Tag: Jorge Lorenzo

  • Kata Miller soal Perbedaan Mesin Inline 4 dan V4 Yamaha M1

    Kata Miller soal Perbedaan Mesin Inline 4 dan V4 Yamaha M1

    Jakarta

    Pebalap Pramac Yamaha Jack Miller bicara soal perbedaan mesin inline 4 dan V4 Yamaha M1. Kata Miller, mesin inline 4 dan V4 memiliki perbedaan dari segi desain. Perbedaan itu akan membuat Yamaha lebih gampang mengatasi masalah akut yang dialaminya selama ini, yaitu minimnya cengkeraman ban belakang.

    Yamaha resmi beralih ke mesin V4 pada MotoGP 2026. Yamaha mengakhiri era M1 bermesin inline 4 yang telah mereka gunakan sejak era MotoGP modern tahun 2002. Sudah banyak prestasi ditorehkan Yamaha M1 inline 4, dengan delapan gelar MotoGP bersama Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, termasuk Fabio Quartararo pada 2021.

    Namun sejak pertengahan 2022, M1 inline 4 tersebut mengalami penurunan performa. Alih-alih bersaing memperebutkan gelar juara dunia, untuk memenangkan seri maupun sekadar naik podium pun sangat sulit. M1 inline 4 kalah saing dengan motor-motor Eropa yang sudah menggunakan mesin V4.

    Yamaha YZR-M1 terbaru bermesin V4 Foto: Dok. Yamaha Factory Racing

    “Kami punya motor solid di bagian depan, tidak terlalu banyak wheelie, dan jelas bisa berbelok dengan sangat baik,” ungkap Miller dikutip dari Crash. “Dan jika terjadi wheelie atau semacamnya, efeknya tidak terlalu buruk, karena distribusi berat motor kami jauh lebih banyak di bagian depan dibandingkan motor lain,” tambah Miller.

    Namun karakteristik M1 inline 4 yang bertumpu pada bagian depan ini mengorbankan cengkeraman bagian belakang yang sangat penting. Terlebih Michelin mengeluarkan ban generasi terbaru.

    “Keempat silindernya ada di ban depan (dengan mesin inline), jadi di mana pun Anda mengubah posisi tangki bahan bakar, bobotnya akan tetap berada di depan,” jelas Miller. Sementara dengan arsitektur mesin V4, distribusi bobot motor bisa lebih merata, sebab mesin V4 memposisikan dua silinder di depan dan dua silinder di belakang.

    “Rangka silinder (belakang) itu (pada mesin V4) berarti semuanya bergerak sedikit lebih ke belakang. Hanya tata letak dan cara penempatannya saja yang berbeda. Begitulah cara kerjanya antara V4 dan inline,” sambung rider asal Australia itu.

    Miller pun merasa bahwa keputusan Yamaha mengganti mesin dari inline 4 ke V4 adalah keputusan yang tepat. Terutama setelah YZR-M1 V4 mulai menunjukkan potensi yang menjanjikan pada cengkeraman belakangnya.

    “Tentu saja kami mendapatkan sasis yang berbeda. Dan ketika mesin V4 diuji, ada kemajuan dalam mengatasi masalah yang kami alami dengan motor inline 4,” jelas pebalap yang pernah membela KTM dan Ducati itu.

    (lua/rgr)

  • Resmi! Yamaha Pakai Mesin V4 di MotoGP 2026

    Resmi! Yamaha Pakai Mesin V4 di MotoGP 2026

    Jakarta

    Yamaha Motor Co., Ltd. mengonfirmasi bahwa motor MotoGP Yamaha YZR-M1 akan menggunakan mesin V4 terbaru untuk musim 2026. Dengan pengumuman ini, berarti Yamaha resmi meninggalkan konfigurasi mesin 4 silinder segaris yang diandalkan selama bertahun-tahun di MotoGP.

    “Keputusan ini sejalan dengan niat Yamaha untuk bertransisi, yang menggarisbawahi kesinambungan dan transparansi strategi pengembangan mesin Yamaha,” demikian dikutip dari pernyataan resmi Yamaha, Senin (17/11/2025).

    Yamaha menyebut, mesin empat silinder segaris telah menjadi fondasi identitas balap Yamaha selama beberapa dekade. Mesin inline-4 itu menjadi andalan para pebalap legendaris seperti Valentino Rossi, Jorge Lorenzo, dan Fabio Quartararo. Kombinasi unik antara kelincahan dan penyaluran tenaga yang halus telah menghasilkan segudang kesuksesan.

    Mesin empat silinder segaris Yamaha telah berkompetisi di 429 Grand Prix, memenangkan 125 balapan, meraih lebih dari 350 podium, dan membantu Yamaha meraih 8 Gelar Pembalap, 7 Gelar Tim, 5 Gelar Pabrikan, dan 5 Triple Crown MotoGP.

    MotoGP Valencia kemarin menjadi balapan terakhir buat mesin empat silinder segaris Yamaha yang legendaris. Memasuki era baru, seluruh pebalap Yamaha MotoGP 2026 akan menggunakan mesin V4 selama Tes Valencia hari Selasa.

    “Seiring perkembangan MotoGP, Yamaha menerima tantangan untuk beradaptasi dengan tuntutan teknis baru sambil tetap mempertahankan DNA-nya. Peralihan ke mesin V4 menandai tonggak penting dalam upaya Yamaha dalam mencapai performa dan inovasi,” kata Yamaha.

    Mesin V4 Yamaha terbaru diharapkan menghasilkan akselerasi yang lebih baik, pengendalian yang lebih baik saat pengereman, dan kemampuan adaptasi yang lebih baik terhadap ban dan persyaratan aerodinamika terkini.

    “Proses pengembangan yang cepat selama musim 2025 mencerminkan komitmen Yamaha untuk menjadi yang terdepan dalam teknologi MotoGP sekaligus menghormati warisannya,” katanya.

    Massimo Bartolini, Direktur Teknis Yamaha Factory Racing, mengatakan keputusan untuk mengadopsi mesin V4 tidak diambil dengan mudah. Menurutnya, proses pengembangannya sangat ekstensif.

    “Kami menganalisis setiap aspek performa, mulai dari akselerasi hingga performa menikung, dan menyimpulkan bahwa konfigurasi ini menawarkan perbedaan yang kami harapkan, sehingga kami berpotensi mengubahnya menjadi keunggulan,” ujar Bartolini.

    “V4, meskipun masih dalam tahap awal pengembangan, memberikan apa yang kami butuhkan untuk dapat melangkah lebih jauh dan kembali bersaing di level tertinggi. Peralihan dari mesin empat silinder segaris ke V4 merupakan langkah maju yang besar bagi Yamaha, dan kami bersemangat untuk terus menyempurnakan paket ini menjelang tahun 2026 dan sepanjang musim untuk memaksimalkan potensinya,” katanya.

    “Peralihan ke konfigurasi V4 sama strategisnya, karena memungkinkan kami memposisikan diri untuk regulasi teknis 2027, ketika konfigurasi mesin ini akan menawarkan keunggulan dalam hal tata letak motor dan pengembangan aerodinamis,” pungkasnya.

    (rgr/din)

  • Marc Marquez Tambah Koleksi BMW, Dapat Gratis

    Marc Marquez Tambah Koleksi BMW, Dapat Gratis

    Jakarta

    Marc Marquez akan menambah koleksi mobil BMW secara cuma-cuma alias gratis. Rider Spanyol itu menang BMW M Award 2025.

    BMW M Award sudah menjadi tradisi MotoGP sejak 2003. Poin untuk penghargaan ini dihitung dari hasil sesi kualifikasi sepanjang musim. Siapa yang mengoleksi poin terbanyak, berhak membawa pulang mobil BMW eksklusif. Nah, Marc Marquez pemenangnya tahun ini!

    BMW M2 CS tampil dengan warna Velvet Blue Metallic yang elegan siap dibawa pulang oleh Marc Marquez. Dia memuncaki klasemen BMW M Award dengan perolehan 351 poin.

    Hasil kualifikasi terbaik Marc Marquez berkat catatan delapan pole position, lima kali start di barisan depan, dan lima kali start dari baris kedua.

    Alex Marquez (BK8 Gresini Racing MotoGP) awalnya menjadi penantang Marc. Namun, kecelakaan saat kualifikasi di Portimao membuatnya berada pada posisi start kelima. Alhasil, selisih poinnya menjadi 28 poin dari sang kakak. Dengan tersisa satu kualifikasi di Valencia, maka tertutup sudah peluang #73 untuk mendapatkan hadiah mobil BMW CS2.

    Mobil itu terasa spesial, punya spek mesin inline enam silinder M TwinPower Turbo bertenaga 530 dk. Mobil ini mampu melesat dari 0 ke 100 km/jam hanya dalam 3,8 detik.

    Tidak hanya kencang, mobil ini juga ringan. Bobotnya dikurangi sekitar 30 kilogram dibanding model standar berkat penggunaan material serat karbon di berbagai komponen.

    Pemegang rekor BMW M Award adalah Marc Marquez, yang memenangi penghargaan sebanyak tujuh kali beruntun dari 2013 hingga 2019. Dalam dua tahun terakhir, Francesco Bagnaia yang menjadi pemenangnya.

    Daftar Peraih BMW M Award:

    2024: Francesco Bagnaia (Ducati)2023: Francesco Bagnaia (Ducati)2022: Francesco Bagnaia (Ducati)2021: Fabio Quartararo (Yamaha)2020: Fabio Quartararo (Yamaha)2019: Marc Marquez (Honda)2018: Marc Marquez (Honda)2017: Marc Marquez (Honda)2016: Marc Marquez (Honda)2015: Marc Marquez (Honda)2014: Marc Marquez (Honda)2013: Marc Marquez (Honda)2012: Jorge Lorenzo (Yamaha)2011: Casey Stoner (Honda)2010: Jorge Lorenzo (Yamaha)2009: Valentino Rossi (Yamaha)2008: Casey Stoner (Ducati)2007: Casey Stoner (Ducati)2006: Nicky Hayden (Honda)2005: Sete Gibernau (Honda)2004: Valentino Rossi (Yamaha)2003: Valentino Rossi (Honda)

    (riar/din)

  • Bagnaia Kritik Dokumenter Sepang Clash 2015

    Bagnaia Kritik Dokumenter Sepang Clash 2015

    Jakarta

    Francesco Bagnaia mengkritik dokumenter tentang “Sepang Clash” yang diwarnai bumbu insiden antara Rossi dan Marquez 10 tahun lalu. Bagi juara dunia MotoGP dua kali ini, materi penayangan serta waktu perilisan diniliai tidak tepat.

    Kekecewaan terbesar Bagnaia berkaitan waktu rilis dokumenter yang bertepatan dengan tanggal tragedi besar dalam sejarah MotoGP. Dokumenter tersebut dirilis pada 23 Oktober, hari di mana pembalap Italia, Marco Simoncelli, kehilangan nyawa dalam kecelakaan tragis di Sirkuit Sepang pada tahun 2011.

    “Ide merilis dokumenter tentang Sepang Clash bukanlah ide yang brilian,” ceplos Bagnaia dikutip dari Autosport, Selasa (29/10/2025).

    “Aku rasa beberapa peran ditampilkan dengan cara yang agak menyimpang. Aku tidak ingin membahas topik itu, tapi merilisnya tepat di hari peringatan kematian [Marco] Simoncelli juga agak aneh,” ujar pembalap asal Turin itu, yang tampak kecewa dengan cara rekaman tersebut.

    Bagnaia sebelumnya menolak ikut dalam proses pengambilan gambar. Tapi dalam satu cuplikan ditampilkan tampang Bagnaia muda di dalam paddock Valentino Rossi.

    Dokumenter itu juga mewawancarai Andrea Dovizioso yang berada di belakang saat insiden Rossi vs Marquez di Sepang pada 2015 silam. Tapi Dovizioso mengaku tidak mengingatnya.

    Bukan cuma Dovizioso, ada juga pebalap muda Ayumu Sasaki yang diwawancarai. 10 tahun silam, dia baru saja memenangkan kejuaraan junior, dia diajak foto bersama Jorge Lorenzo, Valentino Rossi, Marc Marquez dan kawan-kawan usai konferensi pers Sepang 2015.

    Sasaki mengaku tidak mengerti tensi persaingan antara Marquez dan Rossi saat itu.

    “Aku ingat pernah ditanya soal itu awal tahun ini, dan aku sudah bilang bahwa itu tidak pantas untuk dibicarakan. Mereka bahkan menampilkan Dovizioso, yang bilang kalau dia tidak ingat apa-apa. Dan bahkan Sasaki yang tidak ada hubungannya dengan itu (insiden Sepang antara Rossi vs Marquez),” pungkas Bagnaia.

    Dokumenter berjudul “Sepang Clash: 10 Years On” yang dirilis oleh MotoGP ini menampilkan sudut pandang lain di balik layar tim, kru, hingga ‘wasit’ terkait kontroversi pebalap legendaris Valentino Rossi dan Marc Marquez pada balapan MotoGP Malaysia 2015.

    Awal mula ketegangan yang sudah muncul sebelum GP Malaysia, khususnya setelah balapan di GP Australia 2015. Rossi merasa Marquez sengaja melambat dan menghalangi jalannya, yang ia anggap sebagai upaya untuk membantu rival Rossi dalam perebutan gelar juara dunia, Jorge Lorenzo.

    Ketegangan memuncak saat konferensi pers sebelum balapan Sepang, di mana Rossi secara terbuka menuduh Marquez berniat membantunya kalah dari Lorenzo. Marquez membantah tuduhan ini.

    Dokumenter ini juga melihat kembali bagaimana insiden tersebut terus diperbincangkan bahkan sepuluh tahun setelahnya, serta dampak jangka panjang pada hubungan kedua pebalap yang tidak pernah benar-benar membaik.

    (riar/dry)

  • 10 Tahun Sepang Clash, MotoGP Rilis Video Insiden Panas Rossi vs Marquez di Malaysia

    10 Tahun Sepang Clash, MotoGP Rilis Video Insiden Panas Rossi vs Marquez di Malaysia

    Jakarta

    MotoGP merilis video ‘Sepang Clash’ yang melibatkan Valentino Rossi vs Marc Marquez pada balapan di Malaysia tahun 2015. Momen-momen panas antara keduanya pun diperlihatkan.

    Meski sudah terjadi 10 tahun lalu, insiden yang melibatkan Valentino Rossi dan Marc Marquez di MotoGP Malaysia masih terus jadi bahan perbincangan. Terbaru, MotoGP juga merilis video berdurasi 26 menit tentang insiden yang disebut ‘Sepang Clash’ tersebut. Suasana panas antara The Doctor dan Baby Aliens itu sejatinya sudah terasa sejak sesi konferensi pers sebelum balapan dimulai.

    Rossi kala itu mengungkap dia harus berbicara dengan Marquez terkait balapan di Sirkuit Phillip Island, Australia. Pihak The Doctor menyebut Marquez berusaha menghalangi laju Rossi. Ketika berada di depan Rossi, Marquez disebut sengaja melambatkan laju motornya.

    “Target dia bukan hanya memenangi balapan tapi juga membantu Lorenzo agar menjauh dan mencuri banyak poin dari saya. Jadi jelas dari Phillip Island Jorge punya suporter baru, yaitu Marc,” ungkap Rossi sembari beberapa kali mengumbar tawa.

    Dalam sesi konferensi pers yang sama, Marquez ditanya soal kecenderungannya membela Lorenzo sekaligus menghalangi laju Rossi. Namun Marquez juga membantahnya. Menurut dia, kalau dia ingin membantu Lorenzo, tak perlu menyalipnya untuk menjadi jawara di MotoGP Australia itu.

    “Jelas tidak, saya balapan untuk sendiri. Kalau saya mau membantu Lorenzo, saya tidak akan melampaui batas dan menyalipnya di lap terakhir sekaligus mengambil risiko,” beber Marquez.

    Tidak sedikit yang menganggap pernyataan Rossi itu hanya gurauan semata. Namun Nick Harris, komentator MotoGP 2015 menyebut itu semua bukan candaan. Rossi mulai menabuh genderang perang ke Marquez.

    Balapan di Sepang pun masuk sesi kualifikasi. Rossi berhasil meraih baris terdepan dengan menghuni posisi ketiga. Dani Pedrosa justru menjadi yang tercepat dengan meraih pole position sementara Marquez di posisi kedua. Pada sesi konferensi pers setelah kualifikasi, Rossi mengungkap dia berharap para pebalap bisa membalap untuk dirinya sendiri dan meraih hasil terbaik. Marquez menyebut dirinya akan berusaha semaksimal mungkin meski dia menanggap Pedrosa, Rossi, dan Lorenzo punya kans yang sama besar.

    Balapan pun dimulai. Persaingan sengit antara Rossi dan Marquez beberapa kali terjadi. Beberapa tikungan di Sirkuit Sepang pun menjadi saksi keduanya saling salip-menyalip. Hingga akhirnya pada lap 7 masuk ke tikungan 13, Rossi mendekat ke motor Marquez dan tak lama The Baby Aliens terjatuh.

    Suasana di paddock pun makin panas usai insiden itu. Semua orang membicarakan Rossi vs Marquez. Race director segera mengumpulkan bukti-bukti dari berbagai angle kamera terkait insiden Marquez dan Rossi setelahnya untuk menentukan hukuman yang tepat.

    Rossi usai balapan mengungkap dirinya sempat kehilangan konsentrasi dan tidak bisa membalap dengan baik. Dia hanya ingin menghajar Marquez katanya. Sebelum podium, Dani Pedrosa sempat bertanya ke Rossi tentang insiden dengan Marquez.

    “Dia itu bajingan. Dia berusaha untuk membuat saya lebar saat sedang mengerem, kemudian dia berhenti di pertengahan tikungan. Ya seperti di Phillip Island,” beber Rossi.

    Usai balapan rampung, Marquez dan Rossi dipertemukan oleh Race Director. Masing-masing punya pendapatnya tersendiri.

    “Balapan yang bagus kan,” tanya Rossi ke Marquez.

    “Tendangan yang bagus,” sahut Marquez.

    Mike Webb yang kala itu menjabat sebagai Race Director mengungkap bahwa Rossi menyebut tak ada yang perlu dibahas. Dia melebar dan Marquez ada di situ dan terjadi kontak antara keduanya.

    “Marquez bilang saya tidak bisa membalap dengan kecepatan yang saya inginkan. Mustahil saya bisa melesat lebih jauh,” kata Mike.

    Pada musim itu, MotoGP masih memberlakukan sistem penalti poin. Rossi pada 2015 telah mengantongi satu poin penalti. Kemudian dia diganjar tiga poin penalti maka total jadi empat poin. Alhasil dia harus memulai balapan dari paling belakang di seri berikutnya.

    “Kalau saya start paling akhir, ini semua berakhir. Mereka memberi tiga poin jadi kami start terakhir di Valencia,” ujar Rossi.

    Pada akhirnya, Rossi gagal merebut gelar juara dunianya yang kesepuluh. Rossi yang memulai balapan dari posisi buncit, finis di tempat keempat terpaut 19 detik dari Jorge Lorenzo di posisi pertama. Sedangkan Marquez menghuni posisi kedua. Gelar juara dunia 2015 pun direbut Lorenzo.

    Sepang Clash sudah menjadi bagian dari sejarah MotoGP. Mungkin 10, 20, hingga puluhan tahun ke depan, insiden ini akan terus diingat di benak para pencinta MotoGP, khususnya penggemar Rossi dan Marquez. Terlebih hubungan antara Rossi dan Marquez masih sangat dingin meski sudah 10 tahun berlalu. Dalam beberapa pertemuan, keduanya terlihat tak saling menyapa.

    (dry/din)

  • Cerita Juara MotoGP Mandalika Belum Punya SIM, Pernah Bawa Motor di Bali

    Cerita Juara MotoGP Mandalika Belum Punya SIM, Pernah Bawa Motor di Bali

    Jakarta

    Fermin Aldeguer, pebalap rookie yang sukses menaklukkan Sirkuit Mandalika, Lombok, Nusa Tenggara Barat ternyata belum punya Surat Izin Mengemudi (SIM).

    Fermin mengungkapkan sendiri disela-sela kunjungannya ke Jakarta belum lama ini.

    “Saya tidak mempunyai SIM,” ujar Fermin di Jakarta beberapa waktu yang lalu.

    Meski belum punya SIM untuk berkendara di jalan raya. Rider berusia 20 tahun itu sudah dekat dengan dunia sepeda motor sejak usia balita. Laman resmi MotoGP menyebut Fermin suka menunggangi motor mini yang ia sebut ‘la Bicha’ pada usia dua tahun.

    Sebagai seorang pebalap motor, tentunya mengendarai kendaraan roda dua kemampuan paling dasar sekalipun belum punya SIM. Apalagi Fermin sudah dekat dengan sepeda motor sejak usia dini.

    Dia menceritakan pengalamannya mengendarai motor saat di Bali. Kala itu, dia tengah menikmati liburan bersama Jorge Martin. Meski begitu dia mengatakan dalam waktu dekat untuk membuat SIM di Spanyol.

    “Satu-satunya motor jalanan yang saya pakai adalah skuter saat di Bali. Saya menikmatinya. Saya akan segera melakukan tes untuk mendapatkan SIM,” kata dia.

    Fermin bukan satu-satunya pebalap MotoGP yang belum punya SIM. Pebalap lainnya ada Fabio Quartararo dan Jack Miller.

    Eks pebalap MotoGP, Jorge Lorenzo juga pernah mengaku baru mendapatkan SIM motornya pada usia 23 tahun, lama setelah ia memulai karirnya di MotoGP. Ia bahkan mengaku lebih dulu punya SIM mobil daripada SIM motor.

    Sementara Marc Marquez, pernah menjadi perbincangan karena belum memiliki SIM motor. Ia dilaporkan baru lulus ujian SIM motor pada tahun 2019.

    (riar/dry)

  • Vinales Nyesel Pernah Tolak Ducati

    Vinales Nyesel Pernah Tolak Ducati

    Jakarta

    Maverick Vinales belum pernah melupakan penyesalan terbesar dalam kariernya, yakni menolak kontrak Ducati. Vinales pernah dihubungi Ducati untuk menggantikan Jorge Lorenzo pada musim 2019.

    “Saya salah karena tidak menandatangani kontrak dengan Ducati. Saya sangat dekat dengan Ducati, terutama pada 2019-2020. Saya sangat menghormati Davide Tardozzi, jadi itu pasti keputusan yang tepat saat itu,” kata Vinales dikutip dari Motosan, Minggu (21/9/2025).

    “Tetapi saya tidak dapat meramalkan masa depan.Saya tidak mengerti bahwa Ducati bisa menjadi seperti sekarang. Meskipun motornya sudah mulai berjalan dengan sangat baik pada tahun 2017, saya tidak dapat memprediksinya, jadi itu adalah kesalahan saya,” jelas Vinales.

    Kala itu ragam pabrikan MotoGP sedang kompetitif. Honda yang digawangi Marc Marquez berada di puncak performa. Vinales berakhir di posisi tiga klasemen akhir MotoGP 2019. Dovizioso menjadi runner up.

    Wajar saja Vinales memilih Yamaha. Selain masih kompetitif, dia juga digaji besar. Hal ini diungkap saat dirinya meninggalkan pabrikan Iwata menuju Aprilia.

    “Saya kehilangan 17 juta euro, mungkin lebih banyak lagi dengan bonus,” ujar Vinales.

    Kesulitan Maverick Vinales di Yamaha pada paruh pertama musim 2021 berujung pada kesepakatan pemutusan kontrak. Vinales kemudian memperkuat Aprilia selama tiga setengah musim, sebelum berlabuh di Tech3 pada musim ini.

    Vinales cukup kompetitif di Yamaha. Dia memenangi total delapan balapan, dan dua kali finis ketiga di kejuaraan dunia MotoGP 2017 dan 2019.

    (riar/riar)

  • Lutut Rossi Gerak, Marquez Jatuh

    Lutut Rossi Gerak, Marquez Jatuh

    Jakarta

    Jorge Lorenzo dibikin kaget dengan insiden di Sepang tahun 2015 yang melibatkan Valentino Rossi dan Marc Marquez. Menurutnya lutut Rossi bergerak dan tak lama berselang Marquez terjatuh.

    Nyaris 10 tahun berselang, insiden di MotoGP Sepang tahun 2015 masih menjadi topik pembicaraan di kalangan penggemar balap motor kelas premier tersebut. Sekadar mengingatkan, insiden itu melibatkan dua rider papan atas Valentino Rossi dan Marc Marquez. Kala itu, Rossi dan Marquez terlibat dalam pertarungan sengit. Hingga di sebuah tikungan, Rossi terlihat mendekat ke Marquez dan tak lama berselang Marquez terjatuh. Rossi disebut menendang Marquez hingga tersungkur.

    Insiden itu membuat penggemar MotoGP terbelah. Ada yang membela Marquez namun tak sedikit juga yang memberikan pembelaan ke The Doctor. Jorge Lorenzo yang saat itu ada di Sepang, menceritakan apa yang terjadi antara Rossi dan Marquez.

    Dalam sebuah video, Lorenzo menceritakan bahwa seri Sepang 2015 adalah balapan paling melelahkan yang pernah dia jalani. Dia berusaha untuk menghindari Rossi dan Marquez di lintasan tapi itu tak mudah.

    “Saya tidak melihat apapun soal Marc dan Rossi di layar. Begitu sampai di paddock, mereka menjelaskan kepada saya apa yang terjadi, bahwa Rossi menendang Marc dan dia terjatuh, mereka juga sedang menyelidiki insiden tersebut,” aku Lorenzo dikutip Motosan.

    Lorenzo kemudian akhirnya bisa melihat video insiden keduanya. Pada saat kejadian, kaki Rossi terlihat bergerak dan seketika Marquez terjatuh.

    “Itu bikin saya kaget, karena Anda tak terbiasa melihat dua pebalap, yang satu berusaha mendorong keluar lintasan dengan sangat jelas. Lututnya bergerak dan Marc terjatuh,” ujarnya.

    “Saya tidak ingat meninggalkan podium lebih awal. Saya bertindak seperti pemain sepak bola, yang memberikan banyak gestur untuk mempertahankan posisinya. Saya kesal karena Rossi tidak dikenai sanksi, bendera hitam tidak dikibarkan, karena itu merugikan saya. Saya seharusnya bisa memimpin,” sambungnya lagi.

    Menurut Lorenzo, insiden di Sepang itu murni kesalahan ‘The Doctor’. Sebab, dengan sangat jelas, aksi Rossi itu membuat Marquez terjatuh.

    “Marquez berusaha keras, tapi aksi Valentino di tikungan itu jelas, dia tidak hanya mencoba menyalip, tapi mendorongnya keluar lintasan,” pungkas Lorenzo.

    Atas kejadian itu, steward memutuskan Rossi bersalah. Rossi diganjar sanksi dan harus memulai balapan dari posisi terakhir dalam balapan pamungkas di MotoGP Valencia. Dia akhirnya finis di posisi keempat di bawah Jorge Lorenzo, Marc Marquez, dan Dani Pedrosa.

    (dry/din)

  • Rossi Dorong Marquez Keluar Lintasan

    Rossi Dorong Marquez Keluar Lintasan

    Jakarta

    Jorge Lorenzo menyinggung insiden Sepang Clash 2015 yang melibatkan Rossi dan Marquez. Menurutnya itu murni kesalahan Rossi.

    Jorge Lorenzo belum lama ini ikut tampil dalam video ‘Decod3d:Valentino Rossi’ yang ditayangkan DAZN. Pada kesempatan itu, Lorenzo menceritakan berbagai hal, termasuk soal Valentino Rossi. Salah satu topik yang dibahas adalah pandangan Lorenzo soal Rossi sebagai rivalnya. Tak cuma itu, Lorenzo juga menyinggung soal rivalitas Rossi dengan beberapa rider lain termasuk Marc Marquez.

    “Dia lebih fokus pada balapan dan kecepatan ketimbang posisi pole. Faktanya, dia lebih banyak menang daripada meraih posisi pole. Lebih mudah mengalahkannya dalam satu lap. Dia adalah pebalap yang sangat lengkap, dia benar-benar memiliki sedikit kelemahan. Mungkin dia tidak seberbakat atau seagresif Stoner atau Marquez, tapi dia bagus di semua aspek,” ujar Lorenzo dilansir Motosan.

    Menurut Lorenzo, Rossi juga punya banyak hal positif lainnya. Lorenzo memang cukup mengenal Rossi. Keduanya sempat berbagi garasi saat sama-sama membela Yamaha. Pun setelah keduanya pensiun, baik Lorenzo dan Rossi masih berhubungan baik.

    “Bagi saya Valentino adalah orang yang sangat cerdas, dia sangat pintar, dia memiliki kemampuan untuk memahami hal-hal dan merespons dengan cepat, dia juga seperti itu di lintasan,” bebernya.

    Jika ada satu hal yang menggambarkan Rossi, Lorenzo menyebut adalah sorotan media sepanjang karirnya. Selama 26 musim berkompetisi di MotoGP, Rossi tak pernah absen jadi sorotan di media.

    “Sangat sulit untuk bertarung dengan dia. Valentino lebih sering menang duel melawan saya daripada Marquez,” lanjut Lorenzo.

    Lorenzo juga ikut menyinggung soal insiden Sepang Clash 2015 yang melibatkan Rossi dan juga Marquez. Bagi Lorenzo, itu merupakan balapan terberat yang pernah dia jalani. Dia juga menyebut insiden itu murni kesalahan Rossi karena berusaha menendang Marquez keluar lintasan.

    “Itu mengejutkan saya karena Anda tidak terbiasa melihat dua pebalap, di mana salah satu mendorong yang lain keluar lintasan. Lututnya bergerak dan Marc terjatuh,” ujarnya.

    “Marquez berusaha keras, tapi tindakan Valentino di tikungan itu jelas, dia tidak hanya mencoba menyalipnya, tapi mendorongnya keluar dari lintasan,” pungkas Lorenzo.

    (dry/din)

  • Loris Capirossi Yakin Marquez dan Rossi Bakal Damai

    Loris Capirossi Yakin Marquez dan Rossi Bakal Damai

    Jakarta

    Sudah 10 tahunan hubungan Marc Marquez dan Valentino Rossi retak. Saling sapa pun tidak. Namun, kedua rider MotoGP itu diyakini akan berdamai.

    Legenda MotoGP Loris Capirossi yakin perseteruan sengit antara Rossi dan Marquez pada akhirnya akan mereda. Hal itu sama seperti hubungan Capirossi dengan Tetsuya Harada lebih akrab sekarang.

    Diberitakan Crash, pada Moto2 musim 1998, Capirossi, Harada dan Rossi membalap untuk Aprilia. Capirossi memimpin dengan selisih empat poin memasuki putaran terakhir musim itu di Argentina.

    Di balapan itu, Capirossi memulai balapan di depan. Tapi dia melakukan kesalahan yang membuatnya turun ke posisi tiga di belakang Rossi dan Harada.

    Menjelang tikungan terakhir, Harada membiarkan pintu terbuka untuk Capirossi. Namun, Capirossi tidak dapat melakukan gerakan yang bersih dan langsung menabrak rivalnya. Benturan tersebut membuat Harada tersungkur ke tanah, sementara Capirossi berhasil tetap di atas motor dan finis kedua di belakang Rossi untuk meraih gelar pertamanya.

    FIM awalnya mencabut poin yang ia raih di Argentina, tetapi hal itu tidak mempengaruhi urutan kejuaraan akhir dan Capirossi bahkan berhasil membatalkan putusan tersebut di pengadilan.

    Aprilia pun tidak senang dengan tindakannya dan memutuskan kontraknya tahun 1999. Namun, Capirossi membalikkan keadaan lagi dengan mengambil tindakan hukum, mengamankan ganti rugi sebesar €2 juta.

    Mengenang insiden tersebut, pria berusia 52 tahun itu mengatakan, meski kecelakaan itu telah merenggangkan hubungannya dengan Harada, ia kini menganggap pebalap Jepang itu sebagai sahabatnya.

    “Tentu saja begitu saya naik ke atas jok (motor), saya langsung berfoto dan mengirimkannya kepada Tetsuya,” ujarnya kepada MOW.

    “Hari ini kami berteman baik. Ada persaingan yang kuat dan kisahnya sudah diketahui banyak orang, tetapi waktu selalu mengembalikan semuanya ke tempatnya ketika Anda berhenti balapan dan Anda bukan lagi lawan, melainkan mantan rekan,” sebutnya.

    Atas pengalamannya itu, Capirossi yakin Marquez dan Rossi pada akhirnya akan meninggalkan rivalitas mereka. Ia juga menyoroti hubungan Rossi yang membaik dengan mantan rivalnya yang lain setelah mereka pensiun. Contohnya, Rossi baru-baru ini menyapa dan berpelukan dengan mantan rivalnya, Casey Stoner, di Austria. Rossi juga kini lebih akrab dengan Jorge Lorenzo.

    “Saya pikir mereka (Rossi dan Marquez) juga akan menghentikannya (perseteruan) seiring waktu. Cepat atau lambat mereka harus berhenti, atau setidaknya saya harap begitu,” ujar Capirossi.

    “Lihatlah Casey Stoner atau Jorge Lorenzo. Valentino juga telah mengundang mereka ke Ranch (kandang Rossi) dan sekarang semuanya telah berlalu. Ada rasa hormat, ada persahabatan, dan ada kenangan yang membanggakan tentang masa lalu.”

    “Begitu pula dengan Max Biaggi, kini keduanya bercanda tentang rivalitas mereka dalam berbagai wawancara yang mereka berikan. Waktu selalu membuat segalanya benar ketika kita tidak lagi membalap, dan saya pikir, bahkan saya berharap demikian, hal yang sama akan terjadi antara Vale dan Marc,” harap Capirossi.

    (rgr/dry)