Tag: Johnson

  • Dakota Johnson Beber Perasaan Perdana Kerja Bareng Koordinator Intim

    Dakota Johnson Beber Perasaan Perdana Kerja Bareng Koordinator Intim

    JAKARTA – Dakota Johnson mengungkap ia pertama kali bekerja sama dengan koordinator intim untuk film terbaru. Selama ini, ia banyak beradegan dewasa namun tidak pernah di bawah aturan koordinator.

    “Saya baru-baru ini mengerjakan sebuah film beberapa bulan lalu dan kami memiliki koordinator intim di lokasi syuting dan itu pertama kalinya saya bekerja dengan mereka,” kata Dakota Johnson kepada Amy Poehler dalam siniarnya.

    Ia pertama kali menggunakan koordinator intim sepanjang ia berkarier sebagai aktris. Johnson sendiri diketahui semakin dikenal setelah membintangi film Fifty Shades of Grey pada tahun 2015.

    “Dan dia sangat luar biasa. Sangat keren karena saya biasanya, itu adegan seks. Tidak seksi, jadi rasanya tidak enak,” kata Dakota Johnson.

    “Pertama, saya rasa ini tergantung, siapa karakternya, dan siapa karakter yang seharusnya menjadi audiens. Apa dia seorang perempuan yang hot? Apa dia seorang istri? Apa dia sendirian? Apa dia takut? Apa dia konservatif?” jelasnya.

    Johnson merasa ia harus nyaman dengan tubuhnya jika ia ingin menunjukkan tubuhnya dalam film. Bekerja dengan koordinator intim membuat pengalaman itu jadi menyenangkan.

    “Ada beberapa persiapan. Saya ingin merasa baik dalam tubuh saya. Ibu saya membesarkan saya untuk menjadi bangga dengan tubuh saya dan mencintainya. Jadi saya selalu bersyukur soal itu, terutama dengan pekerjaan saya karena saya bisa menggunakannya dan rasanya nyata,” jelas Dakota Johnson.

    “Jadi saya rasa itu sesuatu yang saya rasa berani dan saya rasa dan digunakan dengan cara yang benar, itu penting,” katanya.

  • Dakota Johnson dan Chris Martin Putus, Ini Penyebabnya?

    Dakota Johnson dan Chris Martin Putus, Ini Penyebabnya?

    Los Angeles, Beritasatu.com – Kabar mengenai penyebab putusnya hubungan asmara antara aktris Dakota Johnson dan vokalis Coldplay Chris Martin  akhirnya mencuat. Menurut seorang sumber yang mengungkapkan kepada Page Six, putusnya hubungan asmara Dakota dan Chris yang sudah terjalin selama 8 tahun itu diduga karena sang aktris frustrasi melihat Chris yang terus menunda pernikahan.

    “Dia muak dengan penundaan yang Chris lakukan dalam menetapkan tanggal pernikahan,” ungkap sumber tersebut, dikutip dari Page Six, Minggu (15/6/2025).

    Dakota dan Chris diketahui telah menjalin hubungan asmara putus-nyambung sejak 2017. Namun perpisahan kali ini disebut sumber lainnya merupakan keputusan yang sudah benar-benar final.

    Pasangan ini sebelumnya juga dikabarkan putus pada Juni 2019. Tetapi keduanya kembali bersama, dan muncul spekulasi pertunangan pada Desember 2019 setelah aktris bintang Fifty Shades Draker tersebut terlihat mengenakan cincin di jari manisnya.

    Selain persoalan pernikahan, isu soal perbedaan pandangan mengenai keinginan memiliki anak juga mencuat menjadi alasan utama perpisahan keduanya.

    “Mereka putus karena Chris Martin tidak ingin punya anak lagi,” kata sumber lainnya kepada Page Six.

    Chris Martin sebelumnya telah memiliki dua anak dari pernikahannya dengan sang mantan istri, Gwyneth Paltrow. Sementara Dakota Johnson belum pernah menikah dan tidak memiliki anak.

  • Riset Ini Bawa Kabar Baik, Vaksin COVID-19 Lindungi Ginjal dari Kerusakan Parah

    Riset Ini Bawa Kabar Baik, Vaksin COVID-19 Lindungi Ginjal dari Kerusakan Parah

    Jakarta – Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa vaksinasi COVID-19 tidak hanya melindungi dari gejala berat, tetapi juga berpotensi mencegah kerusakan ginjal parah akibat infeksi COVID-19.

    Selama ini kita tahu bahwa komplikasi COVID-19 bisa menyerang berbagai organ vital seperti jantung, otak, paru-paru, dan tak terkecuali ginjal. Namun, riset dari UCLA Health menemukan fakta menarik: pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami kerusakan ginjal parah jika mereka sudah divaksinasi.

    Dikutip dari NBC News, para peneliti di UCLA Health menganalisis rekam medis dari sekitar 3.500 pasien yang dirawat di rumah sakit antara Maret 2020 hingga Maret 2022. Mereka membandingkan pasien yang telah menerima setidaknya dua dosis vaksin mRNA (Moderna atau Pfizer) atau satu dosis Johnson & Johnson Janssen, dengan pasien yang belum divaksinasi.

    Studi ini fokus pada peserta yang mengalami kerusakan ginjal parah hingga membutuhkan dialisis khusus bernama CRRT (Continuous Renal Replacement Therapy). Terapi ini adalah dialisis tanpa henti yang berfungsi menggantikan kerja ginjal dalam menyaring limbah dari darah, dan biasanya diberikan pada pasien di unit perawatan intensif.

    Sekitar 16 persen pasien COVID-19 yang tidak divaksinasi membutuhkan CRRT selama dirawat, dibandingkan dengan hanya 11 persen pasien yang sudah divaksinasi. Bahkan, pasien yang tidak divaksinasi memiliki risiko dua setengah kali lebih tinggi untuk membutuhkan CRRT setelah keluar dari rumah sakit.

    Mereka juga menghadapi risiko kematian yang jauh lebih tinggi setelah dipulangkan, dibandingkan dengan pasien yang sudah divaksinasi. Temuan ini selaras dengan studi Yale University School of Medicine pada 2021 yang menunjukkan 30 persen pasien COVID-19 yang dirawat mengalami cedera ginjal akut.

    Para ahli menjelaskan, virus COVID-19 dapat merusak ginjal secara langsung atau secara tidak langsung melalui kerusakan organ lain seperti jantung dan paru-paru. Semakin parah gejala COVID-19, semakin besar risiko kerusakan ginjal. Namun, infeksi ringan atau tanpa gejala jarang menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan.

    Profesor Biostatistik Yong Chen dari University of Pennsylvania, yang meneliti komplikasi COVID-19 termasuk masalah ginjal pada anak-anak, menjelaskan bahwa vaksinasi melindungi ginjal terutama dengan mencegah bentuk parah COVID-19 yang menyebabkan cedera ginjal.

    “Meskipun vaksin tidak secara langsung melindungi sel-sel ginjal, mereka meredam penyakit sistemik yang jika tidak akan menyebabkan kegagalan multi-organ,” ujarnya.

    (kna/kna)

  • Perut Buncit dan Nyeri, Pelatih Fitnes Ini Punya Kista Seukuran Bayi

    Perut Buncit dan Nyeri, Pelatih Fitnes Ini Punya Kista Seukuran Bayi

    Tennessee, Beritasatu.com – Pelatih fitnes asal Chattanooga, Tennessee, Megan Johnson baru-baru ini menjadi sorotan setelah membagikan kisah terkait kondisi kesehatannya. Megan membagikan kisah dirinya yang mempunyai kista berukuran bayi, yang membuat perutnya semakin membuncit dan sering mengalami nyeri haid.

    Awalnya selama hampir tujuh tahun ke belakang, Megan tidak pernah mau menemui dokter umum maupun ginekolog karena ia tidak memiliki asuransi kesehatan, takut pada tagihan rumah sakit, dan trauma karena memiliki pengalaman negatif sebelumnya dengan tenaga medis.

    Berbekal riset mandiri di internet, ia mengira perutnya yang awalnya rata dan berotot lalu tiba-tiba membesar tersebut karena diastasis recti, yakni kondisi otot perut yang terpisah, setelah merasakan gejala-gejala seperti perut membesar, kembung, nyeri haid, hingga perubahan pada pusarnya sejak 2021.

    Meskipun perutnya sudah membesar secara drastis dan kerap mengalami nyeri haid, saat itu Megan memilih pengobatan sendiri dengan rutin berolahraga dan mengonsumsi makanan sehat. Tetapi pola hidup sehat ini tak membuat kondisi kesehatannya membaik.

    Pada April 2025 saat ia membagikan kisahnya melalui akun TikTok pribadinya, warganet yang khawatir meminta Megan  untuk segera periksa ke rumah sakit. Pada 1 Mei 2025, akhirnya Megan memberanikan diri untuk periksa ke rumah sakit.

    “Saya sadar, kesombongan  menghalangi saya mencari bantuan. Saya pikir saya tahu yang terbaik,” ujar Johnson dalam video TikTok miliknya.

    Setelah menjalani serangkaian tes, hasil pemeriksaan menunjukkan bahwa Megan tidak hanya mengalami diastasis recti, tetapi juga memiliki kista ovarium berukuran besar di dalam perutnya. Ukuran kista tersebut mencapai 48 sentimeter, setara dengan ukuran bayi yang baru lahir, seperti dikutip dari People, Selasa (10/6/2025).

    “Massa kistanya besar membentang dari kuadran kiri atas hingga dasar panggul,” kata Megan.

    Dengan dukungan warganet, ia akhirnya menemui dokter spesialis onkologi ginekologi. Sang dokter memutuskan operasi pengangkatan kista adalah tindakan terbaik untuk mengobati Megan.

    Megan akhirnya menjalani operasi pengangkatan kista pada 22 Mei 2025, dan tim dokter berhasil mengeluarkan sekitar 12 kilogram cairan dari tubuhnya. Selain itu, dokter juga harus mengangkat ovarium dan tuba falopi dalam operasi ini.

    Dokter berharap kondisi diastasis recti yang dialami Megan dapat membaik seiring waktu, terutama setelah kista besar seukuran bayi manusia yang menekan area perutnya itu telah berhasil diangkat.

    “Saya merasa lega karena tahu bahwa masalah yang selama ini saya pikir akan saya alami seumur hidup ternyata memiliki solusi,” tandas Megan.

  • Mengeluh Badan Membuncit, Ternyata Ada Kista Sebesar Bayi di Perut Wanita Ini

    Mengeluh Badan Membuncit, Ternyata Ada Kista Sebesar Bayi di Perut Wanita Ini

    Jakarta

    Seorang pelatih kebugaran berusia 28 tahun mengeluh perutnya terasa begah dan sering kesakitan setiap kali menstruasi. Tak hanya itu, ukuran perutnya terus membesar dalam beberapa waktu.

    Karena penasaran untuk mengetahui lebih lanjut tentang gejalanya, ia mencari di internet dan menemukan diastasis recti, suatu kondisi ketika otot rektus abdominis terpisah.

    Setelah mempelajari cara menguji di rumah menggunakan metode dua jari, Johnson yakin diastasis recti adalah penyebab gejalanya. Ia bertekad untuk mengelola kondisinya sebaik mungkin sendiri.

    Bercerita kepada PEOPLE, Megan Johnson menghindari dokter kandungan dan dokter umum karena pengalaman masa lalunya yang membuatnya merasa diabaikan. Setelah kehilangan asuransi kesehatan karena orang tuanya, dan kemudian karena pekerjaannya, dia memilih untuk tidak memperbarui asuransinya.

    “Saya merasa itu hanya membuang-buang uang, jadi saya berhenti pergi,” ungkap Johnson.

    Seiring berjalannya waktu, dia mulai percaya bahwa diastasis recti, ditambah dengan penyimpanan lemak visceral dan ketidakseimbangan hormon, menyebabkan perubahan pada tubuhnya. Dalam waktu kurang dari setahun, Johnson telah bertambah berat badan lebih dari 4,5 kg dan tidak dapat lagi mengenakan pakaian lamanya.

    Namun, dalam rentang waktu lima hingga enam bulan, ia mulai menyadari adanya pertumbuhan drastis di sekitar perutnya, membuatnya tidak dapat dikenali lagi dan dipenuhi keraguan pada diri sendiri, terutama dalam kariernya sebagai pelatih kebugaran.

    Pada April 2025, dia mulai membuat akun TikTok dan menceritakan gejalanya. Di media sosial itu, banyak wanita menyarankan bahwa dia harus segera ke rumah sakit.

    Setelah sejumlah tes dan pemindaian, dipastikan bahwa ia memang menderita diastasis recti. Namun, ia juga didiagnosis menderita kista ovarium yang ukurannya hampir sebesar bayi yang baru lahir.

    Pada 22 Mei 2025, Johnson sukses menjalani operasi dengan sebanyak 12 kg cairan yang dikeluarkan dari tubuhnya.

    Sayangnya, para dokter harus mengangkat ovarium dan tuba falopi dalam proses pengangkatan kista. Johnson sendiri merelakannya karena telah mengetahui kemungkinan akan hal itu.

    “Jangan hanya duduk dan menyembunyikan rasa malu atau malu tentang apa yang terjadi pada tubuh Anda karena kebanyakan orang melakukan yang terbaik yang mereka bisa, dan kita tidak bisa menahannya,” imbuhnya.

  • Jokowi Kena Alergi Kulit, Begini Kondisinya

    Jokowi Kena Alergi Kulit, Begini Kondisinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mantan presiden Joko Widodo (Jokowi) tengah menjalani masa pemulihan usai mengalami alergi kulit setelah kunjungan kenegaraan ke Vatikan beberapa waktu lalu. Kondisi fisik Presiden ketujuh RI itu disebut tetap bugar dan tidak terganggu dalam menjalankan aktivitas sehari-hari.

    “Secara fisik beliau fit banget, nggak ada masalah. Kemarin sempat sepedaan, main sama cucu, sarapan bareng juga. Aktivitas tetap jalan seperti biasa, bahkan masih melayani foto-foto,” ujar Ajudan Jokowi, Kompol Syarif Fitriansyah dikutip dari detikcom.

    Syarif memastikan alergi yang dialami Jokowi tergolong ringan. Selama ini, kata ia, Jokowi tidak merasakan panas ataupun gatal akibat alergi tersebut.

    “Beliau nggak ada ngerasain panas, nggak ada gatal. Ini alergi biasa saja, nggak mengganggu aktivitas sama sekali,” tegasnya.

    Sebelumnya, Syarif juga membantah kabar yang menyebutkan Jokowi mengalami penyakit berat seperti autoimun atau sindrom Stevens-Johnson, apalagi hingga perlu berobat ke luar negeri. “Itu hoaks. Nggak benar. Ini murni alergi biasa. Autoimun juga nggak, dan jelas nggak menular,” ungkapnya.

    Meski masih dalam masa pemulihan, Jokowi tetap menjalani kegiatan normal seperti biasa. Menurut Syarif, mungkin masyarakat yang hanya melihat lewat layar televisi mengira kondisinya lebih serius karena tampilan kulit, padahal kenyataannya tidak demikian.

    “Yang belum tahu secara langsung mungkin hanya lihat di layar TV. Sebenarnya aktivitas beliau tetap lancar,” kata Syarif.

    (haa/haa)

  • Fakta Penyakit Kulit Jokowi: Bermula dari Vatikan, Sudah Ditangani Dokter

    Fakta Penyakit Kulit Jokowi: Bermula dari Vatikan, Sudah Ditangani Dokter

    Bisnis.com, JAKARTA – Ajudan Joko Widodo (Jokowi) beberkan fakta mengenai penyakit kulit yang diderita oleh sang mantan presiden.

    Kompol Syarif Muhammad mengatakan, Jokowi diduga mulai mengidap penyakit alergi kulit setelah pulang dari Vatikan.

    Namun ia menegaskan bahwa penyakit tersebut tidak menular. Sang istri, Iriana Jokowi, dikabarkan dalam keadaan sehat dan tidak tertular penyakit kulit yang dialami Jokowi.

    “Enggak, enggak menular itu [alergi kulit Jokowi],” tutur Syarif saat diwawancarai wartawan di kediaman Jokowi di Kelurahan Sumber, Banjarsari, Solo, Kamis (5/6/2025), dikutip dari Solopos.

    Dalam beberapa kesempatan, ia menyebutkan bahwa Jokowi juga berinteraksi dengan keluarga atau orang lain dan mereka tidak tertular.

    Syarif juga menyatakan alergi kulit yang dialami Jokowi tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Bahkan, Jokowi sempat bersepeda dan menemani cucu-cucunya yang bermain.

    “Aktivitas sehari-hari tidak terganggu, kemarin sempat bersepeda, main sama cucu, lalu kami juga sempat sarapan bareng sama beliau. Jadi sama sekali tidak mengganggu aktivitas,” lanjutnya.

    Dalam beberapa hari ini, Jokowi juga masih melayani warga yang berdatangan ke rumahnya di Jalan Kutai Utara Nomor 1 Sumber, Banjarsari, Solo. Jokowi juga melayani permintaan foto-foto warga.

    “Namun ada yang mungkin belum tahu secara langsung, hanya melihat di layar TV karena mungkin muncul di kulit beliau. Jadi banyak yang bertanya [alergi kulit yang dialami Jokowi],” jelas dia.

    Kemudian mengenai tudingan Jokowi terkena penyakit autoimun hingga sindrom Steven Johnson, hal itu langsung dibantah oleh Syarif.

    Dia mengatakan Jokowi mengalami alergi kulit yang diduga disebabkan cuaca di Vatikan. Alergi tersebut juga sudah ditangani oleh dokter.

    “Sudah, sudah [ditangani dokter],” kata dia.

    Syarif secara tegas juga menepis kabar yang menyebutkan Jokowi dilarikan ke Jepang. Ia mengatakan kabar tersebut adalah hoax. 

    “Wah hoax itu, enggak benar itu, enggak lah. Alergi biasa,” tutur dia.

    Syarif juga menyatakan alergi yang dialami Jokowi beberapa pekan terakhir bukan tergolong autoimun.

    “Enggak, enggak sampai ke sana,” terang dia.

    Soal kondisi kesehatan Jokowi saat ini, menurut Syarif, sudah mulai membaik.

    “Kondisinya sudah mulai membaik. Pekan kemarin beliau sempat sepedaan, car free day, jadi secara fisik beliau sangat-sangat fit, hanya saja mungkin alergi. Jadi ya muncul di kulitnya beliau,” ungkap dia.

  • Ramai Dikaitkan dengan Alergi Jokowi, Apa Itu Steven Johnson Syndrome?

    Ramai Dikaitkan dengan Alergi Jokowi, Apa Itu Steven Johnson Syndrome?

    Jakarta

    Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo atau Jokowi dikabarkan mengalami alergi sepulang dari Vatikan yang membuatnya absen dalam menghadiri upacara Hari Lahir Pancasila 1 Juni di Jakarta.

    “Bapak saat ini sedang pemulihan dari alergi kulit. Pascapulang dari Vatikan,” kata ajudan Jokowi, Kompol Syarif Fitriansyah, kepada detikJateng, Kamis (5/6/2025).

    Syarif menduga cuaca di Vatikan menjadi faktor utama pencetus alergi yang dialami Jokowi.

    Dia juga menepis kabar mantan Presiden itu mengidap sakit berat dan harus menjalani pemeriksaan ke luar negeri.

    “Kondisi sudah mulai membaik. Minggu kemarin juga beliau sempat sepedaan, car free day. Jadi secara fisik beliau sangat-sangat fit. Hanya saja mungkin alergi. Jadi muncul di kulitnya beliau, itu saja,” jelasnya.

    Di media sosial ramai disebut Jokowi mengalami penyakit autoimun Stevens-Johnson Syndrome (SJS). Dalam unggahan yang beredar, Jokowi disebut alergi parah dan harus diresepkan antikejang karena mengalami penyakit kulit itu.

    Tidak ada konfirmasi bahwa kondisi yang dialami Jokowi terkait sindrom ini. Syarif juga memastikan yang dialami Jokowi bukan kondisi autoimun.

    Apa itu Stevens-Johnson Syndrome (SJS)?

    Sejauh ini belum ada informasi lebih lanjut mengenai alergi kulit yang dialami Jokowi. Terlepas dari hal tersebut, penyakit Sindrom Stevens-Johnson yang dikait-kaitkan dengan presiden ke-7 RI itu adalah kelainan kulit yang langka dan serius.

    Dikutip dari laman Cleveland Clinic, Sindrom Stevens-Johnson (SJS) merupakan kondisi serius yang menyebabkan kulit mengalami ruam, lepuh dan mengelupas. Selapit lendir termasuk mata, alat kelamin dan mulut juga bisa terpengaruh.

    Banyak kasus SJS terjadi pada anak-anak dan orang dewasa yang berusia di bawah 30 tahun, tetapi juga terjadi pada orang lain, terutama orang tua. Kasus SJS lebih banyak terjadi pada wanita daripada pria.

    Infeksi, seperti pneumonia, merupakan penyebab SJS yang paling mungkin pada anak-anak, sedangkan obat-obatan merupakan penyebab SJSyang paling mungkin pada orang dewasa.

    NEXT: Gejala steven johnson syndrome

    Gejala sindrom Stevens-Johnson meliputi:

    Nyeri kulit.Demam.Pegal-pegal tubuh.Ruam merah atau bercak merah pada kulit.Batuk.Lepuh dan luka pada kulit dan selaput lendir mulut, tenggorokan, mata, alat kelamin, dan anus.Kulit mengelupas.Mengiler (karena menutup mulut terasa sakit).Mata tertutup rapat (karena lepuh dan bengkak).Buang air kecil yang menyakitkan (karena selaput lendir melepuh).

    Komplikasi paling parah dari SJS adalah kematian. Selain itu komplikasi lain dapat meliputi pneumonia, sepsis, syok dan gagal organ.

  • Bisa Disebabkan oleh Obat Antikejang, Ini Gejala dan Bahayanya

    Bisa Disebabkan oleh Obat Antikejang, Ini Gejala dan Bahayanya

    GELORA.CO –  Mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) dilaporkan tengah menjalani perawatan intensif akibat dugaan mengidap Sindrom Stevens-Johnson (SJS), salah satu gangguan kesehatan langka yang sangat serius.

    Dugaan ini muncul setelah beredarnya foto dan video yang menunjukkan perubahan mencolok pada wajah dan leher Presiden, termasuk munculnya bercak hitam yang diduga berkaitan dengan gangguan autoimun.

    Artikel ini membahas secara lengkap apa itu Sindrom Stevens-Johnson, gejalanya, potensi bahayanya, serta metode pengobatan yang umum diterapkan.

    Apa Itu Sindrom Stevens-Johnson (SJS)?

    Sindrom Stevens-Johnson (SJS) adalah kondisi langka yang disebabkan oleh reaksi alergi parah terhadap obat atau infeksi. Gangguan ini menyerang kulit dan selaput lendir, menyebabkan ruam menyakitkan, luka lepuh, serta pengelupasan kulit.

    Kondisi ini memerlukan penanganan darurat karena dapat mengancam jiwa jika tidak ditangani secara cepat dan tepat.

    Penyebab Sindrom Stevens-Johnson

    SJS umumnya disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas terhadap obat-obatan tertentu atau infeksi. Berikut adalah pemicu umum:

    Pada Orang Dewasa:

    Obat asam urat: AllopurinolObat pereda nyeri: Meloxicam, NaproxenAntibiotik: Penisilin, SulfonamidaObat antikejang: Phenytoin, CarbamazepineObat antivirus: Nevirapine

    Pada Anak-Anak:

    Infeksi virus seperti: Influenza, Herpes, HIV, Hepatitis A, PneumoniaGejala Sindrom Stevens-Johnson yang Perlu Diwaspadai

    Gejala awal SJS mirip dengan flu dan berkembang menjadi kondisi kulit yang parah:

    Gejala Awal:

    Demam tinggi (≥38°C)Kelelahan ekstremSakit tenggorokanMata merah dan perihNyeri sendi dan sakit kepala

    Gejala Lanjutan:

    Ruam merah keunguan yang menyebarLuka lepuh di kulit, mulut, mata, dan area genitalKulit mengelupas dan nyeri luar biasaKomplikasi dan Bahaya Sindrom Stevens-Johnson

    Jika tidak ditangani dengan cepat, SJS dapat menyebabkan komplikasi serius, di antaranya:

    Gagal napas akibat kerusakan paru-paruKebutaan karena kerusakan mataInfeksi sistemik (sepsis)Jaringan parut pada kulitKerusakan organ dalam seperti hati dan ginjal

    Tingkat kematian akibat SJS bisa mencapai 10%, terutama pada kasus berat dengan luas permukaan kulit yang terpengaruh.

    Cara Penanganan dan Perawatan Sindrom Stevens-Johnson

    Penanganan SJS harus dilakukan di rumah sakit, terutama unit perawatan intensif atau unit luka bakar.

    Langkah-langkah yang umum dilakukan meliputi:

    Penghentian segera obat pemicuPerawatan luka kulit dan lendir secara intensifPemberian cairan dan nutrisi intravenaPencegahan infeksi sekunder dengan antibiotikPemantauan fungsi organ vital secara ketat

    Proses pemulihan bisa memakan waktu minggu hingga bulan, tergantung pada tingkat keparahan dan luasnya kerusakan jaringan.

    Kondisi Jokowi Terkini: Masih Dalam Pengawasan Intensif

    Dugaan Jokowi mengalami Sindrom Stevens-Johnson telah menimbulkan keprihatinan luas di tengah masyarakat.

    Beberapa pengamat kesehatan mencatat bahwa perubahan kulit pada wajah dan leher Jokowi bisa menjadi tanda-tanda autoimun yang mengarah pada SJS.

    Hingga saat ini, tim dokter kepresidenan dikabarkan terus melakukan pemantauan intensif untuk memastikan stabilitas kondisi Jokowi.

    Sindrom Stevens-Johnson adalah kondisi medis yang sangat serius dan memerlukan penanganan darurat.

    Dugaan Jokowi mengalami SJS menjadi pengingat penting bagi masyarakat untuk lebih waspada terhadap reaksi alergi berat akibat obat atau infeksi.

    Mengenali gejala awal dan segera mencari pertolongan medis dapat menyelamatkan nyawa.***

  • Ternyata Lokasi Kanker Kulit Pria dan Wanita Berbeda, Seperti Ini Ciri-cirinya

    Ternyata Lokasi Kanker Kulit Pria dan Wanita Berbeda, Seperti Ini Ciri-cirinya

    Jakarta

    Kanker kulit dapat dialami oleh siapa saja. Namun, dalam kebanyakan kasus, area tubuh di mana terdapat kanker kulit berbeda antara pria dan wanita.

    Dikutip dari laman Guardian, menurut analisis Cancer Research UK (CRUK), 4 dari 10 melanoma pada pria ditemukan areaseperti punggung, dada, dan perut. Sementara itu, lebih dari sepertiga melanoma dari wanita ditemukan di tungkai bawah, yaitu dari pinggul hingga kaki.

    Perbedaan area kanker kulit tersebut diperkirakan karena perilaku antara pria dan perempuan. Biasanya, pria lebih mungkin berada di bawah sinar matahari tanpa baju, sementara wanita mungkin menggunakan celana pendek atau rok. Bagi pria, tubuh bagian atas lebih mungkin terkena sinar matahari, berbeda dengan wanita.

    Penelitian itu menemukan bahwa 87 persen kasus melanoma disebabkan oleh paparan sinar UV yang berlebihan. Di Inggris, tingkat kanker kulit melanoma mencapai titik tertingginya tahun lalu.

    Terjadi peningkatan sebesar 57 persen pada orang-orang yang berusia di atas 80 tahun dan peningkatan sebesar 7 persen di kalangan mereka yang berusia 25-49 tahun.

    Next: ciri-ciri tahi lalat kanker kulit

    Melanoma adalah jenis kanker kulit yang paling berbahaya. Dikutip dari Cleveland Clinic, melanoma berasal dari sel kulit bernama melanosit yang menghasilkan melanin, pigmen gelap yang memberi warna pada kulit.

    “Jika Anda melihat sesuatu yang berbeda pada kulit Anda, seperti tahi lalat baru, tahi lalat yang berubah ukuran, bentuk, atau warnanya, atau bercak kulit apa pun yang tampak tidak biasa, jangan abaikan, bicarakan dengan dokter umum Anda. Kami ingin mengalahkan kanker kulit untuk semua orang, tidak peduli siapa mereka atau dari mana mereka berasal, diagnosis dini adalah kunci dan dapat membuat semua perbedaan,” kata Kepala Eksekutif CRUK, Michelle Mitchelle.

    Menurut direktur klinis nasional untuk kanker di NHS (National Health Service) Inggris, Prof Peter Johnson, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah kanker kulit. Hindari sinar matahari ketika cuaca sedang panas dan gunakan tabir surya.

    “Untuk kanker kulit, seperti halnya kanker lainnya, sangat penting bagi Anda untuk diperiksa dan didiagnosis sedini mungkin, jadi orang-orang harus melapor jika mereka khawatir tentang gejala-gejalanya. Pemeriksaan menyelamatkan nyawa,” kata Peter.

    Simak Video “Video: Mengulik Bahaya Paparan UVA dan UVB untuk Kulit”
    [Gambas:Video 20detik]