Rencana Penutupan Stasiun Karet Dikritik Warga, Kenapa Harus Ditutup?
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Wacana penutupan
Stasiun Karet
oleh PT KAI Commuter telah memicu gejolak dan penolakan dari masyarakat, terutama mereka yang sehari-harinya bergantung pada stasiun ini.
Penutupan yang direncanakan tidak akan dilakukan dalam waktu dekat, namun penolakan dari masyarakat dirasa semakin menguat.
Namun, kenapa Stasiun Karet harus ditutup?
Salah satu alasan penutupan adalah karena Stasiun Karet dinilai tidak layak dan berpotensi membahayakan penumpangnya.
Joni Martinus, VP Corporate Secretary KAI Commuter, menyatakan bahwa berdasarkan data KCI, dalam satu jam, pengguna KRL yang masuk ke Stasiun Karet dapat mencapai hampir 2.000 orang, sedangkan waktu tunggu pemberangkatan sekitar 10 menit.
Oleh karena itu, kapasitas ruang tunggu yang ideal adalah 330 orang.
Namun, saat ini, hall Stasiun Karet hanya dapat menampung sekitar 150 orang, yang menyebabkan risiko keselamatan bagi pengguna.
“Padahal, saat ini hall Stasiun Karet hanya dapat menampung sekitar 150 orang, yang membuatnya lebih berisiko terhadap keselamatan pengguna,” ujar Joni.
Selain itu, akses keluar masuk Stasiun Karet yang berdekatan dengan perlintasan sebidang dianggap rentan terhadap kemacetan.
Kedua stasiun ini terpisah sekitar 350 meter dan dianggap mampu saling mendukung aktivitas.
Stasiun BNI City memiliki kapasitas yang lebih besar, dapat menampung hingga 2.000 penumpang setiap jamnya.
Saat ini, Stasiun BNI City hanya melayani rata-rata 2.408 orang per hari, yang berarti kurang lebih 100 penumpang per jam.
“Jika digabung ke Stasiun BNI City, maka penumpang dapat menikmati fasilitas dan layanan yang optimal, dan tentunya lebih aman,” kata Joni lagi.
Diharapkan, dengan adanya integrasi ini, perjalanan Commuter Line Basoetta menuju Bandara Soekarno-Hatta dapat dipangkas dari 56 menit menjadi 40 menit.
Deddy Herlambang, Direktur Eksekutif Institut Studi Transportasi (INSTRAN), menyatakan dukungannya terhadap penutupan Stasiun Karet dalam rangka mewujudkan konsep Transit Oriented Development (TOD).
“Setuju (ditutup). Kita mikirnya ke depan, jangan hari ini saja. Jarak dari ketiga stasiun itu dekat dan masuk dalam jangkauan TOD, enggak masalah,” ungkap Deddy.
Konsep TOD bertujuan untuk mengintegrasikan ruang kota agar orang, kegiatan, dan ruang publik dapat saling terhubung dengan mudah.
Deddy juga menyoroti bahwa saat ini kawasan Dukuh Atas telah dipersiapkan menjadi kawasan TOD dengan Stasiun Sudirman sebagai pusat transit.
Dengan ditutupnya Stasiun Karet, dia berpendapat bahwa masih ada Stasiun BNI City yang dapat menangani lonjakan penumpang di Stasiun Sudirman.
Meskipun demikian, Deddy mencatat bahwa tantangan utama adalah kebiasaan masyarakat yang cenderung enggan berjalan kaki.
“Masyarakat kita kan malas berjalan kaki. Jalan 200 meter saja terasa jauh. 500 meter juga dianggap jauh, sehingga mereka memilih naik ojol. Itu kan lucu,” tambahnya.
Penolakan datang dari sejumlah masyarakat, terutama karyawan yang bekerja di kawasan Sudirman, Karet, dan Kuningan.
Mereka merasa nyaman dengan keberadaan Stasiun Karet yang jaraknya lebih dekat dengan tempat kerja mereka.
Contohnya, Devi, seorang karyawan berusia 23 tahun, menolak penutupan tersebut.
Meskipun kantornya dekat dengan Stasiun Sudirman, Devi lebih memilih menggunakan Stasiun Karet.
“Sudirman itu padat banget. Aku sudah berapa kali turun di Sudirman. Itu terlalu
full
sama penumpang,” ujar Devi.
Hal serupa juga disampaikan Panji, seorang karyawan berusia 36 tahun.
Dia lebih memilih Stasiun Karet karena akses ke kantornya yang lebih mudah dibandingkan jika harus turun di Stasiun Tanah Abang.
Menurut Panji, perjalanan dari Tanah Abang ke tempat kerjanya lebih sulit dan harus melewati banyak antrean.
Stasiun Karet terletak di samping perempatan yang sibuk.
Palang pintu perlintasan kereta sering ditutup setiap beberapa menit sekali, memicu kemacetan di Jalan KH Mas Mansyur.
Ditambah dengan penyempitan jalan akibat pedagang dan ojek yang menunggu orderan, situasi ini semakin rumit.
Ruang gerak penumpang di Stasiun Karet juga terbatas, dengan hanya satu pintu keluar-masuk yang seringkali membuat antrean mengular.
Belum ada renovasi signifikan di Stasiun Karet dalam waktu lama.
Beberapa fasilitas, seperti pelintasan antar peron, masih melalui rel dan belum seaman stasiun-stasiun lain yang sudah menggunakan jalur pelintasan bawah tanah.
Keberadaan satu pintu keluar masuk membuat proses masuk dan keluar stasiun menjadi tidak efisien, terutama saat volume penumpang tinggi.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Joni Martinus
-

Dirjen Perkeretaapian sebut penutupan Stasiun Karet dalam pengkajian
Direktur Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Risal Wasal. ANTARA/Harianto
Dirjen Perkeretaapian sebut penutupan Stasiun Karet dalam pengkajian
Dalam Negeri
Editor: Sigit Kurniawan
Jumat, 03 Januari 2025 – 15:18 WIBElshinta.com – Direktur Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Risal Wasal mengatakan bahwa pihaknya masih melakukan pengkajian mengenai rencana penutupan Stasiun Karet, Jakarta Pusat.
“Masih kami kaji (rencana penutupan Stasiun Karet),” kata Risal dihubungi, di Jakarta, Jumat (3/1).
Meski begitu, Risal tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai rencana penutupan stasiun tersebut.
Dirinya hanya hanya menyebutkan bahwa keterangan lebih lanjut akan disampaikan melalui Humas DJKA Kemenhub. “Nanti dikabari humas” (informasi lanjutan),” kata Risal pula.
Sebelumnya, VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus mengatakan penutupan Stasiun Karet dilandasi oleh pertimbangan keselamatan penumpang dan kerentanan akses menuju Stasiun Karet yang memicu kemacetan.
“Faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama (penutupan Stasiun Karet) karena dengan rangkaian sebanyak 12 gerbong KRL tidak preipal di perlintasan (rangkaian KRL akan menutup perlintasan),” ujar Joni ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Joni menjelaskan bahwa dalam satu jam, pengguna commuter line yang masuk ke Stasiun Karet mencapai hampir 2 ribu penumpang, dengan waktu tunggu pemberangkatan selama 10 menit.
Hal itu, ujar dia pula, membutuhkan kapasitas ruang tunggu sebanyak 330 orang. Padahal, saat ini, Hall Stasiun Karet hanya dapat menampung sekitar 150 orang, yang dinilai menimbulkan risiko terhadap keselamatan pengguna.
“Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata dia.
Sedangkan, apabila Stasiun Karet digabung dengan BNI City, Joni meyakini para penumpang dapat menikmati fasilitas dan layanan yang optimal dengan keamanan yang terjamin.
Terlebih, lokasi Stasiun BNI City di Dukuh Atas sudah terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya.
Dalam upaya mengurangi waktu tempuh perjalanan kereta, saat ini KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah melakukan pembahasan dan koordinasi bersama DJKA Kemehub, untuk mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City.
Sebab, berdasarkan riset dan pengamatan faktual yang dilakukan, posisi Stasiun Karet hanya berjarak 350 meter dari Stasiun BNI City.
“Pengguna Commuter Line akan terlayani lebih baik di Stasiun BNI City yang selama ini baru melayani rata-rata 2.408 orang atau sebanyak 100 orang pengguna per jam setiap hari,” kata Joni pula.
“Sedangkan dari sisi kapasitas maksimal, Stasiun BNI City dapat menampung penumpang sebanyak 2.000 pengguna setiap jamnya,” ujar Joni.
Sebelumnya, marak pemberitaan mengenai rencana kemungkinan penutupan Stasiun Karet. Hal itu disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir saat meninjau kereta bandara di Stasiun BNI Jakarta, Rabu (1/1).
Sumber : Antara
-

KAI Sebut Stasiun Karet Tak Akan Ditutup Dalam Waktu Dekat – Halaman all
Laporan wartawan Tribunnews.com, Endrapta Pramudhiaz
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Penutupan operasional Stasiun Karet belum akan dilakukan dalam waktu dekat.
KAI Commuter, selaku pengelola kereta Commuter Line Basoetta tujuan Bandara Soekarno-Hatta, masih melakukan kajian.
Rencana pengintegrasian Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City, sebagai bagian dari rencana peningkatan layanan kepada penumpang, masih dalam proses kajian.
“Masyarakat maupun penumpang pengguna KRL masih dapat berhenti dan turun di Stasiun Karet,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus dalam keterangan tertulis, Jumat (3/1/2025).
“Rencana penutupan operasional Stasiun Karet belum akan dilakukan dalam waktu dekat,” tegasnya.
Dalam menggodok kajian ini, KAI Commuter melibatkan sejumlah pihak untuk melakukan pendalaman.
Adapun KAI Commuter juga tengah meningkatkan kualitas fasilitas sarana dan prasarana untuk penumpang di Stasiun BNI City.
Di antaranya dengan memperbaiki dan meningkatkan kenyamanan selasar bagi pejalan kaki agar terlindung dari sengatan sinar matahari maupun hujan saat menuju ke stasiun.
“Tak hanya itu, KAI juga tengah membangun area bagi pelaku usaha, sehingga dapat mendukung pelaku UMKM,” ujar Joni.
Alasan Pengintegrasian Stasiun Karet dan BNI City
Ia mengklaim wacana pengintegrasian Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City di Kawasan Dukuh Atas, Jakarta, sebenarnya karena mempertimbangkan faktor keselamatan.
Di samping itu, bertujuan juga untuk memangkas waktu tempuh kereta Commuter Line Basoetta dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Pemangkasan waktu tempuh ditargetkan bisa terpangkas dari 1 jam menjadi sekitar 40 menit.
“Diharapkan kedepannya Commuter Line Basoetta dapat meningkatkan kapasitas angkut penumpang,” ucap Joni.
Wacana pengintegrasian ini juga dalam rangka mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang pesawat yang menggunakan kereta dari Bandara Soetta menuju pusat Kota Jakarta dan sebaliknya.
Berdasarkan data KCI, dari sekitar 56 juta penumpang Bandara Soekarno-Hatta setiap tahunnya, pada 2024 ada sebanyak 1,5 juta penumpang menuju bandara menggunakan Commuter Line Basoetta.
Lewat peningkatan layanan Commuter Line Basoetta ini, ditargetkan dapat melayani sekitar 20 persen atau 10 juta orang dari total pengguna pesawat di Bandara Soekarno-Hatta.
Proyeksi peningkatan jumlah penumpang tersebut tak lepas dari lokasi strategis Stasiun Manggarai sebagai titik awal keberangkatan maupun Stasiun BNI City.
Sebab, kedua stasiun tersebut memiliki konektivitas dan terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya.
Contohnya seperti Bus Transjakarta, KRL, MRT, LRT, hingga JakLingko.
“Perlu dipahami oleh semua pihak bahwa keputusan yang diambil KCI bertujuan untuk mendukung pergerakan penumpang, baik itu berupa ketepatan waktu keberangkatan dan ketibaan, waktu tempuh yang tidak lama, serta keamanan dan kenyamanan bagi penumpang kami,” pungkas Joni.
Stasiun Karet akan Ditutup
PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI berencana menutup Stasiun Karet karena jaraknya yang terlalu dekat dengan Stasiun BNI City.
Direktur Pengembangan Usaha & Kelembagaan KAI Rudi As Aturridha mengatakan, bagi penumpang yang hendak ke arah Karet, bisa dilakukan dengan berjalan kaki.
“Stasiun karet ditutup karena sudah dekat sekali dengan BNI City. Jadi kalau orang yang mau ke Karet, dia tinggal jalan saja,” kata Rudi ketika ditemui di Stasiun BNI City, Jakarta Pusat, Rabu (1/1/2025).
Menurut dia, tidak efektif jika Stasiun Karet dan Stasiun BNI City dioperasikan secara bersamaan karena jaraknya yang terlalu dekat.
Nantinya, perjalanan KRL akan berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang di Stasiun BNI City.
Apabila ada penumpang yang hendak menuju Karet, ia mengatakan PT KAI telah membuat selasar yang bisa dilewati.
“Kami sudah buat yang selasarnya sampai dengan ke BNI City, sehingga trafiknya pun akan lebih cepat. Enggak perlu lagi berhenti (di Stasiun Karet), tapi langsung berhenti di sini (di Stasiun BNI City),” ujar Rudi.
Ditemui di tempat sama, Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) Asdo Artrivianto belum bisa membeberkan kapan waktu pastinya dari penutupan Stasiun Karet.
Sebab, saat ini masih menunggu penyesuaian dari Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025.
“Rencana di 2025. Waktunya kita menunggu penyesuaian Gapeka 2025. Nanti tunggu Gapeka 2025,” kata Asdo.
-

KCI Sebut Stasiun Karet Tak Langsung Ditutup, Butuh Kajian Lebih Lanjut
Jakarta –
KAI Commuter Indonesia selaku pengelola kereta Commuter Line Basoetta tujuan Bandara Soekarno-Hatta, menegaskan tidak langsung menutup operasional Stasiun Karet dalam waktu dekat. Rencana integrasi Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City disebut masih membutuhkan pembahasan mendalam.
“Masyarakat maupun penumpang pengguna KRL masih dapat berhenti dan turun di Stasiun Karet. Rencana penutupan operasional Stasiun Karet belum akan dilakukan dalam waktu dekat,” kata VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus, dalam keterangannya, Jumat (3/1/2025).
Dia mengatakan masih dibutuhkan pembahasan mendalam dengan regulator dan berbagai pihak terkait terkait integrasi Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City sebagai bagian dari rencana peningkatan layanan kepada penumpang.
Dia mengatakan saat ini KAI Commuter juga tengah meningkatkan kualitas fasilitas sarana dan prasarana untuk penumpang di Stasiun BNI City. Joni mengatakan peningkatan kualitas dilakukan dengan memperbaiki dan meningkatkan kenyamanan selasar bagi pejalan kaki agar terlindung dari sengatan sinar matahari maupun hujan saat menuju ke stasiun.
Tak hanya itu, KAI juga tengah membangun area bagi pelaku usaha, sehingga dapat mendukung pelaku UMKM. Joni mengatakan wacana integrasi Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City di Kawasan Dukuh Atas Jakarta atas pertimbangan faktor keselamatan dan memangkas waktu tempuh kereta Commuter Line Basoetta dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta (Soetta).
Dengan pemangkasan waktu tempuh dari yang sebelumnya mendekati 1 jam menjadi sekitar 40 menit, diharapkan ke depannya Commuter Line Basoetta dapat meningkatkan kapasitas angkut penumpang. Menurut Joni, hal itu dilakukan KAI Commuter dalam mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang pesawat yang menggunakan kereta dari Bandara Soetta menuju pusat Kota Jakarta dan sebaliknya.
Proyeksi peningkatan jumlah penumpang tersebut, tak lepas dari lokasi strategis Stasiun Manggarai sebagai titik awal keberangkatan maupun Stasiun BNI City. Sebab, kedua stasiun tersebut memiliki konektivitas dan terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya, seperti: Bus Transjakarta, KRL, MRT, LRT, hingga JakLingko.
“Perlu dipahami oleh semua pihak, bahwa keputusan yang diambil KCI bertujuan untuk mendukung pergerakan penumpang, baik itu berupa ketepatan waktu keberangkatan dan ketibaan, waktu tempuh yang tidak lama, serta keamanan dan kenyamanan bagi penumpang kami,” tutup Joni.
(jbr/whn)
-

Masih Butuh Kajian, KAI Pastikan Stasiun Karet Tidak Langsung Ditutup
Jakarta, CNN Indonesia —
KAI Commuter selaku pengelola kereta Commuter Line Basoetta tujuan Bandara Soekarno-Hatta, memastikan operasional Stasiun Karet tidak akan tutup dalam waktu dekat.
Pernyataan disampaikan terkait wacana yang disampaikan oleh Menteri BUMN Erick Thohir.
VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus memaparkan rencana pengintegrasian Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City sebagai bagian dari rencana peningkatan layanan kepada penumpang, masih dalam proses kajian, serta membutuhkan pembahasan mendalam dengan regulator dan berbagai pihak terkait.
“Masyarakat maupun penumpang pengguna KRL masih dapat berhenti dan turun di Stasiun Karet. Rencana penutupan operasional Stasiun Karet belum akan dilakukan dalam waktu dekat,” tegas Joni dalam pernyataan resminya Jumat (03/1).
Selain masih membutuhkan pendalaman dengan sejumlah pihak, saat ini KAI Commuter juga tengah meningkatkan kualitas fasilitas sarana dan prasarana untuk penumpang di Stasiun BNI City.
Di antaranya dengan memperbaiki dan meningkatkan kenyamanan selasar bagi pejalan kaki agar terlindung dari sengatan sinar matahari maupun hujan saat menuju ke stasiun. Tak hanya itu, KAI juga tengah membangun area bagi pelaku usaha, sehingga dapat mendukung pelaku UMKM.
Wacana pengintegrasian Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City, di Kawasan Dukuh Atas, Jakarta, sebenarnya mempertimbangkan faktor keselamatan dan bertujuan untuk memangkas waktu tempuh kereta Commuter Line Basoetta dari Manggarai menuju Bandara Soekarno-Hatta.
Dengan pemangkasan waktu tempuh dari yang sebelumnya mendekati 1 jam menjadi sekitar 40 menit, diharapkan ke depannya Commuter Line Basoetta dapat meningkatkan kapasitas angkut penumpang.
Menurut Joni, hal itu dilakukan KAI Commuter dalam mengantisipasi peningkatan jumlah penumpang pesawat yang menggunakan kereta dari Bandara Soetta menuju pusat Kota Jakarta dan sebaliknya.
Sesuai data yang terangkum, dari sekitar 56 juta penumpang Bandara Soekarno-Hatta setiap tahunnya, dalam setahun terakhir (2024) sebanyak 1,5 juta penumpang yang menuju bandara menggunakan Commuter Line Basoetta.
Dengan peningkatan layanan Commuter Line Basoetta ini ditargetkan dapat melayani sekitar 20% atau 10 juta orang dari total pengguna pesawat di Bandara Soekarno-Hatta.
Proyeksi peningkatan jumlah penumpang tersebut, tak lepas dari lokasi strategis Stasiun Manggarai sebagai titik awal keberangkatan maupun Stasiun BNI City. Sebab, kedua stasiun tersebut memiliki konektivitas dan terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya, seperti: Bus Transjakarta, KRL, MRT, LRT, hingga JakLingko.
“Perlu dipahami oleh semua pihak, bahwa keputusan yang diambil KCI bertujuan untuk mendukung pergerakan penumpang, baik itu berupa ketepatan waktu keberangkatan dan ketibaan, waktu tempuh yang tidak lama, serta keamanan dan kenyamanan bagi penumpang kami,” tutup Joni.
(agt/agt)
-
/data/photo/2025/01/03/6777c53f71560.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Stasiun Karet Tak Langsung Ditutup, Butuh Kajian Lebih Lanjut Megapolitan 3 Januari 2025
Stasiun Karet Tak Langsung Ditutup, Butuh Kajian Lebih Lanjut
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
–
KAI Commuter
menegaskan bahwa operasional
Stasiun Karet
tidak langsung ditutup dalam waktu dekat ini karena masih membutuhkan kajian lebih lanjut.
“Rencana pengintegrasian Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City sebagai bagian dari rencana peningkatan layanan kepada penumpang, masih dalam proses kajian,” ujar VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus dalam keterangan resminya, Jumat (3/1/2025).
Joni mengatakan, wacana
penutupan Stasiun
Karet masih perlu pembahasan mendalam dengan regulator dan berbagai pihak terkait.
“Rencana penutupan operasional Stasiun Karet belum akan dilakukan dalam waktu dekat ini,” ucapnya.
Oleh sebab itu, pengguna kereta rel listrik (KRL) masih dapat berhenti dan turun di Stasiun Karet.
“Selain masih membutuhkan pendalaman dengan sejumlah pihak, KAI Commuter juga tengah meningkatkan kualitas fasilitas sarana dan prasarana untuk penumpang di Stasiun BNI City,” katanya.
KAI Commuter sedang memperbaiki dan meningkatkan kenyamanan selasar bagi pejalan kaki agar terlindung dari sengatan sinar matahari maupun hujan saat menuju ke stasiun.
Selain itu, KAI Commuter tengah membangun area bagi pelaku usaha.
Menteri BUMN
Erick Tohir
berencana menutup Stasiun Karet di tahun ini guna memperbaiki ekosistem perkeretapian agar lebih optimal.
Sebelumnya, Erick menyinggung soal kinerja kereta bandara yang kurang optimal dalam menyerap penumpang.
“Ini yang tadi dibilang, kan bagaimana membangun ekosistem seperti tadi. Mungkin di (Stasiun) Karet ditutup,” ujarnya saat meninjau kereta bandara di Stasiun BNI, Jakarta, Rabu (1/1/2025).
Di sisi lain, Direktur Pengembangan Usaha dan Kelembagaan PT KAI Rudi As Aturridha membenarkan tentang rencana penutupan Stasiun Karet di tahun ini.
Hal ini disebabkan Stasiun Karet dinilai begitu berdekatan dengan Stasiun BNI City.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Pengguna KRL tolak rencana penutupan Stasiun Karet
Jakarta (ANTARA) – Sejumlah warga menolak rencana penutupan Stasiun Karet, Jakarta, khususnya para pengguna kereta rel listrik (KRL) Commuter Line yang rutin menggunakan stasiun tersebut untuk mobilitas sehari-hari.
“Iya, saya sempat dengar desas-desus soal penutupan. Kalau benar terjadi, saya akan kesulitan. Walaupun ke Sudirman atau BNI City tidak terlalu jauh, tetap saja stasiun ini vital,” ujar salah satu pengguna setia kereta rel listrik yang turun di Stasiun Karet, Eka (26), mengungkapkan keresahannya terhadap rencana ini di Jakarta, Jumat.
Menurut Eka, fungsi stasiun tidak semata-mata soal jarak, tetapi ada peran penting lainnya yang mungkin terabaikan jika penutupan dilakukan tanpa kajian mendalam.
“Saya berharap penutupan ini ditinjau ulang. Harus dihitung lebih banyak, manfaat atau kerugiannya,” tambahnya.
“Dari rumah saya ke sini tidak terlalu jauh. Kalau pakai angkot juga sangat terjangkau. Kalau ditutup, saya pasti kesulitan,” kata Salma.
Ia juga menyoroti dampak rencana penutupan terhadap anak sekolah, turis hingga para pekerja yang menggunakan stasiun tersebut.
Menurutnya, mereka akan kebingungan mencari alternatif, terutama bagi yang tidak familiar dengan daerah sekitar atau sulit mengandalkan aplikasi peta digital.
“Stasiun ini mungkin angkanya tidak besar, tapi bagi kami yang bergantung, keputusannya sangat berat,” tegasnya.
Seorang pengguna KRL Commuter Line tengah menunggu kedatangan kereta di Stasiun Karet, Jakarta, Jumat (3/1/2025). ANTARA/Yamsyina Hawnan
Rencana penutupan Stasiun Karet disampaikan Menteri BUMN Erick Thohir sebagai upaya untuk mengoptimalkan kinerja kereta bandara.
Adapun menurut VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus, penutupan Stasiun Karet dilandasi oleh pertimbangan keselamatan penumpang dan kerentanan akses menuju Stasiun Karet yang memicu kemacetan.
Ia menjelaskan rangkaian KRL yang sebanyak 12 gerbong akan menutup batas perlintasan. Di sisi lain, kapasitas ruang tunggu Stasiun Karet yang hanya 150 orang tidak mencukupi pengguna yang bisa mencapai sekitar hampir 2.000 orang sehingga berisiko terhadap keselamatan pengguna.
Dalam upaya mengurangi waktu tempuh perjalanan kereta, saat ini KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah melakukan pembahasan dan koordinasi bersama DJKA Kemehub, untuk mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City.
Penggabungan Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City diyakini bisa memberikan fasilitas dan layanan yang optimal kepada para penumpang.
Pewarta: Ade irma Junida/Yamsyina Hawnan
Editor: Edy Sujatmiko
Copyright © ANTARA 2025 -
Fakta Stasiun Karet yang Mau Ditutup: Diakses 2.000 Penumpang per Jam
Bisnis.com, JAKARTA – KAI Commuter menjelaskan bahwa rencana penutupan Stasiun Karet dilandasi oleh pertimbangan keselamatan penumpang dan kerentanan akses menuju Stasiun Karet yang memicu kemacetan.
“Faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama [penutupan Stasiun Karet] karena dengan rangkaian sebanyak 12 gerbong KRL tidak preipal di perlintasan [rangkaian KRL akan menutup perlintasan],” ujar VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2025).
Joni menjelaskan bahwa dalam 1 jam, pengguna KRL yang masuk ke Stasiun Karet mencapai hampir 2.000 penumpang, dengan waktu tunggu pemberangkatan selama 10 menit.
Volume pergerakan penumpang tersebut, kata Joni, setidaknya membutuhkan kapasitas ruang tunggu sebanyak 330 orang. Sementara itu, kapasitas hall Stasiun Karet saat ini hanya dapat menampung sekitar 150 orang. Hal ini dinilai menimbulkan risiko terhadap keselamatan pengguna.
“Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata dia.
Sementara itu, apabila Stasiun Karet digabung dengan Stasiun BNI City, Joni meyakini para penumpang dapat menikmati fasilitas dan layanan yang optimal dengan keamanan yang terjamin. Terlebih, lokasi stasiun BNI City di Dukuh Atas sudah terintegrasi dengan beragam moda transportasi lainnya.
Dalam upaya mengurangi waktu tempuh perjalanan kereta, saat ini KAI Commuter bersama PT KAI (Persero) tengah melakukan pembahasan dan koordinasi bersama Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kementerian Perhubungan atau DJKA, untuk mengintegrasikan operasional Stasiun Karet dengan Stasiun BNI City.
Sebab, berdasarkan riset dan pengamatan faktual yang dilakukan, posisi Stasiun Karet hanya berjarak 350 meter dari Stasiun BNI City.
“Pengguna Commuter Line akan terlayani lebih baik di Stasiun BNI City yang selama ini baru melayani rata-rata 2.408 orang atau sebanyak 100 orang pengguna per jam setiap hari. Sedangkan dari sisi kapasitas maksimal, Stasiun BNI City dapat menampung penumpang sebanyak 2.000 pengguna setiap jamnya,” kata Joni.
Dihubungi terpisah, Kementerian Perhubungan (Kemenhub) menyatakan masih mengkaji rencana penutupan Stasiun Karet di Jakarta Pusat.
“Masih kami kaji (rencana penutupan Stasiun Karet),” kata Direktur Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub Risal Wasal, dikutip dari Antara.
Meski begitu, Risal tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai rencana penutupan stasiun tersebut. Dirinya hanya hanya menyebut bahwa keterangan lebih lanjut akan disampaikan melalui Humas DJKA Kemenhub.
“Nanti dikabari humas [informasi lanjutan],” ujar Risal.
-

KAI Sebut Rencana Penutupan Stasiun KRL Karet sebagai Upaya Efisiensi dan Keselamatan Penumpang
Jakarta, Beritasatu.com – Stasiun KRL Karet direncanakan akan ditutup pada tahun ini. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan efisiensi dan keselamatan, mengingat jaraknya yang sangat dekat dengan Stasiun BNI City, yakni hanya sekitar 450 meter jika ditempuh dengan berjalan kaki. Penumpang diharapkan dapat memanfaatkan Stasiun BNI City atau stasiun lainnya sebagai alternatif.
Direktur Pengembangan Usaha dan Kelembagaan PT Kereta Api Indonesia (KAI) Rudi As Aturridha menjelaskan, rencana ini merupakan langkah strategis untuk meningkatkan konektivitas antarstasiun yang terlalu berdekatan.
“Pengurangan jumlah stasiun di kawasan tertentu dapat memperlancar perjalanan kereta dan meningkatkan efisiensi operasional,” ucapnya Jumat (3/1/2025).
Selain itu, VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus, turut memberikan pernyataan terkait rencana penutupan Stasiun Karet. Ia menegaskan, keputusan ini juga dilandasi oleh aspek keselamatan dan pengelolaan akses yang lebih baik.
Stasiun Karet, menurut Joni, kerap menyebabkan kerentanan keselamatan karena rangkaian KRL yang panjang, mencapai 12 gerbong hingga tidak sepenuhnya tertampung di area stasiun. Hal ini menyebabkan rangkaian kereta menutup perlintasan sebidang, yang berpotensi memicu kemacetan lalu lintas serta risiko kecelakaan.
“Faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama dalam rencana penutupan Stasiun Karet. Dengan panjang rangkaian KRL mencapai 12 gerbong, perlintasan sebidang tidak dapat dihindari, sehingga hal ini menjadi kendala besar,” ujar Joni dalam keterangannya.
Rencana penutupan ini masih dalam tahap pembahasan intensif dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub). Penutupan Stasiun Karet akan dilakukan jika ketentuan ini telah tercantum dalam grafik perjalanan kereta api (Gapeka) 2025. Proses transisi akan dirancang sedemikian rupa agar tidak mengganggu mobilitas masyarakat yang biasa menggunakan layanan di Stasiun Karet.
Penutupan Stasiun KRL Karet diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang, baik dari sisi operasional KRL maupun pengalaman pengguna. Dengan memfokuskan operasional pada stasiun-stasiun yang memiliki aksesibilitas lebih baik, layanan transportasi publik dapat menjadi lebih efektif dan aman bagi semua pengguna.
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5075077/original/038583700_1735827538-20250102-Rencana_Penutupan_Stasiun_Karet-HER_2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kemenhub Masih Kaji Rencana Penutupan Stasiun Karet – Page 3
Liputan6.com, Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir akan menutup operasional Stasiun Karet, Jakarta. Selama ini Stasiun Karet yang berlokasi di Jakarta Pusat ini dipergunakan untuk mobilitas penumpang KRL Jabodetabek.
Direktur Jenderal (Dirjen) Perkeretaapian Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Risal Wasal mengatakan, Kemenhub masih melakukan pengkajian mengenai rencana penutupan Stasiun Karet ini.
“Masih kami kaji (rencana penutupan Stasiun Karet),” kata Risal dikutip dari Antara, Jumat (3/1/2025).
Meski begitu, Risal tidak memberikan keterangan lebih lanjut mengenai rencana penutupan stasiun tersebut.
Dirinya hanya hanya menyebutkan bahwa keterangan lebih lanjut akan disampaikan melalui Humas Direktorat Jenderal Perkeretaapian (DJKA) Kemenhub. “Nanti dikabari humas” (informasi lanjutan),” kata Risal pula.
Sebelumnya, VP Corporate Secretary KAI Commuter Joni Martinus mengatakan penutupan Stasiun Karet dilandasi oleh pertimbangan keselamatan penumpang dan kerentanan akses menuju Stasiun Karet yang memicu kemacetan.
“Faktor keselamatan menjadi pertimbangan utama (penutupan Stasiun Karet) karena dengan rangkaian sebanyak 12 gerbong KRL tidak preipal di perlintasan (rangkaian KRL akan menutup perlintasan),” ujar Joni ketika dihubungi dari Jakarta, Jumat.
Joni menjelaskan bahwa dalam satu jam, pengguna commuter line yang masuk ke Stasiun Karet mencapai hampir 2 ribu penumpang, dengan waktu tunggu pemberangkatan selama 10 menit.
Hal itu, ujar dia pula, membutuhkan kapasitas ruang tunggu sebanyak 330 orang. Padahal, saat ini, Hall Stasiun Karet hanya dapat menampung sekitar 150 orang, yang dinilai menimbulkan risiko terhadap keselamatan pengguna.
“Belum lagi akses menuju pintu masuk Stasiun Karet rentan memicu kemacetan lantaran berada dekat perlintasan sebidang,” kata dia.
/data/photo/2018/01/08/3238085555.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)