Tag: Jeff Bezos

  • Elon Musk Ditendang, Amerika Mau Cari Penggantinya

    Elon Musk Ditendang, Amerika Mau Cari Penggantinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – SpaceX akan digantikan oleh perusahaan lain untuk proyek antariksa Amerika Serikat (AS) untuk kembali menginjakkan kaki ke Bulan. Menteri Perhubungan Sean Duffy mengumumkan potensi mengambil langkah tersebut, sebab SpaceX tak mengikuti timeline yang ditentukan.

    “Kami tidak akan menunggu satu perusahaan [untuk menjalankan proyek antariksa],” kata Duffy dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (21/10/2025).

    Ia mengatakan AS akan terus maju dengan proyek untuk membawa astronaut ke Bulan. Hal ini untuk memastikan AS memenangkan perlombaan antariksa melawan China.

    “Kami akan terus maju dan memenangkan perlombaan antariksa kedua dengan China. Kembali ke Bulan, mendirikan kamp dan pangkalan,” jelasnya.

    SpaceX tidak segera menanggapi permintaan komentar terkait informasi itu.

    SpaceX memenangkan kontrak untuk misi Artemis III pada 2021. Kontrak itu untuk menyediakan sistem pendaratan untuk astronaut di Bulan.

    Namun, NASA telah menunda misi Artemis berikutnya pada Desember. Peluncuran untuk mengirimkan astronaut mengelilingi Bulan baru akan terlaksana pada April 2026 mendatang.

    Sementara itu misi mendaratkan dua astronaut di wilayah kutub selatan Bulan baru akan dilakukan pada 2027.

    Duffy yakin jadwal peluncuran April mendatang akan dilaksanakan pada awal Februari. Kemudian baru pada 2028, NASA bisa kembali ke Bulan dengan dua perusahaan potensial.

    Tak disebutkan siapa perusahaan yang akan menggantikan. Namun dalam proyek Artemis NASA juga terdapat perusahaan lain seperti Blue Origin milik Jeff Bezos, Boeing, Lockheed Marin dan Northrop Grumman.

    Duffy juga menyebut Blue Origin sebagai pesaing potensial untuk mengambil alih. Karena perusahaan itu telah memperpanjang tenggat waktunya.

    “Kita tengah melawan China. Presiden dan saya ingin mencapai Bulan di masa jabatan presiden, jadi saya akan membuka kembali kontraknya,” dia menuturkan.

    Musk telah menanggapi pernyataan Duffy itu. Dia hanya mengatakan Blue Origin tak pernah melakukan misi ke luar angkasa sebelumnya.

    “Blue Origin tak pernah mengirimkan awak ke orbit, apalagi Bulan,” kata Musk.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Jeff Bezos Prediksi 2045 Jutaan Orang Tinggal di Luar Angkasa

    Jeff Bezos Prediksi 2045 Jutaan Orang Tinggal di Luar Angkasa

    Jakarta

    Jeff Bezos berpikir masa depan tampak cerah menurut pandangan futuristiknya. Sementara banyak kalangan pesimis memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (AI) akan mengakhiri peradaban, pendiri Amazon dan Blue Origin ini mengatakan 20 tahun ke depan akan menjadi zaman keemasan.

    Menurutnya, 2045 akan menjadi zaman ketika manusia akan lebih bahagia, lebih kaya, dan hidup di luar Bumi sambil bekerja dengan jam kerja yang jauh lebih sedikit.

    “Saya tidak mengerti bagaimana orang yang masih hidup saat ini bisa berkecil hati,” ujar Bezos saat berbicara di acara Italian Tech Week 2025 awal Oktober, seperti dikutip dari The New York Post, Senin (20/10/2025).

    Ia juga menyatakan bahwa teknologi akan segera membawa umat manusia ke era ‘kelimpahan peradaban’. Bezos memperkirakan bahwa pada 2045, robot akan menangani berbagai pekerjaan berat manusia. Dan bagi banyak orang, kantor-kantor mungkin berada di luar planet.

    “Dalam beberapa dekade mendatang, saya yakin akan ada jutaan orang yang tinggal di luar angkasa. Begitu cepatnya percepatan ini,” ujarnya.

    “Mereka sebagian besar akan tinggal di sana karena mereka ingin. Kita tidak membutuhkan manusia untuk tinggal di luar angkasa,” tambahnya.

    Orang terkaya keempat di dunia ini mengatakan pekerjaan di Bulan dan wilayah luar angkasa lainnya akan jatuh ke tangan robot-robot dan mesin.

    “Jika kita perlu melakukan pekerjaan di permukaan Bulan atau di mana pun, kita akan dapat mengirim robot untuk melakukannya, dan itu akan jauh lebih hemat biaya daripada mengirim manusia,” prediksinya.

    Bezos menepis semua kesuraman yang melingkupi AI sejak munculnya ChatGPT, dengan mengatakan sejarah membuktikan penemuan baru selalu membuat hidup lebih baik, bukan lebih buruk.

    “Kelimpahan peradaban berasal dari penemuan-penemuan kita. Jadi 10 ribu tahun yang lalu, atau kapan pun itu, seseorang menemukan bajak, dan kita semua menjadi lebih kaya. Saya berbicara tentang seluruh peradaban, alat-alat ini meningkatkan kelimpahan kita, dan pola itu akan terus berlanjut,” yakinnya.

    Banyak ahli dan tokoh masyarakat memperingatkan bahwa AI dapat menyebabkan pengangguran massal, hilangnya kendali manusia, atau bahkan bencana eksistensial. Ketakutan ini diperkuat oleh penggambaran dalam film-film distopia dan beberapa pemimpin teknologi terkemuka.

    Bezos bukan satu-satunya raksasa teknologi di kubu yang berlawanan. CEO Tesla Elon Musk, orang terkaya di dunia saat ini yang perusahaan roketnya SpaceX menyaingi Blue Origin milik Bezos, meyakini manusia dapat mendarat di Mars pada 2028 dengan roket tak berawak yang meluncur ke sana paling cepat tahun depan.

    SpaceX, yang sekarang bernilai sekitar USD400 miliar, telah bekerja sama dengan NASA untuk mewujudkannya. Sementara itu, CEO OpenAI Sam Altman, yang ChatGPT-nya membantu memicu ledakan AI, mengatakan karier di bidang luar angkasa akan segera menjadi pekerjaan terpopuler.

    Ia berpikir bahwa dalam satu dekade, lulusan perguruan tinggi akan bekerja di beberapa pekerjaan yang benar-benar baru, menarik, dan bergaji sangat tinggi di orbit Bumi, dan menambahkan bahwa ia iri pada anak-anak muda yang karier awalnya tidak akan terlihat membosankan dan kuno seperti generasinya.

    Namun, tidak semua orang mempercayai kabar gembira antarplanet itu. Bill Gates mengatakan alangkah lebih baik jika para miliarder fokus memperbaiki kerusakan Bumi ketimbang menjajah planet lain.

    “Luar angkasa? Kita punya banyak hal yang harus dilakukan di Bumi,” ujar salah satu pendiri Microsoft ini saat berbicara di acara Late Night Show yang dipandu James Corden pada 2021.

    Meski begitu, Gates pun mengakui kebangkitan AI dapat memberi kesempatan baru bagi umat manusia. Ia memprediksi mesin akan membuat minggu bekerja begitu efisien sehingga jadwal bekerja dua hari bisa menjadi hal umum.

    “Jika Anda memperluas wawasan, tujuan hidup bukan hanya untuk melakukan pekerjaan,” kata Gates.

    (rns/fay)

  • Jangan Tiru Bill Gates dan Mark Zuckerberg

    Jangan Tiru Bill Gates dan Mark Zuckerberg

    Jakarta

    Pendiri raksasa toko online Amazon, Jeff Bezos, membahas mengenai Mark Zuckerberg dan Bill Gates yang sukses luar biasa meski drop out kuliah. Keduanya drop out dari Harvard sementara Bezos sendiri lulusan Princeton University yang sama-sama bergengsi.

    Bezos menjelaskan bahwa meskipun mungkin untuk sukses sebagai wirausaha tanpa gelar, kejadian seperti itu jarang terjadi. Maka ia meminta anak muda jangan meniru mereka untuk drop out. “Itu akan selalu menjadi saran saya: Saya menyelesaikan kuliah, dan saya menikmati kuliah. Saya pikir itu membantu saya,” kata salah satu orang terkaya dunia itu.

    Zuckerberg mendirikan Facebook tahun 2004 dari kamar asramanya di Harvard, kemudian keluar untuk fokus pada perusahaan. Gates juga meninggalkan Harvard pada tahun 1975 untuk mendirikan Microsoft bersama Paul Allen. Keduanya baru berusia 19 tahun ketika mereka meluncurkan perusahaan masing-masing.

    Saat ini menurut Forbes, Zuckerberg adalah orang terkaya ketiga di dunia dengan kekayaan USD 244,3 miliar, sementara Gates berada di peringkat ke-17 dengan USD 106 miliar. Adapun Bezo adalah orang terkaya keempat dengan kekayaan USD 234 miliar. Bezos lulus dari Princeton pada tahun 1986 dengan gelar teknik. Ia baru meluncurkan Amazon di 1994 pada usia 30 tahun, setelah hampir satu dekade pengalaman kerja.

    Bezos mengatakan 10 tahun pengalaman kerjanya meningkatkan peluang Amazon untuk sukses. Bezos pun menyarankan anak muda untuk bekerja di perusahaan yang sukses terlebih dahulu guna meningkatkan peluang kesuksesan di masa depan.

    “Saya selalu menyarankan kepada kaum muda: Bekerjalah di perusahaan dengan praktik terbaik di mana Anda dapat mempelajari banyak hal mendasar seperti cara merekrut dengan baik, cara wawancara, dan lain-lain,” ujarnya.

    “Ada banyak hal yang akan Anda pelajari di perusahaan hebat yang akan membantu Anda, dan masih banyak waktu untuk memulai perusahaan setelah Anda menyerapnya,” imbuhnya yang dikutip detikINET dari VNExpress.

    Bahkan Gates juga menentang drop out ketika putri bungsunya, Phoebe Gates, juga mempertimbangkan untuk berhenti kuliah dan memulai bisnis. Jadi peluang orang yang lulus kuliah untuk sukses, lebih besar daripada mereka yang drop out.

    (fyk/fay)

  • Satelit Elon Musk Mulai Rontok, Berjatuhan ke Bumi Ancam Manusia

    Satelit Elon Musk Mulai Rontok, Berjatuhan ke Bumi Ancam Manusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ambisi Elon Musk untuk memenuhi orbit Bumi dengan konstelasi satelit Starlink menciptakan masalah baru. Satu demi satu, satelit Starlink keluar dari orbit dan jatuh ke Bumi.

    Ahli astrofisika dari Smithsonian, Jonathan McDowell, menyatakan bahwa setiap hari ada 1-2 satelit Starlink yang jatuh ke Bumi. Bahkan, jumlah satelit Starlink yang tiap hari jatuh ke Bumi akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah satelit yang diluncurkan ke orbit Bumi rendah (LEO).

    “Setelah semua konstelasi diluncurkan, kita memperkirakan ada 30.000 satelit LEO dan 20.000 satelit di ketinggian 1.000 kilometer milik China,” katanya kepada Earthsky.

    Berdasarkan perhitungan McDowell, siklus hidup tiap satelit adalah 5 tahun. Artinya, 5 satelit usang bakal jatuh ke Bumi tiap hari.

    SpaceX yang dipimpin oleh Musk telah meluncurkan ribuan satelit Starlink sejak 2019. Kini, 8.000 satelit Starlink beroperasi sebagai infrastruktur internet. Sepanjang 2025, SpaceX telah meluncurkan lebih dari 2.000 satelit.

    Pesaing utama SpaceX adalah Amazon lewat proyek Kuiper. Amazon, lewat perusahaan roket milik Jeff Bezos yang bernama Blue Origin, pada awal tahun ini telah meluncurkan 3.200 satelit.

    Elon Musk. (REUTERS/Gonzalo Fuentes/File Photo)

    Laporan badan pengelola penerbangan Amerika Serikat (FAA) pada 2023 merilis laporan berisi peringatan soal bahaya serpihan satelit yang jatuh ke Bumi. FAA memperkirakan 28.000 serpihan satelit bakal menembus atmosfer tiap tahun pada 2025.

    Saking banyaknya serpihan yang jatuh, potensi serpihan satelit mencederai hingga membunuh manusia di permukaan Bumi melonjak hingga 61 persen.

    Lonjakan jumlah satelit yang diluncurkan berarti orbit Bumi makin sesak dengan satelit dan “sampah” satelit. Satelit yang jatuh tidak hanya berbahaya jika tidak terbakar habis dan jatuh ke permukaan Bumi. Sisa pembakaran satelit di atmosfer juga memproduksi elemen logam yang bisa merusak lapisan ozon.

    “Ketidakpastian soal masalah ini cukup besar, ada kemungkinan seluruh atmosfer lapisan atas rusak,” kata McDowell.

    Selain itu, ada potensi bahaya yang lebih besar yaitu sindrom Kessler. Sindrom Kessler adalah reaksi berantai akibat orbit yang padat dengan satelit. Tabrakan beberapa satelit bisa berujung kepada tabrakan ke beberapa satelit lain dan seterusnya. Dampaknya adalah sampah di orbit yang bertumpuk dan berevolusi mengelilingi Bumi.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Elon Musk Dapat Proyek Rp 11 Triliun dari Trump, Sudah Baikan?

    Elon Musk Dapat Proyek Rp 11 Triliun dari Trump, Sudah Baikan?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Amerika Serikat (AS) memberikan proyek senilai US$714 juta (Rp 11 triliun) pada perusahaan milik Elon Musk, SpaceX. Pemberian kontrak kerja ini terjadi setelah hubungan Musk dan Presiden AS Donald Trump memanas beberapa waktu lalu.

    Tahun ini memang jadi waktu yang sulit bagi hubungan keduanya. Usai bahu membahu memenangkan Trump ke kursi presiden, keduanya terlihat saling sindir dan mengecam satu sama lain.

    Termasuk saat Musk mengecam RUU One Big Beautiful Bill. Pemotongan pajak dan peningkatan pengeluaran yang dilakukan pemerintah disebut Musk sebagai kekejian dan menjijikan serta menyalahkan rancangan aturan untuk defisit federal yang terus membengkak.

    Namun, nampaknya hubungan keduanya, setidaknya secara bisnis, sudah mulai membaik. SpaceX diketahui mendapatkan kontrak besar dari Pentagon terkait luar angkasa.

    Kontrak itu berada dalam Program Peluncuran Luar Angkasa Keamanan Nasional (NSSL). Dua misi tersisa diberikan kepada United Launch Alliance (ULA) senilai US$428 juta (Rp 7 triliun).

    Sebelumnya NSSL memilih SpaceX, ULA dan Blue Origin menjalankan 54 misi. Proyek senilai US$13,5 miliar (Rp 223,4 triliun) dijadwalkan pada 2027 hingga 2032, dikutip dari Times of India, Kamis (9/10/2025).

    Khusus untuk SpaceX, misinya berupa peluncuran satelit komunikasi, tiga muatan rahasia dan satu satelit pengintai. Semuanya diperkirakan akan meluncur 2027 mendatang.

    NSSL belum memberikan sertifikasi pada roket New Glenn milik Blue Origin. Ini membuat perusahaan milik Jeff Bezos belum diberikan tugas apapun dalam siklus sekarang.

    Blue Origin baru memiliki peluang pada tahun fiskal 2027. Namun kemungkinan bisa lebih cepat dari perkiraan.

    Hal ini karena misi NASA untuk ke Mars. Misi ini sebelumnya ditunda dari tahun lalu dan kemungkinan diluncurkan akhir bulan nanti.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • CEO Lyft Pernah Tinggalkan Microsoft demi Gabung ke Amazon, Ini Cara Jeff Bezos Meyakinkannya – Page 3

    CEO Lyft Pernah Tinggalkan Microsoft demi Gabung ke Amazon, Ini Cara Jeff Bezos Meyakinkannya – Page 3

    Risher pertama kali berkenalan dengan Bezos setahun sebelum bergabung ke Amazon. Kala itu, Bezos meneleponnya untuk menanyakan referensi kerja bagi calon karyawan baru.

    “Kami berbincang cukup lama, dan saya terkesan dengan pertanyaan-pertanyaannya,”

    Bayangkan, CEO Amazon meluangkan waktu 45 menit untuk melakukan pengecekan latar belakang,” ujar Risher dalam wawancara bersama jurnalis Danielle Newnham pada 2015.

    Setahun kemudian, Risher semakin terpesona dengan visi Bezos hingga memutuskan untuk mengikuti proses wawancara di Amazon. Ada dua hal yang membuatnya yakin. Pertama, obsesi Bezos terhadap pengalaman pelanggan.

    “Gagasan bahwa kamu bisa meningkatkan kehidupan jutaan pelanggan dengan mengambil tanggung jawab itu secara serius itu sangat kuat,” kata Risher.

    Alasan kedua adalah keyakinan Bezos, Amazon akan tumbuh menjadi perusahaan besar di masa depan. Saat itu, Amazon masih kecil dan hanya menjual buku.

    Namun, Bezos sudah memiliki pandangan jauh ke depan. Mulai dari buku, lalu memperluasnya ke berbagai kategori produk hingga menjadi “toko serba ada” seperti sekarang.

    “Saya pikir jika kita melakukan segalanya dengan benar, pada tahun 2000 nanti kita akan menjadi perusahaan bernilai satu miliar dolar,” ujar Bezos kepada Risher kala itu.

  • Produsen iPhone Mau Ganti Bos, Cek Alasan Apple Pilih Sosok Ini

    Produsen iPhone Mau Ganti Bos, Cek Alasan Apple Pilih Sosok Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple tengah memasuki masa transisi kepemimpinan terbesar dalam satu dekade. Sejumlah eksekutif senior dikabarkan akan meninggalkan perusahaan, dan CEO Tim Cook mulai mempersiapkan generasi penerusnya.

    Salah satu nama yang mencuat sebagai calon terkuat pengganti Cook adalah John Ternus, Wakil Presiden Senior bidang rekayasa perangkat keras Apple.

    Jurnalis Bloomberg Gurman menyebut Ternus sebagai penerus potensial setelah posisi Jeff Williams, yang sebelumnya dianggap calon kuat bos Apple tapi ternyata akan mengundurkan diri akhir tahun ini.

    Ternus telah bergabung dengan Apple sejak 2001 dan naik menjadi wakil presiden senior pada 2021. Di bawah kepemimpinannya, Apple berhasil memperkuat lini produk utama seperti iPhone, iPad, dan Mac.

    Tiffany Trump dan Tim Cook, CEO Apple. September 17, 2025. Anna Moneymaker/Pool via REUTERS

    Ia dikenal sebagai sosok yang berperan besar dalam arah desain dan strategi rekayasa perangkat keras perusahaan.

    Bloomberg melaporkan bahwa Apple mulai memberi sorotan lebih besar kepada Ternus di berbagai kegiatan publik. Ia menjadi wajah utama dalam peluncuran iPhone Air bulan lalu dan semakin sering tampil dalam kampanye pemasaran serta wawancara media.

    Langkah ini dinilai sebagai sinyal bahwa Apple tengah menyiapkan transisi kepemimpinan secara bertahap.

    Ternus, yang kini berusia 50 tahun, disebut memiliki profil ideal sebagai penerus jangka panjang. Ia berada di usia yang sama dengan Tim Cook saat diangkat menjadi CEO pada 2011.

    Dewan direksi Apple juga dikabarkan lebih condong memilih sosok berlatar belakang teknologi dibanding eksekutif operasional atau penjualan, guna memperkuat fokus perusahaan pada inovasi di bidang kecerdasan buatan (AI), realitas campuran (mixed reality), dan otomasi rumah.

    Sementara itu, Tim Cook yang akan berusia 65 tahun bulan depan, disebut belum akan pensiun dan masih akan memimpin Apple dalam waktu dekat.

    Namun, Gurman menilai tidak menutup kemungkinan Cook suatu saat beralih menjadi Chairman, seperti yang dilakukan Jeff Bezos, Bill Gates, dan Larry Ellison di perusahaan mereka masing-masing.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Data Center Berskala Gigawatt Dibangun di Luar Angkasa 10 Tahun Lagi

    Data Center Berskala Gigawatt Dibangun di Luar Angkasa 10 Tahun Lagi

    Bisnis.com, JAKARTA — CEO Amazon, Jeff Bezos, memprediksi pusat data (data center) berskala gigawatt akan dibangun di luar angkasa dalam 10 hingga 20 tahun ke depan. Energi surya yang tersedia secara terus-menerus akan membuatnya melampaui pusat data yang berbasis di Bumi.

    Konsep pusat data orbit mendapat perhatian di kalangan raksasa teknologi lantaran pusat data di Bumi telah meningkatkan permintaan terhadap listrik dan air untuk mendinginkan server yang ada.

    Menurut dia, klaster data center ini akan lebih baik dibangun di luar angkasa yang memiliki suplai tenaga surya selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. 

    Tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak ada cuaca. Kita akan mampu menekan biaya pusat data berbasis darat dengan yang ada di luar angkasa dalam dua dekade mendatang,” kata Bezos dikutip dari Reuters, Senin (6/10/2025).

    Dia menilai pergeseran menuju infrastruktur luar angkasa merupakan bagian dari tren pemanfaatan luar angkasa untuk meningkatkan kualitas hidup di Bumi. Dimulai dengan satelit cuaca dan komunikasi, dilanjutkan dengan pusat data dan berbagai jenis manufaktur lain.

    Namun, pembangunan pusat data di luar angkasa memiliki tantangan tersendiri. Termasuk, kata Bezos, kesulitan dalam melakukan pemeliharaan dan pembaruan, biaya peluncuran roket, serta risiko kegagalan peluncuran.

    Sebelumnya, pendiri Amazon tersebut juga memprediksi jutaan orang akan tinggal di luar angkasa dalam beberapa dekade mendatang lewat pernyataannya di gelaran Italian Tech Week pada Jumat (3/10/2025).  

    Mengutip Tech Crunch, hal itu disampaikan Bezos dalam pembicaraan dengan pewaris dinasti Agnelli dari Italia, John Elkann. Dia menyebut eksodus yang dia yakini itu terjadi karena permintaan yang cukup tinggi. 

  • Jeff Bezos Tiba-Tiba Beri Sinyal Buat Data Center di Luar Angkasa

    Jeff Bezos Tiba-Tiba Beri Sinyal Buat Data Center di Luar Angkasa

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pendiri Amazon Jeff Bezos membuat prediksi yang ambisius dengan menyatakan bahwa pusat data berskala gigawatt akan dibangun di luar angkasa dalam 10 hingga 20 tahun ke depan. Ia meyakini bahwa dengan energi surya yang tersedia secara terus-menerus, pusat data tersebut pada akhirnya akan mengungguli pusat data yang ada di Bumi.

    Pernyataan ini disampaikannya dalam acara Italian Tech Week di Turin, Italia, pada Jumat (3/10/2025). Dalam kesempatan tersebut, Bezos juga membahas lonjakan kecerdasan buatan (AI) yang mengingatkannya pada booming internet di awal tahun 2000-an. Ia mendorong optimisme meskipun ada risiko gelembung spekulatif di sektor tersebut.

    Bezos membandingkan gelombang AI saat ini dengan era dot-com, di mana antusiasme besar diikuti oleh kehancuran pasar. Namun, ia percaya dampak jangka panjang dari AI akan sangat positif dan permanen, sama seperti internet yang telah mengubah dunia secara fundamental.

    “Kita harus sangat optimis bahwa konsekuensi sosial dan manfaat dari AI, seperti yang kita alami dengan internet 25 tahun yang lalu, adalah nyata dan akan tetap ada,” kata Bezos.

    Bezos kemudian menekankan pentingnya untuk tidak mencampuradukkan potensi gelembung pasar dengan realitas kemajuan teknologi yang sebenarnya. Menurutnya, manfaat AI pada akhirnya akan “tersebar luas dan akan ada di mana-mana”.

    Gagasan tentang pusat data di orbit telah mendapatkan daya tarik di kalangan raksasa teknologi. Salah satu pendorong utamanya adalah permintaan listrik dan air yang sangat besar untuk mendinginkan server di pusat data terestrial (di Bumi), yang menjadi tantangan keberlanjutan yang semakin besar.

    Dalam sebuah percakapan publik dengan Chairman Ferrari dan Stellantis, John Elkann, Bezos menjelaskan keunggulan luar angkasa.

    “Klaster pelatihan raksasa itu akan lebih baik dibangun di luar angkasa, karena kita memiliki tenaga surya di sana, 24/7. Tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak ada cuaca,” jelasnya.

    Bezos juga mengatakan bahwa pergeseran ke infrastruktur luar angkasa adalah bagian dari tren yang lebih luas untuk menggunakan ruang angkasa demi meningkatkan kehidupan di Bumi.

    “Itu sudah terjadi dengan satelit cuaca dan komunikasi,” katanya. “Langkah selanjutnya adalah pusat data, lalu jenis manufaktur lainnya.”

    Meski begitu, ia mengakui bahwa membangun dan mengoperasikan pusat data di luar angkasa memiliki tantangannya sendiri. Beberapa di antaranya adalah kesulitan dalam perawatan dan pembaruan, biaya peluncuran roket yang mahal, serta risiko kegagalan peluncuran itu sendiri.

    Namun, Bezos tetap optimis tentang prospek ekonomi jangka panjang dari proyek ambisius ini. Ia yakin bahwa pada akhirnya, biaya operasional pusat data di luar angkasa akan lebih unggul.

    “Kami akan mampu mengalahkan biaya pusat data terestrial dalam beberapa dekade mendatang,” tutupnya.

    (hsy/hsy)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Manusia Rp 3.800 Triliun Buka Suara Soal Gelembung AI

    Manusia Rp 3.800 Triliun Buka Suara Soal Gelembung AI

    Jakarta, CNBC Indonesia — Pendiri Amazon, Jeff Bezos, menilai industri kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) saat ini tengah berada dalam fase “gelembung industri”. Namun, menurutnya, di balik euforia yang berlebihan tersebut, teknologi AI tetap nyata dan akan membawa manfaat besar bagi masyarakat di masa depan.

    “Ini semacam gelembung industri,” kata Bezos saat berbicara di Italian Tech Week di Turin, Italia, dikutip dari CNBC International, Minggu (4/10/2025).

    Orang terkaya ke-4 di dunia itu menjelaskan, gelembung seperti ini biasanya terjadi ketika harga saham atau valuasi perusahaan sudah terlepas dari fundamental bisnisnya. “Orang-orang sangat bersemangat seperti yang terjadi hari ini pada AI. Semua ide, yang baik maupun buruk, dapat pendanaan,” ujarnya.

    Namun, miliarder tersebut menegaskan, meski banyak perusahaan AI yang tengah menumpang tren, hal itu tidak berarti teknologi ini semu. “AI itu nyata, dan akan mengubah setiap industri,” tegas Bezos.

    Ia mencontohkan, saat ini ada perusahaan kecil dengan hanya enam karyawan bisa memperoleh pendanaan miliaran dolar. “Ini perilaku yang tidak biasa, tapi memang sedang terjadi sekarang,” katanya.

    Meski mengakui adanya “AI bubble”, Bezos menilai gelembung di sektor industri tidak selalu berdampak buruk. Ia membandingkan fenomena ini dengan gelembung bioteknologi pada 1990-an yang pada akhirnya melahirkan banyak obat penyelamat jiwa, meski banyak perusahaan di sektor itu akhirnya tumbang.

    “Gelembung industri tidak seburuk itu, bahkan bisa jadi baik. Ketika mereda dan para pemenang muncul, masyarakat akan menikmati manfaat besar dari inovasi tersebut,” ujar Bezos.

    Ia menutup dengan keyakinan bahwa dampak positif AI bagi umat manusia akan luar biasa besar. “Ini nyata. Manfaat bagi masyarakat dari AI akan sangat besar,” kata Bezos.

    Sebagai informasi Bezos saat ini tercatat sebagai orang terkaya ke-4 di dunia. Menurut Forbes, dia memiliki harta US$ 232,5 miliar atau Rp 3.851 triliun (kurs Rp 16.570).

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]