Calon Bupati Bahas Isu Perceraian dalam Debat Pilkada Bantul 2024
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bantul menggelar debat Pilkada 2024 pada Jumat (1/11/2024).
Debat putaran pertama ini mempertemukan para calon bupati dan disiarkan langsung oleh TVRI Yogyakarta serta kanal YouTube KPU Bantul.
Pilkada di Kabupaten Bantul diikuti oleh tiga pasangan calon.
Calon nomor urut 1 Untoro Hariadi-Wahyudi Anggoro. Calon nomor urut 2 Abdul Halim Muslih-Aris Suharyanta. Dan calon nomor urut 3 Joko B Purnomo-Rony Wijaya Indra Gunawan.
Dalam segmen yang membahas isu sosial, calon bupati nomor urut 1, Untoro Hariadi, menyoroti masalah
perceraian
dan kekerasan dalam rumah tangga.
Ia menanyakan kepada calon bupati nomor urut 2, Abdul Halim Muslih, dan calon bupati nomor urut 3, Joko B Purnomo, tentang cara mengantisipasi masalah tersebut.
“Pak Halim dan Pak Joko, jika kita mencermati kehidupan keluarga, angka perceraian masih sangat memprihatinkan, begitu pula dengan kekerasan dalam rumah tangga,” ujar Untoro Hariadi.
Ia menegaskan bahwa meskipun tidak melihat angka secara langsung, masalah ini perlu diantisipasi.
“Saya tidak melihat angkanya, tapi ini mestinya harus diantisipasi. Mohon cara dari Pak Halim dan Pak Joko, bagaimana mengantisipasi hal ini?” tanyanya.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Abdul Halim Muslih menyatakan bahwa tingginya angka perceraian tidak bisa dilihat dari perspektif ekonomi semata.
“Kita juga perlu mempertimbangkan kekuatan mental, ketahanan mental, kecerdasan emosional, dan kecerdasan spiritual yang sangat dipengaruhi oleh agama,” jelasnya.
Halim menambahkan bahwa meningkatkan kecerdasan spiritual merupakan salah satu cara efektif untuk mencegah perceraian, di samping pembangunan ekonomi yang tetap harus dilakukan.
“Fakta menunjukkan bahwa orang-orang dengan tingkat ekonomi tinggi pun tetap bercerai. Ini menunjukkan ada yang salah, sehingga perspektif agama dan pembangunan mental spiritual harus diterapkan dalam pencegahan perceraian,” ungkapnya.
Sementara itu, Joko B Purnomo, calon bupati nomor urut 3, menjelaskan beberapa langkah konkret untuk mengatasi masalah ini.
“Pertama, kita perlu mengoptimalkan lembaga-lembaga yang berwenang memberikan penyuluhan tentang perkawinan. Kedua, kita harus menekan angka perkawinan dini,” ucapnya.
Joko juga menekankan pentingnya pendampingan bagi keluarga dalam program-program bantuan kesejahteraan sosial, serta memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan pekerjaan.
“Mentalitas masyarakat harus diberikan pemahaman tentang risiko kawin dini, yang dapat menimbulkan masalah ekonomi dan sosial, serta berpotensi mengarah pada perceraian,” tambahnya.
Dalam kesempatan selanjutnya, Untoro Hariadi memberikan tanggapan atas jawaban dari Halim dan Joko.
Ia menekankan bahwa banyak permasalahan sosial saat ini berakar dari masalah keluarga.
“Oleh karena itu, kami bertekad menjadikan keluarga sebagai prioritas. Keluarga adalah entitas dasar yang harus dijaga agar sakinah, mawaddah, warahmah,” ujarnya.
Untoro menekankan bahwa penguatan keluarga akan menjadi program utama yang diusungnya, dengan rencana membangun satu desa satu klinik konsultasi keluarga dan satu Puskesmas satu psikolog.
“Usia muda saat ini mengalami tingkat stres yang memprihatinkan, yang dapat berdampak pada kerentanan hubungan keluarga,” pungkasnya.
Debat publik pertama ini mengusung tema “Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat Melalui Optimalisasi Potensi Daerah Kabupaten Bantul.” Materi debat disusun oleh tim akademisi dari berbagai universitas, termasuk UGM, UMY, dan UAD.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Joko B Purnomo
-
/data/photo/2024/11/01/6724f1a787e8c.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Calon Bupati Bahas Isu Perceraian dalam Debat Pilkada Bantul 2024 Yogyakarta 1 November 2024
-
/data/photo/2024/11/01/6724f1a787e8c.png?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Debat Pilkada Bantul, Inisiatif Tiga Paslon untuk Swasembada Pangan Yogyakarta 1 November 2024
Debat Pilkada Bantul, Inisiatif Tiga Paslon untuk Swasembada Pangan
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
–
Debat publikcalon Bupati
Bantul yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Bantul berlangsung dinamis, Jumat (1/11/2024).
Pilkada di Kabupaten Bantul diikuti oleh tiga pasangan calon.
Calon nomor urut 1 Untoro Hariadi-Wahyudi Anggoro. Calon nomor urut 2 Abdul Halim Muslih-Aris Suharyanta. Dan calon nomor urut 3 Joko B Purnomo-Rony Wijaya Indra Gunawan.
Pada segmen ketiga, para calon menjawab pertanyaan mengenai upaya mewujudkan
swasembada pangan
di Kabupaten Bantul.
Calon nomor urut 3, Joko B Purnomo, menjelaskan rencananya untuk mencapai swasembada pangan.
Jika terpilih, ia berkomitmen untuk memberikan rasa nyaman kepada petani dengan mempercepat dan mempermudah penerbitan sertifikat pertanian.
“Kedua, kita akan anggarkan subsidi PBB tanah pertanian bagi tanah garap oleh petani miskin, bukan semua sawah, tetapi sawah yang digarap petani miskin untuk mata pencarian,” ujar Joko dalam debat yang berlangsung pada Jumat (1/11/2024).
Joko menambahkan, langkah selanjutnya adalah memberikan ruang dialog kepada petani agar mereka dapat menyampaikan pemikirannya kepada pemerintah terkait masalah pertanian.
Ia juga berjanji untuk memberikan subsidi benih, subsidi pupuk sesuai kuota, serta alat-alat pertanian.
“Kemudian kita jaga stabilitas harga panen,” kata dia.
Menanggapi pernyataan Joko,
calon bupati
nomor urut 1, Untoro mengingatkan bahwa jika pertanian hanya dilihat dari kacamata tradisional, maka hal itu hanya akan menjadi lip service.
“Problem pertanian dari hari ke hari tantangannya berat. Kalau dilihat dari kacamata tradisional, maka itu sebenarnya semacam lip service. Pertanian ke depan harus dipandang secara integrasi,” ucap Untoro.
Menurut Untoro, pertanian saat ini seharusnya tidak hanya berbicara tentang sawah, tetapi juga mencakup urban farming.
“Kita tidak melihat sawah, tetapi kita harus memperluas pertanian kita, seperti urban farming dan lain-lain,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa pertanian mencakup perkebunan dan peternakan, sehingga jika hanya fokus pada agronomi, penyelesaiannya akan tetap tradisional.
“Kita tidak melihat sawah, tetapi kita harus memperluas pertanian kita, seperti urban farming dan lain-lain,” ujarnya.
Calon nomor urut 2, Abdul Halim Muslih, menekankan bahwa untuk mewujudkan swasembada pangan di Bantul, perlu penerapan teknologi dan metode baru, bukan hanya bantuan.
“Membangun pertanian atau swasembada pangan di Bantul tidak hanya bicara bantuan-bantuan saja. Bantuan mesin-mesin, bantuan alat pertanian. Tetapi bagaimana produksi pertanian ini harus menerapkan teknologi dan metode yang baru,” kata Halim.
Halim menjelaskan bahwa pertanian di Bantul tidak hanya menerapkan mekanisasi, tetapi juga elektrifikasi dan digitalisasi pertanian.
“Bahkan kita uji coba pertanian di lahan pasir di pantai selatan kita. Jadi petani tidak hanya diberikan bantuan saja, tetapi metode harus lebih modern dan efisien,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.