Tag: Jerome Powell

  • Rupiah akan diperdagangkan berkisar Rp16.575-Rp16.700 per dolar AS

    Rupiah akan diperdagangkan berkisar Rp16.575-Rp16.700 per dolar AS

    Jakarta (ANTARA) – Kepala Ekonom Permata Bank Josua Pardede mengatakan nilai tukar (kurs) rupiah akan diperdagangkan dalam kisaran Rp16.575-Rp16.700 per dolar Amerika Serikat (AS).

    “Meskipun pasar sebagian besar telah mengantisipasi penurunan suku bunga acuan FOMC (Federal Open Market Committee) bulan Oktober 2025, investor berfokus pada arahan mengenai potensi arah suku bunga kebijakan ke depannya,” ujar dia kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.

    Pada rapat FOMC, The Fed memangkas Fed Funds Rate (FFR) sebesar 25 basis points (bps) ke kisaran target 3,75–4 persen dari sebelumnya 4–4,25 persen.

    Keputusan itu disebut menghasilkan dua dissenting opinion berbeda. Pertama, Gubernur Stephen Miran mendukung penurunan yang lebih besar sebesar 50 bps, konsisten dengan FOMC sebelumnya.

    Adapun Presiden The Fed Kansas City Jeff Schmid lebih memilih mempertahankan suku bunga tak berubah.

    Dalam pidato pasca rapat, Ketua The Fed Jerome Powell mencatat pemotongan suku bunga pada Desember 2025 bukan kepastian. Hal ini menandakan sikap hati-hati di tengah tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja AS.

    Powell juga menekankan bahwa inflasi AS masih tinggi dibandingkan tahun lalu, kendati pertumbuhan ekonomi AS tetap moderat.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Zaenal Abidin
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Prediksi Rupiah terhadap Kurs Dolar AS Hari Ini 30 Oktober 2025 Jelang Pertemuan Donald Trump-Xi Jinping

    Prediksi Rupiah terhadap Kurs Dolar AS Hari Ini 30 Oktober 2025 Jelang Pertemuan Donald Trump-Xi Jinping

    Liputan6.com, Jakarta – Pengamat Ekonomi, Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi memproyeksikan, nilai tukar rupiah menguat di kisaran 16.570 – 16.620 terhadap dolar AS. Proyeksi tersebut menyusul akan dilakukannya pertemuan Presiden Amerika Serikat Donald Teump dengan Xi Jinping di Korea Selatan pada Kamis, 30 Oktober 2025.

    “Pada perdagangan (Rabu 29 Oktober) mata uang rupiah ditutup melemah 9 point sebelumnya sempat melemah 25 point dilevel Rp 16.617 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.608 Sedangkan untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif namun ditutup menguat direntang  Rp 16.570 – Rp 16.620,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Kamis (30/10/2025).

    Selain pertemuan Trump dengan Xi Jinping, fakto lain yang mempengaruhi penguatan rupiah adalah pertemuan kebijakan The Fed selama dua hari, yang dimulai pada hari Selasa, secara luas diantisipasi akan mencapai puncaknya di kemudian hari dengan penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin.

    Menurut perangkat CME FedWatch, pasar saat ini memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 bps hampir 100%. Ini akan menjadi penurunan suku bunga kedua berturut-turut, setelah pertemuan kebijakan The Fed di bulan September.

    “Investor memberikan perhatian khusus pada arahan ke depan dari para pembuat kebijakan. Jika Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa pemotongan lebih lanjut mungkin ditunda atau inflasi tetap menjadi perhatian, imbal hasil riil yang lebih tinggi atau dolar yang lebih kuat,” jelasnya.

    Dari geopolitik, Presiden AS Donald Trump memberlakukan sanksi terkait Ukraina terhadap Rusia untuk pertama kalinya dalam masa jabatan keduanya, yang menargetkan perusahaan minyak besar Lukoil dan Rosneft. 

    Pada Selasa, Kremlin mengatakan Rusia menawarkan energi berkualitas tinggi dengan harga yang baik dan mitra-mitranya akan memutuskan sendiri apakah akan membeli energinya setelah AS menerapkan sanksinya.

     

  • Harga Emas Menguat Setelah The Fed Pangkas Suku Bunga Acuan

    Harga Emas Menguat Setelah The Fed Pangkas Suku Bunga Acuan

    Liputan6.com, Jakarta – Harga emas menguat pada perdagangan Rabu, 29 Oktober 2025. Kenaikan harga emas dunia terjadi setelah pelaku pasar mencerna komentar dari ketua the Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell mengenai arah kebijakan ke depan. Hal ini meskipun bank sentral AS menurunkan suku bunga acuan 25 basis poin (bps) yang telah diprediksi sebelumnya.

    Mengutip laman CNBC, Kamis (30/10/2025), harga emas di pasar spot naik 0,3% menjadi USD 3.964,39 per ounce setelah naik 2% pada awal sesi perdagangan.

    Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember ditutup naik 0,4% ke posisi USD 4.000,7 per ounce.

    The Fed menurunkan suku bunga acuan semalam ke kisaran target 3,75%–4,00%, yang merupakan kedua kalinya bank sentral AS melonggarkan kebijakannya tahun ini.

    Berbicara dalam konferensi pers, Powell memberikan peringatan tentang apa yang akan terjadi. “Dalam diskusi komite pada pertemuan ini, terdapat perbedaan pandangan yang kuat tentang bagaimana melanjutkan pada bulan Desember,” kata Powell.

    Ia menambahkan, penurunan lebih lanjut dalam suku bunga kebijakan pada pertemuan Desember bukanlah kesimpulan yang sudah pasti. Jauh dari itu, kebijakan tidak berada pada jalur yang telah ditentukan sebelumnya.

    “Emas bereaksi secara logis terhadap upaya Powell untuk mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga di bulan Desember. Kita sudah melihat dana berjangka Fed memangkas ekspektasi, yang akan berdampak positif bagi dolar AS dan negatif bagi emas,” tutur Wakil Presiden  Zaner Metals, ujar Peter Grant.

    Indeks dolar AS melanjutkan penguatan, membuat emas batangan yang dihargakan dalam dolar lebih mahal bagi pembeli luar negeri.

     

  • Wall Street Melemah Tertekan Komentar Bos The Fed Soal Suku Bunga

    Wall Street Melemah Tertekan Komentar Bos The Fed Soal Suku Bunga

    Jakarta, Beritasatu.com – Mayoritas indeks saham utama di Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (29/10/2025) waktu setempat. Padahal, Dow Jones Industrial Average sempat menembus rekor tertinggi di awal sesi sebelum akhirnya berbalik turun.

    Dikutip dari CNBC International, pelemahan terjadi setelah Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberi sinyal bahwa bank sentral kemungkinan tidak akan kembali memangkas suku bunga lagi tahun ini atau pada Desember 2025.

    Indeks Dow Jones turun 74,37 poin (0,2%) ke level 47.632, setelah sempat menguat lebih dari 300 poin. S&P 500 juga melemah tipis ke 6.890,59, sementara Nasdaq Composite justru naik 0,55% ke rekor tertinggi baru 23.958,47, didorong lonjakan saham Nvidia.

    Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25% ke kisaran 3,75%-4,00%, menjadi pemangkasan kedua sepanjang tahun. Namun, komentar Powell menepis ekspektasi pasar akan adanya pemangkasan tambahan pada Desember.

    “Dalam rapat kali ini, terdapat perbedaan pandangan cukup kuat terkait langkah Desember. Pemangkasan lebih lanjut belum menjadi kepastian,” ujar Powell.

    Pernyataan tersebut memicu kenaikan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kembali di atas 4%, menekan saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga, termasuk Costco, McDonald’s, Visa, dan Mastercard.

    Analis menilai pernyataan Powell menggambarkan adanya ketegangan internal di tubuh The Fed, antara pejabat yang mendukung pelonggaran agresif dan mereka yang masih mewaspadai risiko inflasi.

    Michael Rosen, Chief Investment Officer Angeles Investments, menilai pasar terlalu optimistis. “Inflasi masih di atas target The Fed, sementara kebijakan moneter saat ini relatif longgar,” jelasnya.

    Sementara itu, saham Nvidia melanjutkan reli dengan kenaikan 3,1%, mendorong kapitalisasi pasarnya menembus US$ 5 triliun, menjadi perusahaan AS pertama yang mencapai level tersebut. Reli ini diperkuat oleh kabar investasi US$ 1 miliar di Nokia asal Finlandia.

    Investor kini menunggu laporan kinerja dari anggota lain kelompok magnificent seven, termasuk Alphabet, Meta, Microsoft, Apple, dan Amazon, yang hasilnya diyakini akan menentukan arah pasar selanjutnya.
     

  • The Fed Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan

    The Fed Kembali Pangkas Suku Bunga Acuan

    Liputan6.com, Jakarta – Bank sentral Amerika Serikat (AS) atau the Federal Reserve (the Fed) memangkas suku bunga dari hasil pertemuan 28-29 Oktober 2025. Dengan demikian the Fed memangkas suku bunga acuan sebanyak dua kali pada 2025.

    Namun, ketua the Fed Jerome Powell juga memperingatkan pemangkasan suku bunga lebih lanjut tidak dijamin. Hal ini seiring gangguan laporan ekonomi akibat penutupan pemerintah dan perpecahan tajam di antara 19 pejabat the Fed yang berpartisipasi dalam pembahasan suku bunga bank sentral.

    Mengutip AP, Powell menuturkan, terdapat perbedaan yang sangat besar tentang bagaimana melanjutkan kebijakan pada Desember pada pertemuan berikutnya. Penurunan suku bunga lebih lanjut bukan kesimpulan yang sudah pasti dan jauh dari itu.

    Pelaku pasar menurunkan peluang penurunan suku bunga pada Desember menjadi 67 persen dari 90 persen, menurut FedWatcg dari CME Group, demikian mengutip CNBC.

    Dengan suara 10-2, Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) bank sentral menurunkan suku bunga acuan pinjaman semalam ke kisaran 3,75%-4%. Selain penurunan suku bunga, The Fed mengumumkan akan mengakhiri pengurangan pembelian asetnya, sebuah proses yang dikenal sebagai pengetatan kuantitatif, pada 1 Desember.

    Mengutip AP, the Fed telah menaikkan suku bunga menjadi 5,3% pada 2023 dan 2024 untuk mengatasi lonjakan inflasi terbesar dalam empat dekade sebelum menerapkan tiga kali pemotongan suku bunga tahun lalu.

    Saham, yang sebelumnya menguat setelah keputusan awal dirilis, berbalik melemah setelah komentar ketua The Fed. Indeks-indeks utama perlahan pulih selama sesi tersebut dengan para wartawan.

    Penurunan ini terjadi meskipun The Fed pada dasarnya kurang tanggap akhir-akhir ini terkait data ekonomi.

     

  • Harga Emas Hari Ini Anjlok Imbas The Fed Tekan Sentimen Pasar

    Harga Emas Hari Ini Anjlok Imbas The Fed Tekan Sentimen Pasar

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas global melemah tajam pada Rabu (29/10/2025) waktu AS atau Kamis (30/1/2025) WIB, setelah pernyataan berhati-hati dari Ketua Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell mengikis optimisme pasar terhadap kelanjutan pemangkasan suku bunga.

    Mengutip CNBC, harga emas spot ditutup turun 0,56% ke posisi US$ 3.930,61 per ons troi, setelah sempat melonjak hingga 2% di awal perdagangan. Sementara itu, kontrak berjangka emas AS untuk pengiriman Desember merosot 1,03% ke US$ 3.941,9 per ons troi.

    Diketahui sebelumnya, The Fed resmi menurunkan suku bunga acuan ke kisaran 3,75%-4,00%, menjadi pemangkasan kedua sepanjang 2025. Namun, komentar Powell dalam konferensi pers setelah rapat membuat pasar kembali berhati-hati.

    “Ada perbedaan pandangan yang cukup kuat mengenai langkah Desember. Pemangkasan suku bunga berikutnya belum tentu dilakukan, dan kebijakan kami tidak bersifat otomatis,” ujar Powell.

    Pernyataan tersebut langsung menekan harga emas, karena investor mulai memangkas ekspektasi pemangkasan lanjutan.

    Senior Metals Strategist Zaner Metals Peter Grant mengatakan, reaksi pasar tergolong wajar.

    “Komentar Powell membuat pelaku pasar mengurangi harapan pemangkasan Desember. Ini berdampak positif bagi dolar AS, tetapi negatif untuk emas,” jelasnya.

    Seiring penguatan indeks dolar AS, harga emas semakin tertekan karena menjadi lebih mahal bagi pembeli di luar negeri.

    Sementara itu, analis logam independen Tai Wong menilai, ketidakpastian terkait arah kebijakan moneter AS berpotensi menahan reli harga emas.

    “Fakta bahwa pemangkasan Desember belum pasti akan membatasi pergerakan naik emas dalam waktu dekat,” ujarnya.

    Secara fundamental, emas yang tidak memberikan imbal hasil biasanya menguat di tengah kondisi suku bunga rendah. Namun, sinyal kehati-hatian The Fed menahan potensi tersebut.

    Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak 51% dan mencatat rekor tertinggi US$ 4.381,21 per ons troi pada 20 Oktober. Namun, dalam sepekan terakhir, harga terkoreksi lebih dari 3%, seiring meredanya ketegangan perdagangan AS-China.

    Untuk logam mulia lainnya, harga perak spot stabil di US$ 47,55 per ons troi, platinum naik 0,35% ke US$ 1.594,95, dan palladium menguat 0,1% ke US$ 1.403,4 per ons troi.

  • Jelang Pengumuman Fed, Saham-saham Wall Street Kompak Menghijau

    Jelang Pengumuman Fed, Saham-saham Wall Street Kompak Menghijau

    Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham di bursa Amerika Serikat (AS) melanjutkan reli yang didorong oleh sektor teknologi pada Rabu (29/10/2025), seiring Wall Street bersiap menghadapi agenda padat yang mencakup keputusan suku bunga Federal Reserve atau The Fed dan laporan keuangan dari tiga raksasa teknologi.

    Dilansir dari Bloomberg, Indeks S&P 500 naik tipis 0,210% pada pukul 11:48 pagi di New York, sementara Indeks Nasdaq 100 naik 0,332%. Saham Nvidia Corp. melanjutkan kenaikannya, menembus kapitalisasi pasar US$5 triliun dan menjadi perusahaan publik pertama dalam sejarah yang mencapai tonggak tersebut.

    Adapun, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin persentase pada Rabu sore waktu setempat. Ketua The Fed Jerome Powell siap untuk menggambarkan pemotongan tersebut dan penarikan dari program pengetatan kuantitatif bank sebagai langkah manajemen risiko.

    Antisipasi langkah The Fed telah menarik turun imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun sejak pertemuan terakhir, sementara penutupan pemerintah AS (government shutdown) mengancam akan memberikan tekanan tambahan pada ekonomi.

    “Dengan taruhan untuk langkah The Fed hari ini sebagian besar sudah pasti, hal yang lebih penting bagi pasar adalah laporan kinerja Microsoft Corp., Alphabet Inc., dan Meta Platforms Inc. setelah penutupan pasar,” tulis Bloomberg dikutip, Kamis (30/10/2025) dini hari. 

    Wall Street akan memantau pembaruan mengenai pengeluaran kecerdasan buatan (artificial intelligent/ AI) dan menanti informasi kapan mereka memperkirakan akan mulai melihat hasil dari investasi tersebut.

    Perkembangan positif di front perdagangan juga mengangkat suasana di kalangan pedagang. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung menandatangani kesepakatan perdagangan, mengakhiri negosiasi berbulan-bulan mengenai implementasi kesepakatan kerangka kerja yang disepakati pada Juli.

    Dalam pergerakan saham individu, saham Boeing Co. turun 4,18% setelah produsen pesawat tersebut mencatat beban akuntansi sebesar $4,9 miliar akibat penundaan peluncuran pesawat jet 777X hingga 2027.

    Di sisi lain, saham American Electric Power naik 4,99% setelah perusahaan utilitas listrik AEP mengonfirmasi kisaran proyeksi laba operasional tahunan dan menyatakan bahwa hasilnya diperkirakan akan berada di bagian atas kisaran tersebut. Saham Caterpillar Inc. melonjak 12,90% setelah produsen mesin tersebut melaporkan laba per saham yang disesuaikan melebihi ekspektasi Wall Street.

    Di tingkat sektor, saham emas dan perak naik seiring dengan kenaikan harga logam, karena investor semakin mengharapkan The Fed akan menurunkan suku bunga hari ini.

    Setelah rally 38% di S&P 500 sejak titik terendah April, investor dihadapkan pada dilema: Mencairkan keuntungan atau tetap bertahan. Indeks S&P 500 telah berada di atas rata-rata pergerakan 50 hari selama 125 sesi, periode terpanjang sejak 2011, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Indeks acuan ini hanya mencatat tiga periode lebih panjang dalam 30 tahun terakhir.

  • IHSG Hari Ini 29 Oktober Naik Nyaris 1 Persen

    IHSG Hari Ini 29 Oktober Naik Nyaris 1 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks harga saham gabungan (IHSG) pada Rabu (29/10/2025) ditutup naik 73,6 poin atau 0,91% ke level 8.166,22. Sejumlah saham terpantau menghijau, mulai dari saham INOV hingga STRK dengan lonjakan harga 16% sampai 34%.

    Adapun total nilai transaksi di bursa hari ini mencapai Rp 20,96 triliun. Sebanyak 373 saham naik, sedangkan 330 saham turun dan 253 saham stagnan. Volume perdagangan sebanyak 26,83 miliar saham dengan frekuensi sebanyak 2,213 juta kali.

    Sejumlah sektor saham mengalami penguatan pada penutupan pasar hari ini, dengan penguatan terbesar pada saham sektor properti yang naik 3,44%. Saham sektor keuangan juga menguat sebesar 1,56%, sektor barang konsumen primer 1,54%, dan sektor transportasi 0,97%.

    Selanjutnya, sektor energi menguat sebesar 0,79%, sektor kesehatan 0,4%, dan sektor barang konsumen non-primer 0,35%. Sebaliknya, saham sektor perindustrian melemah 0,95%, sektor properti melemah 0,74%, sektor teknologi melemah 0,66%, dan sektor infrastruktur turun 0,26%.

    Pilarmas memaparkan, volatilitas pasar masih menyelimuti pasar keuangan di saat pelaku pasar menantikan arah kebijakan The Fed dan juga pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) dengan Presiden China Xi Jinping.

    Menurut Pilarmas, pasar menunggu dan mencermati pernyataan Ketua The Fed Jerome Powell tentang laju pelonggaran lebih lanjut. Sementara pasar memprediksi The Fed akan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 bps ke level 4%.

    Selanjutnya, tambah Pilarmas, pasar juga menunggu pertemuan yang sangat dinantikan antara Presiden China Xi Jinping dan Presiden AS Donald Trump. Sebelumnya, Trump mengatakan berencana untuk membahas penurunan tarif terkait fentanil terhadap China dan mendukung petani AS.

    Dari internal, Pilarmas memaparkan, IHSG sempat tertekan pada sesi I hari ini karena aksi jual investor asing yang membukukan net sell Rp 1,20 triliun di pasar reguler.

  • Penyebab Harga Emas Dunia Bangkit Sore Hari Ini 29 Oktober 2025

    Penyebab Harga Emas Dunia Bangkit Sore Hari Ini 29 Oktober 2025

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga emas dunia kembali menguat lebih dari 1% pada sore hari ini, Rabu (29/10/2025), setelah sebelumnya sempat jatuh ke level terendah dalam tiga pekan. Kenaikan ini terjadi menjelang pengumuman keputusan suku bunga oleh Federal Reserve (The Fed) dan pidato Ketua The Fed, Jerome Powell.

    Berdasarkan data hingga pukul 14.48 WIB, harga emas di pasar spot naik 1% menjadi US$ 3.991,59 per troi ons, setelah sehari sebelumnya menyentuh level terendah sejak 6 Oktober 2025. Sementara itu, harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember 2025 naik 0,6% menjadi US$ 4.005,60 per troi ons.

    Analis Quantitative Commodity Research, Peter Fertig, menilai kenaikan harga emas didorong oleh aksi beli investor setelah harga sempat turun tajam.

    “Perburuan barang murah bisa jadi (mendukung harga emas) karena nilainya sudah turun lebih dari 10%, sehingga terlihat menarik kembali,” kata Peter, dikutip dari Reuters. 

    Ia menambahkan, sebagian bank sentral juga memanfaatkan momentum penurunan harga sebelumnya untuk menambah cadangan emas mereka.

    Sementara itu, pasar menanti keputusan The Fed yang diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin. Investor juga fokus pada arah kebijakan selanjutnya yang akan disampaikan oleh Jerome Powell.

    Emas cenderung menguat di tengah lingkungan suku bunga rendah dan ketidakpastian ekonomi global. Sejak awal tahun, harga emas telah melonjak sekitar 52%, bahkan mencetak rekor tertinggi sepanjang masa di level US$ 4.381,21 per troi ons pada 20 Oktober 2025.

    Selain emas, harga logam mulia lainnya juga naik. Perak menguat 2% menjadi US$ 47,98 per troi ons, platinum naik 0,6% ke US$ 1.595,46, dan paladium meningkat 1% menjadi US$ 1.407,25.

  • Rupiah Hari Ini 29 Oktober Ditutup Tertekan Keperkasaan Dolar AS

    Rupiah Hari Ini 29 Oktober Ditutup Tertekan Keperkasaan Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah kembali ditutup melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada penutupan perdagangan Rabu (29/10/2025).

    Rupiah ditutup turun 9 poin terhadap dolar AS, setelah sebelumnya sempat melemah 25 poin ke level Rp 16.617 dari penutupan sebelumnya di Rp 16.608.

    Direktur PT Traze Andalan Futures, Ibrahim Assuaibi, mengungkapkan rupiah melemah di tengah sentimen pertemuan kebijakan The Fed yang dimulai Selasa, dan secara luas diantisipasi akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin.

    Perangkat CME FedWatch kini menunjukkan pasar memperkirakan kemungkinan penurunan suku bunga sebesar 25 bps hampir 100%.

    “Ini akan menjadi penurunan suku bunga kedua berturut-turut setelah pertemuan kebijakan The Fed pada September,” kata Ibrahim dalam keterangan tertulis, Rabu (29/10/2025). Ia memprediksi kebijakan suku bunga The Fed akan memengaruhi posisi rupiah.

    “Investor memberikan perhatian khusus pada forward guidance dari para pembuat kebijakan. Jika Ketua The Fed Jerome Powell memberi sinyal bahwa pemotongan lebih lanjut mungkin ditunda atau inflasi tetap menjadi perhatian, maka yield riil yang lebih tinggi bisa memperkuat dolar,” lanjutnya. Ibrahim menilai hal itu akan turut berdampak pada rupiah.

    Dari sisi geopolitik, rupiah juga tertekan menyusul langkah Presiden AS Donald Trump memberlakukan sanksi terhadap Rusia terkait Ukraina, yang menargetkan perusahaan minyak besar Lukoil dan Rosneft.

    Selain itu, pelemahan rupiah turut dipicu oleh pernyataan Presiden Trump yang mengatakan berharap dapat memangkas tarif 20% atas impor dari China. Pemangkasan tarif tersebut terkait bahan kimia prekursor fentanil, menjelang pertemuan puncaknya dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan.