Tag: Jennifer Newstead

  • Apple Ditinggal Jajaran Petinggi, Ada Apa?

    Apple Ditinggal Jajaran Petinggi, Ada Apa?

    Jakarta

    Apple mengumumkan kepergian tiga anggota tim eksekutifnya dalam waktu kurang dari seminggu. Meta membajak seorang pemimpin desain kunci Apple. Spekulasi pun kian santer terdengar bahwa Tim Cook mungkin sedang bersiap untuk mundur dari jabatannya sebagai CEO.

    Perubahan ini terjadi di tengah suara kritikus yang menyebut Apple tertinggal dalam AI. “Satu-satunya hal yang bisa kita baca dari situasi ini adalah kita sedang menuju masa volatilitas yang meningkat bagi Apple,” ujar Robert Siegel, seorang pemodal ventura.

    Dikutip detikINET dari CNN, saham Apple naik sekitar 12% tahun ini, lonjakan yang jauh lebih kecil dibanding kenaikan 30% di tahun 2024. Rencana kepergian para eksekutif Apple berikut ini baru diumumkan:

    Lisa Jackson, Wakil Presiden Apple untuk lingkungan, kebijakan, dan inisiatif sosial, akan pensiun tahun depan.Kate Adams, General Counsel, juga akan pensiun tahun depan.Alan Dye, Wakil Presiden desain antarmuka manusia, yang bergabung dengan Meta sebagai Chief Design Officer.John Giannandrea, Wakil Presiden Senior strategi machine learning dan AI, yang juga akan pensiun tahun depan.

    Apple merekrut Chief Legal Officer Meta, Jennifer Newstead, sebagai penasihat umum yang baru. Sementara Amar Subramanya, Wakil Presiden Korporat AI Microsoft, akan menjadi Wakil Presiden AI Apple yang baru. Sebelumnya pada tahun ini, Jeff Williams juga telah mundur dari perannya sebagai COO Apple.

    Apple bukan satu-satunya raksasa teknologi yang melakukan perubahan struktural. Meta menyatakan mengalihkan sebagian investasi dari proyek Metaverse ke kacamata AI dan perangkat wearable. Amazon PHK 14.000 karyawan bulan Oktober. Google tahun lalu juga menggabungkan tim hardware dan software untuk mengintegrasikan AI dengan lebih baik ke seluruh lini produknya.

    Namun untuk Apple, perombakan kepemimpinan ini terjadi saat pertanyaan mengenai masa depan terus membayangi. Apple menunda pembaruan besar pada asisten suara Siri yang diharapkan dapat membawanya lebih dekat ke kemampuan ChatGPT milik OpenAI dan Gemini milik Google.

    Pembaruan diundur hingga tahun depan, dan pembaruan AI Apple lainnya untuk iPhone, Mac, dan iPad tahun ini terbilang minim. Selain itu, headset mahal Apple Vision Pro, kategori komputasi baru pertama yang diperkenalkan perusahaan sejak Apple Watch satu dekade lalu, masih menjadi produk niche.

    Pada saat yang sama, Meta, Google, Samsung, dan OpenAI mengumumkan ekspansi produk AI yang signifikan tahun ini. Wall Street menuntut jawaban tentang strategi AI Apple.

    Eddy Cue, Wakil Presiden Senior Layanan Apple, bahkan mengatakan dalam kesaksiannya di sidang antimonopoli Google bahwa orang mungkin tidak lagi butuh iPhone 10 tahun dari sekarang.

    Meskipun menghadapi tekanan di bidang AI, penjualan iPhone 17 tetap kuat dan diperkirakan akan semakin tinggi. Apple diprediksi akan melampaui Samsung dalam pengiriman smartphone tahun ini untuk pertama kalinya sejak 2011, menurut Counterpoint Research.

    Appke juga menjadi salah satu dari sedikit perusahaan yang melampaui kapitalisasi pasar USD 4 triliun bersama Nvidia dan Microsoft. Bagaimanapun, analis mengatakan waktu terus berjalan bagi Apple untuk membuat lompatan besar di bidang AI.

    “Anda tidak bisa mengalami revolusi industri keempat dan hanya menonton pesta AI dari luar jendela. Dan jelas, mereka membutuhkan perubahan besar dalam kepemimpinan,” cetus pengamat industri, Dan Ives.

    (fyk/afr)

  • Meta Hadapi Ancaman Serius di Pengadilan atas Akuisisi Instagram dan WhatsApp

    Meta Hadapi Ancaman Serius di Pengadilan atas Akuisisi Instagram dan WhatsApp

    JAKARTA — Meta Platforms, perusahaan induk Facebook, menghadapi sidang penting di Washington mulai Senin ini 14 April  dalam kasus yang menuduh perusahaan membentuk monopoli ilegal di sektor media sosial dengan mengakuisisi Instagram dan WhatsApp. Gugatan ini diajukan oleh Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) dan berpotensi memaksa Meta untuk membubarkan atau menjual bagian-bagian bisnisnya.

    Akuisisi Instagram pada 2012 dan WhatsApp pada 2014 dinilai FTC sebagai upaya Meta untuk menyingkirkan pesaing yang berpotensi mengancam dominasi Facebook dalam menghubungkan pengguna dengan keluarga dan teman. Kasus ini diajukan pertama kali pada 2020 saat masa pemerintahan pertama Presiden AS, Donald Trump.

    Sidang ini diperkirakan berlangsung hingga Juli dan dinilai sebagai ujian besar terhadap komitmen pemerintahan Trump saat ini dalam menindak dominasi raksasa teknologi. Jika FTC menang, akan ada sidang lanjutan untuk menentukan apakah tindakan seperti penjualan Instagram atau WhatsApp akan efektif memulihkan persaingan.

    Ancaman Investasi Teknologi

    Kepala Divisi Hukum Meta, Jennifer Newstead, menyebut kasus ini lemah dan dapat menghambat investasi di sektor teknologi. Dalam blog-nya, ia menulis, “Sungguh absurd bahwa FTC ingin membubarkan perusahaan besar Amerika saat pemerintah justru sedang mencoba menyelamatkan TikTok yang dimiliki China.”

    Meta disebut menghasilkan sekitar setengah dari pendapatan iklan di AS dari Instagram. Menurut firma riset eMarketer, Instagram diperkirakan menghasilkan pendapatan sebesar 37,13 miliar dolar AS pada 2025, menjadikannya aplikasi dengan pendapatan per pengguna tertinggi dibanding platform lain.

    CEO Meta, Mark Zuckerberg, dijadwalkan akan memberikan kesaksian dalam persidangan ini. Ia akan ditanyai soal email lama yang menunjukkan niatnya mengakuisisi Instagram demi “menetralkan” ancaman terhadap Facebook, serta kekhawatiran bahwa WhatsApp bisa tumbuh menjadi jejaring sosial pesaing.

    Meta berdalih bahwa akuisisi tersebut justru memberi manfaat bagi pengguna dan kini menghadapi persaingan ketat dari TikTok milik ByteDance, YouTube milik Google, dan aplikasi pesan Apple.

    FTC Klaim Meta Kuasai Platform Sosial Privat

    FTC berpendapat Meta memonopoli platform berbagi dengan teman dan keluarga, di mana pesaing utamanya hanyalah Snapchat dan MeWe, aplikasi kecil berbasis privasi. Platform seperti X (Twitter), TikTok, YouTube, dan Reddit dinilai tidak sebanding karena fokusnya adalah siaran publik ke audiens luas berdasarkan minat.

    Hakim Distrik AS, James Boasberg, sebelumnya mengatakan FTC memiliki cukup bukti untuk melanjutkan kasus ini, namun tetap menghadapi “pertanyaan sulit” apakah klaim tersebut akan bertahan dalam proses persidangan.

    Meski WhatsApp belum menghasilkan banyak pendapatan, aplikasi ini memiliki jumlah pengguna harian terbanyak. Meta saat ini sedang meningkatkan monetisasi melalui layanan seperti chatbot bisnis. Zuckerberg menegaskan bahwa “business messaging” bisa menjadi pendorong utama pertumbuhan berikutnya bagi perusahaan.

    Kasus ini adalah satu dari lima gugatan besar yang menargetkan raksasa teknologi. Amazon dan Apple juga sedang digugat, sementara Google menghadapi dua kasus besar, termasuk sidang yang akan dimulai pekan depan terkait upaya pemerintah memaksa Google menjual browser Chrome-nya.

  • Trump Selamatkan Tiktok, Meta Terancam Diobrak-abrik

    Trump Selamatkan Tiktok, Meta Terancam Diobrak-abrik

    Jakarta, CNBC Indonesia – Meta masih menghadapi ancaman melepas Instagram dan WhatsApp. Perusahaan diketahui tengah menghadapi persidangan mulai hari Senin ini (14/4/2025) di Washington, AS.

    Instagram dan WhatsApp diakuisisi oleh induk perusahaan Facebook lebih dari satu dekade lalu. Namun Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) mengatakan aksi tersebut menjadi cara Meta menyingkirkan pesaing untuk Facebook sebagai platform media sosial utama.

    Seperti dilansir Reuters, FTC berupaya Meta melakukan restrukturisasi atau menjual bisnisnya termasuk Instagram dan WhatsApp.

    CEO Meta Mark Zuckerberg diharapkan untuk bersaksi di persidangan tersebut. Reuters melaporkan kemungkinan Mark Zuckerberg akan ditanya soal email usulan akuisisi Instagram sebagai cara menghapuskan pesaing Facebook dan juga khawatir soal perkembangan WhatsApp.

    Sebelumnya Meta juga telah berpendapatan ucapan Zuckerberg di masa lalu tidak lagi relevan. Mengingat sekarang muncul persaingan ketat pada industri media sosial, seperti Tiktok, Youtube, hingga aplikasi pesan dari Apple.

    Persidangan ini terjadi saat presiden AS Donald Trump justru disebut-sebut berupaya menyelamatkan Tiktok, media sosial asal China, agar bisa beroperasi di negara tersebut. Dia diketahui beberapa kali menunda waktu penjualan platform oleh induk usahanya Bytedance.

    Ini juga yang diucapkan oleh kepala bagian hukum Meta, Jennifer Newstead. Dia juga menyebut kasus ini lemah dan menghalangi untuk investasi teknologi.

    “Tidak masuk akal FTC mencoba memecah perusahaan Amerika yang hebat, namun saat bersamaan pemerintah berusaha menyelamatkan Tiktok milik China,” tulisnya dalam unggahan di blog, dikutip dari Reuters, Senin (14/4/2025).

    Meta diketahui terus menerus berupaya mendekati Trump sejak terpilih kembali menjadi presiden AS kedua kalinya. Misalnya menolak moderasi konten dan menyumbang US$1 juta untuk pelantikan Trump.

    Mark Zuckerberg selaku CEO Meta juga diketahui mengunjungi Gedung Putih dalam beberapa minggu terakhir.

    Kasus ini merupakan satu dari lima kasus di mana FTC dan Departemen Kehakiman AS menuduh perusahaan Big Tech melakukan praktik monopoli ilegal. Amazon dan Apple adalah 2 perusahaan lain yang sedang berurusan dengan FTC. Lalu ada Alphabet yang menaungi Google.

    (dce)