Tag: Kaesang Pangarep

  • Kaesang Pastikan Jokowi Tak Maju Jadi Calon Ketum PSI

    Kaesang Pastikan Jokowi Tak Maju Jadi Calon Ketum PSI

    Bisnis.com, JAKARTA — Kaesang Pangarep memastikan sang ayah yang juga merupakan Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) tidak akan mendaftar sebagai calon ketua umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025.

    Kaesang mengaku telah membahas mengenai hal tersebut dengan Jokowi selama seminggu terakhir ini.

    “Kan ndak mungkin juga anak sama bapak saling berkompetisi,” kata Kaesang dalam konferensi pers usai resmi mendaftar sebagai calon ketua umum PSI di Jakarta, Sabtu (21/6/2025).

    Kaesang pun telah meyakinkan Jokowi agar memberikan kesempatan kepada anak-anak muda untuk menjadi pemimpin masa depan.

    Sementara terkait dengan potensi Jokowi bergabung dengan PSI, ia menyebutkan kemungkinan tidak ada potensi tersebut dan meminta menanyakan langsung kepada sang ayah.

    “Akses kepada beliau (Jokowi) sekarang kan gampang, tinggal ke Solo. Saya kan tidak bisa mewakili beliau,” tuturnya.

    Sebelumnya, PSI membuka peluang kepada Jokowi untuk menjadi ketum partai tersebut, tetapi dengan syarat harus bergabung terlebih dahulu sebagai kader. Wacana tersebut muncul seiring kedekatan Jokowi dengan PSI dalam beberapa agenda politik menjelang Pemilu 2024.

    Sementara itu, Jokowi mengaku masih memperhitungkan peluang kemenangan jika mendaftar maju sebagai kandidat calon ketua umum PSI.

    Ia mengaku tak ingin kalah jika telah memutuskan untuk memperebutkan kursi PSI 1, yang kini diduduki anak bungsunya, Kaesang Pangarep.

    “Ya masih dalam kalkulasi. Jangan sampai kalau nanti misalnya saya ikut saya kalah,” kata Jokowi, Rabu (14/5).

    Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar Muhammad Sarmuji menyerahkan keputusan kepada Jokowi untuk melabuhkan diri ke partai politik (parpol) mana, baik itu Partai Golkar maupun Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

    Meski demikian, dia menekankan Jokowi harus berkomunikasi dengan pihaknya terlebih dahulu apabila memang Jokowi berkehendak masuk ke Partai Golkar.

    “Ya, tergantung Pak Jokowi saja, Pak Jokowi mau masuk ke partai mana, mau berdiam di ‘rumah’ yang mana. Kalau mau di PSI ya monggo, kalau mau masuk Golkar ya kami itu stelsel aktif, ya tentu Pak Jokowi mesti berkomunikasi kepada kami,” kata Sarmuji di kompleks parlemen, Senayan, Jakarta, Senin (16/6).

  • Resmi! Kaesang Daftar Calon Ketum PSI: 2029 Masuk Senayan

    Resmi! Kaesang Daftar Calon Ketum PSI: 2029 Masuk Senayan

    Bisnis.com, JAKARTA — Putra bungsu Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi), Kaesang Pangarep resmi mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum (caketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) 2025 di Basecamp Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI, Jakarta, Sabtu (21/6/2025).

    Kaesang mengatakan masih banyak pekerjaan sebagai ketua umum yang belum dirinya selesaikan di PSI, seiring dengan adanya restrukturisasi di tubuh DPP, Dewan Pimpinan Wilayah (DPW), maupun Dewan Pimpinan Daerah (DPD) partai berlambang mawar itu.

    “Nah, saya rasa saya harus selesaikan itu semua dan membawa PSI jauh lebih baik di 2029,” kata Kaesang dalam konferensi pers usai pendaftaran.

    Terkait posisinya yang merupakan petahana, Kaesang menuturkan dirinya telah mengajukan cuti sebagai Ketum PSI agar fokus terhadap proses pemilihan.

    Nantinya, kata dia, akan ada pelaksana harian yang dipilih oleh Dewan Pembina untuk menggantikan dirinya memimpin PSI sepanjang proses pemilihan calon ketua umum.

    Dia pun mengucapkan terima kasih kepada para perwakilan DPW yang mendukungnya untuk maju sebagai calon ketua umum PSI.

    “InsyaAllah PSI di 2029 masuk Senayan, kita perbanyak lagi kepala daerah dari kader PSI. Yang pasti kita juga harus bersiap menunggu tokoh besar yang akan bergabung ke PSI,” ungkap Kaesang.

    Selain dirinya, Kaesang mengatakan kemungkinan masih akan terdapat beberapa orang calon ketua umum PSI lainnya yang akan mendaftarkan diri.

    “Masih ada beberapa hari, masih ada dua hari lagi sebelum pendaftaran ditutup,” ujarnya.

    Sebelumnya, Ronald Sinaga atau “Bro Ron” yang merupakan Wakil Ketua Dewan Pimpinan Wilayah DPW Partai Solidaritas Indonesia PSI Jawa Barat menjadi pendaftar pertama Calon Ketua Umum PSI di Basecamp DPP PSI Jakarta, Rabu (18/6).

    Bro Ron, yang juga merupakan seorang pembuat konten alias content creator, didampingi oleh pendukungnya, antara lain Ketua Dewan Pimpinan Wilayah DPW PSI Jawa Barat Abang Ijo Hapidin dan Ketua DPW PSI Kalimantan Tengah Pancani Gandrung, saat mendaftarkan diri.

  • Kaesang soal Bro Ron Maju Sebagai Caketum PSI: Perlu Diwaspadai – Page 3

    Kaesang soal Bro Ron Maju Sebagai Caketum PSI: Perlu Diwaspadai – Page 3

    Sebelumnya, Bro Ron menegaskan, ia mendaftar sebagai bakal caketum PSIlantaran partainya telah memberi kebebasan pada dirinya untuk membela rakyat kecil dengan caranya sendiri. 

    “Saya bisa hadir di sini karena ini (PSI) partai yang hebat. Saya tidak bisa membayangkan saya sebagai Bro Ron berada di partai lain, diberikan kebebasan yang luar biasa untuk membela rakyat dengan caranya sendiri,” kata dia dalam keterangannya, Rabu (18/6/2025).

    Bro Ron juga menuturkan, banyak netizen atau warganet yang menginginkannya maju di Pemilihan Raya PSI. 

    Karena itu, tekad untuk mendaftar semakin bulat setelah muncul tantangan dari Kaesang Pangarep agar Ronald ikut bertarung di bursa Bakal Calon Ketua Umum PSI.

    “Karena Mas Ketum kita muda dan bermain medsos juga, jadi beliau memantau kok namanya Bro Ron disebut terus. Jadi ditantanglah ‘Bro Ron, berani gak melawan saya?’ itulah hebatnya Ketua Umum kita, hebatnya partai ini, hebatnya Ketua Umum kita, tantangan untuk membangun negara siapa pun bisa diterima,” jelas Bro Ron.

  • Kaesang Pangarep Yakin Jokowi Tidak Ikut Pemilihan Ketum PSI – Page 3

    Kaesang Pangarep Yakin Jokowi Tidak Ikut Pemilihan Ketum PSI – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Kaesang Pangarep, memastikan ayahnya yang juga Presiden ketujuh RI Joko Widodo atau Jokowi tidak akan ikut dalam persaingan pemilihan ketum partainya.

    Hal itu diungkap Kaesang setelah berdiskusi langsung dengan Jokowi selama berada di Solo dalam sepekan terakhir.

    “Saya sudah berkomunikasi dengan beliau, saya sudah satu minggu ini di Solo dan baru saja tadi mendarat pukul tiga tadi. Mengenai beliau akan menjadi Ketua umum atau tidak, itu sudah kami obrolkan di seminggu terakhir ini,” kata Kaesang di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat pada Sabtu (21/6/2025).

    Dia menambahkan, dalam pembicaraan itu, ia meyakinkan Jokowi bahwa sudah waktunya generasi muda diberikan ruang seluas-luasnya untuk memimpin.

    “Saya yakinkan kepada beliau adalah satu, berilah kesempatan kepada anak muda Anak muda itu bukan pemimpin masa depan, anak muda itu pemimpin masa kini,” ucapnya.

    Kaesang pun menjawab isu Jokowi akan ikut mencalonkan sebagai caketum PSI. Dia kembali menegaskan, Jokowi tak akan ikut dalam kompetisi Pemilu Raya PSI.

    “Kan ndak mungkin juga anak sama bapak saling berkompetisi,” tandas dia.

  • Alasan Kaesang Maju Ketum PSI: Banyak PR Belum Selesai

    Alasan Kaesang Maju Ketum PSI: Banyak PR Belum Selesai

    Alasan Kaesang Maju Ketum PSI: Banyak PR Belum Selesai
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com

    Kaesang Pangarep
    mengungkapkan alasan dirinya maju jadi calon Ketua Umum (caketum)
    PSI
    adalah karena ingin menyelesaikan sejumlah pekerjaan rumah yang masih belum terselesaikan.
    “Banyak pekerjaan yang belum saya selesaikan di sini, kita semua melakukan restrukturisasi di tubuh DPP, DPW, maupun DPD,” ujar Kaesang, usai menyerahkan dokumen persyaratan pendaftaran caketum di kantor DPP PSI, Jakarta, Sabtu (21/6/2025).
    Ia mengatakan, pekerjaan rumah ini harus diselesaikan agar PSI bisa menjadi lebih baik, bahkan masuk ke parlemen di 2029 nanti.
    “Saya rasa saya harus selesaikan itu semua demi membawa PSI jauh lebih baik di 2029,” ujar dia.
    Selain berjanji untuk membawa PSI lolos ke Senayan di 2029, Kaesang juga menargetkan agar di
    pemilu
    selanjutnya banyak kader PSI yang menjadi kepala daerah.
    “Kita perbanyak lagi kepala daerah dari kader PSI,” kata Kaesang.
    Ia mengatakan, jika dirinya menjabat sebagai ketum, akan ada banyak tokoh besar yang bergabung dengan PSI di kemudian hari.
    Sebelumnya, Kaesang resmi mendaftarkan diri sebagai caketum PSI hari ini.
    Berdasarkan dokumen persyaratan yang diserahkan, Kaesang disebutkan mendapatkan dukungan dari 10 DPW dan 75 DPD.
    Sementara itu, syarat minimal untuk maju adalah mendapatkan dukungan dari 5 DPW dan 20 DPD.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kaesang: Tokoh Besar Akan Masuk PSI – Page 3

    Kaesang: Tokoh Besar Akan Masuk PSI – Page 3

    Kaesang Pangarep kembali maju sebagai Calon Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Iajuga mengucapkan rasa terima kasih kepada para pengurus partai yang memberikan dukungan dalam Pemilu Raya PSI.

    Di hadapan kader dan pengurus wilayah, Kaesang menyampaikan optimismenya terhadap masa depan PSI.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada perwakilan DPW yang hadir hari ini untuk mendukung saya maju sebagai calon ketum. Terutama juga ini buat temen-temen semua kader PSI yang mendukung saya, ketua DPD juga yang sudah hadir di sini,” kata Kaesang di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Sabtu (21/6/2025).

    Kaesang menyampaikan keinginannya membawa PSI lolos ke Senayan dalam Pemilu 2029. Dia menyebut PSI akan memperbanyak jumlah kepala daerah dari kader internal, serta tengah bersiap menyambut tokoh-tokoh penting yang akan bergabung dengan partai dalam waktu dekat.

    “Insya Allah untuk temen-temen yang sudah setia dukung saya, PSI di 2029 insyalah kita masuk senayan, kita perbanyak lagi kepala daerah darj kader PSI. Yang pasti kita juga harus bersiap menunggu tokoh besar yang akan bergabung ke PSI. terima kasih semuanya,” ucap dia.

     

  • Kaesang Kembali Daftar Caketum PSI, Bertekad Bawa Partai Lolos Senayan – Page 3

    Kaesang Kembali Daftar Caketum PSI, Bertekad Bawa Partai Lolos Senayan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kaesang Pangarep kembali maju sebagai Calon Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Iajuga mengucapkan rasa terima kasih kepada para pengurus partai yang memberikan dukungan dalam Pemilu Raya PSI.

    Di hadapan kader dan pengurus wilayah, Kaesang menyampaikan optimismenya terhadap masa depan PSI.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya kepada perwakilan DPW yang hadir hari ini untuk mendukung saya maju sebagai calon ketum. Terutama juga ini buat temen-temen semua kader PSI yang mendukung saya, ketua DPD juga yang sudah hadir di sini,” kata Kaesang di kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Sabtu (21/6/2025).

    Kaesang menyampaikan keinginannya membawa PSI lolos ke Senayan dalam Pemilu 2029. Dia menyebut PSI akan memperbanyak jumlah kepala daerah dari kader internal, serta tengah bersiap menyambut tokoh-tokoh penting yang akan bergabung dengan partai dalam waktu dekat.

    “Insya Allah untuk temen-temen yang sudah setia dukung saya, PSI di 2029 insyalah kita masuk senayan, kita perbanyak lagi kepala daerah darj kader PSI. Yang pasti kita juga harus bersiap menunggu tokoh besar yang akan bergabung ke PSI. terima kasih semuanya,” ucap dia.

     

  • Alasan Kaesang Maju Ketum PSI: Banyak PR Belum Selesai

    Soal Peluang Jokowi Jadi Ketum PSI, Kaesang: Enggak Mungkin Anak Bapak Saingan

    Soal Peluang Jokowi Jadi Ketum PSI, Kaesang: Enggak Mungkin Anak Bapak Saingan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Calon Ketua Umum PSI (Caketum)
    Kaesang Pangarep
    menjawab soal kemungkinan ayahnya, Presiden ke-7 RI Joko Widodo (
    Jokowi
    ), maju sebagai
    caketum PSI
    .
    “Mengenai beliau (Jokowi) akan menjadi Ketua Umum atau tidak, itu sudah kami obrolkan di seminggu terakhir ini. Kan enggak mungkin juga anak sama bapak saingan,” ujar Kaesang, usai menyerahkan dokumen persyaratan pendaftaran caketum di kantor DPP PSI, Jakarta, Sabtu (21/6/2025).
    Kaesang mengaku sudah seminggu terakhir ini ia berada di Solo, Jawa Tengah.
    Selama itu, Kaesang berusaha untuk meyakinkan Jokowi agar mempercayakan kepemimpinan PSI kepadanya.
    “Saya yakinkan kepada beliau adalah satu, berilah kesempatan kepada anak muda. Anak muda itu bukan pemimpin masa depan, anak muda itu pemimpin masa kini,” kata Kaesang.
    Hari ini, Kaesang resmi mendaftarkan diri sebagai
    Caketum PSI
    .
    Berdasarkan dokumen persyaratan yang diserahkan, Kaesang disebutkan mendapatkan dukungan dari 10 DPW dan 75 DPD.
    Sementara, syarat minimal untuk maju adalah mendapatkan dukungan dari 5 DPW dan 20 DPD.
    PSI membuka pendaftaran bakal calon ketua umum mulai 13 Mei lalu hingga 23 Juli 2023.
    Juru Bicara Beny Papa mengatakan, seluruh proses pendaftaran dilaksanakan di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI.
    Layanan pendaftaran dibuka setiap hari pukul 09.00 hingga 18.00 WIB.
    Bakal calon ketua umum wajib memenuhi syarat khusus berupa dukungan dari pengurus daerah PSI, yakni 5 rekomendasi dari Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan 20 rekomendasi dari Dewan Pimpinan Daerah (DPD).
    Masa pemungutan suara pemilihan ketua umum dijadwalkan berlangsung pada 12 hingga 19 Juli 2025.
    Proses pemilihan dilakukan dengan sistem e-voting, di mana setiap kader memiliki satu suara.
    Hasil Pemilu Raya akan diumumkan bersamaan dengan pelaksanaan Kongres Partai PSI pada 19 Juli 2025 di Solo, Jawa Tengah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 10
                    
                        Resmi Daftar Caketum PSI, Kaesang: Insya Allah 2029 Kita Masuk Parlemen 
                        Nasional

    10 Resmi Daftar Caketum PSI, Kaesang: Insya Allah 2029 Kita Masuk Parlemen Nasional

    Resmi Daftar Caketum PSI, Kaesang: Insya Allah 2029 Kita Masuk Parlemen
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Petahana
    Kaesang Pangarep
    secara resmi mendaftarkan diri sebagai calon ketua umum (Caketum) PSI, pada Sabtu (21/6/2025).
    Pendaftaran ini dilakukan di Kantor Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PSI.
    Setelah menyerahkan dokumen persyaratan, Kaesang mengungkapkan janji politiknya.
    Ia berkomitmen, jika terpilih, PSI akan berhasil lolos ke parlemen pada tahun 2029.
    “Insya Allah untuk teman-teman yang sudah setia mendukung saya. PSI di 2029, Insya Allah kita masuk Senayan,” kata Kaesang, di lokasi, Sabtu.
    Dalam dokumen yang diserahkan, Kaesang mendapatkan dukungan dari 10 Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) dan 75 Dewan Pimpinan Daerah (DPD).
    Angka ini jauh di atas syarat minimal yang ditetapkan, yaitu 5 DPW dan 20 DPD.
    Pendaftaran bakal
    calon ketua umum PSI
    dibuka sejak 13 Mei 2025 dan akan berakhir pada 23 Juli 2025.
    Juru Bicara PSI Beny Papa mengatakan, seluruh proses pendaftaran dilakukan di Kantor DPP PSI, dengan layanan pendaftaran dibuka setiap hari dari pukul 09.00 hingga 18.00 WIB.
    Setiap bakal calon ketua umum diwajibkan memenuhi syarat khusus berupa dukungan dari pengurus daerah PSI, yaitu 5 rekomendasi dari DPW dan 20 rekomendasi dari DPD.
    Masa pemungutan suara untuk pemilihan ketua umum dijadwalkan berlangsung antara 12 hingga 19 Juli 2025.
    Proses pemilihan akan dilakukan dengan sistem e-voting, di mana setiap kader memiliki satu suara.
    Hasil Pemilu Raya akan diumumkan bersamaan dengan pelaksanaan Kongres Partai PSI pada 19 Juli 2025 di Solo, Jawa Tengah.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bursa Calon Ketum PSI dan Personalisasi Politik

    Bursa Calon Ketum PSI dan Personalisasi Politik

    Bursa Calon Ketum PSI dan Personalisasi Politik
    Odri Prince Agustinus D. Sembiring adalah mahasiswa Magister Ilmu Politik di Departemen Politik dan Pemerintahan, Universitas Gadjah Mada. Minat risetnya berfokus pada representasi politik, ekologi politik, dan peran masyarakat sipil dalam mendorong transisi menuju keberlanjutan. Saat ini, ia tengah melakukan penelitian tentang paradoks kebijakan lingkungan di Norwegia dengan menggunakan pendekatan teori representasi deliberatif dan psikoanalisis politik. Untuk memperdalam pemahaman mengenai pembangunan global dan tata kelola sumber daya alam, Odri akan melanjutkan studi di Departemen Geografi, Norwegian University of Science and Technology (NTNU), Norwegia. Di sana, ia akan mengikuti sejumlah mata kuliah seperti Diskursus Pembangunan dan Globalisasi, Jaringan Produksi Global, Perencanaan dan Pengelolaan Sumber Daya Alam, serta Lanskap dan Perencanaan: Konsep, Teori, dan Praktik.
    MENYAMBUT
    pemilihan Ketua Umum
    PSI
    yang akan digelar pada Juli 2025 mendatang, dinamika internal partai anak muda ini kembali mencuri perhatian publik.
    Setahun lalu, siapa menyangka
    Kaesang Pangarep
    , putra bungsu Joko Widodo yang lebih dikenal sebagai pengusaha kuliner dan vlogger, akan menduduki kursi Ketua Umum
    Partai Solidaritas Indonesia
    (PSI)?
    Penunjukan Kaesang sebagai Ketum PSI pada 25 September 2023, mengejutkan banyak pihak. Hanya berselang dua hari setelah resmi bergabung, Kaesang langsung didapuk memimpin PSI periode 2023–2028, menggantikan Giring Ganesha (eks vokalis Nidji).
    Peristiwa bak karbitan politik ini memicu cibiran bahwa PSI kini menjelma “Partai Solidaritas Istana”, sindiran tajam bahwa partai anak muda tersebut tak ubahnya perpanjangan tangan lingkar keluarga presiden.
    Pergantian pucuk pimpinan PSI ini bukan sekadar gosip internal partai, melainkan gejala yang mencerminkan disfungsi lebih luas dalam sistem kepartaian Indonesia.
    PSI sejak awal menahbiskan diri sebagai partai antitesis korupsi dan intoleransi, digawangi anak-anak muda perkotaan.
    Namun, dalam perjalanannya, partai ini justru kian menampilkan watak politik Indonesia kontemporer: sarat personalisasi figur, intrik kolusi antarelite, dan rapuhnya pelembagaan partai.
    Relasi kekeluargaan antara Kaesang dan Jokowi kini menjadi pintu masuk yang menarik untuk menelaah tiga problema utama tersebut melalui lensa teoretis: personalisasi politik, kartelisasi partai, dan kerapuhan pelembagaan partai.
    Penunjukan Kaesang Pangarep sebagai Ketua Umum PSI menegaskan kecenderungan personalisasi politik di Indonesia.
    Alih-alih melalui proses kaderisasi bertahap dan panjang, sosok “instan” yang populer berkat nama besar keluarganya langsung didorong ke posisi puncak partai.
    PSI seolah bertaruh sepenuhnya pada daya tarik pribadi Kaesang, bukan pada rekam jejak politik atau platform ideologis yang jelas.
    Fenomena ini sejalan dengan kecenderungan global, di mana partai politik semakin berorientasi pada figur individu, bukan lagi perjuangan kolektif atau ideologi tertentu (Cross, Katz, & Pruysers, 2018).
    Di kasus PSI, sejak awal partai ini memang membangun citra yang bertumpu pada sosok muda dengan daya tarik tinggi di media.
    Mulai dari Grace Natalie (mantan jurnalis televisi yang menjadi pendiri partai), Tsamara Amany (aktivis muda), hingga Giring Ganesha (mantan vokalis band Nidji), PSI konsisten memanfaatkan popularitas pribadi para tokohnya untuk meningkatkan elektabilitas.
    Namun, strategi seperti ini ibarat pedang bermata dua. Di satu sisi, tokoh populer bisa memperbesar perhatian publik. Di sisi lain, ketergantungan yang berlebihan pada pesona pribadi figur-figur ini justru melemahkan pembangunan institusi partai yang kokoh.
    Identitas atau “brand” partai menjadi sangat bergantung pada persona ketua umumnya. Kita bisa lihat jelas bagaimana gaya PSI pada masa kepemimpinan Giring begitu lekat dengan pendekatan komunikasinya yang unik dan cenderung nyentrik, mulai dari janji besar hingga pernyataan ambisi politik yang kontroversial.
    Sebaliknya, ketika era Kaesang dimulai, partai ini dengan cepat berubah haluan, mengambil pendekatan mirip “politik keluarga” yang selama ini melekat pada citra Jokowi.
    Personalisasi politik seperti ini juga membawa risiko lain, yaitu menurunnya loyalitas pemilih dan kader terhadap partai.
    Banyak pendukung PSI yang memilih partai ini semata-mata karena terpikat oleh sosok tertentu, bukan karena meyakini visi dan program partai secara mendalam.
    Ketika figur tersebut meninggalkan partai atau citranya meredup, dukungan publik dengan mudah berpindah ke partai lain atau figur baru yang sedang populer.
    Para ahli seperti Gideon Rahat dan Tamir Sheafer (2007) menggambarkan fenomena personalisasi politik ini sebagai proses meningkatnya peran figur individu dalam politik, sementara peran partai sebagai organisasi justru melemah.
    Artinya, dalam konteks PSI, sosok ketua umum seperti Kaesang menjadi daya tarik utama partai, sedangkan institusi partai dan ideologi yang semestinya menjadi fondasi perjuangan politik justru menjadi sekunder.
    Kondisi ini tentu mengkhawatirkan untuk demokrasi yang sehat, karena idealnya partai politik bertumpu pada gagasan, ideologi, dan program yang konsisten, bukan hanya kharisma dan daya tarik sesaat seorang tokoh.
    Tak kalah menarik adalah indikasi kartelisasi partai dalam dinamika PSI. Kartelisasi partai merupakan kecenderungan di mana partai-partai politik lebih sibuk saling berkolusi untuk berbagi kekuasaan dan sumber daya negara, ketimbang serius memperjuangkan aspirasi masyarakat.
    Dalam kondisi ini, partai tak lagi menjalankan perannya sebagai perantara antara rakyat dan negara secara optimal.
    Sebaliknya, partai-partai tersebut berkolaborasi demi mempertahankan kepentingan elitnya sendiri, sehingga berubah menjadi semacam persekutuan elite penguasa yang cenderung tertutup dan menjauh dari rakyat.
    Kasus PSI adalah contoh nyata bagaimana fenomena ini terjadi dalam skala lebih kecil. Sepanjang eksistensinya, PSI sering kali lebih memilih mendekatkan diri ke lingkaran kekuasaan dibandingkan mengambil posisi sebagai oposisi yang kritis dan substansial.
    Sejak Pemilu 2019, misalnya, PSI secara konsisten mendukung penuh Presiden Jokowi, meskipun mereka gagal masuk ke parlemen.
    Karena sikap politik ini, publik menyindir PSI sebagai “Partai Solidaritas Istana”. Label ini melekat akibat kedekatan PSI dengan Jokowi yang terkesan terlalu erat, mulai dari mendukung hampir semua kebijakan pemerintah hingga menyediakan posisi strategis bagi anggota keluarga presiden sendiri, seperti penunjukan Kaesang sebagai ketua umum.
    Langkah PSI tentu bukan tanpa alasan. Dengan merapat ke pusat kekuasaan, PSI berharap mendapatkan berbagai keuntungan, seperti posisi publik, akses pendanaan, dan fasilitas politik lain yang membantu kelangsungan hidup partai.
    Strategi ini terbukti efektif bagi para elite partai, meski bertentangan dengan idealisme yang selama ini mereka gaungkan.
    Contoh paling jelas adalah Giring Ganesha yang, setelah mundur dari posisi ketua umum PSI, mendapatkan jabatan strategis sebagai Wakil Menteri Kebudayaan dalam kabinet Presiden Prabowo Subianto hasil Pemilu 2024.
    Yang menarik, Prabowo sebelumnya adalah rival utama Jokowi di dua pemilihan presiden. Namun, PSI dengan mudah menyeberang kubu begitu konstelasi politik berubah.
    Ini jelas menunjukkan logika kartel politik: selama bisa dekat dengan kekuasaan, partai tidak segan-segan berpindah koalisi tanpa peduli konsistensi politik.
    Dengan kondisi seperti ini, “solidaritas” yang menjadi jargon PSI seolah lebih tepat disebut solidaritas antar-elite ketimbang solidaritas untuk masyarakat luas.
    Ini merupakan gambaran lebih besar yang terjadi di politik Indonesia, di mana hampir semua partai lebih memilih bergabung dalam pemerintahan, meninggalkan peran sebagai oposisi yang kritis.
    Situasi seperti ini tentu membuat publik bingung karena sulit membedakan mana partai yang benar-benar mewakili aspirasi rakyat dan mana yang sekadar mengejar keuntungan pribadi lewat kolusi pragmatis antar-elite.
    Akibatnya, akuntabilitas atau pertanggungjawaban para politisi kepada rakyat menjadi kabur, dan demokrasi menjadi semakin kehilangan arah.
    Gejala terakhir yang sangat terasa dalam kasus PSI adalah lemahnya pelembagaan partai. Pelembagaan partai berarti sejauh mana partai politik tertanam kuat di masyarakat, punya identitas yang stabil, dan mampu bertahan dalam jangka panjang.
    Menurut pakar politik Scott Mainwaring (1998), sistem partai yang lemah biasanya ditandai oleh akar sosial yang dangkal di masyarakat, identitas partai tidak jelas, dan lebih dominannya ketergantungan pada tokoh atau patron dibandingkan ideologi partai itu sendiri.
    Mainwaring bahkan menegaskan bahwa lemahnya pelembagaan partai menjadi salah satu hambatan utama bagi terwujudnya demokrasi yang stabil dan kuat.
    PSI adalah contoh nyata partai dengan pelembagaan yang masih rapuh. Sebagai partai yang baru berdiri pada 2014 dan gagal masuk parlemen pada Pemilu 2019, PSI belum sempat membangun basis pendukung yang kuat dan stabil.
    Dukungan yang mereka terima dari masyarakat sering kali bersifat sementara, mengikuti tren atau sosok populer tertentu. Tidak heran jika tingkat perolehan suara PSI mudah naik turun dari satu pemilu ke pemilu berikutnya.
    Pada Pemilu 2019 lalu, misalnya, PSI hanya meraih sekitar 2 persen suara dan kembali menghadapi tantangan besar pada Pemilu 2024 dengan perolehan 2,8 persen suara.
    Di internal partai pun, PSI menunjukkan instabilitas yang tinggi. Dalam waktu kurang dari lima tahun saja, PSI sudah berganti pimpinan sebanyak tiga kali: dari Grace Natalie, beralih ke Giring Ganesha, lalu kini dipegang oleh Kaesang Pangarep.
    Pergantian yang cepat ini menunjukkan lemahnya aturan organisasi dan ketergantungan partai pada tokoh tertentu.
    Aturan-aturan internal partai juga tampak berubah sesuai kehendak elite partai. Sebagai contoh, normalnya seorang ketua umum menjabat selama lima tahun, tetapi Kaesang yang baru saja menjabat pada 2023 akan diuji kembali dalam pemilihan ketua umum pada Juli 2025 mendatang.
    Meskipun mungkin bertujuan untuk membangun citra sebagai partai yang sangat terbuka, langkah ini sekaligus menunjukkan bahwa aturan organisasi dalam PSI belum stabil dan masih mudah berubah.
    Lebih jauh lagi, PSI juga menghadapi persoalan lemahnya jaringan pendukung yang solid di akar rumput.
    Mereka memang kuat di media sosial, tetapi di luar perkotaan, terutama di pedesaan, basis massa mereka sangat tipis.
    Akibatnya, loyalitas pendukung PSI cenderung mudah tergerus begitu ada isu atau figur politik baru yang lebih menarik.
    Kondisi ini umum ditemukan dalam sistem demokrasi yang masih berkembang, di mana partai-partai yang belum punya akar ideologis yang kuat akan mudah tergantikan oleh partai baru yang lebih menarik perhatian publik.
    Dalam kondisi demikian, para politisi pun sering kali lebih memilih jalur pribadi atau berpindah partai yang menawarkan peluang lebih menjanjikan, ketimbang serius membangun institusi partai untuk jangka panjang.
    Di PSI sendiri, fenomena ini tampak jelas dengan sejumlah kader awal yang berpindah ke partai lain atau memilih berkarier secara independen begitu ada tawaran lebih baik.
    Semua ini menunjukkan bahwa PSI masih jauh dari menjadi organisasi politik yang stabil dan matang. Sebaliknya, partai ini tampak lebih mirip kendaraan politik sementara yang mudah ditinggalkan begitu dianggap tidak lagi menguntungkan.
    Drama internal PSI, mulai dari efek Kaesang hingga berbagai manuver politik Giring, sejatinya menjadi cermin buram bagi kondisi demokrasi kita saat ini.
    Personalisasi politik yang berlebihan menyebabkan partai kehilangan karakter dan tujuan utamanya, tenggelam dalam kultus individu tertentu.
    Kartelisasi partai, kecenderungan partai-partai untuk saling berkolusi dan berbagi kekuasaan, membuat demokrasi kita kekurangan oposisi yang benar-benar substantif.
    Alih-alih adu gagasan demi memperjuangkan kepentingan rakyat, partai-partai justru sibuk berbagi jabatan demi mempertahankan posisi dan kekuasaan.
    Sementara itu, lemahnya pelembagaan partai membuat sistem politik kita ibarat pasar bebas: partai politik datang dan pergi dengan mudah, semangat organisasi yang kuat jarang terbentuk, dan yang tersisa hanyalah ambisi sesaat para tokohnya.
    PSI mungkin merupakan contoh paling ekstrem, tetapi sesungguhnya kondisi yang sama juga terlihat di berbagai partai politik lain di Indonesia.
    Misalnya, politik dinasti keluarga yang makin lazim di partai-partai besar, kebiasaan bagi-bagi jabatan dalam koalisi pemerintahan yang terlalu besar, hingga kemunculan partai-partai baru yang sekadar menjadi kendaraan politik pragmatis menjelang pemilu, hanya untuk segera ditinggalkan sesudahnya.
    Jika dibiarkan terus-menerus, maka semua kecenderungan ini akan menggerus kualitas demokrasi kita secara perlahan.
    Idealnya, partai politik berfungsi sebagai pilar utama penyalur aspirasi rakyat. Namun, ketika partai hanya dijadikan mesin politik pribadi atau kelompok tertentu demi meraih kekuasaan, yang paling dirugikan adalah masyarakat luas.
    Suara rakyat menjadi samar, pertanggungjawaban politik hilang, dan demokrasi kita semakin tak tentu arah.
    Pada akhirnya, julukan “Partai Solidaritas Istana” mungkin terdengar seperti sindiran ringan, tetapi mengandung pesan serius tentang kondisi politik di Indonesia.
    Dinamika PSI saat ini adalah peringatan keras bahwa sistem kepartaian kita sedang dalam kondisi yang memprihatinkan.
    Solusinya mungkin tidak sederhana. Namun langkah awal yang harus dilakukan adalah mengembalikan fungsi partai sebagai institusi milik publik, bukan dikuasai secara pribadi atau keluarga tertentu.
    Tanpa langkah ini, partai politik akan terus menjadi kapal kosong yang mudah terombang-ambing, bukannya menjadi jangkar kuat bagi demokrasi yang matang dan stabil.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.