Tag: Jerome Powell

  • IHSG variatif di tengah ekspektasi membaiknya ekonomi domestik

    IHSG variatif di tengah ekspektasi membaiknya ekonomi domestik

    Namun karena kondisi IHSG di area ‘overbought’, waspadai potensi ‘pullback minor’ di kisaran 8.050-8.070

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Rabu pagi bergerak variatif di tengah ekspektasi membaiknya perekonomian domestik pada semester II-2025.

    IHSG dibuka menguat 36,08 poin atau 0,44 persen ke posisi 8.161,28. Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 2,94 poin atau 0,36 persen ke posisi 813,52.

    “Diperkirakan IHSG berpotensi melanjutkan penguatan di area 8.150-8.200, selama ditutup di sekitar level 8.050. Namun karena kondisi IHSG di area ‘overbought’, waspadai potensi ‘pullback minor’ di kisaran 8.050-8.070,” ujar Kepala Riset Phintraco Sekuritas Ratna Lim dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Rabu.

    Dari dalam negeri, ekspektasi membaiknya ekonomi pada semester II-2025 menjadi faktor positif, meskipun pelemahan nilai tukar rupiah pada akhir-akhir ini menjadi faktor negatif.

    Data uang beredar dalam arti luas (M2 Money Supply) bulan Agustus 2025 meningkat sebesar 7,6 persen year on year (yoy) dari sebelumnya 6,6 persen (yoy) pada Juli 2025.

    Kenaikan itu sejalan dengan pelonggaran kebijakan moneter oleh Bank Indonesia (BI) dan paket stimulus dari pemerintah, yang bertujuan mendorong peningkatan aktivitas ekonomi domestik.

    Seiring dengan itu, Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa berupaya untuk memberantas rokok ilegal, yang mendorong penguatan pada saham-saham emiten rokok.

    Dari mancanegara, ekspektasi terhadap berlanjutnya pemangkasan suku bunga bank sentral Amerika Serikat (AS) The Fed menjadi faktor positif.

    Dalam pidatonya, Ketua The Fed Jerome Powell mengatakan bahwa The Fed perlu menyeimbangkan kekhawatiran inflasi dengan melemahnya pasar tenaga kerja dalam keputusan suku bunga mendatang.

    Pada perdagangan Selasa (23/9), bursa saham Eropa ditutup mayoritas menguat, diantaranya Euro Stoxx 50 menguat 0,64 persen, indeks FTSE 100 Inggris melemah 0,04 persen, indeks DAX Jerman menguat 0,36 persen, serta indeks CAC Prancis menguat 0,54 persen.

    Sementara itu, bursa saham AS di Wall Street juga ditutup mayoritas melemah pada Selasa (23/9), diantaranya indeks S&P 500 melemag 0,55 persen ke level 6.656,92, indeks Nasdaq Composite melemah 0,73 persen ke 24.580,89, dan indeks Dow Jones Industrial Average melemah 0,19 persen ke 46.292,42.

    Bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei melemah 215,50 poin atau 0,95 persen ke 45.299,50, indeks Shanghai menguat 3,89 poin atau 0,10 persen ke 3.825,20, indeks Hang Seng menguat 27,88 poin atau 0,11 persen ke 26.187,55, dan indeks Strait Times melemah 4,44 poin atau 0,10 persen ke 4.298,13.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Pemangkasan Bunga The Fed Diprediksi Bangkitkan Saham Properti AS

    Pemangkasan Bunga The Fed Diprediksi Bangkitkan Saham Properti AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemangkasan suku bunga The Fed diprediksi akan memberi angin segar bagi saham perumahan di Bursa Amerika Serikat (AS) yang berpotensi bangkit setelah lama lesu.

    Pada Rabu (17/9/2025), bank sentral Amerika Serikat memangkas suku bunga acuan untuk pertama kalinya sejak Desember 2024 dan memberi sinyal akan ada pemangkasan lanjutan guna menopang pasar tenaga kerja yang melemah.

    Langkah The Fed berpotensi mendorong kinerja saham-saham sensitif terhadap suku bunga, seperti emiten berkapitalisasi kecil (small cap) dan sektor konsumsi diskresioner. 

    Investor menilai, saham perusahaan pengembang properti (homebuilder) juga bisa diuntungkan jika pelonggaran moneter menekan suku bunga KPR dan mendongkrak aktivitas ekonomi di sektor perumahan yang tengah lesu.

    “The Fed tengah me-restart siklus pelonggaran. Jika melihat sektor yang bisa diuntungkan, pengembang perumahan termasuk di antaranya,” ujar Angelo Kourkafas, Senior Global Investment Strategist di Edward Jones dikutip dari Reuters, Senin (22/9/2025).

    Indeks S&P 500 ditutup di level tertinggi sepanjang masa pada Jumat (19/9/2025), dengan kenaikan lebih dari 13% sepanjang tahun berjalan, setelah The Fed menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi kisaran 4%–4,25%. 

    Sehari sebelumnya, indeks Russell 2000 yang berisi saham-saham small cap juga mencetak rekor penutupan tertinggi untuk pertama kalinya dalam hampir empat tahun.

    Investor berharap dimulainya kembali pelonggaran moneter dapat memperluas kepemimpinan pasar, tidak hanya bergantung pada saham teknologi raksasa (megacap) yang selama ini menjadi motor penggerak indeks.

    Indeks PHLX Housing tercatat melonjak 15% sepanjang kuartal ini, mengungguli kenaikan S&P 500 yang hanya sekitar 7%, meskipun secara year-to-date masih tertinggal dari indeks acuan.

    Beberapa saham unggulan di sektor properti antara lain DR Horton yang naik lebih dari 30% sepanjang kuartal, disusul KB Home dan Toll Brothers yang sama-sama menguat lebih dari 20%. Sementara itu, saham ritel perbaikan rumah Lowe’s naik sekitar 20% dan Home Depot menguat 13%.

    Asosiasi Bank Hipotek AS (Mortgage Bankers Association) melaporkan suku bunga kontrak KPR tetap tenor 30 tahun turun ke level 6,39% per 12 September 2025, terendah sejak awal Oktober 2024. Analis Keefe, Bruyette & Woods bahkan memproyeksikan suku bunga KPR dapat mendekati 6% pada akhir tahun.

    Pemangkasan suku bunga The Fed dilakukan di tengah tanda-tanda pelemahan pasar perumahan. Pembangunan rumah keluarga tunggal di AS anjlok ke level terendah 2,5 tahun pada Agustus. Ketua The Fed Jerome Powell juga menyebut aktivitas sektor perumahan “lemah” dalam konferensi pers usai keputusan kebijakan.

    “Jika suku bunga KPR bisa turun lebih jauh, mungkin itu bisa memberi napas baru bagi pasar perumahan. Level 5% akan menjadi ambang penting,” kata Jack Janasiewicz, Lead Portfolio Strategist di Natixis Investment Managers Solutions.

    Meski demikian, investor mengingatkan penurunan suku bunga The Fed tidak selalu diikuti penurunan suku bunga KPR dalam besaran yang sama. Pasalnya, KPR lebih erat kaitannya dengan imbal hasil obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun, yang dipengaruhi faktor lebih luas. Saat ini yield 10 tahun berada di kisaran 4,13%, turun dari 4,6% pada Mei.

    Seberapa jauh The Fed akan memangkas suku bunga tahun ini masih menjadi pertanyaan, karena inflasi yang persisten bisa memaksa bank sentral mempertahankan suku bunga lebih tinggi lebih lama.

    Dalam sepekan ke depan, sejumlah data ekonomi penting akan menjadi sorotan, termasuk penjualan rumah baru dan rumah eksisting. 

    “Perputaran sektor perumahan yang baik umumnya positif bagi aktivitas ekonomi,” ujar Paul Nolte, Senior Wealth Adviser di Murphy & Sylvest Wealth Management.

    Selain itu, pasar juga menantikan data terbaru PDB kuartal II, laporan manufaktur dan jasa, serta indeks harga PCE, ukuran inflasi yang menjadi fokus The Fed. Investor juga akan mencermati pernyataan Powell pada Selasa mendatang.

    Seth Basham, Director of Equity Research di Wedbush, dalam sebuah catatan menyebut, dengan sikap The Fed yang menegaskan tidak berada pada jalur kebijakan yang sudah ditentukan, serta adanya perbedaan pandangan antaranggota soal arah suku bunga, hal ini kemungkinan akan memicu volatilitas pada data ekonomi berikutnya, khususnya terkait pasar tenaga kerja dan inflasi. 

  • AI Jadi Penyebab Lesunya Lowongan Kerja? Ini Kata Bos The Fed Jerome Powell – Page 3

    AI Jadi Penyebab Lesunya Lowongan Kerja? Ini Kata Bos The Fed Jerome Powell – Page 3

    Beberapa pemimpin perusahaan besar bahkan sudah terang-terangan menyatakan rencana mereka untuk mengurangi perekrutan karyawan dan beralih ke sistem otomatisasi berbasis AI.

    CEO Ford, Jim Farley, misalnya pernah memprediksi bahwa teknologi ini pada akhirnya bisa menggantikan “setengah dari seluruh pekerja kantoran di AS.”

    Hal serupa juga terlihat di perusahaan lain. CEO Shopify, Tobias Lütke, menerapkan aturan baru yang cukup ketat bagi para manajer perekrutan.

    Sebelum memutuskan untuk membuka posisi pekerjaan, mereka harus lebih dulu menjelaskan alasan mengapa tugas tersebut tidak bisa dilakukan oleh AI.

    Bahkan platform freelancer Fiverr baru-baru ini ikut mengambil langkah drastis. Mereka mengumumkan pemutusan hubungan kerja terhadap 250 stafnya, sebagai bagian dari pergeseran besar perusahaan menuju model bisnis yang mengutamakan penggunaan AI.

  • Lima Poin Penting Hasil Rapat FOMC The Fed – Page 3

    Lima Poin Penting Hasil Rapat FOMC The Fed – Page 3

    1. Dot Plot Ramalkan Penurunan Hingga 3 persen

    Pemangkasan suku bunga memang sudah diperkirakan, tetapi perhatian investor tertuju pada “dot plot” atau proyeksi pada masing-masing anggota FOMC. Hasilnya, The Fed mengisyaratkan terdapat dua kali pemangkasan lagi tahun ini, satu pada 2026, dan satu kali di 2027. Jika terealisasi, suku bunga acuan bisa turun hingga sekitar 3 persen, yang mana menurut pandangan komite sebagai “netral”.

    2. Pasar Saham dan Obligasi Beragam Respons

    Pasar keuangan menunjukkan reaksi campuran. Pada reli awal Dow Jones Industrial Average sedikit melemah dan tetapi indeks blue chip tersebut tetap ditutup naik 260 poin, tetapi S&P 500 dan Nasdaq justru malah melemah. Di pasar Treasury, imbal hasil lebih rendah untuk jangka pendek tetapi lebih tinggi untuk jangka panjang, sebuah potensi masalah bagi The Fed yang berupaya menghindari stagflasi.

    3. Powell Sebut Sebagai “Risk Management Cut”

    Sebagian kebingungan berasal dari Jerome Powell yang menyebut langkah pemangkasan ini sebagai “risk management cut”. FOMC juga memberi sinyal bahwa pemangkasan suku bunga bakal berlangsung cepat tahun ini, dengan masing-masing langkah pada rapat Oktober dan Desember. Namun, untuk tahun-tahun berikutnya, The Fed hanya mengantisipasi satu kali pemangkasan per tahun hingga 2027, dan tidak ada pemangkasan terjadi pada 2028. Kombinasi sikap dovish dengan dukungan hawkish ini membuat pasar semakin resah.

    4. Kehadiran Anggota Baru Warnai Rapat

    Rapat kali ini juga disorot dari sisi politik dengan hadirnya gubernur baru The Fed , Stephen Miran, yang baru saja dilantik sehari sebelumnya. Meski begitu, Powell menegaskan suasana tetap profesional. “Satu-satunya cara bagi pemilih untuk benar-benar mengubah keadaan adalah dengan bersikap sangat persuasif, dan satu-satunya cara untuk melakukannya dalam konteks kerja kita adalah dengan memberikan argumen yang kuat berdasarkan data dan pemahaman ekonomi. Itulah yang terpenting, dan begitulah cara kerjanya,” ujar ketua rapat.

    5. Satu Suara yang menolak dan Pandangan yang Terbelah

    Miran menjadi satu-satunya anggota yang menolak pemangkasan seperempat poin, karena menginginkan pemangkasan lebih agresif, yakni setengah poin. Meski begitu, hasil dot plot menunjukkan perbedaan pandangan yang cukup lebar di antara anggota. Misalnya, keputusan untuk melakukan dua kali pemangkasan tahun ini hanya selisih 10-9 dibanding opsi satu kali pemangkasan. Proyeksi untuk tahun-tahun berikutnya juga memperlihatkan distribusi hasil potensial yang luas.

  • Pengadilan Banding AS Tolak Upaya Trump Pecat Gubernur The Fed Lisa Cook

    Pengadilan Banding AS Tolak Upaya Trump Pecat Gubernur The Fed Lisa Cook

    Bisnis.com, JAKARTA – Pengadilan Banding AS menolak upaya Presiden Donald Trump memecat Gubernur Federal Reserve Lisa Cook, langkah langka yang menguji independensi bank sentral.

    Melansir Reuters pada Selasa (16/9/2025), langkah ini menjadi pertama kalinya seorang presiden berupaya memecat pejabat bank sentral sejak The Fed berdiri pada 1913, sekaligus memicu pertarungan hukum yang berpotensi menggoyahkan independensi bank sentral.

    Keputusan Pengadilan Banding Distrik Columbia itu membuat pemerintahan Trump hanya memiliki waktu beberapa jam untuk mengajukan banding ke Mahkamah Agung jika ingin mencegah Cook menghadiri rapat kebijakan The Fed pada Selasa dan Rabu, di mana suku bunga diperkirakan akan dipangkas guna menopang pasar tenaga kerja yang melambat.

    Pengadilan menolak permintaan Departemen Kehakiman untuk menunda putusan hakim yang sebelumnya melarang Trump memberhentikan Cook. Adapun, Cook merupakan pejabat yang ditunjuk Presiden Demokrat Joe Biden.

    Putusan itu diambil dengan suara 2-1, didukung hakim Bradley Garcia dan J. Michelle Childs, keduanya merupakan penunjukan Biden. Hakim Gregory Katsas, yang ditunjuk Trump, menyatakan penolakan atau dissenting opinion.

    Garcia menilai Cook berpeluang besar menang dalam klaimnya bahwa ia tidak mendapatkan proses hukum yang semestinya sesuai Amandemen Kelima Konstitusi AS.

    Adapun, hingga saat ini, Gedung Putih maupun kuasa hukum Cook belum memberikan komentar. The Fed juga memilih bungkam, namun menegaskan akan mematuhi putusan pengadilan apa pun.

    Sebelumnya, Hakim Distrik AS Jia Cobb pada 9 September menyatakan klaim Trump bahwa Cook melakukan penipuan kredit kepemilikan rumah (KPR) sebelum menjabat—yang dibantah Cook—tidak cukup kuat sebagai alasan pemecatan berdasarkan undang-undang pembentukan The Fed.

    Di sisi lain, Senat AS pada Senin malam menyetujui pencalonan Stephen Miran—ketua Council of Economic Advisers sekaligus pilihan Trump—sebagai anggota baru Dewan Gubernur The Fed dengan suara tipis 48-47. Miran diperkirakan akan ikut serta dalam rapat kebijakan pekan ini bersama Cook.

    Implikasi pada Independensi The Fed

    Undang-undang 1913 menyebutkan bahwa gubernur The Fed hanya dapat diberhentikan presiden “for cause” atau dengan alasan tertentu, meski istilah tersebut tidak didefinisikan jelas.

    Hingga kini, belum ada presiden yang pernah memecat anggota dewan The Fed dan aturan itu belum pernah diuji di pengadilan.

    Cook, perempuan kulit hitam pertama yang menjabat sebagai gubernur The Fed, menggugat Trump dan The Fed pada akhir Agustus. Dia menilai tuduhan tersebut hanyalah alasan untuk menyingkirkannya karena pandangan kebijakannya yang berbeda dengan Trump.

    Pemerintahan Trump berargumen bahwa presiden memiliki keleluasaan luas untuk menentukan alasan pemecatan gubernur The Fed, dan pengadilan tidak berwenang mengintervensi. Namun, kasus ini dinilai krusial karena bisa memengaruhi kemampuan The Fed menetapkan suku bunga tanpa tekanan politik.

    Trump selama tahun ini gencar menuntut pemangkasan suku bunga yang lebih agresif, bahkan mengecam Ketua The Fed Jerome Powell. Meski demikian, The Fed tetap fokus menekan inflasi.

  • Inflasi Produsen AS Redup, Prospek Pemangkasan Bunga The Fed Menguat

    Inflasi Produsen AS Redup, Prospek Pemangkasan Bunga The Fed Menguat

    Bisnis.com, JAKARTA – Inflasi produsen Amerika Serikat (AS) secara tak terduga turun pada Agustus 2025 untuk pertama kalinya dalam empat bulan terakhir, memperkuat prospek bahwa Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pekan depan.

    Laporan Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) yang dikutip dari Bloomberg pada Kamis (11/9/2025) mencatat indeks harga produsen (PPI) turun 0,1% secara month to month (mtm), sementara data Juli direvisi turun. Secara tahunan, PPI tercatat naik 2,6%.

    Harga barang, tidak termasuk pangan dan energi, naik 0,3%. Sebaliknya, biaya jasa turun 0,2%. Di dalamnya, margin grosir dan ritel anjlok 1,7%, penurunan terbesar sejak 2009, membalik lonjakan tajam pada Juli. BLS mencatat, sekitar tiga perempat penurunan biaya jasa berasal dari margin grosir mesin dan kendaraan yang jatuh 3,9%.

    Adapun harga barang konsumsi jadi, tidak termasuk pangan dan energi, naik paling cepat sejak Februari, didorong lonjakan harga produk tembakau.

    Laporan tersebut menunjukkan perusahaan menahan diri untuk tidak menaikkan harga secara agresif pada Agustus meski menghadapi tekanan dari tarif impor yang diterapkan Presiden Donald Trump. Banyak perusahaan khawatir kenaikan harga yang tajam bisa menekan permintaan di tengah ketidakpastian ekonomi.

    “Sepertinya ritel dalam beberapa bulan terakhir menanggung beban tarif. Perusahaan mengatakan mereka menahan diri sejauh mungkin, tetapi ke depan akan mulai menaikkan harga secara selektif,” Stephen Stanley, Kepala Ekonom Santander US Capital Markets LLC, dalam catatannya.

    Langkah perusahaan meneruskan beban tarif kepada konsumen akan menjadi faktor kunci dalam menentukan arah inflasi dan kebijakan suku bunga The Fed tahun ini. Pejabat The Fed memperkirakan tarif akan mendorong inflasi lebih tinggi sepanjang 2025, meski belum jelas apakah dampaknya hanya sekali atau berkelanjutan.

    Data inflasi konsumen (CPI) yang akan dirilis Kamis (11/9/2025) dipandang penting untuk melihat sejauh mana tarif tersebut membebani rumah tangga AS. Ekonom memperkirakan kenaikan bulanan inti, yang tidak mencakup pangan dan energi, tetap tinggi.

    Dari sisi kebijakan, pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan pekan depan untuk meredam perlambatan tajam di pasar tenaga kerja. 

    Ketua The Fed Jerome Powell sebelumnya sudah memberi sinyal kemungkinan pemangkasan dalam simposium Jackson Hole bulan lalu, dan data terbaru menunjukkan pelemahan perekrutan berlanjut hingga Agustus.

    Ekonom juga menyoroti laporan PPI karena beberapa komponennya digunakan untuk menghitung indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), indikator inflasi acuan The Fed. 

    Pada Agustus, komponennya bervariasi, dari jasa manajemen portofolio dan tarif penerbangan masih naik cukup kuat, sementara sejumlah indikator jasa kesehatan lebih stabil.

    Sementara itu, PPI inti yang mengecualikan pangan, energi, dan jasa perdagangan naik 0,3%. Biaya barang olahan untuk permintaan menengah, yang mencerminkan harga di hulu rantai pasok, juga meningkat 0,4%.

  • Harga Emas Cetak Rekor Terbaru Imbas Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga Fed

    Harga Emas Cetak Rekor Terbaru Imbas Spekulasi Pemangkasan Suku Bunga Fed

    Bisnis.com, JAKARTA – Harga emas kembali mencetak rekor pada Selasa (9/9/2025), didorong oleh lonjakan spekulasi pemotongan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada tahun ini.

    Mengutip Bloomberg pada Selasa (9/9/2025), harga emas batangan di level global naik mencapai rekor terbaru hingga 0,6%, yaitu di atas US$3.659 per ons.

    Harga tersebut naik 2,5% dalam dua sesi sebelumnya setelah data payroll AS yang lebih lemah dari perkiraan di hari Jumat. Hal tersebut mendorong para pedagang untuk memperhitungkan setidaknya dua kali pemotongan suku bunga tahun ini, termasuk pemotongan sebesar 0,25% pada pertemuan Federal Reserve pekan depan.

    Pasalnya, komoditas emas cenderung diuntungkan dari biaya pinjaman yang lebih rendah karena tidak membayar bunga.

    Namun, kepastian emas dapat terus menguat seiring dengan reli pemotongan suku bunga Fed mungkin bergantung pada revisi data tenaga kerja AS yang akan dirilis Selasa sore, serta nada data inflasi produsen dan konsumen AS pada Rabu dan Kamis pekan ini.

    Selain itu, reaksi pasar terhadap lelang obligasi Treasury jangka pendek dan panjang juga akan dipantau.

    Kenaikan harga emas hampir 40% di tahun ini didorong oleh pembelian emas oleh bank sentral dan spekulasi pemotongan suku bunga, serta meningkatnya permintaan emas sebagai safe-haven akibat ketegangan geopolitik yang meningkat dan kekhawatiran tentang dampak ekonomi global dari kebijakan tarif Presiden Donald Trump.

    Intervensi pemimpin AS terhadap independensi The Fed juga telah membantu memperpanjang reli emas selama tiga tahun. Volatilitas bulanan emas meningkat beberapa minggu terakhir, menambah premi pada opsi.

    “Harga opsi yang lebih tinggi tidak berarti momentum akan terus berlanjut,” kata Ahmad Assiri, peneliti di Pepperstone dilansir dari Bloomberg. 

    Namun, jika reli melampaui ekspektasi pedagang opsi, mereka harus membeli aset dasar, yang akan memberikan dorongan tambahan bagi harga emas, lanjutnya.

    Harga emas diperkirakan akan terus naik oleh para analis dan investor.

    Goldman Sachs Group Inc. mengatakan emas dapat terus naik signifikan hingga hampir US$5.000 per ons jika investor mengalihkan sebagian kecil kepemilikan mereka dari obligasi pemerintah ke emas batangan sebagai respons terhadap tanda-tanda campur tangan politik lebih lanjut di bank sentral.

    Dana yang diperdagangkan di bursa (Exchange-traded funds/ETF) terus mengalir ke emas batangan sejak konferensi Jackson Hole bulan lalu, ketika Ketua Federal Reserve Jerome Powell memberikan sinyal kesediaan untuk melonggarkan kebijakan moneter.

    Aliran dana pada Senin mencapai level tertinggi dalam waktu hampir tiga bulan ini. Meski begitu, total kepemilikan ETF emas batangan saat ini masih di bawah rekor saat pandemi Covid-19 dan awal perang Rusia-Ukraina.

    Pada pukul 14.38 waktu Singapura, emas batangan diperdagangkan pada level US$3.643,52 per ons. Sementara perak melemah, paladium dan platinum justru menguat. (Stefanus Bintang Agni) 

  • Ini 3 Nama Calon Ketua The Fed Pilihan Donald Trump

    Ini 3 Nama Calon Ketua The Fed Pilihan Donald Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyebut penasihat ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett, Gubernur Federal Reserve (The Fed) Christopher Waller, dan mantan Gubernur Fed Kevin Warsh sebagai tiga kandidat utama pengganti Jerome Powell sebagai ketua bank sentral.

    “Bisa dibilang itu tiga nama teratas,” ujar Trump kepada wartawan di Ruang Oval dikutip dari Bloomberg pada Senin (8/9/2025).

    Trump sebelumnya menegaskan bahwa meski sudah memiliki preferensi, dirinya berkomitmen untuk menjalankan proses wawancara kandidat. 

    Menteri Keuangan Scott Bessent, yang sempat disebut sebagai kandidat tetapi kemudian mengundurkan diri, kini memimpin proses pencarian. 

    “Saya mungkin satu-satunya orang di dunia yang tidak ingin pekerjaan itu,” kata Bessent.

    Masa jabatan Powell akan berakhir pada Mei 2025, namun jadwal penunjukan penggantinya belum jelas. Bessent mengatakan wawancara akan dimulai Jumat (5/9/2025). 

    Namun, hingga Rabu lalu, Waller mengaku belum dijadwalkan untuk wawancara. Hassett pun pada 25 Agustus menyebut keputusan Trump mungkin masih butuh “beberapa bulan” lagi.

    Proses pemilihan Ketua The Fed berlangsung di tengah meningkatnya ekspektasi pemangkasan suku bunga. Setelah menahan suku bunga sejak Desember, Powell pada akhir Agustus mengisyaratkan risiko pasar tenaga kerja kini lebih besar dibanding inflasi. 

    Data ketenagakerjaan terbaru yang lemah pada Jumat pekan lalu semakin memperkuat peluang pemangkasan suku bunga dalam pertemuan Fed 16-17 September, yang oleh pasar diperkirakan hampir pasti terjadi.

    Trump sendiri kerap mengecam Powell karena mempertahankan suku bunga tinggi sepanjang tahun ini, bahkan menyalahkannya atas lemahnya laporan ketenagakerjaan Agustus. Trump sebelumnya juga menyatakan tidak akan memperpanjang masa jabatan Powell.

    Berikut profil singkat tiga kandidat utama pengganti Powell dikutip dari Reuters:

    Christopher Waller (66 tahun), Gubernur The Fed

    Mantan kepala ekonom riset di St. Louis Fed ini diangkat Trump ke Dewan Gubernur The Fed pada 2020. Waller dikenal vokal mendorong kenaikan suku bunga sejak awal lonjakan inflasi pada 2021, namun belakangan menjadi salah satu pejabat Fed yang lebih cepat menyerukan pelonggaran kebijakan. Dia bahkan menolak keputusan Fed pada Juli lalu yang mempertahankan suku bunga.

    Pada akhir Agustus lalu, Waller sempat menyuarakan dukungan bagi The Fed untuk  memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.

    “Pasar tenaga kerja melemah dan saya khawatir kondisinya bisa memburuk cepat. Komite tidak boleh menunggu hingga penurunan itu benar-benar terjadi,” katanya.

    Kevin Hassett (63 tahun), Direktur Dewan Ekonomi Nasional

    Ekonom yang lama dekat dengan Partai Republik dan pemikir konservatif ini pernah memimpin Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih pada 2017–2019. Kini sebagai penasihat ekonomi utama Trump, Hassett menjadi pendukung kebijakan tarif dan kritik keras terhadap Powell. 

    Hassett juga mendukung keputusan Trump memecat kepala Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) setelah revisi besar-besaran data ketenagakerjaan.

    Hassett pada awal bulan lalu menyebut kekecewaan Trump terkait The Fed adalah lambannya bank sentral memangkas bunga di tengah langkah negara lain 

    “Ada kekhawatiran bahwa perhitungan partisan memengaruhi keputusan Fed… Sangat mengecewakan jika Fed menggunakan alasan ketidakpastian dan inflasi tarif tanpa bukti jelas,” jelasnya kala itu.

    Kevin Warsh (55 tahun), Mantan Gubernur The Fed

    Diangkat Presiden George W. Bush pada 2006, Warsh menjadi penghubung utama Fed dengan Wall Street saat krisis keuangan 2007–2009. Dia mundur pada 2011 setelah mengkritik program pembelian obligasi Fed. 

    Trump hampir memilih Warsh sebagai Ketua The Fed pada 2018 dan belakangan mengaku menyesal tidak melakukannya. Sejak itu, Warsh kerap menulis opini publik yang mengkritik kebijakan Fed.

    Warsh juga menyuarakan dukungan bagi The Fed untuk segera memangkas suku bunga pada pertengahan Juli lalu. Menurutnya, hal tersebut juga merupakan langkah awal untuk mereformasi bank sentral.

    “Keluarkan Fed dari urusan fiskal dan politik, arahkan likuiditas ke ekonomi riil. Fed saat ini salah menyeimbangkan kebijakan; pemangkasan suku bunga adalah awal untuk memperbaikinya,” ujar Warsh.

  • Menkeu AS Scott Bessent Ogah Dicalonkan jadi Gubernur The Fed, Sisa 3 Kandidat

    Menkeu AS Scott Bessent Ogah Dicalonkan jadi Gubernur The Fed, Sisa 3 Kandidat

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tiga nama kuat dari empat nama yang sebelumnya diumumkan sebagai calon pengganti petahana Gubernur The Fed Jerome Powell. Pasalnya satu calon, yakni Menteri Keuangan AS Scott Bessent dikabarkan menolak tawaran tersebut.  

    Melansir dari Reuters, Sabtu (6/9/2025, daftar pendek calon pengganti Jerome Powell sebagai Ketua Federal Reserve yang disusun oleh Presiden AS Donald Trump kini mencakup asistennya Kevin Hassett, mantan Gubernur Fed Kevin Warsh, dan Gubernur Fed saat ini Christopher Waller 

    Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ketiga pria tersebut adalah finalis untuk penunjukan di Fed. Trump juga mempertimbangkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent untuk menggantikan Powell. Bessent, yang berada di Ruang Oval bersama presiden, mengonfirmasi ketidakminatannya. 

    “Saya punya empat [kandidat]. Sekarang saya bicara tentang tiga. Dia [Bessent] mengatakan kepada saya, ‘Saya tidak akan pergi’ [dari jabatannya]” ungkap Trump. 

    Presiden telah menegaskan niatnya untuk menunjuk pemimpin Fed yang lebih sejalan dengan upayanya untuk menurunkan suku bunga secara cepat, sambil menuduh Powell “terlambat” bertindak terkait biaya pinjaman dan merugikan pembeli rumah dengan suku bunga hipotek yang lebih tinggi. 

    Fed, di bawah kepemimpinan Powell, telah mempertahankan suku bunga sepanjang tahun karena kekhawatiran bahwa tarif Trump dapat memicu kembali inflasi, meskipun baru-baru ini kekhawatirannya lebih berfokus pada perlambatan pasar tenaga kerja. 

    Pilihan ketua Fed akan memiliki dampak besar bagi pasar keuangan, yang secara cermat memantau perubahan kepemimpinan Fed untuk petunjuk tentang arah suku bunga, kebijakan inflasi, dan kemandirian bank sentral.

    Berdasarkan rilis Departemen Tenaga Kerja pada Jumat kemarin, pertumbuhan lapangan kerja AS melemah tajam pada Agustus dan tingkat pengangguran naik menjadi hampir 4,3%, level tertinggi dalam empat tahun, yang mengonfirmasi bahwa kondisi pasar tenaga kerja sedang melemah. 

    Powell bulan lalu mencatat risiko penurunan pada pasar tenaga kerja yang mungkin memerlukan penyesuaian kebijakan yang hati-hati. Pernyataan tersebut diartikan oleh pasar keuangan dan analis sebagai dukungan untuk pemotongan suku bunga sebesar 0,25% pada September.

    Hal itu jauh dari pemotongan beberapa persentase poin yang diminta Trump. Hassett, direktur Dewan Ekonomi Nasional, telah menjadi pendukung setia tarif dan kebijakan lain Trump, dan setuju dengan Trump bahwa Fed telah mempertahankan suku bunga pada level yang tidak tepat.

    Sementara mantan Gubernur Fed Kevin Warsh berulang kali menyerukan “perubahan rezim” di Fed.

    Adapun Waller, yang pernah memimpin departemen riset Federal Reserve St. Louis sebelum Trump menunjuknya sebagai gubernur Fed pada 2020, akan menjadi pilihan yang bersifat institusional. 

    Bessent melontarkan serangkaian kritik terhadap Fed pada Jumat dan menyerukan tinjauan menyeluruh terhadap operasi bank sentral, mulai dari tenaga kerja, riset, hingga kebijakan moneter.

  • Menkeu AS Scott Bessent Ogah Dicalonkan jadi Gubernur The Fed, Sisa 3 Kandidat

    Menkeu AS Scott Bessent Ogah Dicalonkan jadi Gubernur The Fed, Sisa 3 Kandidat

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan tiga nama kuat dari empat nama yang sebelumnya diumumkan sebagai calon pengganti petahana Gubernur The Fed Jerome Powell. Pasalnya satu calon, yakni Menteri Keuangan AS Scott Bessent dikabarkan menolak tawaran tersebut.  

    Melansir dari Reuters, Sabtu (6/9/2025, daftar pendek calon pengganti Jerome Powell sebagai Ketua Federal Reserve yang disusun oleh Presiden AS Donald Trump kini mencakup asistennya Kevin Hassett, mantan Gubernur Fed Kevin Warsh, dan Gubernur Fed saat ini Christopher Waller 

    Trump mengatakan kepada wartawan di Gedung Putih bahwa ketiga pria tersebut adalah finalis untuk penunjukan di Fed. Trump juga mempertimbangkan Menteri Keuangan AS Scott Bessent untuk menggantikan Powell. Bessent, yang berada di Ruang Oval bersama presiden, mengonfirmasi ketidakminatannya. 

    “Saya punya empat [kandidat]. Sekarang saya bicara tentang tiga. Dia [Bessent] mengatakan kepada saya, ‘Saya tidak akan pergi’ [dari jabatannya]” ungkap Trump. 

    Presiden telah menegaskan niatnya untuk menunjuk pemimpin Fed yang lebih sejalan dengan upayanya untuk menurunkan suku bunga secara cepat, sambil menuduh Powell “terlambat” bertindak terkait biaya pinjaman dan merugikan pembeli rumah dengan suku bunga hipotek yang lebih tinggi. 

    Fed, di bawah kepemimpinan Powell, telah mempertahankan suku bunga sepanjang tahun karena kekhawatiran bahwa tarif Trump dapat memicu kembali inflasi, meskipun baru-baru ini kekhawatirannya lebih berfokus pada perlambatan pasar tenaga kerja. 

    Pilihan ketua Fed akan memiliki dampak besar bagi pasar keuangan, yang secara cermat memantau perubahan kepemimpinan Fed untuk petunjuk tentang arah suku bunga, kebijakan inflasi, dan kemandirian bank sentral.

    Berdasarkan rilis Departemen Tenaga Kerja pada Jumat kemarin, pertumbuhan lapangan kerja AS melemah tajam pada Agustus dan tingkat pengangguran naik menjadi hampir 4,3%, level tertinggi dalam empat tahun, yang mengonfirmasi bahwa kondisi pasar tenaga kerja sedang melemah. 

    Powell bulan lalu mencatat risiko penurunan pada pasar tenaga kerja yang mungkin memerlukan penyesuaian kebijakan yang hati-hati. Pernyataan tersebut diartikan oleh pasar keuangan dan analis sebagai dukungan untuk pemotongan suku bunga sebesar 0,25% pada September.

    Hal itu jauh dari pemotongan beberapa persentase poin yang diminta Trump. Hassett, direktur Dewan Ekonomi Nasional, telah menjadi pendukung setia tarif dan kebijakan lain Trump, dan setuju dengan Trump bahwa Fed telah mempertahankan suku bunga pada level yang tidak tepat.

    Sementara mantan Gubernur Fed Kevin Warsh berulang kali menyerukan “perubahan rezim” di Fed.

    Adapun Waller, yang pernah memimpin departemen riset Federal Reserve St. Louis sebelum Trump menunjuknya sebagai gubernur Fed pada 2020, akan menjadi pilihan yang bersifat institusional. 

    Bessent melontarkan serangkaian kritik terhadap Fed pada Jumat dan menyerukan tinjauan menyeluruh terhadap operasi bank sentral, mulai dari tenaga kerja, riset, hingga kebijakan moneter.