Tag: Joshua Zeichner

  • Berapa Kali Sebaiknya Keramas? Ini Kata Ahli

    Berapa Kali Sebaiknya Keramas? Ini Kata Ahli

    JAKARTA – Meski terlihat sederhana, mencuci rambut ternyata bisa jadi hal yang membingungkan. Dari menentukan seberapa sering harus keramas hingga mengikuti tren produk terbaru, rutinitas mencuci rambut bisa membuat banyak orang, bahkan yang sudah terbiasa merawat rambut merasa bingung sendiri.

    Banyak orang merasa segar dan bersih setelah mencuci rambut, sehingga tak sedikit yang menjadikannya kebiasaan harian. Tapi, apakah keramas setiap hari memang perlu? Atau bisa berdampak buruk?

    “Keramas itu mirip seperti mencuci wajah. Penting dilakukan sebagai bagian dari rutinitas, tapi jika dilakukan terlalu sering, bisa merusak keseimbangan alami minyak sehat di tubuh yang sebenarnya berfungsi untuk melembapkan,” kata Dr. Joshua Zeichner, Direktur Penelitian Kosmetik dan Klinis di Departemen Dermatologi Rumah Sakit Mount Sinai, dikutip dari laman TODAY.

    Menurutnya, mencuci rambut terlalu sering bisa membuat rambut menjadi kering, rapuh, dan menyebabkan iritasi kulit kepala. Hal ini diperkuat oleh Perry Romanowski, ahli kimia kosmetik dan pendiri situs The Beauty Brains.

    Ia menjelaskan saat rambut dalam keadaan basah, batang rambut membengkak dan menjadi lebih rentan. Proses menggosokkan sampo atau kondisioner pun bisa merusak kutikula, yaitu lapisan terluar rambut.

    Hasilnya, rambut menjadi kusam, sulit disisir, dan lebih mudah bercabang. Bagi yang memiliki kulit kepala sensitif, disarankan lebih berhati-hati.

    “Paparan deterjen dari sampo bisa memicu iritasi. Beberapa orang mengalami ruam dan gatal karena terlalu sering mencuci rambut,” ujar Romanowski.

    Namun, mencuci rambut terlalu jarang juga tidak disarankan.

    “Jika Anda jarang mencuci rambut, minyak di kulit kepala akan menumpuk. Ini menyebabkan rambut menjadi lepek dan bisa memicu ketombe,” tambah Dr. Zeichner.

    Menurut Kasey Bertucci, hairstylist sekaligus pendiri Salon 120 West di Boston, frekuensi keramas tergantung pada berbagai faktor, seperti jenis rambut, tekstur, dan rutinitas harian masing-masing.

    Bagi yang suka mencuci rambut lebih sering, Bertucci menyarankan memberi jeda dua hingga tiga hari antara satu keramas dan yang berikutnya.

    Untuk rambut keriting atau tekstur yang lebih kasar, biasanya memiliki kulit kepala dan helai rambut yang lebih kering, sehingga bisa keramas setiap lima hingga tujuh hari, tergantung gaya hidup masing-masing.

    Romanowski menambahkan rambut yang diwarnai sebaiknya tidak terlalu sering dicuci. Gunakan sampo yang lembut, bebas sulfat, dan mengandung pelembap.

    Pasalnya, setiap kali keramas, warna rambut bisa sedikit memudar. Agar warna tahan lebih lama, cuci rambut setiap dua atau tiga hari sekali.

    Rambut yang lebih tipis atau halus biasanya butuh dicuci lebih sering karena mudah lepek. Namun, pilihlah sampo dengan bahan yang ringan.

    “Hindari sampo yang mengandung dimethicone karena bisa menumpuk dan membuat rambut terasa berat. Untuk rambut tipis, lebih baik gunakan cyclomethicone karena bisa menguap secara alami,” kata Romanowski.

    Tips Keramas yang Benar

    Meskipun terlihat sepele, ada beberapa kesalahan umum saat keramas yang bisa memengaruhi tampilan dan kesehatan rambut. Menurut Bertucci, fokus utama saat mencuci rambut adalah pada kulit kepala.

    “Tidak perlu menggosokkan sampo sampai ke tengah dan ujung rambut, karena bagian itu akan terkena busa saat dibilas,” katanya.

    Selain itu, Anda mungkin tidak butuh sebanyak itu produk. Cukup gunakan sampo seukuran buah raspberry saja untuk satu kali keramas.

    Bagaimana dengan mengganti sampo secara berkala? Romanowski menyatakan hal itu tidak perlu.

    “Rambut tidak akan ‘kebal’ terhadap sampo. Tidak ada bukti bahwa sampo akan berhenti bekerja setelah dipakai dalam waktu lama,” ujarnya.

    Namun, jangan lupakan kondisioner. Jika tidak menggunakan kondisioner, rambut akan lebih sulit disisir dan bisa menyebabkan kerusakan lebih lanjut.

    “Kondisioner juga membantu rambut tampak dan terasa lebih sehat. Ini cara efektif untuk mencegah kerusakan,” katanya.

    Kondisioner bahkan lebih penting daripada sampo, menurutnya.

    “Efek dari kondisioner jauh lebih besar dibandingkan efek dari sampo. Jadi, perhatikan kualitas kondisioner yang digunakan,” tuturnya.

    Saat menggunakan kondisioner, hindari mengaplikasikannya langsung ke kulit kepala. Mulailah dari bagian bawah telinga dan usapkan hingga ke ujung rambut.

    “Kalau terlalu banyak produk di kulit kepala, rambut bisa terlihat lepek lebih cepat.” tutup Bertucci.

  • Ada miliaran bakteri di kaki, bagaimana cara mencuci kaki yang baik dan benar? – Halaman all

    Ada miliaran bakteri di kaki, bagaimana cara mencuci kaki yang baik dan benar? – Halaman all

    Beberapa orang menggosok kaki setiap hari, sementara yang lain hanya membasuhnya dengan air ketika mandi. Apakah Anda sudah cukup membersihkan salah satu bagian penting anggota tubuh Anda itu?

    Ketika Anda memulai mandi dan meraih sabun, sebagian anggota tubuh menjadi ‘anak emas’, sementara yang lain tidak.

    Bagian ketiak misalnya, seseorang tidak akan ragu untuk membasuh dan menggosoknya berulang-ulang.

    Berbeda dengan ketiak, kaki menjadi bagian terjauh dari kepala Anda.

    Dengan begitu, Anda dapat melihatnya dengan mudah.

    Menurut para ahli, menyangkut kebersihan, kaki juga sama pentingnya untuk diperhatikan, sama dengan anggota tubuh lainnya.

    Pelayanan Kesehatan Britania Raya (NHS) dan Pusat Pengendalian Penyakit (CDC) AS, menyarankan untuk mencuci kaki setiap hari dengan sabun. Salah satu alasannya untuk menghindari aroma tidak sedap.

    Telapak kaki mengandung 600 kelenjar keringat per sentimeter persegi kulit, lebih banyak dari bagian tubuh mana pun.

    Meskipun keringat itu sendiri tidak berbau, keringat mengandung campuran nutrisi garam, glukosa, vitamin, dan asam amino, yang menjadi ‘makanan prasamanan’ bagi bakteri yang hidup di sana.

    Tentu jumlah bakterinya tak terbayangkan banyaknya jika makanannya juga tersedia.

    “Kaki—terutama di antara jari-jari kaki—adalah area yang cukup lembap, hangat, dan basah, sehingga bisa menjadi tempat berkembang biak mikroba,” kata Holly Wilkinson, dosen penyembuhan luka di University of Hull di Inggris.

    Hal ini diperburuk dengan fakta bahwa kebanyakan orang membungkus kaki mereka dengan kaus kaki dan sepatu, memerangkap kelembapan di dalamnya.

    Jika Anda melihat satu sentimeter persegi bagian kulit manusia dengan lensa mikroskop, Anda akan menemukan sekitar 10.000 sampai 1.000.000 bakteri yang hidup di sana.

    Area kulit yang hangat dan lembap seperti kaki, dianggap sebagai tempat yang sangat ideal dan menjadi rumah bagi jumlah spesies terbanyak.

    Kaki adalah surga yang indah bagi bakteri Corynebacterium dan Staphylococcus, misalnya.

    Dalam hal jamur, kaki Anda yang berkeringat dianggap sebagai “tempat nyaman” bagi genus termasuk Aspergillus (patogen yang sering ditemukan di tanah), Cryptococcus, Epicoccum, Rhodotorula, Candida (sejenis ragi yang secara alami hidup di tubuh tetapi dapat menjadi patogen oportunistik), Trichosporon, dan lainnya.

    Faktanya, kaki manusia mengandung keanekaragaman hayati spesies jamur yang lebih besar daripada wilayah tubuh lainnya.

    Ini bisa jadi alasan Anda untuk rajin cuci kaki. Dalam sebuah penelitian, peneliti mengusap telapak kaki 40 sukarelawan. Mereka menemukan bahwa mencuci kaki memiliki dampak signifikan pada jumlah bakteri.

    Orang yang mencuci kaki dua kali sehari memiliki sekitar 8.800 bakteri yang hidup di setiap sentimeter persegi kulit.

    Mereka yang melaporkan mencuci setiap dua hari sekali memiliki lebih dari satu juta bakteri per sentimeter persegi.

    Namun, hanya karena telapak kaki kamu penuh dengan kehidupan mikroba, bukan berarti kaki Anda punya aroma yang tak menyenangkan atau ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

    Bukan tentang jumlahnya, melainkan jenis bakterinya yang harus menjadi perhatian.

    Staphylococcus adalah pemain kunci dalam menghasilkan asam lemak volatil (VFAs) yang bertanggung jawab atas bau kaki.

    Kelenjar keringat pada kulit kaki melepaskan campuran elektrolit, asam amino, urea, dan asam laktat yang kuat.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    Bakteri Staphylococcus menganggap ini sebagai hidangan yang sangat lezat dan dalam prosesnya, mengubah asam amino menjadi VFAs.

    Senyawa kimia utama yang menjadi penyebab adalah asam isovalerat, yang memiliki bau tidak sedap dan digambarkan memiliki ‘aroma keju/asam yang khas’.

    Perbandingan ini tepat, karena banyak keju mengandung campuran senyawa volatil yang serupa.

    Dalam sebuah penelitian tahun 2014, para peneliti mengusap kaki 16 subjek dan menemukan bahwa 98,6?kteri yang ada di telapak kaki adalah Staphylococci.

    Kadar VFAs, termasuk senyawa utama penyebab bau kaki yaitu asam isovalerat, juga meningkat secara signifikan di telapak kaki dibandingkan dengan bagian atas kaki.

    Secara keseluruhan, penelitian menyimpulkan bahwa intensitas bau kaki berkorelasi dengan jumlah total Staphylococcus yang ada—alasan lain untuk menggunakan sabun ketika cuci kaki.

    Namun, mencuci kaki bukan hanya tentang mencegah bau kaki seperti keju. Banyak penyakit dan masalah kaki dapat dicegah melalui kebersihan kaki yang baik.

    “Karena ruang kecil di antara jari-jari kaki, area ini sangat berisiko terkena infeksi mikroba,” kata Joshua Zeichner, profesor dermatologi di Mount Sinai Hospital di New York.

    “Ini dapat menyebabkan gatal, bengkak, dan bau tidak sedap. Ketika lapisan kulit terganggu, ini juga dapat meningkatkan risiko mikroorganisme menyerang kulit dan menyebabkan infeksi jaringan lunak yang lebih signifikan yang dikenal sebagai selulitis,” katanya.

    Menurut Zeichner, masalah yang paling umum adalah timbulnya kutu air, yang merupakan infeksi jamur superfisial pada kulit kaki.

    Jamur penyebab kutu air tumbuh subur di lingkungan yang hangat, gelap, dan lembap—oleh karena itu kondisi ini paling sering menyerang area di antara jari-jari kaki.

    Jaga area ini tetap bersih dan kering, dan Anda menghilangkan lingkungan yang sempurna bagi jamur.

    Ini adalah hal yang baik, karena kutu air dapat menyebabkan serangkaian gejala yang tidak menyenangkan seperti gatal, ruam bersisik, kulit mengelupas, dan pecah-pecah pada telapak kaki dan di antara jari-jari kaki Anda.

    Menjaga kebersihan kaki juga dapat mencegah infeksi kulit, seperti yang disebabkan oleh bakteri Staphylococcus atau Pseudomonas.

    Meskipun bakteri ini secara alami ada di kulit Anda, jika masuk ke aliran darah melalui luka, hal ini dapat menyebabkan infeksi serius.

    Bahkan infeksi staph ringan dapat menyebabkan bisul—benjolan berisi nanah yang terbentuk di bawah kulit di sekitar folikel rambut atau kelenjar minyak.

    “Kaki lebih rentan terhadap infeksi karena terdapat biomassa bakteri yang cukup banyak di sana, dan juga jika Anda memiliki retakan atau luka pada kaki Anda, cenderung sembuh lebih lambat daripada area tubuh lainnya,” kata Wilkinson.

    “Dalam situasi seperti itu, ada kemungkinan lebih besar bahwa jika Anda mengalami cedera, patogen dapat masuk ke luka tersebut, berkembang biak, dan tumbuh berlebihan.”

    Meski infeksi kulit masih dapat terjadi ketika Anda menjaga kebersihan kaki dengan baik, mencuci kaki secara teratur mengurangi jumlah bakteri yang ada.

    Jadi, jika Anda mengalami luka, akan ada lebih sedikit mikroba di sekitar yang dapat masuk ke aliran darah.

    Mencuci kaki secara teratur sangat penting terutama bagi orang dengan diabetes, suatu kondisi yang membuat orang rentan terhadap ulkus dan infeksi kulit.

    Penelitian telah menunjukkan bahwa kaki pasien diabetes mengandung proporsi bakteri patogen yang lebih tinggi yang berada di kulit.

    “Mereka [mikroba] ada di sana menunggu kesempatan untuk menyebabkan infeksi. Jadi, sangat penting bagi orang dengan diabetes untuk menjaga kebersihan kaki mereka, karena mereka lebih berisiko terkena infeksi karena hal itu,” kata Wilkinson.

    Lebih buruk lagi, orang dengan diabetes juga memiliki respons kekebalan tubuh yang terganggu, jadi jika mereka terkena infeksi, tubuh mereka tidak dapat melawannya.

    Pasien diabetes juga rentan terhadap luka, goresan, dan borok di kaki yang tidak sembuh.

    Jika ini tidak terdeteksi sejak dini, maka jari kaki, kaki, atau bahkan anggota tubuh mungkin perlu diamputasi.

    “Jika Anda orang dengan diabetes yang tidak terkontrol, Anda mungkin mengalami kerusakan saraf di kaki Anda, sehingga Anda tidak dapat merasakan kaki Anda dengan baik,” kata Wilkinson.

    “Tindakan mencuci saja memungkinkan Anda untuk memeriksa kaki Anda dengan benar untuk setiap abrasi kecil atau kekeringan yang dapat menyebabkan infeksi.”

    Karena alasan itu, Wilkinson—dan badan amal seperti Diabetes UK— merekomendasikan agar pasien diabetes mencuci kaki mereka setiap hari.

    Namun, bagaimana dengan orang lain? Beberapa ahli berpendapat bahwa bagi kebanyakan orang, mencuci kaki setiap hari hanya memberikan sedikit manfaat kesehatan, dan bahkan dapat meningkatkan risiko masalah kulit.

    Bagaimanapun, kulit bergantung pada komunitas mikroba bermanfaatnya untuk menjalankan fungsi-fungsi penting.

    Mereka menolak bakteri berbahaya, menghasilkan lipid yang menjaga kulit tetap terhidrasi dan lentur, dan bahkan membantu memperbaiki luka.

    Mencuci dan menggosok secara intensif dapat menghilangkan spesies bermanfaat ini, terutama jika airnya panas. Akibatnya, kulit bisa menjadi kering, iritasi, atau gatal.

    Kulit yang pecah-pecah dapat memungkinkan bakteri menembus lapisan pelindung kulit yang biasanya tidak dapat ditembus, meningkatkan kemungkinan infeksi.

    “Mencuci kulit secara berlebihan dapat mengganggu lapisan pelindung kulit, menghilangkan minyak alami kulit, yang berkontribusi pada kekeringan dan peradangan,” kata Zeichner. Ini menyebabkan kulit gatal dan kering serta dapat memperburuk kondisi seperti eksim.

    “Penting juga untuk tidak menggosok atau mengeksfoliasi kulit kaki secara berlebihan,” kata Zeichner.

    “Kapalan berkembang karena trauma sehari-hari. Namun sebenarnya kapalan melindungi kaki dari lingkungan. Menghilangkan kapalan menghilangkan perlindungan itu.”

    Ada juga kekhawatiran bahwa sabun antibakteri dapat mengganggu keseimbangan mikroorganisme yang rapuh di kulit, membunuh spesies bermanfaat dan memungkinkan munculnya strain patogen yang lebih kuat dan resisten terhadap antibiotik.

    Terakhir, sistem kekebalan tubuh kita perlu ditantang sampai batas tertentu oleh mikroba agar dapat menjalankan tugasnya.

    Jika kita tidak melakukan kontak dengan aliran bakteri dan virus yang stabil di masa kanak-kanak, maka tubuh kita tidak belajar bagaimana merespons serangan dengan benar.

    Beberapa ahli percaya bahwa mandi terlalu sering justru dapat kontraproduktif bagi Anda karena alasan ini.

    Jadi, kita kembali ke pertanyaan abadi, seberapa sering kita harus mencuci kaki? Jawabannya sebagian bergantung pada individu.

    “Bagi pasien diabetes, 100% disarankan untuk mencuci kaki setiap hari,” kata Wilkinson.

    “Tetapi jika Anda tidak memiliki kondisi kesehatan mendasar, ahli dermatologi cenderung menyarankan bahwa setiap beberapa hari lebih dari cukup untuk menjaga kebersihan yang baik, tanpa menghilangkan terlalu banyak minyak alami pada kulit Anda.”

    Namun, Wilkinson menunjukkan bahwa jika Anda adalah seseorang yang suka berlari atau berolahraga di pusat kebugaran, maka Anda jelas perlu mencuci kaki lebih sering daripada seseorang yang kurang aktif.

    Bukan hanya frekuensi mencuci yang penting. Cara Anda mencuci dan mengeringkan kaki juga memiliki implikasi kesehatan.

    “Banyak orang berpikir bahwa jika Anda mandi dan membiarkan air mengalir begitu saja, itu sama dengan mencuci kaki, tetapi bukan—Anda perlu benar-benar mencuci kaki Anda dengan air sabun,” kata Wilkinson.

    Namun, menurut Dan Baumgardt, seorang dokter umum dan dosen neurosains dan fisiologi di University of Bristol di Inggris, hal terpenting yang ia tekankan kepada pasien adalah memastikan Anda mengeringkan kaki dengan benar.

  • Cara Pemakaian Sunscreen Sesudah atau Sebelum Pelembap? Yuk Cari Tahu Urutannya di Sini

    Cara Pemakaian Sunscreen Sesudah atau Sebelum Pelembap? Yuk Cari Tahu Urutannya di Sini

    YOGYAKARTA – Cara pemakaian sunscreen sesudah atau sebelum pelembap? Mungkin masih banyak dari kamu yang bingung dengan urutan kedua produk skincare tersebut. Hal ini karena sunscreen (tabir surya) dan pelembab (moisturizer) memiliki konsistensi yang kurang lebih sama dan digunakan pada awal rangkaian perawatan kulit yang rutin dilakukan.

    Sedianya, urutan penggunaan produk skincare dimulai dari konsistensi yang paling ringan atau cair hingga ke produk yang konsistensinya lebih kental. Tujuannya adalah agar penyerapan produk perawatan kulit yang formulasinya lebih ringan bisa terserap secara optimal.

    Akan tetapi, konsistensi sunscreen dan pelembap yang hampir mirip, membuat banyak orang bingung dengan urutan penggunaannya.

    Jadi, manakah yang lebih dulu, sunscreen atau pelembap? Sebelum mengetahui urutan penggunaan sunscreen dulu atau moisturizer, Anda perlu mengetahui jenis-jenis sunscreen terlebih dahulu. Sebab, jenis sunscreen yang Anda gunakan akan menentukan urutan penggunaan keuda produk perawatan kulit tersebut.

    Jenis-Jenis Sunscreen

    Dikutip dari AI-Care, setidaknya ada dua jenis tabir surya yang umum digunakan untuk melindungi kulit dari paparan sinar ultraviolet (UV). Kedua jenis sunscreen tersebut yakni physical sunscreen dan chemical sunscreen.

    physical sunscreen merupakan tabir surya yang menggunakan bahan-bahan mineral sebagai bahan aktif utamanya. Bahan-bahan yang digunakan biasanya seperti zinc oxide dan titanium dioxide.

    Tabir surya fisik bekerja dengan cara memantulkan sinar UV dari permukaaan kulit. ketika diaplikasikan pada kulit, partikel-partikel mineral akan membentuk lapisan tipis atas kulit yang bertindak sebagai penghalang fisik dan memantulkan sinar UV sehingga tidak menembus ke dalam kulit.  

    Sementara chemical sunscreen adalah tabir surya yang menggunakan bahan kimia aktif sebagai agen pelindung utamanya. Seperti oksibenzon, homosalat, oktinosat, oktokrilena, dan avobenzone.

    Jenis sunscreen ini bekerja dengan menyerap sinar UV masuk ke dalam kulit dan mengubah energi UV menjadi energi panas yang kemudian dilepaskan dari kulit. Berbeda dengan physical sunscreen, tabir surya kimia bekerja di dalam kulit sebelum mencapai lapisan kulit yang lebih dalam.

    Cara Pemakaian Sunscreen Sesudah atau Sebelum Pelembap?

    Urutan penggunaan kedua produk perawatan kulit ini bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung pada jenis sunscreen yang digunakan.

    Menurut Joshua Zeichner, seorang dermatologis bersertifikat di Rumah Sakit Moun Sinai New York, jika sunscreen yang digunakan berjenis physical, produk tersebut digunakan di urutan paling akhir dalam rangkaian skincare. jadi, pastikan Anda menggunakan pelembab dulu baru sunscreen, dikutip dari Allure.

    Alasannya, bahan utama physical sunscreen bekerja sebagai perisai untuk melindungi kulit dari paparan sinar UV. Jika diaplikasikan lebih dulu dalam rangkaian skincare, maka fungsi produk tersebut akan terhalang oleh pelembab yang tebal.

    Lain halnya jika Anda mengunakan sunscreen jenis chemical. Produk perawatan kulit ini sebaiknya diaplikasikan sebelum moisturizer untuk memaksimalkan perlindungan kulit dari paparan sinar ultraviolet. Hal ini karena kandungan bahan kimia yang ada di dalamnya perlu diserap kulit terlebih dulu agar bisa bekerja dengan optimal.

    Berikut ini adalah urutan penggunaan produk perawatan kulit yang disarankan jika menggunakan tabir surya berjenis chemical:

    Bersihkan wajah dengan sabun cucui muka berbahan dasar lembut, lalu keringkan.Gunakan toner sebagai skincare tambahan, untuk membersihkan sisa minyak dan kotoran.Aplikasikan sunscreen dengan kadar SPF 30 atau lebih sebelum memulai aktivitas di luaar ruanganGunakan serum sesuai dengan kondisi dan permasalahan kulitGunakan pelembab, untuk meningkatkan kadar air dan mengunci kelembapan kulit wajah.

    Demikian informasi tentang cara pemakaian sunscreen sebelum atau sesudah pelembap. Dapatkan update berita pilihan lainnya hanya di VOI.ID.