Tag: Jerome Powell

  • Rupiah Ditutup Perkasa Hari Ini Selasa 2 Desember 2025, Bertengger di Posisi Ini

    Rupiah Ditutup Perkasa Hari Ini Selasa 2 Desember 2025, Bertengger di Posisi Ini

    Liputan6.com, Jakarta Pengamat Ekonomi, Mata Uang & Komoditas Ibrahim Assuaibi, mencatat mata uang rupiah ditutup menguat di level Rp 16.624 pada perdagangan sore ini, Selasa (2/12/2025).

    “Pada perdagangan sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat 38 point sebelumnya sempat menguat 55 point dilevel Rp 16.624 dari penutupan sebelumnya di level Rp 16.663,” kata Ibrahim dalam keterangannya, Selasa (2/12/2025).

    Adapun Ibrahim membeberkan sejumlah faktor yang mempengaruhi penguatan rupiah, diantaranya faktor eksternal, ekspektasi bahwa The Federal Reserve akan melanjutkan siklus pelonggarannya telah meningkat dengan CME FedWatch Tool menunjukkan bahwa peluang penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada bulan Desember adalah sebesar 87,4%.

    Penasihat Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, kemungkinan akan ditunjuk sebagai Ketua Fed berikutnya, menggantikan Jerome Powell. Namun, Presiden AS Donald Trump mengatakan pada hari Minggu bahwa ia tidak akan memberi tahu siapa pun siapa yang akan ditunjuk, tetapi ia sudah menentukan pilihannya.

    Sementara berdasarkan data, Institute for Supply Management (ISM) mengungkapkan bahwa aktivitas manufaktur pada bulan November mengalami kontraksi selama sembilan bulan berturut-turut.

    “Data lebih lanjut, yang diungkapkan oleh ISM, menunjukkan bahwa harga input meningkat dan pasar tenaga kerja masih berada dalam kondisi rendahnya tingkat pemecatan dan perekrutan,” ujarnya.

    Selain itu, Rusia-Ukraina kembali memanas, setelah Ukraina meningkatnya frekuensi serangan pesawat nirawak terhadap infrastruktur Rusia. Serangan baru-baru ini sempat mengganggu pemuatan di terminal Laut Hitam Konsorsium Pipa Kaspia, jalur utama untuk minyak mentah Kazakhstan dan Rusia.

    Pada saat yang sama, ketegangan antara Washington dan Caracas semakin dalam setelah para pejabat AS mengisyaratkan mereka mungkin akan memperketat pembatasan terhadap Venezuela, termasuk menutup wilayah udara mereka. Langkah ini menyusul meningkatnya tekanan AS terhadap Venezuela, dengan Trump menuduh negara itu membiarkan pengiriman narkoba mengalir dari wilayahnya.

     

     

     

  • Harga Emas Diramal Menguat Bulan Desember, Ini Pemicunya

    Harga Emas Diramal Menguat Bulan Desember, Ini Pemicunya

    Jakarta

    Harga emas dunia kemungkinan akan menguat di bulan Desember 2025 ini. Fluktuasi harga emas akan terjadi didorong oleh berbagai faktor.

    Menurut Pengamat Mata Uang dan Komoditas Ibrahim Assuaibi kemungkinan harga emas akan menguat karena banyak sentimen pendukungnya dari luar negeri. Khususnya, dari Amerika Serikat.

    Diperkirakan emas berpotensi naik ke level US$ 4.263 per troy ons atau sekitar Rp 2,44 juta per gram untuk harga domestik. Secara mingguan emas bisa menguat lagi sampai US$ 4.328 per troy ons atau sekitar Rp 2,58 juta per gram.

    “Tapi kalau seandainya naik di hari Senin, kemungkinan besar di US$ 4.263 per troy ons. Kemudian logam mulianya di Rp 2,44 juta, itu di resis yang pertama,” ungkap Ibrahim dalam keterangannya kepada awak media, Minggu (30/11/2025).

    Menurutnya, ada optimisme di pasar setelah pemerintahan federal Amerika Serikat (AS) kembali aktif setelah mengalami shutdown. Sebab, data perekonomian AS akan kembali diumumkan untuk bulan September dan Oktober setelah keduanya tidak bisa diumumkan karena shutdown terjadi.

    Buktinya adalah data ekonomi September macam inflasi dan tenaga kerja yang menunjukkan angka positif saat diumumkan usai pemerintahan federal shutdown. Data ekonomi itu bisa saja mendorong Bank Sentral AS The Federal Reserve (The Fed) untuk melakukan penurunan suku bunga yang pada akhirnya menguatkan harga emas.

    “Kemungkinan besar harga emas dunia maupun logam mulia ini akan mengalami kenaikan dalam awal-awal bulan Desember terutama adalah di minggu pertama. Yang pertama adalah kita tahu bahwa pasca pemerintahan federal Amerika libur panjang 43 hari ya banyak sekali data yang tidak dirilis,” jaga Ibrahim.

    Penurunan suku bunga juga nampak makin nyata karena Presiden Donald Trump akan mencalonkan Kevin Hassett yang saat ini menjadi Direktur Dewan Ekonomi Nasional AS untuk menjadi Gubernur The Fed yang baru menggantikan Jerome Powell yang akan selesai masa tugasnya Mei 2026. Mengingat Hassett adalah tangan kanan Trump kemungkinan penurunan suku bunga akan dilakukan.

    “Kemungkinan besar dia akan diterima karena di Kongres mayoritas itu adalah pendukung Trump dari Partai Republik. Nah sehingga apa, sehingga di tahun 2026 kemungkinan besar penurunan suku bunga itu akan lebih banyak lagi,” ujar Ibrahim.

    “Trump sendiri dari awal dia menginginkan bahwa Bank Sentral Amerika itu harus menurunkan suku bunga ya kembali ke sebelumnya di 0 sampai 0,25%. Nah ini yang membuat dolar kembali lagi mengalami pelemahan dan ini yang membuat harga emas dunia kembali mengalami penguatan,” lanjutnya menjelaskan.

    Dari dalam negeri, kenaikan harga emas didorong oleh masalah permintaan dan penawaran, stok emas disebut Ibrahim mengkhawatirkan di dalam negeri setelah masalah yang terjadi pada PT Freeport yang masih sulit melakukan produksi setelah sederet kejadian di tambangnya dan juga smelternya.

    “Terkait masalah supply dan demand permintaan logam mulai dan emas di Indonesia cukup tinggi, karena Freeport baru bisa produksi bulan April, kemungkinan Mei itu baru menghasilkan logam mulia,” papar Ibhrahim.

    Freeport awalnya mengasumsikan dapat memproduksi emas 50 ton, kini cuma bisa memproduksi 25 ton saja. Artinya ada penurunan pasokan emas di dalam negeri yang memicu naiknya harga emas.

    “Dengan adanya permasalahan teknis di lapangan, ini yang membuat harga emas ini walaupun turun akan terbatas, tapi naik akan tinggi karena supply demand tidak seimbang,” pungkas Ibrahim.

    (kil/kil)

  • Harga Emas Perhiasan Hari Ini 27 November 2025: Termurah Sentuh Level Segini

    Harga Emas Perhiasan Hari Ini 27 November 2025: Termurah Sentuh Level Segini

    Sementara itu, Kevin Hassett, yang muncul sebagai kandidat terdepan untuk menggantikan Jerome Powell sebagai Ketua Fed, seperti Presiden AS Donald Trump, mengatakan suku bunga seharusnya lebih rendah.

    Suku bunga berjangka AS memperkirakan peluang penurunan suku bunga sebesar 85% pada bulan Desember, menurut alat FedWatch CME.

    Emas yang tidak memberikan imbal hasil cenderung berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.

    Klaim pengangguran mingguan turun minggu lalu, data pada hari Rabu menunjukkan, meskipun pasar tenaga kerja sedang berjuang untuk menciptakan lapangan kerja yang cukup bagi mereka yang menganggur.

    Keyakinan konsumen AS juga melemah pada November di tengah kekhawatiran mengenai lapangan kerja dan prospek keuangan rumah tangga.

    Seiring sentimen harga emas dunia, bagaimana harga emas perhiasan di Raja Emas dan Laku Emas pada Kamis, (27/11/2025)?

  • Harga Emas Dunia Makin Berkilau, Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed jadi Pemicu

    Harga Emas Dunia Makin Berkilau, Harapan Pemangkasan Suku Bunga The Fed jadi Pemicu

    Liputan6.com, Jakarta – Harga emas dunia menguat dan mendekati level tertinggi lebih dari satu minggu pada perdagangan Rabu, 26 November 2025 waktu setempat. Kenaikan harga emas terjadi setelah  harapan the Federal Reserve (the Fed) akan memangkas suku bunga bulan depan membuat emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil tetap menjadi aset favorit.

    Mengutip CNBC, Kamis (27/11/2025), harga emas di pasar spot naik 0,8% menjadi USD 4.162,90 per ounce pada pukul 15.00 ET, setelah mencapai level tertinggi sejak 14 November pada awal sesi perdagangan. Harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember naik 0,5% menjadi USD 4.160,10 per ounce.

    “Fokus telah bergeser dari dolar AS ke arah penurunan suku bunga pada Desember,” ujar Analis Marex, Edward Meir.

    Ia mencatat, emas menguat meski indeks dolar AS stabil.

    Spekulasi penurunan suku bunga “sedikit membantu emas, begitu pula pembicaraan mungkin akan segera mencalonkan ketua Fed dan kandidat terdepan adalah Kevin Hassett dari Komite Penasihat Ekonomi presiden.”

    Hassett, seperti Presiden AS Donald Trump, telah mengatakan suku bunga seharusnya lebih rendah daripada saat Ketua Fed Jerome Powell menjabat. Emas, aset non-imbal hasil yang berkembang pesat di lingkungan suku bunga rendah, menerima dorongan tambahan dari berita ini.

    Para pedagang melihat peluang 83% penurunan suku bunga Fed bulan depan, dibandingkan dengan 30% seminggu yang lalu, menurut alat CME FedWatch.

    Sementara itu, jumlah warga Amerika Serikat yang mengajukan aplikasi baru untuk tunjangan pengangguran turun minggu lalu, menunjukkan PHK yang masih rendah, meskipun pasar tenaga kerja sedang berjuang untuk menciptakan lapangan kerja yang cukup bagi mereka yang menganggur di tengah ketidakpastian ekonomi yang masih ada.

     

     

  • Laporan The Fed: Ekonomi AS Mandek, Hanya Orang Kaya yang Pesta Pora

    Laporan The Fed: Ekonomi AS Mandek, Hanya Orang Kaya yang Pesta Pora

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau The Fed melaporkan bahwa perekonomian AS nyaris tidak bergerak dan belanja konsumen kembali turun, kecuali pada kelompok berpendapatan tinggi.

    Menurut laporan survei The Fed terhadap pelaku usaha yang dinamakan Beige Book, kondisi lapangan kerja sedikit menurun dan harga naik secara moderat.

    “Prospek secara umum tidak banyak berubah. Sejumlah kontak mencatat meningkatnya risiko perlambatan aktivitas dalam beberapa bulan mendatang, sementara beberapa produsen justru menunjukkan optimisme,” tulis The Fed dalam laporan itu, dikutip dari Bloomberg, Kamis (27/1/2025).

    Sejumlah distrik, termasuk New York, Atlanta, dan Minneapolis, melaporkan bahwa belanja konsumen berpendapatan tinggi masih tangguh. Namun, pengeluaran rumah tangga berpendapatan menengah dan rendah terus melemah.

    “Pelanggan berpendapatan tinggi tidak terlalu terpengaruh, tetapi ‘pelanggan di level menengah ke bawah mulai mengencangkan ikat pinggang’,” menurut laporan The Fed Minneapolis mengutip salah satu kontak.

    Para pembuat kebijakan moneter The Fed saat ini terbelah mengenai keputusan menahan atau menurunkan suku bunga pada pertemuan Desember. Laporan ini memberikan amunisi bagi kedua kubu dalam perdebatan tersebut.

    Pembekuan Rekrutmen Tenaga Kerja di AS

    Meski terdapat peningkatan pengumuman pemutusan hubungan kerja (PHK), lebih banyak distrik melaporkan bahwa perusahaan memilih strategi penghematan tenaga kerja seperti pembekuan rekrutmen dan tidak mengganti pegawai yang keluar, dibandingkan melakukan pemutusan hubungan kerja langsung.

    Terkait harga, tarif impor masih menjadi kekhawatiran, khususnya bagi sektor manufaktur dan ritel yang melaporkan tekanan biaya input yang meluas. Beberapa perusahaan menghadapi pengetatan margin atau tekanan keuangan akibat tarif, meskipun ada juga yang melaporkan harga turun karena permintaan melemah atau tarif ditunda/dikurangi.

    “Ke depan, pelaku usaha umumnya memperkirakan tekanan biaya tetap meningkat, tetapi rencana kenaikan harga dalam jangka pendek beragam,” tulis The Fed.

    Kenaikan upah dalam beberapa bulan terakhir secara umum sejalan dengan target inflasi The Fed, tetapi perusahaan di sektor manufaktur, konstruksi, dan layanan kesehatan masih mencatat tekanan upah yang “moderat”.

    Sebuah perusahaan jasa perekrutan di distrik Philadelphia menyatakan bahwa kebijakan imigrasi yang memperlambat masuknya tenaga kerja baru memaksa banyak manajer menaikkan upah demi bersaing mendapatkan pekerja.

    Dampak Government Shutdown AS

    Laporan tersebut sebagian besar disusun saat penutupan pemerintahan (government shutdown) AS, yang berakhir pada 12 November 2025. Beberapa peritel menyampaikan bahwa penutupan tersebut berdampak negatif terhadap konsumsi.

    Organisasi komunitas juga mencatat meningkatnya permintaan bantuan pangan akibat tertundanya penyaluran manfaat SNAP selama pemerintah tidak beroperasi.

    Minimnya data ekonomi resmi akibat penutupan pemerintah membuat laporan anekdotal ini mendapat perhatian lebih besar. The Fed tidak akan memiliki sebagian besar data ketenagakerjaan dan inflasi bulan Oktober dan November 2025 hingga setelah pertemuan Desember 2025.

    Keterbatasan data tersebut turut memperlebar perbedaan pandangan di internal The Fed mengenai keputusan pemangkasan suku bunga bulan depan.

    Di pasar, ekspektasi untuk pertemuan Desember 2025 terus berfluktuasi antara pemangkasan dan penahanan suku bunga. Saat ini peluang pemangkasan diperkirakan sekitar 80% setelah dua pejabat The Fed yang biasanya sejalan dengan Ketua Jerome Powell memberi sinyal dukungan untuk memangkas suku bunga.

  • Kepala DEN AS Jadi Calon Kuat Bos The Fed Gantikan Powell

    Kepala DEN AS Jadi Calon Kuat Bos The Fed Gantikan Powell

    Bisnis.com, JAKARTA — Nama Direktur Dewan Ekonomi Nasional Gedung Putih, Kevin Hassett, disebut menjadi kandidat terkuat Ketua Federal Reserve (The Fed) berikutnya, seiring dengan proses pencarian pengganti Jerome Powell yang memasuki pekan-pekan akhir.

    Menurut sejumlah sumber yang dikutip dari Bloomberg pada Rabu (26/11/2025), Presiden AS Donald Trump menginginkan sosok yang dekat dan dia percaya memimpin bank sentral yang independen tersebut. 

    Hassett dinilai sebagai figur yang dapat membawa pendekatan Trump dalam pemangkasan suku bunga ke dalam kebijakan The Fed — sesuatu yang sudah lama diinginkan Trump.

    Namun, sumber tersebut menekankan bahwa Trump dikenal kerap membuat keputusan mengejutkan, sehingga nama calon tidak dapat dianggap final sebelum diumumkan secara resmi.

    Sementara itu, Juru Bicara Gedung Putih Karoline Leavitt belum dapat memastikan kabar tersebut. 

    “Tidak ada yang benar-benar tahu apa keputusan Presiden Trump sampai beliau mengumumkannya. Nantikan saja,” ujar Leavitt dalam pernyataan tertulis

    Kedekatan dengan Trump

    Pemilihan Ketua The Fed merupakan salah satu jalur paling langsung bagi presiden untuk memengaruhi arah kebijakan bank sentral. Trump sebelumnya menunjuk Jerome Powell pada masa jabatan pertamanya, tetapi kemudian menyesal karena Powell tidak memangkas suku bunga secepat yang ia harapkan.

    Hassett dinilai sejalan dengan pandangan Trump bahwa suku bunga masih perlu diturunkan lebih jauh. Pada 20 November, dia mengatakan jika memimpin The Fed saat ini, dirinya akan memangkas suku bunga sekarang karena data yang mengindikasikan pelonggaran kebijakan moneter. Hassett juga mengkritik The Fed karena gagal mengendalikan inflasi pascapandemi.

    Kabar bahwa Hassett menjadi kandidat utama membuat imbal hasil Treasury tenor 10 tahun turun di bawah 4% untuk pertama kalinya dalam sebulan.

    The Fed selama ini kerap menjadi sasaran kritik Trump, termasuk ketika ia menuding Powell terlalu lambat memangkas biaya pinjaman. 

    Trump bahkan pernah mempertimbangkan memecat Powell dan menentang renovasi kampus The Fed. Saat ini, Gedung Putih juga tengah terlibat dalam sengketa hukum terkait upaya Trump memberhentikan Gubernur The Fed Lisa Cook.

    Kondisi itu menempatkan tekanan besar pada Menteri Keuangan Scott Bessent, yang memimpin proses seleksi Ketua The Fed berikutnya, untuk menyeimbangkan calon yang pro-pemangkasan suku bunga namun tetap dipercaya pasar keuangan.

    Proses Seleksi Mengerucut

    Setelah menahan suku bunga sepanjang 2025, The Fed mulai memangkas suku bunga acuan 25 basis poin pada September dan Oktober. Namun, perpecahan pandangan soal inflasi dan pasar tenaga kerja membuat keputusan penurunan suku bunga pada Desember masih belum pasti.

    Bessent mengatakan bahwa Trump kemungkinan besar akan mengumumkan pilihannya dalam satu bulan ke depan, sebelum libur Natal pada 25 Desember.

    Trump sendiri sebelumnya mengisyaratkan bahwa keputusannya sudah hampir final. Pada 18 November lalu, Trump mengatakan bahwa dia sudah menetapkan pilihannya tanpa menyebutkan nama. 

    Pada September, Trump menyebut Hassett, mantan pejabat The Fed Kevin Warsh, dan Gubernur The Fed Christopher Waller sebagai tiga kandidat teratas.

    “Presiden Trump belajar banyak di periode pertama soal pentingnya menempatkan orang yang memahami arah dan prioritasnya, terutama di jabatan kunci seperti Direktur FBI dan Ketua The Fed. Saya tidak melihat dia akan memilih seseorang yang tidak dia kenal dekat untuk menggantikan Powell,” ujar mantan Juru Bicara Gedung Putih Sean Spicer.

    Lima Kandidat Terakhir

    Sejak musim panas, Bessent telah mewawancarai hampir selusin calon pengganti Powell, yang kini mengerucut menjadi lima nama: Hassett, Warsh, Waller, Wakil Ketua The Fed untuk Pengawasan Michelle Bowman, dan eksekutif BlackRock Rick Rieder.

    Wawancara akan selesai pekan ini. Para finalis kemudian akan bertemu Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles dan Wakil Presiden JD Vance. Calon Chairman The Fed nantinya juga harus mendapat persetujuan Senat.

    Mengerucutnya dukungan kepada Hassett terjadi seiring meningkatnya frustrasi Trump terhadap Powell. Pekan lalu Trump menyebut Powell sangat tidak kompeten dan mengatakan ingin memecatnya jika bukan karena Bessent yang menahannya. 

    Trump bahkan bercanda bahwa jika Bessent gagal mengamankan suku bunga lebih rendah, dia pun bisa ikut dipecat.

    Meski demikian, posisi Bessent masih aman. Trump bahkan menilai dirinya sebagai salah satu nama yang layak menjadi Ketua The Fed, meski Bessent menegaskan dia lebih suka tetap memimpin Departemen Keuangan.

    Neil Dutta dari Renaissance Macro Research menilai Hassett akan kesulitan mendapatkan dukungan dari anggota Federal Open Market Committee (FOMC).

    “Saya tidak melihat Hassett akan mudah menjalankan tugas tahun depan jika dia jadi ketua. Dia juga terlihat sebagai sosok yang paling mudah ditekan oleh Trump. Bessent tidak begitu,” jelas Dutta

    Ketua The Fed berikutnya kemungkinan akan ditunjuk untuk masa jabatan 14 tahun sebagai gubernur yang dimulai 1 Februari. Kursi itu saat ini diisi Stephen Miran, yang sedang cuti dari Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih. 

    Adapun masa jabatan Powell sebagai ketua berakhir Mei 2026, meski ia masih dapat menjabat sebagai gubernur selama dua tahun lagi.

    Powell belum menyatakan apakah akan mundur dari dewan setelah masa jabatannya sebagai ketua berakhir. Jika dia mundur, pemerintahan Trump akan mendapatkan satu kursi tambahan untuk diisi tahun depan.

  • Risalah FOMC: The Fed Dorong Suku Bunga Stabil di Sisa 2025

    Risalah FOMC: The Fed Dorong Suku Bunga Stabil di Sisa 2025

    Bisnis.com, JAKARTA — Banyak pejabat Federal Reserve (The Fed) menilai suku bunga acuan sebaiknya dipertahankan stabil di sisa 2025.

    Hal tersebut terungkap melalui risalah rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pada 28—29 Oktober 2025 yang dirilis di Washington pada Rabu (19/1/2025) waktu setempat.

    Dokumen tersebut juga menunjukkan bahwa beberapa pembuat kebijakan menolak pemangkasan suku bunga acuan pada pertemuan tersebut.

    “Banyak peserta menyarankan bahwa berdasarkan proyeksi ekonomi mereka, rentang target suku bunga kemungkinan tetap tidak berubah sepanjang sisa tahun ini,” demikian kutipan isi risalah sebagaimana dilansir dari Bloomberg pada Kamis (20/11/2025).

    Meski demikian, sejumlah peserta menyatakan bahwa pemangkasan lanjutan pada Desember 2025 masih mungkin sesuai jika kondisi ekonomi berkembang seperti yang mereka perkirakan sebelum pertemuan berikutnya.

    Dalam hierarki istilah teknis yang digunakan dalam risalah The Fed, kata “many” berada di bawah “most/majority”. Artinya, kelompok yang menilai pemangkasan suku bunga Desember 2025 tidak perlu masih berada dalam posisi minoritas pada saat pertemuan Oktober 2025 berlangsung.

    Risalah tersebut menegaskan masih tingginya ketidakpastian mengenai peluang penurunan suku bunga bulan depan, seiring perbedaan pandangan internal The Fed terkait risiko terbesar bagi ekonomi AS—apakah inflasi atau pengangguran.

    Mayoritas panel pemungutan suara menyetujui pemangkasan suku bunga sebesar 25 basis poin untuk kedua kalinya secara beruntun, meski dua pejabat menyampaikan perbedaan pendapat (dissenting vote).

    Gubernur Stephen Miran, pejabat yang baru ditunjuk Presiden Donald Trump, memilih pemangkasan setengah poin. Adapun, Presiden Fed Kansas City Jeff Schmid mendukung penahanan suku bunga.

    Dalam konferensi pers usai pertemuan, Ketua The Fed Jerome Powell mengejutkan pasar dengan menegaskan bahwa pemangkasan Desember bukan sesuatu yang sudah pasti.

    Tiga minggu setelah pertemuan tersebut, pejabat Fed yang lebih khawatir terhadap inflasi—dan kurang mendukung penurunan suku bunga pada Desember—lebih mendominasi percakapan publik mengenai arah kebijakan moneter.

    Ekspektasi investor terhadap pemangkasan suku bunga pada Desember 2025 pun kini turun menjadi sekitar 30%, berdasarkan harga kontrak federal funds futures.

    Dalam pembahasan mengenai risiko stabilitas keuangan, sejumlah pejabat menyoroti penilaian aset yang terlalu tinggi di pasar keuangan. Beberapa di antaranya memperingatkan potensi penurunan tajam harga saham, terutama jika terjadi perubahan persepsi secara mendadak terhadap prospek teknologi berbasis artificial intelligence (AI).

    Risalah juga menunjukkan bahwa “hampir semua peserta” menilai tepat untuk menghentikan pengurangan neraca (balance sheet runoff) The Fed pada 1 Desember 2025, atau setidaknya mendukung keputusan tersebut. 

    The Fed telah mengurangi neracanya sejak pertengahan 2022 dan pada pertemuan Oktober sepakat untuk mengakhiri proses itu mulai bulan depan.

    Di sisi lain, sebagian pelaku pasar khawatir The Fed terlalu lama menunggu untuk menghentikan runoff, sehingga tekanan likuiditas berpotensi memicu volatilitas pada suku bunga pendanaan overnight.

  • Arah Wall Street Pekan Ini: Minim Data Ekonomi, Investor Cermati Dampak Shutdown AS

    Arah Wall Street Pekan Ini: Minim Data Ekonomi, Investor Cermati Dampak Shutdown AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Pergerakan bursa saham Amerika Serikat (AS) pekan ini akan dipengaruhi oleh sikap investor yang mencermati arah ekonomi Negeri Paman Sam.

    Pasar AS saat ini menghadapi dilema karena minimnya data resmi akibat shutdown pemerintah dan tekanan di saham teknologi yang mengguncang Wall Street dari rekor tertingginya.

    Melansir Reuters pada Senin (10/11/2025), indeks S&P 500 ditutup melemah pada akhir pekan lalu, mengakhiri tren kenaikan selama tiga pekan berturut-turut. Meski kinerja emiten besar AS umumnya kuat pada musim laporan keuangan kuartal III/2025, indeks acuan itu masih turun sekitar 2,4% dari rekor penutupan tertinggi yang tercatat pada 28 Oktober.

    Kekhawatiran terhadap valuasi saham yang dinilai terlalu tinggi—terutama pada emiten yang terkait euforia kecerdasan buatan (AI)—kian meningkat setelah munculnya data tenaga kerja yang lemah, termasuk laporan lonjakan pengumuman pemutusan hubungan kerja (PHK) oleh perusahaan-perusahaan AS.

    Minimnya rilis data resmi pemerintah akibat penutupan operasional (shutdown) sejak 1 Oktober membuat investor kini lebih banyak mengandalkan data alternatif dari sektor swasta.

    “Kami tidak mendapatkan banyak data ekonomi. Dengan valuasi saat ini dan kenaikan yang sudah signifikan, investor mulai sedikit lebih berhati-hati. Itu bukan hal buruk, tapi terjadi di saat ketidakpastian terhadap laju pertumbuhan ekonomi makin besar,” ujar Anthony Saglimbene, Chief Market Strategist di Ameriprise Financial.

    Investor kini menimbang apakah pelemahan saham belakangan ini hanya aksi ambil untung dan koreksi sehat setelah reli panjang, atau sinyal awal penurunan yang lebih dalam. 

    Kekhawatiran akan terjadinya “gelembung AI” masih membayangi Wall Street, di mana S&P 500 telah naik 14% sepanjang tahun berjalan dan 35% sejak posisi terendah pada April.

    Sektor teknologi, yang menjadi motor utama reli pasar sejak lebih dari tiga tahun lalu, justru paling terpukul dalam penurunan terakhir, melemah sekitar 6% sejak pekan lalu.

    Sejumlah laporan pada Kamis menunjukkan tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja AS. Data Revelio Labs mencatat sekitar 9.100 kehilangan pekerjaan pada Oktober, sementara laporan Challenger, Gray & Christmas mengungkap rencana PHK melonjak hingga lebih dari 153.000 posisi. Bank Sentral Chicago memperkirakan tingkat pengangguran AS naik ke level tertinggi dalam empat tahun.

    Data tersebut muncul sehari setelah laporan ADP menunjukkan penambahan 42.000 pekerjaan di sektor swasta pada Oktober.

    Peter Cardillo, Chief Market Economist di Spartan Capital Securities menuturkan, laporan PHK dari Challenger, ditambah absennya data ketenagakerjaan resmi pemerintah, menjadi sinyal peringatan bahwa pasar tenaga kerja mungkin belum benar-benar stabil.

    Pekan ini seharusnya menjadi periode padat rilis data ekonomi, termasuk laporan inflasi konsumen dan produsen serta penjualan ritel. Namun, publikasi tersebut kemungkinan tertunda akibat penutupan pemerintah. 

    Investor kini akan mengandalkan laporan sekunder seperti indeks optimisme usaha kecil dari National Federation of Independent Business (NFIB) yang dijadwalkan terbit Selasa.

    Sementara itu, Menteri Transportasi AS memperingatkan pada Jumat bahwa pemerintah dapat memaksa maskapai mengurangi hingga 20% jadwal penerbangan bila shutdown tidak segera berakhir.

    Keterbatasan data resmi juga memperumit keputusan bank sentral AS (The Fed) yang harus menentukan langkah suku bunga pada rapat Desember. Setelah memangkas suku bunga acuan sebesar 25 basis poin untuk kedua kalinya pada 29 Oktober, Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan bahwa penurunan lanjutan belum menjadi kepastian.

    “The Fed membutuhkan lebih banyak panduan untuk memahami kondisi pasar tenaga kerja. Mereka mendapatkan sinyal yang saling bertentangan, dan keputusan pada Desember tentu akan berdampak besar bagi pasar saham,” ujar Chuck Carlson, CEO Horizon Investment Services.

    Data futures Fed Funds pada Jumat malam memperkirakan peluang pemangkasan suku bunga Desember sekitar 65%. Sebelum pernyataan Powell pada Oktober, pasar hampir sepenuhnya yakin pemangkasan akan dilakukan.

    Investor juga menantikan perkembangan negosiasi yang dapat mengakhiri shutdown, yang kini menjadi yang terpanjang dalam sejarah AS.

    Selain itu, perhatian pasar tertuju pada sisa laporan keuangan kuartalan sejumlah emiten besar, menjelang berakhirnya musim rilis laba yang umumnya positif. Dari 446 perusahaan dalam indeks S&P 500 yang telah melaporkan, 82,5% mencatatkan laba di atas ekspektasi analis — tingkat tertinggi sejak kuartal II/2021, menurut LSEG IBES.

    Pekan depan, laporan keuangan dari Walt Disney dan Cisco Systems akan menjadi sorotan, sebelum giliran raksasa semikonduktor Nvidia yang dijadwalkan pekan berikutnya. Nvidia kini menjadi perusahaan dengan valuasi pasar terbesar di dunia dan simbol antusiasme investor terhadap AI.

    “Saya memperkirakan volatilitas akan meningkat di saham-saham teknologi menjelang laporan Nvidia,” kata Saglimbene.

  • Cek Harga Emas Antam Hari Ini 5 November 2025, Terjun Bebas!

    Cek Harga Emas Antam Hari Ini 5 November 2025, Terjun Bebas!

    Sebelumnya, harga emas turun lebih dari 1% pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena dolar mencapai titik tertinggi tiga bulan. Sementara para pedagang menunggu data ekonomi AS untuk petunjuk tentang jalur kebijakan moneter Federal Reserve.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (5/11/2025), harga emas di pasar spot turun 1,5% menjadi USD 3.939,32. Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember turun 1,7% menjadi USD 3.945,10.

    Indeks dolar AS diperdagangkan pada nilai tertinggi dalam tiga bulan, membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

    “Dengan dolar yang mencapai titik tertinggi baru, kita melihat adanya beban pada pasar emas … sebagian dari penguatan dolar baru-baru ini dan beban di pasar emas berasal dari kecilnya kemungkinan potensi penurunan suku bunga (Fed) pada bulan Desember,” kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger.

    Meskipun bank sentral AS memangkas suku bunga pekan lalu, Ketua The Fed, Jerome Powell, mengisyaratkan pemangkasan biaya pinjaman tersebut mungkin akan menjadi yang terakhir tahun ini. Para pedagang kini melihat peluang penurunan suku bunga sebesar 71% pada pertemuan The Fed 9-10 Desember, dibandingkan dengan lebih dari 90% seminggu sebelumnya, menurut data FedWatch CME Group.

    Emas yang tidak menghasilkan imbal hasil tumbuh subur saar suku bunga rendah dan selama masa ketidakpastian ekonomi.

    Dengan shutdown pemerintah AS yang kemungkinan akan menjadi yang terpanjang sepanjang sejarah, yang menghentikan rilis data pemerintah, investor semakin memperhatikan laporan ekonomi non-resmi, termasuk Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP. Laporan ADP untuk bulan Oktober dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu.

     

  • Harga Emas Pegadaian Hari Ini 5 November 2025: Cek Harga Termurahnya

    Harga Emas Pegadaian Hari Ini 5 November 2025: Cek Harga Termurahnya

    Sebelumnya, harga emas turun lebih dari 1% pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) karena dolar mencapai titik tertinggi tiga bulan. Sementara para pedagang menunggu data ekonomi AS untuk petunjuk tentang jalur kebijakan moneter Federal Reserve.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (5/11/2025), harga emas di pasar spot turun 1,5% menjadi USD 3.939,32. Sedangkan harga emas berjangka AS untuk pengiriman Desember turun 1,7% menjadi USD 3.945,10.

    Indeks dolar AS diperdagangkan pada nilai tertinggi dalam tiga bulan, membuat harga emas lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.

    “Dengan dolar yang mencapai titik tertinggi baru, kita melihat adanya beban pada pasar emas … sebagian dari penguatan dolar baru-baru ini dan beban di pasar emas berasal dari kecilnya kemungkinan potensi penurunan suku bunga (Fed) pada bulan Desember,” kata Direktur Perdagangan Logam High Ridge Futures David Meger.

    Meskipun bank sentral AS memangkas suku bunga pekan lalu, Ketua The Fed, Jerome Powell, mengisyaratkan pemangkasan biaya pinjaman tersebut mungkin akan menjadi yang terakhir tahun ini. Para pedagang kini melihat peluang penurunan suku bunga sebesar 71% pada pertemuan The Fed 9-10 Desember, dibandingkan dengan lebih dari 90% seminggu sebelumnya, menurut data FedWatch CME Group.

    Emas yang tidak menghasilkan imbal hasil tumbuh subur saar suku bunga rendah dan selama masa ketidakpastian ekonomi.

    Dengan shutdown pemerintah AS yang kemungkinan akan menjadi yang terpanjang sepanjang sejarah, yang menghentikan rilis data pemerintah, investor semakin memperhatikan laporan ekonomi non-resmi, termasuk Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP. Laporan ADP untuk bulan Oktober dijadwalkan akan dirilis pada hari Rabu.