Tag: Jemmy Kartiwa Sastraatmaja

  • Tarif Trump Bikin Industri Padat Karya Menjerit, Pemerintah Godok Insentif

    Tarif Trump Bikin Industri Padat Karya Menjerit, Pemerintah Godok Insentif

    Bisnis.com, JAKARTA – Ancaman tarif resiprokal Amerika Serikat (AS) membawa posisi industri padat karya RI semakin terjepit. Pemerintah pun mengaku sedang mengodok insentif baru, demi mengantisipasi agar sektor riil tak makin lesu.

    Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta W. Kamdani menjelaskan kebijakan Presiden AS Donald Trump itu akan memberikan dampak nyata buat geliat industri padat karya nasional dari sisi pelemahan permintaan ekspor maupun domestik. 

    Terlebih, sektor seperti tekstil dan produk tekstil (TPT), furnitur, hingga produk olahan daging dan ikan, betul-betul mengandalkan pasar AS sebagai tujuan ekspor utama.

    “Jadi kebanyakan yang kena adalah industri padat karya, dan memang yang saat ini terbilang sedang susah karena mengalami pelemahan daya saing,” ujarnya dalam diskusi Bisnis Indonesia Forum di Wisma Bisnis Indonesia, Rabu (7/5/2025).

    Sebagai contoh, produk pakaian dan aksesori pakaian rajutan mengapalkan sampai 61% dari total ekspornya buat pasar Negeri Paman Sam. Begitu juga dengan produk furnitur, lampu, dan lain-lain (59%); olahan daging, ikan, krustasea, dan mollusca (56%); barang-barang dari kulit (56%), tercatat mengirim lebih dari separuh porsi ekspornya buat AS.

    Di samping itu, produk lain yang mengandalkan porsi ekspor ke pasar AS secara signifikan, antara lain pakaian dan aksesori pakaian bukan rajutan (49%); mainan, permainan, dan perlengkapan olahraga (45%); alas kaki (33%); produk dari bahan anyaman (33%); karet dan barang dari karet (30%); serta barang dari batu, semen, asbes, dan mika, dll (30%).

    Berikutnya, di samping potensi penurunan permintaan ekspor, melemahnya permintaan domestik juga menjadi ancaman. Terlebih, karena pasar lokal dibanjiri produk impor dari negara-negara kompetitor.

    “Pemerintah harus melindungi industri dalam negeri. Jangan sampai justru Indonesia menjadi tempat buangan produk-produk negara kompetitor yang tak bisa lagi ke AS, karena mereka melihat pasar di sini sangat besar,” ungkapnya.

    Dampak-dampak itu pun belum ditambah peningkatan beban produksi akibat volatilitas nilai tukar, turunnya minat investasi dan ekspansi bisnis sektor padat karya, hingga pelemahan ekonomi akibat minimnya penyerapan tenaga kerja.

    Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso mengungkap bahwa pemerintah tengah berupaya menjawab berbagai tantangan tarif Trump tersebut lewat guyuran insentif, demi mendukung dunia usaha menjadi semakin kompetitif.

    “Kemarin, baru saja kami evaluasi skema insentif untuk industri padat karya kita. Mulai dari TPT, furnitur, alas kaki, dan sebagainya, dari skema insentif fiskal yang sebelumnya kita berikan,” ujarnya dalam kesempatan yang sama.

    Sebagai pengingat, beberapa insentif tersebut, antara lain pajak penghasilan (PPh 21) ditanggung pemerintah, subsidi kredit modal kerja untuk revitalisasi mesin industri, juga bantuan iuran jaminan kecelakaan kerja di BPJS Ketenagakerjaan.

    “Ada empat sampai lima jenis insentif fiskal yang kita dedikasikan untuk industri padat karya, kemarin kita evaluasi kembali dan kita gulirkan di kuartal II/2025,” tambahnya.

    Pelaku Industri Waswas

    Sisi lain, pelaku industri RI kompak ketar-ketir dengan kondisi ketidakpastian global terkini, terutama mereka yang terdampak langsung oleh potensi pelemahan ekspor ke AS, maupun efek tak langsung dari fenomena perang dagang AS-China.

    Mewakili sektor TPT, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja menekankan kepastian hukum dari pemerintah merupakan kunci, terutama dalam rangka membendung impor ilegal.

    “Pasar TPT domestik Indonesia sangat besar, sehingga penguatan market buat industri dalam negeri sangat penting. Kepastian sangat ditunggu dunia usaha. Terlebih, negara lain produsen TPT dan pakaian jadi pun akan terus membidik market domestik Indonesia,” ungkapnya.

  • AS Terapkan Kebijakan Tarif Impor 32 Persen ke RI untuk Tekan Defisit Neraca Perdagangan – Halaman all

    AS Terapkan Kebijakan Tarif Impor 32 Persen ke RI untuk Tekan Defisit Neraca Perdagangan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Asosiasi Produsen Serat & Benang Filamen Indonesia (APSyFI) menilai kebijakan tarif impor resiprokal sebesar 32 persen yang diberlakukan Amerika Serikat (AS) ke Indonesia sebagai langkah untuk mengurangi defisit neraca perdagangan yang dialami AS dengan Indonesia.

    Ketua Umum APSyFI Redma Gita Wirawasta mengungkap bahwa defisit perdagangan AS dengan Indonesia mencapai 17 miliar dolar AS.

    “Memang dengan China dan Vietnam defisitnya sudah di atas 100 miliar dolar AS, tapi dengan kita juga cukup besar, 17 miliar dolar AS. Jadi kita juga termasuk yang ditargetkan oleh pemerintah Amerika,” katanya dalam konferensi pers daring, Jumat (4/4/2025).

    Menurut Redma, jika Indonesia ingin AS mengurangi tarif impor resiprokal sebesar 32 persen, salah satu langkah yang harus dilakukan adalah menurunkan surplus perdagangan dengan Negeri Paman Sam.

    “Jadi kan tujuannya tadi menurunkan defisit perdagangan. Jadi mungkin perdagangan kita ke depan, kalau kita mau tetap jadi eksportir ke Amerika, kita harus mengurangi surplus kita,” ujarnya.

    Ia menjelaskan, saat RI akhirnya mengurangi surplus perdagangan dengan AS, defisit perdagangan dengan negara lain juga perlu dikurangi.

    Itu menjadi bentuk antisipasi agar neraca perdagangan RI bisa tetap surplus.

    “Jadi bukan artinya kalau kita mengurangi surplus kita itu rugi. Tapi, kalau kita bisa mengalihkan impor kita dari negara lain ke Amerika Serikat, itu kan artinya kita juga menurunkan defisit perdagangan kita dengan negara lain,” ucap Redma.

    Dengan demikian, surplus perdagangan Indonesia dengan AS berkurang, tetapi defisit perdagangan dengan negara lain juga tetap bisa turun. Ini pada akhirnya mampu membantu Indonesia untuk tetap bernegosiasi dengan AS.

    “Jadi ini caranya supaya kita bisa tetap bernegosiasi. Nah ini diinginkan Amerika Serikat di situ,” kata Redma.

    Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan bahwa jika AS bisa menurunkan defisit dengan Indonesia, ada kemungkinan tarif impor resiprokal yang saat ini 32 persen dapat diturunkan menjadi 20 persen.

    “Mungkin itu memang tujuannya Pemerintah Trump ya, bagaimana menurunkan defisit neraca perdagangannya. Kalau kita enggak mampu [mengurangi defisit perdagangan itu], pasti akan alot untuk pemerintah Amerika mau menurunkan resiprokal tarifnya,” kata Jemmy.