Tag: Jerome Powell

  • Amerika OTW Krisis Serius, Bom Utang hingga Perang Saudara

    Amerika OTW Krisis Serius, Bom Utang hingga Perang Saudara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pendiri hedge fund Bridgewater Associates, Ray Dalio, memperingatkan Amerika Serikat (AS) menuju krisis serius. Dalam sebuah wawancara, Dalio mengatakan hal ini akibat kenaikan utang dan perpecahan politik.

    Seperti rekan-rekan seprofesi lainnya seperti Jamie Dimon dan Jerome Powell, Dalio khawatir akan datang saat di mana jumlah utang yang harus dijual AS melebihi minat pasar untuk membelinya. Ia secara khusus memperingatkan bahwa rasio utang-terhadap-PDB AS yang saat ini berada di sekitar 125 % berisiko memicu “bom utang” (debt bomb) jika investor kehilangan kepercayaan.

    Kondisi ini akan memaksa pembeli utang menuntut premi yang lebih tinggi untuk menjamin imbal hasil. Bahkan, keluar dari pasar sama sekali.

    “Ketika utang dan layanan utang relatif terhadap pendapatan Anda, itu seperti plak di arteri yang kemudian mulai menekan pengeluaran,” ujarnya dikutip Fortune, Jumat (17/10/2025).

    Selain ancaman ekonomi, Dalio juga sangat prihatin terhadap konflik internal di AS. Ia mencatat bahwa AS kini lebih terpecah dibandingkan masa lalu, dengan survei Gallup tahun lalu menunjukkan 80 % warga Amerika percaya negara mereka “sangat terpecah” pada isu-isu utama.

    Pendiri Bridgewater itu memperingatkan bahwa jika gesekan di AS terus berlanjut, kemampuan individu untuk “saling menyakiti” tidak pernah setinggi ini. AS bisa kembali ke masa bak “perang sipil”.

    “Kami berada dalam peperangan. Ada perang finansial, perang uang. Ada perang teknologi, ada perang geopolitik, dan ada lebih banyak perang militer,” katanya.

    “Jadi, kita memiliki semacam perang sipil yang berkembang di AS dan di tempat lain, di mana ada perbedaan yang tidak dapat didamaikan,” jelasnya.

    Bukan Hal Baru

    Kekhawatiran Dalio mengenai ketegangan geopolitik yang dapat meluas menjadi konflik global bukanlah hal baru. Kembali pada tahun 2023, Dalio telah memperingatkan bahwa kemungkinan perang dunia ketiga telah meningkat menjadi 50% setelah invasi Rusia ke Ukraina dan konflik Israel-Hamas.

    Meskipun beberapa pihak menganggap peringatan Dalio berlebihan, kehati-hatiannya terbukti di masa lalu. Terutama ketika Bridgewater mulai memperingatkan risiko besar yang tertanam “dalam sistem” sebelum krisis keuangan 2008.

    Dalam menghadapi kondisi yang mengkhawatirkan ini, Dalio menekankan pentingnya sejarah.

    “Kapan pun ada hal-hal yang datang yang belum pernah saya lihat sebelumnya, saya benar-benar perlu memahami apakah hal itu terjadi dalam sejarah sehingga saya dapat memahami mekanismenya, itulah mengapa saya mempelajari sejarah,” tambahnya.

    Ia juga menawarkan prinsip pribadinya tentang kekhawatiran. Menurutnya, kekhawatiran merupakan tanda bahwa seseorang telah mengenali atau memahami sesuatu

    “Dalam sejarah kita harus menyadari bahwa semua tatanan harus berakhir, dan kemudian ada tatanan baru, dan ada tantangan. Saya punya prinsip, jika Anda khawatir, Anda tidak perlu khawatir. Dan jika Anda tidak khawatir, Anda perlu khawatir, jika Anda khawatir, maka Anda akan mengurus apa yang Anda khawatirkan dan [mencegahnya] terjadi,” tegasnya.

    (tps/șef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Rupiah Loyo Lawan Dolar AS Hari Ini Jumat 17 Oktober 2025 – Page 3

    Rupiah Loyo Lawan Dolar AS Hari Ini Jumat 17 Oktober 2025 – Page 3

    Sebelumnya, nilai tukar rupiah turun terbatas terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan saham Kamis (16/10/2025).

    Nilai tukar rupiah turun lima poin atau 0,03% menjadi 16.581 per dolar AS dari sebelumnya 16.576 per dolar AS. Sementara itu, kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia merosot ke posisi 16.580 per dolar AS dari sebelumnya 16.580.

    Research and Development Indonesia Commodity and Derivatives Exchange ICDX Taufan Dimas Hareva menuturkan, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS mencerminkan pergerakan terbatas di tengah pasar global yang relatif tenang.

    “Secara fundamental, kinerja rupiah saat ini lebih banyak dipengaruhi oleh arah dolar AS dan perubahan ekspektasi terhadap kebijakan moneter The Fed, ketimbang faktor domestik,” ujar dia seperti dikutip dari Antara.

    Menurut Taufan, pernyataan dovish dari Gubernur The Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell terkait sorotan terhadap perlambatan perekrutan tenaga kerja AS, yang meningkatkan ekspektasi bank sentral AS akan memangkas suku bunga pada pertemuan Oktober dan Desember 2025.

    “Kondisi tersebut menekan imbal hasil obligasi AS dan melemahkan dolar secara luas. Namun, dampaknya terhadap mata uang pasar berkembang seperti rupiah masih terbatas karena investor menahan posisi di tengah minimnya rilis data ekonomi penting pekan ini,” ujar dia.

    Mengutip Anadolu, dilaporkan Powell belum memberikan petunjuk tentang kemungkinan penurunan suku bunga pada akhir bulan ini kendati pasar memprediksi pemangkasan tersebut bakal terjadi.

     

  • Sinyal Terbaru The Fed Siap Pangkas Suku Bunga pada FOMC Oktober 2025

    Sinyal Terbaru The Fed Siap Pangkas Suku Bunga pada FOMC Oktober 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Gubernur Federal Reserve (The Fed) Christopher Waller menyatakan mendukung langkah pemangkasan suku bunga acuan tambahan pada akhir bulan ini, di tengah tanda-tanda pelemahan di pasar tenaga kerja Amerika Serikat (AS).

    “Berdasarkan seluruh data pasar tenaga kerja yang kami miliki, saya percaya Komite Kebijakan Federal Reserve (FOMC) seharusnya memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin lagi pada akhir Oktober,” ujar Waller dalam pidatonya di Council on Foreign Relations yang dikutip dari Reuters, Jumat (17/10/2025).

    Menurutnya, keputusan selanjutnya akan bergantung pada data ekonomi ke depan. Waller mengatakan, dirinya akan melihat bagaimana data pertumbuhan ekonomi (PDB) yang solid dapat dipadukan dengan pelemahan di pasar tenaga kerja.

    Waller menambahkan tarif perdagangan baru hanya memiliki dampak moderat terhadap inflasi, dan tekanan harga masih berada di jalur menuju target 2% The Fed, sehingga fokus kebijakan kini bergeser ke kondisi ketenagakerjaan yang menunjukkan tanda-tanda peringatan yang jelas.

    Dia memperkirakan, jika perekrutan tenaga kerja terus melambat dan inflasi tetap terkendali, The Fed seharusnya menurunkan suku bunga acuan menuju level netral di kisaran 2,75%–3,00%, atau sekitar 100–125 basis poin lebih rendah dari posisi saat ini.

    Sebaliknya, apabila pasar tenaga kerja kembali menguat di tengah pertumbuhan ekonomi yang solid, langkah pemangkasan lanjutan bisa tertunda.

    Dorongan untuk Pemangkasan Lebih Agresif

    Sementara itu, Gubernur baru The Fed Stephen Miran, yang saat ini mengambil cuti dari pemerintahan Trump untuk bertugas di bank sentral, menilai bank sentral perlu memangkas suku bunga secara lebih agresif dibandingkan rekan-rekannya.

    Menurut Miran, kebijakan imigrasi baru yang dapat menekan inflasi serta meningkatnya ketegangan perdagangan AS–China memberi ruang bagi The Fed untuk menurunkan biaya pinjaman jangka pendek lebih cepat.

    “Ekonomi AS masih dalam kondisi cukup baik, tetapi muncul risiko baru yang tidak ada seminggu lalu. Dalam pandangan saya, kebijakan moneter saat ini terlalu ketat dan restriktif, dan semakin lama dibiarkan, risiko perlambatan akan semakin besar,” ujar Miran.

    Dia juga menilai meningkatnya ketegangan dagang dengan China telah mengubah keseimbangan risiko ekonomi AS.

    The Fed akan menggelar rapat kebijakan pada 28–29 Oktober 2025, dengan sebagian besar analis memperkirakan pemangkasan suku bunga lanjutan sebesar 25 basis poin. Bulan lalu, The Fed telah menurunkan suku bunga ke kisaran 4,00%–4,25%.

    Proyeksi terbaru The Fed menunjukkan suku bunga dana federal (federal funds rate) diperkirakan turun ke kisaran 3,5%–3,75% pada akhir tahun, dan menuju 3,25%–3,5% pada 2026.

    Pemangkasan suku bunga dilakukan untuk menstabilkan pasar tenaga kerja yang mulai melemah, sementara inflasi masih berada di atas target. Kebijakan perdagangan agresif Presiden Donald Trump, termasuk tarif besar terhadap China, diperkirakan akan mempercepat tekanan harga dalam jangka pendek.

    Namun, analis menilai komentar Waller kali ini menandai perubahan nada dari sikap dovish sebelumnya.

    Tim analis Evercore ISI dalam laporannya menilai, pernyataan Waller menunjukkan perubahan penting. Waller kini menyoroti ketegangan antara pertumbuhan ekonomi yang kuat dan data tenaga kerja yang melemah. 

    “Dia memperingatkan bahwa pemangkasan suku bunga Oktober kemungkinan tetap terjadi, tetapi keputusan Desember belum tentu dilakukan jika data ekonomi menguat,” jelasnya

    Data terbaru dari Federal Reserve Philadelphia menunjukkan kondisi sektor manufaktur yang campuran pada Oktober. Sementara itu, survei The Fed New York melaporkan aktivitas sektor jasa mengalami penurunan signifikan, dengan pelaku usaha tidak optimistis terhadap prospek beberapa bulan ke depan.

    Sebelumnya, Ketua The Fed Jerome Powell juga menegaskan peluang pemangkasan suku bunga bulan ini tetap terbuka, seraya menyebut risiko terhadap ketenagakerjaan semakin meningkat.

    Waller, yang disebut-sebut sebagai kandidat kuat pengganti Powell setelah masa jabatannya berakhir Mei 2026, termasuk di antara pejabat The Fed yang lebih awal mendukung pemangkasan suku bunga untuk mencegah pelemahan pasar tenaga kerja lebih dalam.

  • Lima Nama Masuk Radar Trump untuk Ketua The Fed Pengganti Powell

    Lima Nama Masuk Radar Trump untuk Ketua The Fed Pengganti Powell

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Amerika Serikat (AS) Scott Bessent akan menyerahkan daftar calon kandidat Ketua Federal Reserve (The Fed) kepada Presiden Donald Trump pada Desember mendatang.

    “Kemungkinan setelah libur Thanksgiving, sekitar Desember, kami akan menyampaikan kepada Presiden tiga atau empat kandidat untuk diwawancarai,” ujar Bessent dikutip dari Bloomberg, Kamis (16/10/2025)

    Bessent mengungkapkan semula ada 11 nama awal yang diwawancarainya, namun kini telah mengerucut menjadi lima kandidat utama.

    Sebelumnya, nama-nama tersebut mencakup Wakil Ketua Pengawasan The Fed Michelle Bowman, Gubernur The Fed Christopher Waller, Direktur Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett, mantan Gubernur The Fed Kevin Warsh, dan eksekutif BlackRock Inc. Rick Rieder.

    “Seperti biasanya, Presiden akan menerima banyak masukan dari puluhan hingga ratusan orang sebelum membuat keputusan akhir,” kata Bessent mengenai proses pengambilan keputusan Trump.

    Bessent menegaskan dirinya tidak termasuk dalam daftar kandidat pengganti Ketua The Fed, menepis spekulasi bahwa dia mungkin akan dipertimbangkan untuk posisi tersebut.

    Bessent diketahui memimpin proses seleksi untuk mencari pengganti Jerome Powell, yang masa jabatannya sebagai Ketua The Fed akan berakhir pada Mei 2026.

    Pencarian pengganti Powell menempatkan para kandidat dalam posisi sulit: mereka perlu menunjukkan kepada Trump bahwa mereka bersedia menurunkan suku bunga secara agresif, namun di saat yang sama meyakinkan pasar bahwa mereka memiliki kapasitas profesional dan tetap independen dari pengaruh politik Gedung Putih.

    Trump, yang berulang kali mengkritik Powell karena dianggap lamban memangkas biaya pinjaman, telah menyatakan keinginannya agar The Fed menurunkan suku bunga acuan hingga 3%. Namun, investor khawatir langkah ekstrem itu dapat mengguncang pasar obligasi dan memicu lonjakan inflasi.

    Bessent tidak secara langsung menjawab apakah calon Ketua The Fed harus mendukung pemangkasan suku bunga, namun menegaskan ada dua kriteria utama yang dia cari.

    “Pertama, apakah Anda memiliki cara pandang yang terbuka? Apa teori ekonomi yang Anda pegang. Kedua, The Fed adalah organisasi besar dengan peran luas di bidang pembayaran dan regulasi, jadi kemampuan manajerial juga menjadi faktor penting,” kata Bessent.

    Ketua The Fed berikutnya diperkirakan akan menjabat selama 14 tahun sebagai anggota dewan gubernur, yang masa jabatannya dimulai pada awal 2026.

    Trump juga disebut tengah berupaya memberhentikan Gubernur The Fed Lisa Cook atas tuduhan penipuan kredit kepemilikan rumah (KPR). Mahkamah Agung AS dijadwalkan menggelar sidang kasus tersebut pada Januari, namun mengizinkan Cook tetap menjabat sementara proses hukum berjalan.

  • Harga Minyak Tergelincir Imbas Sentimen Perang Dagang Amerika Serikat-China – Page 3

    Harga Minyak Tergelincir Imbas Sentimen Perang Dagang Amerika Serikat-China – Page 3

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent pada Rabu menegaskan Washington tidak ingin meningkatkan konflik perdagangan, menekankan Presiden Donald Trump siap bertemu dengan Presiden Tiongkok Xi Jinping di Korea Selatan akhir bulan ini.

    Pekan lalu, China mengumumkan akan meningkatkan kontrol ekspor tanah jarang dan Trump mengancam akan menaikkan tarif barang-barang Tiongkok hingga 100% dan memperketat pembatasan ekspor perangkat lunak mulai 1 November.

    Tekanan deflasi terus berlanjut di Tiongkok, dengan harga konsumen dan produsen turun pada September, seiring dengan kemerosotan pasar properti yang berkepanjangan dan ketegangan perdagangan.

    Di AS, investor semakin yakin Federal Reserve akan terus memangkas suku bunga.

    Pada Selasa, Ketua The Fed Jerome Powell membuka peluang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut dan mengatakan bahwa upaya panjang bank sentral untuk mengurangi kepemilikannya mungkin sudah dekat. Kebijakan ekonomi yang lebih longgar dapat mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak.

     

  • IHSG menguat di tengah “wait and see” data cadev hingga likuiditas RI

    IHSG menguat di tengah “wait and see” data cadev hingga likuiditas RI

    Jakarta (ANTARA) – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Senin bergerak menguat di tengah pelaku pasar bersikap wait and see terhadap data ekonomi domestik, termasuk cadangan devisa (cadev) dan likuiditas sistem keuangan.

    IHSG dibuka menguat 37,06 poin atau 0,46 persen ke posisi 8.155.36. Sementara, kelompok 45 saham unggulan atau indeks LQ45 naik 3,48 poin atau 0,44 persen ke posisi 788,67.

    “Pekan kedua Oktober 2025 akan menjadi periode sibuk bagi pasar keuangan Indonesia, dengan sejumlah rilis data penting dari Bank Indonesia (BI), risalah rapat The Fed, serta perkembangan government shutdown Amerika Serikat (AS) yang masih berlangsung,” sebut Tim Riset Lotus Andalan Sekuritas dalam kajiannya di Jakarta, Senin.

    Dari dalam negeri, BI akan merilis cadangan devisa September 2025 pada Selasa (7/10), yang pada Agustus 2025 tercatat 150,7 miliar dolar AS, atau menurun akibat pembayaran utang luar negeri dan intervensi stabilisasi rupiah.

    Selain itu, pada hari sama, BI akan merilis data Uang Primer (M0) untuk memantau likuiditas sistem keuangan.

    Kemudian, BI akan merilis Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) September 2025 pada Rabu (8/10), yang mana pada Agustus 2025 berada di level 117,2, atau turun dari 118,1, namun masih menunjukkan optimisme.

    Selanjutnya, BI akan merilis data penjualan ritel Agustus 2025 pada Kamis (9/10), setelah pada Juli 2025 tumbuh 4,7 persen (yoy), yang menandakan pulihnya permintaan domestik. BI memperkirakan konsumsi akan kembali meningkat di akhir kuartal III.

    Dari mancanegara, pemerintah AS masih mengalami shutdown (penutupan) sejak 1 Oktober 2025, akibat kebuntuan anggaran antara Presiden AS Donald Trump dan Partai Demokrat.

    Lebih dari 750.000 pegawai federal dirumahkan, dan terjadi “data blackout” ekonomi karena tertundanya publikasi data penting seperti data ketenagakerjaan (NFP) dan inflasi, yang membuat The Fed kekurangan acuan untuk keputusan suku bunga.

    Pada Kamis (9/10), risalah rapat FOMC dan sejumlah pidato pejabat The Fed termasuk Jerome Powell akan menjadi perhatian utama pasar. Nada dovish bisa mendorong aset berisiko, sementara nada hawkish berpotensi menekan rupiah.

    Pada perdagangan Jumat (3/10) pekan kemarin, bursa saham Eropa ditutup mayoritas menguat, diantaranya Euro Stoxx 50 menguat 0,10 persen, indeks FTSE 100 Inggris menguat 0,67 persen, indeks DAX Jerman melemah 0,18 persen, serta indeks CAC Prancis menguat 0,31 persen.

    Bursa saham AS di Wall Street juga ditutup mayoritas menguat pada Jumat (3/10), diantaranya indeks S&P 500 menguat 0,01 persen ke 6.715,79, indeks Nasdaq melemah 0,28 persen ke 22.780,51, dan Dow Jones menguat 0,51 persen ke 46.758,28.

    Sementara itu, bursa saham regional Asia pagi ini, antara lain indeks Nikkei menguat 2.094,00 poin atau 4,51 persen ke 47.833,00, indeks Shanghai menguat 20,25 poin atau 0,52 persen ke 3.882,78, indeks Hang Seng melemah 155,94 poin atau 0,64 persen ke 27.013,55, dan indeks Strait Times menguat 4,41 poin atau 0,08 persen ke 4.415,35.

    Pewarta: Muhammad Heriyanto
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Trump Unggah Kartun Pecat Ketua The Fed Jerome Powell – Page 3

    Trump Unggah Kartun Pecat Ketua The Fed Jerome Powell – Page 3

    Trump juga pernah berusaha memecat Gubernur Fed Lisa Cook pada Agustus lalu dengan tuduhan penipuan hipotek. Mahkamah Agung masih memproses kasus tersebut. Departemen Kehakiman menilai pemecatan Cook tidak akan mengganggu pasar keuangan, sementara pengacaranya berargumen langkah itu bisa melemahkan independensi The Fed.

    Hingga kini, pasar keuangan cenderung tenang merespons ancaman Trump terhadap Powell maupun upaya pemecatan Cook.

    Meski demikian, para ekonom memperingatkan bila Powell benar-benar diberhentikan sebelum masa jabatannya usai, hal itu berpotensi meningkatkan suku bunga jangka panjang.

    Pasalnya, investor bisa menilai bahwa The Fed tidak lagi independen dan mulai tunduk pada kepentingan politik Presiden, alih-alih mandat Kongres untuk menjaga stabilitas inflasi dan menekan pengangguran.

  • Harga Emas Tertekan, Suku Bunga The Fed Jadi Penentu Arah – Page 3

    Harga Emas Tertekan, Suku Bunga The Fed Jadi Penentu Arah – Page 3

    Faktor lain yang menekan harga emas adalah data Inflasi (PCE). Fokus utama investor saat ini adalah laporan Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan dirilis.

    PCE adalah ukuran inflasi favorit The Fed. Berdasarkan jajak pendapat, PCE untuk bulan Agustus diperkirakan naik 0,3% secara bulanan dan 2,7% secara tahunan.

    “Risiko jangka pendek terbesar bagi emas adalah pembacaan PCE yang lebih tinggi dari perkiraan. Jika inflasi meningkat secara mengejutkan, hal itu dapat mendorong penguatan dolar AS dan menekan harga emas,” kata Grant.Presiden Bank Sentral AS San Francisco, Mary Daly, menegaskan kembali dukungan penuh terhadap pemangkasan suku bunga 25 basis poin pekan lalu dan mengisyaratkan keterbukaan terhadap pemangkasan lebih lanjut.

    Sebaliknya, Ketua Fed Jerome Powell mempertahankan sikap yang lebih hati-hati pada hari Selasa.

     

  • Rincian Harga Emas Perhiasan Hari Ini 25 September 2025 – Page 3

    Rincian Harga Emas Perhiasan Hari Ini 25 September 2025 – Page 3

    Pada Selasa, Ketua The Fed, Jerome Powell, menekankan perlunya menyeimbangkan risiko inflasi dan melemahnya pasar tenaga kerja dalam keputusan kebijakan mendatang.

    Investor sedang menunggu laporan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran inflasi pilihan The Fed, pada Jumat untuk isyarat suku bunga lebih lanjut.

    Laporan tersebut diperkirakan menunjukkan kenaikan bulanan sebesar 0,3% untuk Agustus dan kenaikan tahunan sebesar 2,7%, menurut jajak pendapat Reuters.

    “Saya rasa data inflasi tidak akan berdampak signifikan (pada emas) kecuali jika sangat tinggi,” kata Direktur Utama GoldSilver Central, Brian Lan.

     

  • Rupiah diprediksi melemah, pasar “wait and see” jelang rilis PCE AS

    Rupiah diprediksi melemah, pasar “wait and see” jelang rilis PCE AS

    Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan melemah kisaran sempit Rp16.680-Rp16.710

    Jakarta (ANTARA) – Analis Bank Woori Saudara Rully Nova memperkirakan nilai tukar (kurs) rupiah melemah seiring sikap wait and see investor menjelang rilis data inflasi inti Personal Consumption Expenditures (PCE) Amerika Serikat (AS).

    “Rupiah pada perdagangan hari ini diperkirakan melemah kisaran sempit Rp16.680-Rp16.710, dipengaruhi oleh faktor global kenaikan index dollar sehubungan dengan wait and see data inflasi inti PCE AS yang akan rilis Jumat (26/9) malam,” ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Rabu.

    Infilasi inti PCE AS bulanan pada Agustus 2025 diperkirakan berkisar 0,2 persen, di bawah realisasi Juli 2025 yang sebesar 0,3 persen.

    Sentimen negatif rupiah juga berasal dari pernyataan Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell yang kurang dovish perihal potensi pemangkasan suku bunga AS.

    “Pernyataan Ketua The Fed yang menyatakan bahwa penurunan suku bunga ke depan masih akan terbatas karena risiko inflasi akibat kebijakan tarif, hal tersebut semakin memperuncing perpecahan dengan anggota The Fed yang lain yang menginginkan penurunan suku bunga lanjutan, serta menambah ketidakpastian kebijakan suku bunga ke depan,” ungkap Rully.

    Melihat sentimen dari dalam negeri, pelemahan kurs rupiah dipengaruhi sikap pelaku pasar yang mencemaskan disiplin fiskal pemerintah dan independensi Bank Indonesia (BI).

    “(Apa yang dikhawatirkan pelaku pasar adalah) posisi defisit anggaran yang saat ini sudah mendekati batas threshold di 3 persen,” kata dia.

    Nilai tukar rupiah pada pembukaan perdagangan hari Rabu di Jakarta menguat sebesar 4 poin atau 0,03 persen menjadi Rp16.684 per dolar Amerika Serikat (AS) dari sebelumnya Rp16.688 per dolar AS.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.