. Kami berharap pemerintah tidak hanya memberikan peringatan, tetapi juga tindakan nyata untuk memastikan bahwa anak-anak kita terlindungi dari konten yang berbahaya,” tegasnya mengutip komdigi.go.id, Minggu (30/3/2025).
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Kak Seto
-

Rahasia Tubuh Fit dan Sixpack ala Shah Rukh Khan di Usia 60 Tahun
Jakarta –
Penampilan aktor Shah Rukh Khan tengah menjadi sorotan publik. Ia baru-baru ini memamerkan perut sixpack-nya yang mencengangkan.
Di usianya yang sudah 60 tahun, Shah Rukh Khan masih tampak bugar dan berotot. Lantas, apa rahasianya bisa tetap sehat dan memiliki tubuh ideal di usia tersebut?
Sebelum film Om Shanti Om, Shah Rukh Khan dikenal karena karismanya, bukan karena latihan sit-up-nya. Tetapi, untuk lagu ikonis Dard-E-Disco tersebut, ia bekerja sama dengan pelatih selebritas Prashant Sawant, dan mereka membangun legenda ‘SRK six-pack’, yang terdiri dari:
Latihannya sungguh serius.Latihan beban lima hari seminggu.Menggabungkan plank, hanging leg raises, dan variasi crunch.Diet tinggi protein, minimal karbohidrat, tanpa gula.
Latihan ini bukan untuk menambah massa otot, melainkan untuk membentuk tubuh ideal. Shah Rukh Khan berfokus pada kekuatan fungsional dan stabilitas inti.
Disiplin di Atas Segalanya
Setelah film Om Shanti Om, Shah Rukh Khan tidak selalu memamerkan perutntya. Tetapi, ia tetap menjalani gaya hidup bersih.
Shah Rukh Khan terkenal karena menghindari pesta larut malam, bangun pagi, dan berolahraga setiap hari bahkan di hari syuting.
“Jika aku bisa merawat tubuhku, tubuhku akan mengurus pekerjaanku,” katanya, dikutip dari Times of India.
Shah Rukh Khan juga mengurangi konsumsi junk food. Ia hanya mengonsumsi makanan rumahan sederhana dan menjaga latihannya singkat, tetapi intens.
Kardio, latihan beban, peregangan, dan kunci tetap konsisten di tengah jadwalnya yang padat.
Untuk film terbarunya, Pathaan, Shah Rukh Khan kembali berlatih dengan Prashant Sawant. Tetapi, kali ini fokusnya beralih ke pembentukan otot dan mobilitas.
Pelatihnya mengungkapkan Shah Rukh Khan mengikuti rencana latihan yang disusun secara ilmiah dan berkala, yaitu:
Latihan gabungan, terdiri dari deadlift, bench press, dan squat.Latihan fungsiona, terdiri dari battle rope, TRX, dan sirkuit kettlebell.Latihan inti, terdiri dari ab rollout, hanging leg raise, weighted crunch.Pola makan seimbang, yang terdiri dari protein tinggi (ayam, putih telur, lentil), lemak baik (alpukat, kacang-kacangan, minyak zaitun), dan banyak hidrasi.
Ia berlatih lima hari seminggu, dengan durasi hingga 90 menit per sesi. Dan tidak seperti kebanyakan bintang, Shah Rukh Khan tidak mengandalkan jalan pintas, tidak ada diet ketat, tidak ada bulking ekstrem. Hanya latihan cerdas dan konsistensi tanpa henti.
Pola Pikir di Balik otot
Shah Rukh Khan sangat mengutamakan disiplin, bukan obsesi.
“Anda tidak bisa menipu tubuh Anda. Ia mengingat segalanya,” itulah filosofi dari Shah Rukh Khan.
Shah Rukh Khan pernah berkata bahwa ia berlatih bukan untuk terlihat bagus di layar, melainkan untuk merasa muda, lincah, dan percaya diri. Itulah rahasia sebenarnya, konsistensi, bukan crunch.
Bahkan hari istirahatnya pun disengaja. Ia berfokus pada pemulihan, peregangan, dan kesadaran penuh. Tidak ada latihan berlebihan, tidak ada kelelahan.
Halaman 2 dari 3
Simak Video “Video KuTips: Resep Sehat Bugar ‘GEMBIRA’ ala Kak Seto di Usia 74 Tahun”
[Gambas:Video 20detik]
(sao/suc) -

Aritmia Picu Stroke Ringan, Dokter Wanti-wanti Generasi Muda Juga Bisa Kena
Jakarta –
Psikolog anak Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto tengah menjalani perawatan karena stroke ringan. Belakangan, Kak Seto juga diketahui mengalami aritmia, atau gangguan irama jantung.
Ia sempat mengeluhkan gejala seperti pusing dan linglung beberapa hari sebelum memeriksakan diri. Apa kaitan keduanya?
Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Vito A. Damay, SpJP, MKes, FIHA, FAsCC, menjelaskan aritmia, terutama atrial fibrilasi (AF), merupakan salah satu kondisi yang dapat memicu stroke karena aliran darah di jantung tidak stabil.
“Pada aritmia seperti AF, jantung berdenyut tidak teratur sehingga aliran darah melambat dan dapat terbentuk trombus atau bekuan darah di dalam jantung. Bekuan ini dapat lepas dan menyumbat pembuluh darah otak, sehingga memicu stroke,” beber dr Vito kepada detikcom Kamis (30/10/2025).
Ia menambahkan, kelemahan otot jantung (heart failure) juga bisa memicu terbentuknya bekuan darah serupa, sehingga meningkatkan risiko stroke.
“Jadi bukan cuma orang tua yang bisa mengalami ini. Memang makin bertambah usia risikonya meningkat, tapi pada usia muda pun bisa terjadi, terutama bila ada faktor risiko lain seperti hipertensi, diabetes, obesitas, kolesterol tinggi, merokok, sumbatan jantung atau kelemahan pompa jantung,” lanjut dia.
Kenapa Anak Muda Juga Berisiko?
dr Vito mengingatkan aritmia bisa muncul tanpa gejala. Banyak orang baru mengetahuinya setelah pemeriksaan kesehatan rutin atau setelah mengalami keluhan lebih lanjut.
“Karena itu, deteksi check up jantung sesuai usia dan kondisi klinis dan penanganan aritmia atau obat pengencer darah penting, agar kita bisa mencegah komplikasi seperti stroke,” bebernya.
Perubahan pola hidup modern, kurang tidur, stres, konsumsi kafein berlebihan, hingga makanan tinggi gula dan lemak, juga semakin memperbesar risiko ini.
Gejala Aritmia
Dikutip dari Mayo Clinic, aritmia mungkin tidak menimbulkan gejala apapun. Detak jantung yang tidak teratur mungkin baru diketahui saat pemeriksaan kesehatan karena alasan lain.
Gejala aritmia dapat meliputi:
Rasa berdebar, berdebar-debar, atau berdebar kencang di dada.
Detak jantung cepat.
Detak jantung lambat.Nyeri dada.Sesak napas.Gejala lain dapat meliputi:Kecemasan.Merasa sangat lelah.Pusing atau sakit kepala ringan.Berkeringat.Pingsan atau hampir pingsan.
Kapan harus ke dokter?
Jika merasa jantung berdetak terlalu cepat atau terlalu lambat, atau melewatkan satu detak pun, segera melakukan pemeriksaan kesehatan. Dapatkan perawatan medis darurat jika Anda mengalami gejala-gejala nyeri dada, sesak napas, pingsan.
Halaman 2 dari 3
(naf/kna)
-

Kak Seto Aktif dan Bugar, Kok Bisa Kena Stroke? Begini Penjelasan Neurolog
Jakarta –
Pemerhati anak Seto Mulyadi atau Kak Seto tengah menjalani perawatan di rumah sakit setelah mengalami stroke ringan dan aritmia atau gangguan irama jantung. Banyak yang terkejut, mengingat figur berusia 73 tahun itu dikenal rajin berolahraga dan memiliki gaya hidup aktif.
Lalu, bagaimana seseorang yang terlihat bugar bisa tetap terserang stroke?
Menurut Dr. dr. Pricilla Yani Gunawan, SpN, Subsp ENK(K), neurolog dari Siloam Hospital, stroke merupakan penyakit multifaktor, artinya dipengaruhi oleh banyak hal yang saling berkaitan, bukan hanya pola hidup atau aktivitas fisik.
“Faktor yang paling sering itu tekanan darah, gula darah, kolesterol. Aktivitas fisik memang berpengaruh pada elastisitas pembuluh darah, tapi bukan berarti kalau punya faktor risiko, terus olahraga pasti terhindar. Semua faktor harus kita identifikasi,” kata dr Pricilla saat ditemui detikcom di Siloam Hospital Lippo Village, Rabu (29/10/2025).
Ia menekankan bahwa usia adalah salah satu faktor risiko stroke yang tidak bisa dikendalikan. Semakin bertambah umur seseorang, maka pembuluh darah secara alami akan mengalami perubahan yang meningkatkan risiko penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak.
“Usia merupakan faktor yang nggak bisa kita kontrol. Semua orang pasti akan menua. Seiring usia, pembuluh darah makin kaku, dan fungsi-fungsi tubuh yang tadinya protektif juga mulai berkurang,” ujar dr Pricilla.
Kaitan stroke dan usia tua
Sejumlah studi juga memperkuat hubungan antara usia, aritmia, dan risiko stroke.
Sebuah systematic review yang diterbitkan dalam jurnal Stroke (2021) menunjukkan bahwa atrial fibrillation, jenis aritmia paling umum pada lansia, meningkatkan risiko stroke iskemik hingga lima sampai tujuh kali lipat, terutama pada usia di atas 65 tahun.
Penelitian lain dalam European Heart Journal (2020) menegaskan, penuaan menyebabkan pengerasan arteri dan gangguan konduksi listrik jantung, yang bisa memicu aritmia bahkan pada individu aktif sekalipun.
Dengan kata lain, meski gaya hidup sehat dan olahraga rutin tetap penting, faktor usia dan kondisi pembuluh darah tetap berperan besar terhadap risiko stroke.
“Kalau tensi tinggi, kolesterol belum terkontrol, atau ada aritmia, olahraga saja tidak cukup. Harus tetap dipantau dan diobati,” pungkas dr Pricilla.
Halaman 2 dari 2
(kna/kna)
-

Neurolog Ungkap Kaitan Stroke dan Aritmia, Dialami Kak Seto sampai Dirawat di RS
Jakarta –
Pemerhati anak Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto tengah menjalani perawatan di rumah sakit setelah mengalami stroke ringan dan aritmia atau gangguan irama jantung. Keluhan awal yang dikiranya hanya pusing biasa ternyata merupakan gejala stroke ringan yang disebabkan oleh gangguan pada sistem peredaran darah di otak.
Menanggapi kondisi tersebut, neurolog dari Siloam Hospital, dr Pricilla Yani Gunawan, SpN, Subsp ENK(K) menjelaskan bahwa aritmia merupakan salah satu faktor risiko yang signifikan terhadap stroke, bahkan pada pasien yang tampaknya memiliki tekanan darah, gula, dan kolesterol normal.
“Gangguan irama jantung bisa meningkatkan risiko stroke hingga tujuh kali lipat, meskipun tensi bagus, kolesterol bagus, dan gula darah juga sudah terkontrol,” jelas dr Pricilla saat ditemui detikcom di Siloam Hospital Lippo Village, Rabu (29/10/2025).
Menurutnya, aritmia dan tekanan darah tinggi saling berkaitan, karena keduanya sama-sama dapat mengganggu aliran darah ke otak.
Ia juga menambahkan bahwa faktor usia dan tekanan darah yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko aritmia.
“Seiring bertambahnya usia, risiko aritmia juga meningkat,” ujar dia.
Mengutip Medical News Today, sejumlah penelitian menunjukkan bahwa aritmia, terutama jenis atrial fibrillation (AFib), dapat menyebabkan terbentuknya gumpalan darah di jantung yang kemudian berpindah ke otak dan menyumbat aliran darah. Kondisi inilah yang dapat memicu stroke iskemik.
Penelitian juga menyebutkan bahwa pasien dengan aritmia cenderung mengalami stroke yang lebih parah dan memiliki tingkat komplikasi lebih tinggi dibanding pasien tanpa gangguan irama jantung.
Halaman 2 dari 2
(kna/kna)
-

Waspadai Gejala Stroke Ringan dan Aritmia, Dialami Kak Seto Sampai Dirawat RS
Jakarta –
Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto dirawat di rumah sakit setelah mengalami stroke ringan dan aritmia. Ia diketahui mulai menjalani perawatan sejak Sabtu (15/10).
Melalui akun Instagram pribadinya @kaksetosahabatanak, Kak Seto membagikan kisah saat pertama kali mengalami gejala hingga kondisinya kini.
Pada 20 Oktober, Kak Seto mengaku sempat merasakan pusing dan linglung, namun tetap beraktivitas seperti biasa. Hingga akhirnya, ia memutuskan untuk memeriksakan diri setelah keluhan tersebut tak kunjung membaik.
“Namun meski sudah tidur dan beristirahat, sampai hari Kamis (23/10) tak kunjung mereda juga. Hingga pada akhirnya di hari Jumat (24/10), saya baru ke Unit Gawat Darurat (UGD) melakukan serangkaian pemeriksaan yaitu: MRI (Magnetic Resonance Imaging), EKG (Elektrokardiogram) dan Cek Darah,” ucapnya, dikutip melalui akun instagram pribadinya, Rabu (29/10)
Setelah menjalani pemeriksaan, Kak Seto didiagnosis mengalami stroke ringan atau mild stroke yang menyerang fungsi kognitifnya dan aritmia.
Dikutip dari Archive of Physical Medicine and Rehabilitation (ACRM), seseorang yang mengalami stroke ringan atau mild stroke dapat merasakan berbagai gejala mental, perilaku, maupun fisik, mirip dengan gejala pada pengidap stroke berat.
Sebagian gejala bisa menghilang dengan cepat, namun ada juga yang bertahan lebih lama. Gejala yang paling umum meliputi kelelahan, gangguan emosi, serta kesulitan memori, bahasa, fungsi fisik, dan sensorik.
Setelah mengalami stroke ringan, seseorang memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami stroke kembali. Sebagian besar gejala dapat pulih seiring waktu, namun beberapa gejala mungkin bertahan selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun.
Jika tidak segera ditangani, kondisi ini bisa mengganggu aktivitas sehari-hari, kehidupan sosial, pekerjaan, dan menurunkan kualitas hidup secara keseluruhan.
baca juga
=== break===
Sementara aritmia (juga disebut disritmia) adalah gangguan irama jantung, saat detak jantung menjadi tidak normal, bisa terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur.
Dalam kondisi normal, jantung berdetak secara teratur dan terkoordinasi, memompa darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Namun, gangguan pada sistem listrik jantung atau bahkan masalah pada aliran darah yang dipompa jantung dapat mengubah irama tersebut.
Menjaga irama jantung tetap normal sangat penting, karena jantung berperan sebagai “mesin utama” yang memasok oksigen dan nutrisi ke seluruh organ tubuh.
baca juga
==break===
Adapun gejala gangguan irama jantung bisa bervariasi, tergantung jenis dan keparahannya. Dikutip dari Cleveland Clinic, beberapa tanda yang umum antara lain:
Jantung berdebar atau berdetak tidak beraturan.
Pusing atau merasa seperti hendak pingsan.
Pingsan tiba-tiba (fainting episodes).
Sesak napas.
Rasa tidak nyaman di dada.
Lemas atau mudah lelah tanpa sebab yang jelas.
Namun, tidak semua aritmia menimbulkan gejala. Dalam beberapa kasus, gangguan ini bisa terjadi secara “diam-diam” (silent) dan baru diketahui setelah pemeriksaan medis rutin.
(suc/kna)
-

Kak Seto Dirawat di RS gegara Stroke Ringan dan Aritmia, Begini Kondisinya
Jakarta –
Pemerhati anak Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto, dirawat di rumah sakit karena stroke ringan dan aritmia atau gangguan irama jantung.
Kak Seto menjalani perawatan di RS sejak Sabtu lalu (15/10). Ia pun membagikan cerita terserang stroke ringan hingga kondisinya dalam akun Instagram @kaksetosahabatanak.
“Seminggu yang lalu, saya merasakan gejala yang tidak seperti biasanya yaitu pusing di bagian kepala dan seperti linglung,” tulis Kak Seto.
Meski mengalami sejumlah gejala, Kak Seto menjalankan tugas seperti biasanya. Namun meski sudah beristirahat, gejala yang dia alami tak kunjung reda.
Sehari setelah itu, pada Jumat (24/10), dia dibawa ke Unit Gawat Darurat (UGD) dan menjalani pemeriksaan MRI, EKG dan cek darah. Hasil pemeriksaan menunjukkan Kak Seto terkena stroke ringan atau mild stroke dan aritmia.
“Syukurnya, karena menjalani pola hidup sehat maka stroke ini disebabkan oleh faktor kekentalan darah belaka, di mana kondisi jantung tetap dalam keadaan sehat,” beber Kak Seto.
Kondisi Kak Seto Stabil
Kak Seto menyebut meski mengalami kedua kondisi tersebut, kondisinya masih baik. Organ vitalnya masih optimal dan disarankan beristirahat.
Atas saran dokter, ia pun memutuskan untuk dirawat di rumah sakit sejak Sabtu (25/10) agar dapat beristirahat dan memulihkan kondisi secara optimal.
“Ayo, mulai hidup sehat dari sekarang karena akan sangat membantu di masa tua nanti. Tetap semangat!” seru Kak Seto.
Halaman 2 dari 2
(suc/suc)
-

Sempat Alami Stroke Ringan, Ini Profil Kak Seto
Jakarta: Psikolog sahabat anak Indonesia, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto baru-baru ini didiagnosis mengalami mild stroke (stroke ringan). Di usianya yang menginjak 74 tahun, kabar kesehatan ini sontak mengejutkan publik, meski ia tetap memberikan pesan positif dan penuh semangat dari rumah sakit.
Seto Mulyadi adalah salah satu tokoh kunci dalam perkembangan pendidikan dan perlindungan anak di Indonesia. Kiprahnya membentang dari dunia akademik hingga aktivitas sosial.
Lahir di Klaten, Jawa Tengah, pada 28 Agustus 1951, Kak Seto telah mengabdikan hidupnya di dunia anak-anak sejak era 1970-an, dimulai dengan membantu mendiang pasangan legendaris, Pak Kasur dan Ibu Kasur.
Perjalanan akademisnya pun membuktikan dedikasi totalnya, di mana ia berhasil meraih gelar Sarjana, Magister, hingga Doktoral di bidang Psikologi dari Universitas Indonesia (UI).
Di ranah hiburan dan edukasi, Kak Seto dikenal luas sebagai pencipta karakter Si Komo, boneka komodo yang sangat populer di program televisi anak-anak pada era 1990-an.
Kontribusi visionernya tak berhenti di situ, ia juga tercatat sebagai pendiri Yayasan Mutiara Indonesia pada tahun 1982 dan memprakarsai pembangunan Istana Anak-Anak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Selain itu, ia juga merupakan sosok di balik pendirian Homeschooling Kak Seto.
Namun, peran Kak Seto yang paling melekat adalah sebagai aktivis dan pelopor dalam perlindungan anak. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) selama periode 1998 hingga 2010.
Saat ini, Kak Seto masih aktif menjabat sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), menjadikan namanya sinonim dengan perjuangan hak dan kesejahteraan anak-anak Indonesia. Ia juga diketahui memiliki saudara kembar, Kresno Mulyadi, yang juga merupakan seorang psikiater anak.
Pada akhir Oktober 2025, Kak Seto mengumumkan bahwa ia harus menjalani perawatan intensif setelah didiagnosis mengalami stroke ringan (mild stroke) yang menyerang fungsi kognitif, serta detak jantung tidak beraturan (Aritmia).
”Ternyata saya terdiagnosa ‘Mild Stroke’ yang menyerang fungsi kognitif, bukan motorik,” ungkap Kak Seto. Ia menjelaskan bahwa stroke ini disebabkan oleh faktor kekentalan darah, dan bukan karena masalah jantung, berkat pola hidup sehat yang selama ini ia jalani.
Meski sedang dalam masa pemulihan dan disarankan untuk beristirahat total, Kak Seto tetap menunjukkan semangat yang tak pernah pudar. Dalam unggahannya, ia menyelipkan pesan penting kepada seluruh masyarakat Indonesia:
“Terima kasih atas perhatian dan do’a para sahabat! Ayo, mulai hidup sehat dari sekarang karena akan sangat membantu di masa tua nanti. Tetap semangat!”
Pesan ini menegaskan keyakinannya bahwa konsistensi dalam menjaga pola hidup sehat adalah investasi terbaik untuk masa depan. Kak Seto, si Sahabat Anak Indonesia, telah memberi teladan tidak hanya dalam mengasuh generasi, tetapi juga dalam menghadapi tantangan usia dengan ketabahan dan optimisme.
(Sheva Asyraful Fali)
Jakarta: Psikolog sahabat anak Indonesia, Seto Mulyadi atau akrab disapa Kak Seto baru-baru ini didiagnosis mengalami mild stroke (stroke ringan). Di usianya yang menginjak 74 tahun, kabar kesehatan ini sontak mengejutkan publik, meski ia tetap memberikan pesan positif dan penuh semangat dari rumah sakit.
Seto Mulyadi adalah salah satu tokoh kunci dalam perkembangan pendidikan dan perlindungan anak di Indonesia. Kiprahnya membentang dari dunia akademik hingga aktivitas sosial.
Lahir di Klaten, Jawa Tengah, pada 28 Agustus 1951, Kak Seto telah mengabdikan hidupnya di dunia anak-anak sejak era 1970-an, dimulai dengan membantu mendiang pasangan legendaris, Pak Kasur dan Ibu Kasur.Perjalanan akademisnya pun membuktikan dedikasi totalnya, di mana ia berhasil meraih gelar Sarjana, Magister, hingga Doktoral di bidang Psikologi dari Universitas Indonesia (UI).
Di ranah hiburan dan edukasi, Kak Seto dikenal luas sebagai pencipta karakter Si Komo, boneka komodo yang sangat populer di program televisi anak-anak pada era 1990-an.
Kontribusi visionernya tak berhenti di situ, ia juga tercatat sebagai pendiri Yayasan Mutiara Indonesia pada tahun 1982 dan memprakarsai pembangunan Istana Anak-Anak di Taman Mini Indonesia Indah (TMII). Selain itu, ia juga merupakan sosok di balik pendirian Homeschooling Kak Seto.
Namun, peran Kak Seto yang paling melekat adalah sebagai aktivis dan pelopor dalam perlindungan anak. Ia pernah menjabat sebagai Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) selama periode 1998 hingga 2010.
Saat ini, Kak Seto masih aktif menjabat sebagai Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI), menjadikan namanya sinonim dengan perjuangan hak dan kesejahteraan anak-anak Indonesia. Ia juga diketahui memiliki saudara kembar, Kresno Mulyadi, yang juga merupakan seorang psikiater anak.
Pada akhir Oktober 2025, Kak Seto mengumumkan bahwa ia harus menjalani perawatan intensif setelah didiagnosis mengalami stroke ringan (mild stroke) yang menyerang fungsi kognitif, serta detak jantung tidak beraturan (Aritmia).
”Ternyata saya terdiagnosa ‘Mild Stroke’ yang menyerang fungsi kognitif, bukan motorik,” ungkap Kak Seto. Ia menjelaskan bahwa stroke ini disebabkan oleh faktor kekentalan darah, dan bukan karena masalah jantung, berkat pola hidup sehat yang selama ini ia jalani.
Meski sedang dalam masa pemulihan dan disarankan untuk beristirahat total, Kak Seto tetap menunjukkan semangat yang tak pernah pudar. Dalam unggahannya, ia menyelipkan pesan penting kepada seluruh masyarakat Indonesia:
“Terima kasih atas perhatian dan do’a para sahabat! Ayo, mulai hidup sehat dari sekarang karena akan sangat membantu di masa tua nanti. Tetap semangat!”
Pesan ini menegaskan keyakinannya bahwa konsistensi dalam menjaga pola hidup sehat adalah investasi terbaik untuk masa depan. Kak Seto, si Sahabat Anak Indonesia, telah memberi teladan tidak hanya dalam mengasuh generasi, tetapi juga dalam menghadapi tantangan usia dengan ketabahan dan optimisme.
(Sheva Asyraful Fali)
Cek Berita dan Artikel yang lain diGoogle News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(RUL)
-

Dialami Kak Seto Sampai Dirawat di RS, Apa Itu Stroke Ringan?
Jakarta –
Selebritas sekaligus psikolog anak Kak Seto baru-baru ini membagikan kabar bahwa dirinya terkena stroke ringan. Sosok legendaris sahabat anak Indonesia itu menceritakan awal mula dirinya mengalami kondisi tersebut.
Peristiwa itu terjadi pada 20 Oktober lalu, ketika ia tiba-tiba merasakan pusing. Awalnya, Kak Seto memilih menahan diri dan beristirahat. Namun setelah gejala tak kunjung membaik, ia akhirnya memutuskan memeriksakan kondisinya secara menyeluruh pada 24 Oktober. Hasilnya baru ketahuan, ia mengalami stroke ringan menyerang fungsi kognitifnya.
“Ternyata saya terdiagnosa ‘Mild Stroke’ (Stroke Ringan) yang menyerang fungsi kognitif, bukan motorik,” tulisnya melalui akun Instagram @kaksetosahabatanak, Selasa (28/10/2025).
“Syukurnya, karena menjalani pola hidup sehat maka stroke ini disebabkan oleh faktor kekentalan darah belaka, di mana kondisi jantung tetap dalam keadaan sehat,” lanjutnya.
Dirinya juga harus dirawat di rumah sakit sejak hari Sabtu untuk menjalani perawatan lebih lanjut.
Apa itu stroke ringan atau mild stroke?
Dikutip dari Archive of Physical Medicine and Rehabilitation (ACRM), orang yang mengalami stroke ringan (mild stroke) umumnya dirawat di rumah sakit dalam waktu singkat, dengan gejala stroke yang berlangsung lebih dari satu hari. Dalam banyak kasus, gejalanya akan mereda setelah beberapa waktu.
Jika gejala stroke berlangsung kurang dari 24 jam, biasanya disebut serangan iskemik sementara atau Transient Ischemic Attack (TIA). Namun, jika ditemukan adanya lesi atau kerusakan otak pada hasil pemindaian otak (seperti MRI atau CT scan), maka diagnosis tetap ditetapkan sebagai stroke ringan atau mild stroke, meskipun gejala berlangsung kurang dari 24 jam.
Pengidap stroke ringan atau mild stroke biasanya masih mampu melakukan aktivitas dasar seperti pergi ke kamar mandi atau berbelanja, tetapi mungkin mengalami kesulitan dalam aktivitas kompleks.
Meski terkesan ringan, stroke ringan tidak boleh diabaikan, baik oleh pasien maupun tenaga kesehatan, karena orang yang mengalaminya tetap berisiko mengalami hal-hal berikut:
Mengalami gangguan kesehatan mental seperti depresi atau kecemasan.Mengalami kesulitan dalam aktivitas kompleks, misalnya mengemudi.Mengalami stroke kembali di masa mendatang.
Halaman 2 dari 2
(suc/suc)
/data/photo/2024/04/27/662c28038c719.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/11/10/6911dbac25133.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)