Tag: Jeff Bezos

  • Bos ChatGPT dan Orang Terkaya Bersatu, Patungan Bikin Robot

    Bos ChatGPT dan Orang Terkaya Bersatu, Patungan Bikin Robot

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO OpenAI, Sam Altman dan pendiri Amazon, Jeff Bezos patungan berinvestasi di startup pembuat robot bernama Physical Intelligence.

    Physical Intelligence adalah perusahaan yang bermarkas di San Francisco. Dalam tahap pendanaan terbaru, mereka mengumpulkan modal US$ 400 juta (Rp 6,3 triliun) yang membuat valuasi perusahaan mencapai US$ 2,4 miliar (Rp 37,8 triliun).

    Bezos adalah pendiri Amazon dan perusahaan penerbangan antariksa Blue Origin. Kini, Bezos adalah orang terkaya kedua dunia dengan harga mencapai US$ 218 miliar (Rp 3.440 triliun). 

    Selain Bezos dan Altman, investor lain yang ikut menanamkan modal di Physical Intelligence adalah Thrive Capital, Lux Capital, dan Bond Capital. Khosla Ventures dan Sequoia Capital juga tercatat sebagai pemegang saham.

    Jeff Bezos dan Lauren Sanchez, menghadiri Konferensi Media dan Teknologi tahunan Allen and Co. Sun Valley di Sun Valley Resort, Idaho, Amerika Serikat, Rabu (10/7/2024). (REUTERS/Brendan McDermid)

    Physical Intelligence fokus berambisi menggunakan teknologi AI “ke dunia fisik” lewat pengembangan model kecerdasan buatan dan algortima untuk robot. Mayoritas pegawai perusahaan adalah mantan pegawai Tesla, Google Deepmind, dan X.

    Model AI yang dibangun adalah “general-purpose AI” yaitu model yang mampu mengerjakan berbagai jenis tugas, bukan AI yang hanya bisa memproses tugas-tugas tertentu. 

    Visi perusahaan adalah dunia tempat robot bisa diminta untuk melakukan pekerjaan apapun yang diinginkan oleh penggunanya, seperti yang kini bisa dilakukan oleh “robot chat” dalam bentuk ChatGPT atau Gemini. Dalam blog resmi perusahaan, Physical Intelligence menggambarkan cara teknologi mereka membuat robot bisa mengerjakan tugas sehari-hari seperti mencuci baju, mengambil piring kotor di restoran, dan merakit kotak kardus.

    Pendanaan di Physical Intelligence merupakan berita terkini dalam industri AI yang terus berkembang. Pekan lalu, OpenAI baru meluncurkan fitur pencarian yang bisa menyaingi Google sebagai sumber informasi utama di internet.

    Pada Oktober, OpenAI juga mengumumkan penutupan ronde pendanaan terakhir yang mendongkrak valuasi perusahaan ke US$ 157 miliar (Rp 2.477 triliun).

    (dem/dem)

  • Segini Besar Emisi Karbon Dari Jet Pribadi Elon Musk, Jeff Bezos, dkk

    Segini Besar Emisi Karbon Dari Jet Pribadi Elon Musk, Jeff Bezos, dkk

    Jakarta

    Banyak perusahaan-perusahaan menggalakkan penggunaan energi terbarukan untuk mengurangi emisi karbon, namun di saat bersamaan, para miliuner seperti Elon Musk dan Jeff Bezon menggunakan pesawat jet pribadi yang emisi karbonnya sangat besar.

    Oxfam, lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal Inggris, baru mempublikasikan laporan terbarunya soal ketidakseimbangan jumlah emisi karbon yang dihasilkan oleh manusia. Dalam laporan tersebut diungkap besaran emisi karbon yang dibuang oleh para miliuner lewat kapal pesiar, jet pribadi, dan lain sebagainya.

    Misalnya saja jet pribadi, Oxfam memantau jet pribadi milik 23 dari 50 orang terkaya dunia dan menemukan fakta bahwa para miliuner ini secara rata-rata terbang sebanyak 184 kali atau 425 jam selama tahun 2023.

    Penerbangan selama itu menghasilkan emisi karbon sebesar 2.074 ton setahun, atau setara dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh orang biasa selama 300 tahun, atau bahkan mencapai 2000 tahun oleh seseorang yang masuk kategori 50% termiskin di dunia.

    Tak cuma pesawat jet, kapal pesiar atau yachts (atau bahkan super yachts) malah menghasilkan emisi karbon yang lebih buruk. Total emisi karbon yang dihasilkan dari 23 yachts milik 18 miliuner mencapai 5.672 ton, tiga kali lebih banyak dibanding emisi karbon dari jet pribadi mereka, atau setara emisi karbon yang dihasilkan orang biasa selama 860 tahun.

    Jika dilihat lebih detil, Jeff Bezos misalnya, dua jet pribadinya terbang selama hampir 25 hari dalam setahun, menghasilkan emisi karbon setara dengan emisi karbon dari seorang pegawai Amazon Amerika selama 207 tahun.

    Lalu dua jet pribadi Elon Musk menghasilkan 5.497 ton emisi karbon selama setahun, atau sekitar 15 ton sehari. Ini setara dengan emisi karbon yang dihasilkan oleh rata-rata 11 orang selama mereka hidup.

    Masih ada lagi, Oxfam menemukan dari 50 miliuner yang mereka teliti, sekitar 40% investasinya dilakukan ke industri yang menghasilkan emisi karbon sangat besar, misalnya penambangan, minyak bumi, dan pengapalan, dengan rata-rata emisi karbon mencapai 2,6 juta ton.

    Emisi karbon sebesar ini setara dengan 340 kali emisi karbon yang dihasilkan jet pribadi dan kapal pesiar para miliuner itu, demikian dikutip detikINET dari Techspot, Jumat (1/11/2024).

    Jika ditotal dan dirata-rata, setiap 90 menit, miliuner seperti Bezos, Musk dan lainnya menghasilkan karbondioksida yang lebih banyak dibanding orang rata-rata selama masa hidupnya.

    “Laporan ini menunjukkan bagaimana pajak yang lebih adil untuk kekayaan yang sangat besar sangat penting untuk mempercepat penanganan perubahan iklim dan melawan kesenjangan — dimulai dari jet pribadi dan kapal pesiar,” kata Chiara Liguori, senior climate justice policy adviser di Oxfam.

    (asj/asj)

  • Orang Terkaya Dunia Mau Kabur ke Mars, Pendam Alasan Rahasia

    Orang Terkaya Dunia Mau Kabur ke Mars, Pendam Alasan Rahasia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pendiri Amazon dan orang terkaya ketiga di dunia, Jeff Bezos, ingin pergi meninggalkan Bumi dan hidup di Mars. Bezos diam-diam punya alasan rahasia

    Bezos kini adalah orang terkaya nomor tiga di dunia dengan harta mencapai US$ 208,4 miliar (Rp 3.264 triliun), hanya kalah dari CEO Tesla Elon Musk dan CEO Oracle Larry Ellison.

    Rahasia Jeff Bezos diungkapkan oleh jurnalis New Yorker, Sarah Larson. Ia mengaku pernah mendengar soal alasan terpendam Bezos yang tak pernah diungkap ke publik.

    “Lagi-lagi saya terkenang saat mewawancarai orang kuat yang kenal dengan Jeff Bezos. Ia bilang, ‘Jeff punya alasan pribadi untuk pergi ke Mars. Namun, saya belum nyaman untuk berbagi soal itu,’” kata Larson di media sosial X, seperti dikutip Futurism.

    Foto: REUTERS/MARIO ANZUONI
    Amazon founder Jeff Bezos and Lauren Sanchez pose at the LACMA Art+Film Gala in Los Angeles, California, U.S. November 6, 2021. REUTERS/Mario Anzuoni

    Larson melanjutkan tweet-nya dengan candaan soal pemilihan presiden Amerika Serikat. Baru-baru ini, surat kabar milik Bezos yaitu Washington Post, memutuskan untuk tidak mendukung salah satu calon presiden. Kabarnya, Bezos campur tangan dalam keputusan itu. 

    “[Sepertinya alasannya] di luar angkasa tidak ada demokrasi,” kata Larson. Slogan Washington Post adalah “demokrasi mati dalam kegelapan.”

    Berbeda dengan Elon Musk yang koar-koar soal ambisinya membangun koloni di Mars, Bezos cenderung tertutup. Bezos memiliki perusahaan penerbangan antariksa bernama Blue Origin, salah satu saingan utama SpaceX milik Musk.

    Ia pernah mengungkapkan idenya soal koloni di Mars dalam sebuah podcast. Manusia di Mars, menurutnya, bakal hidup di sebuah stasiun luar angkasa berbentuk silinder raksasa.

    “Saya ingin melihat triliunan manusia hidup di Tata Surya. Jika kita punya triliunan manusia, kita akan punya 1.000 Mozart dan 1.000 Einstein,” kata Bezos. “Satu-satunya cara untuk mencapainya adalah sebuah stasiun luar angkasa raksasa. Permukaan planet terlalu kecil.”

    (dem/dem)

  • Harta Pendiri TikTok Melesat ke Rp 774 T, Jadi Orang Terkaya di China

    Harta Pendiri TikTok Melesat ke Rp 774 T, Jadi Orang Terkaya di China

    Jakarta

    Meningkatnya popularitas TikTok milik ByteDance menjadikan pendirinya sebagai orang terkaya di China. Berdasarkan daftar orang kaya yang dihimpun Hurun Research Institute, kekayaan pendiri ByteDance Zhang Yiming kini menyentuh US$ 49,3 miliar atau sekitar Rp 774,01 triliun (kurs Rp 15.700).

    Dilaporkan dari BBC, Rabu (30/10/2024), jumlah tersebut melesat 43% dibandingkan tahun 2023. Pria berusia 41 tahun ini diketahui sudah kemunduran diri dari Bytedance tahun 2021 lalu.

    Namun ia masih memegang sekitar 20% saham di perusahaan tersebut. TikTok kini menjadi salah satu aplikasi media sosial paling populer di dunia, meskipun ada kekhawatiran dari sejumlah negara soal keterkaitannya dengan pemerintah China.

    ByteDance menegaskan menyatakan independensi dan tidak dikuasai oleh pemerintahan Xi Jinping. Beberapa waktu lalu, AS meminta ByteDance menjual sahamnya atau TikTok dilarang beroperasi di negara Paman Sam.

    Meskipun menghadapi tekanan yang kuat di AS, laba global ByteDance meningkat 60% tahun lalu. Kinerja tersebut berkontribusi mendongkrak kekayaan pribadi Zhang Yiming.

    “Zhang Yiming adalah orang ke-18 yang jadi orang terkaya di China di daftar kami dalam 26 tahun terakhir,” kata kepala Hurun Rupert Hoogewerf.

    Sebagai perbandingan, AS hanya memiliki empat orang nomor satu dalam kurun waktu yang sama. Keempatnya adalah Bill Gates, Warren Buffett, Jeff Bezos, dan Elon Musk.

    “Hal ini memberikan indikasi dinamis mengenai perekonomian Tiongkok,” tuturnya.

    Lihat Video: Bersantai dan Berjoget TikTok di Dreamland, Bandung

    (ily/rrd)

  • Nasib Google Tinggal Tunggu Waktu, Ini Penyebabnya

    Nasib Google Tinggal Tunggu Waktu, Ini Penyebabnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Google diprediksi tak akan lagi mendominasi pasar iklan internet di masa depan. Sebuah laporan menyebutkan pertumbuhan pendapatan Alphabet, induk perusahaan Google, pada kuartal ini tidak sebanyak kuartal sebelumnya.

    Hal ini didorong persaingan ketat yang harus dihadapi layanan mesin pencarian Search. Para pengiklan juga mulai melirik perusahaan lain seperti Amazon dan TikTok, serta platform berbasis Artificial Intelligence (AI) lainnya.

    Pendapatan Google Search diperkirakan analis dari Visible Alpha tumbuh 11,6% pada kuartal ketiga (Q3) 2024. Angka itu masih rendah dari Q2 yang meningkat 13,8%.

    Awal bulan ini, firma riset eMarketer memprediksi pangsa iklan pencarian milik Google turun hingga di bawah 50% pada tahun depan di Amerika Serikat (AS). Jika benar, ini menandai fenomena penurunan signifikan untuk pertama kalinya dalam 18 tahun terakhir.

    Di sisi lain, pendapatan iklan pencarian Amazon di AS tumbuh 24%. Platform Perplexity AI yang didukung pendiri Amazon Jeff Bezos juga mendapatkan banyak keuntungan dari pendapatan iklan.

    “Pendatang baru seperti Perplexity dan ChatGPT mendapatkan miliaran dolar karena asumsi pencarian bisa diganggu, Google dianggap lambat dan tidak siap untuk pengembangan GenAI,” jelas analis dari Moffettnathanson, dikutip dari Reuters, Selasa (29/10/2024).

    Mereka berpendapat kemungkinan tren ini juga akan terus berlanjut hingga 2025. “Sebagian narasi negatif akan sulit dibantah tahun depan,” jelas analis.

    Para analis mengharapkan adanya perubahan pada Google Search. Meski mulai gencar mengadopsi AI, tetapi Google terhitung tertinggal karena para pesaingnya tumbuh subur dan sudah lebih dulu memperkenalkan kemampuan AI.

    Selain itu, kasus monopoli Google juga jadi faktor penentu. Ada kemungkinan model bisnis Google di masa depan dirombak, sehingga tidak bisa mempertahankan keunggulan pada pencarian eksklusif bagi pengguna Android dan iOS di AS.

    Dengan begitu, hal ini membuka peluang besar bagi para pesaingnya untuk terus bertumbuh.

    (fab/fab)

  • Tambah Kaya! Mark Zuckerberg Kini Jadi Manusia Rp 3.178 Triliun

    Tambah Kaya! Mark Zuckerberg Kini Jadi Manusia Rp 3.178 Triliun

    Jakarta

    CEO Meta, Mark Zuckerberg, kini tambah kaya. Hartanya naik ribuan triliun dalam waktu singkat. Hal tersebut membuat Mark Zuckerberg jadi orang terkaya nomor dua di dunia, menyalip Jeff Bezos.

    Melansir Business Insider, Jumat (4/10/2024), harta kekayaan Zuckerberg mengalami kenaikan hingga US$ 78 miliar atau setara dengan Rp 1.203 triliun (kurs 15.430) tahun ini. Kini total harta kekayaannya senilai Rp 3.178 triliun.

    Diketahui, Mark Zuckerberg berhasil menduduki posisi orang terkaya kedua di dunia setelah saham Meta mencapai rekor tertinggi pada Kamis kemarin. Hasil ini membuat dirinya naik menggeser Jeff Bezos dengan selisih Rp 16,9 triliun.

    Mark Zuckerberg kini hanya berada di bawah CEO Tesla Elon Musk dalam daftar orang terkaya di dunia versi Bloomberg. Sang maestro media sosial ini memulai tahun ini di peringkat keenam, namun telah menyalip Bernard Arnault dari LVMH dan Larry Ellison dari Oracle, serta Bezos.

    Memang benar bahwa Meta, Tesla, dan Amazon diperdagangkan dengan cara yang sama karena ketiganya adalah saham-saham teknologi berkapitalisasi besar, yang berarti kekayaan Zuckerberg, Musk, dan Bezos cenderung naik dan turun secara bersamaan.

    Saham meta yang melonjak sekitar 68% sepanjang tahun ini membuat harta kekayaan bersih Zuckerberg telah meningkat lebih dari empat kali lipat.

    Zuckerberg juga bisa naik ke puncak jika Musk memberikan sumbangan filantropi dalam jumlah besar. Lagipula, satu-satunya alasan mengapa Warren Buffett tidak menjadi orang terkaya di dunia dengan kekayaan bersih lebih dari Rp4.269 triliun karena dia menyumbangkan lebih dari setengah saham Berkshire Hathaway-nya.

    (fdl/fdl)

  • Jeff Bezos dan Elon Musk Berseteru Gegara Roket

    Jeff Bezos dan Elon Musk Berseteru Gegara Roket

    Jakarta

    Perselisihan antara Jeff Bezos dan Elon Musk terus berlanjut. Hubungan dua orang terkaya di dunia itu kembali menegang karena masalah perizinan roket.

    Blue Origin, perusahaan antariksa besutan Bezos, belum lama ini melayangkan keluhan kepada Federal Aviation Administration (FAA) tentang roket raksasa Starship milik SpaceX (perusahaan yang dipimpin Musk).

    Blue Origin menyarankan FAA untuk membatasi frekuensi peluncuran roket Starship dari Launch Complex 39A di Kennedy Space Center (KSC) di Florida, Amerika Serikat.

    Perusahaan Bezos berencana meluncurkan roket New Glenn terbarunya dari Kennedy Space Center pada tahun ini, dan mereka khawatir operasional SpaceX akan mempengaruhi roketnya. Sementara SpaceX berencana meluncurkan roket Starship hingga 44 kali dalam setahun.

    Keluhan Blue Origin disampaikan setelah FAA memulai pernyataan dampak lingkungan untuk peluncuran roket Starship dari Launch Complex 39A. FAA memberikan waktu untuk komentar publik hingga 24 Juni lalu, dan Blue Origin menyampaikan komentarnya pada 21 Juni.

    Blue Origin berargumen peluncuran Starship yang terlalu sering berisiko terhadap kesehatan dan keselamatan populasi di sekitar area peluncuran, termasuk personel Blue Origin. Mereka juga mengkhawatirkan kualitas udara, air, dan sumber daya di bawah tanah yang berkaitan dengan pengeluaran bahan beracun atau berbahaya, serta dampaknya terhadap pasokan air.

    Blue Origin meminta FAA membatasi jumlah peluncuran roket Starship dari KSC, membatasi waktu peluncuran roket sambil mengizinkan prioritas jadwal peluncuran vendor lainnya, serta membangun infrastruktur lain untuk mengurangi risiko bagi vendor peluncuran lainnya, seperti dikutip dari Gizmodo, Minggu (7/7/2024).

    Keluhan Blue Origin ini langsung dikomentari oleh Musk. Dalam cuitannya di Twitter/X, Musk mengatakan “Sue Origin” yang merupakan permainan kata dari nama Blue Origin.

    Ini bukan pertama kalinya Blue Origin dan SpaceX berseteru secara publik. Pada tahun 2021, Blue Origin mengajukan gugatan untuk menentang keputusan NASA yang memilih SpaceX untuk mendapatkan kontrak wahana pendarat Bulan.

    (vmp/vmp)

  • Duel Maut Dua Perusahaan Raksasa Luar Angkasa, SpaceX Vs Blue Origin

    Duel Maut Dua Perusahaan Raksasa Luar Angkasa, SpaceX Vs Blue Origin

    Jakarta

    CEO SpaceX Elon Musk kembali memancing perseteruannya dengan pendiri Amazon sekaligus CEO Blue Origin, Jeff Bezos. Pemicu terbarunya adalah pengajuan dokumen oleh Blue Origin kepada Administrasi Penerbangan Federal (FAA).

    Dokumen tersebut menyerukan pembatasan rencana peluncuran roket Starship milik SpaceX, dari Kennedy Space Center NASA di Florida. Dalihnya ialah menjaga lingkungan dan komunitas setempat.

    Dilansir dari Futurism, Senin (1/7/2024), Musk menanggapi dengan keras melalui platform media sosialnya, yakni X.com. Ia sampai-sampai menjuluki saingannya itu dengan nama ejekan ‘Sue Origin’.

    “Tidak keren bagi mereka untuk mencoba (untuk ketiga kalinya) menghambat kemajuan SpaceX melalui undang-undang.” tulis Musk.

    Sejarah Panjang Perselisihan

    Sebenarnya persaingan kedua miliarder ini telah berlangsung lama. Musk sering melontarkan kritik pedas terhadap Bezos dan Blue Origin.

    Pada tahun 2019, dia pernah mengejek pendarat ‘Blue Moon’ milik Blue Origin dengan sebutan ‘Blue Balls’ melalui sebuah gambar yang sudah diedit. Lalu tahun 2021, Musk menyindir ketidakmampuan Blue Origin mencapai orbit.

    Diketahui bahwa tuduhan Musk tentang perang hukum yang dilancarkan Blue Origin terhadap SpaceX memiliki dasar. Blue Origin yang telah lama menentang pengembangan Starship miliknya, berpendapat bahwa NASA seharusnya memilih pendarat bulan mereka.

    Perusahaan Bezos bahkan menggugat NASA atas kontrak SpaceX pada Agustus 2021. Meskipun pada akhirnya gugatan tersebut ditolak oleh pengadilan.

    Pertarungan di Berbagai Sektor

    Perseteruan ini tidak terbatas pada proyek pendarat bulan. Kuiper Systems, anak perusahaan Amazon, juga berusaha menghambat ekspansi konstelasi Starlink milik SpaceX pada tahun 2021.

    Saat itu Musk menuduh Bezos pensiun hanya untuk fokus mengajukan gugatan terhadap SpaceX.

    Isu Lingkungan: Alasan atau Dalih?

    Terkait dampak Starship terhadap lingkungan, SpaceX telah menjalani penilaian menyeluruh oleh FAA untuk operasi di Texas Selatan. Namun, rencana pemindahan peluncuran ke Kompleks Peluncuran 39A di Kennedy Space Center, memicu investigasi dampak lingkungan baru pada Mei lalu.

    Kendati demikian, masih menjadi pertanyaan, apakah kekhawatiran Bezos ini cuma iseng? Atau karena alasan lingkungan, apakah regulator benar-benar harus menahan peluncuran Starship?

    *Artikel ini ditulis oleh Fadhila Khairina Fachri, peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka di detikcom.

    (hps/afr)

  • Metis, Chatbot Bikinan Amazon Untuk Saingi ChatGPT

    Metis, Chatbot Bikinan Amazon Untuk Saingi ChatGPT

    Jakarta

    Perusahaan Amazon.com Inc dilaporkan tengah mengerjakan chatbot AI baru untuk bersaing langsung dengan ChatGPT, layanan chatbot milik OpenAI.

    Berdasarkan laporan dari Business Insider, mengutip dari sumber yang mengetahui informasi tersebut, mengklaim bahwa proyek chatbot AI ini nantinya akan dinamai Metis, sebuah nama yang mengacu pada dewi kebijaksanaan Yunani.

    Metis kabarnya akan didukung oleh model AI internal Amazon yang disebut Olympus, model yang lebih kuat daripada model AI Titan yang saat ini tersedia di Amazon.

    Metis digambarkan bisa memberikan jawaban berbasis teks dan gambar dengan cara percakapan dan mampu membagikan tautan ke sumber tanggapan, menyarankan pertanyaan lanjutan, dan menghasilkan gambar, sebagaimana dilansir detiKINET dari SiliconANGLE.

    Amazon juga mengatakan bahwa mereka ingin Metis menggunakan retrieval-augmented generation, sebuah kemampuan untuk mengambil informasi dari luar data aslinya untuk memberikan tanggapan terkini seperti harga saham.

    Menariknya, Metis juga diklaim akan bekerja sebagai agen AI, melakukan tugas secara mandiri dengan menganalisis data, membuat keputusan, dan mengambil beberapa tindakan berdasarkan algoritma yang diprogram dan pola yang dipelajari.

    Amazon sebelumnya telah dituduh tertinggal dalam perlombaan AI, sebuah klaim yang secara mengejutkan datang dari pendiri Amazon dan mantan Chief Executive Officer Jeff Bezos bulan lalu.

    Dilaporkan pada saat itu bahwa Bezos telah mengirim email kepada para eksekutif Amazon yang menanyakan mengapa lebih banyak perusahaan AI tidak menggunakan layanan cloud-nya.

    Apakah Amazon tertinggal dalam hal AI masih bisa diperdebatkan, namun yang pasti, Amazon, meskipun mungkin tidak disorot seperti perusahaan-perusahaan seperti OpenAI, GoogleLLC, dan lainnya, telah mencoba maju dengan penyediaan layanan AI.

    Pada bulan November, Amazon mengumumkan pratinjau Amazon Q, bantuan AI generatif yang dapat disesuaikan dengan bisnis pelanggan. Pada bulan Mei, dilaporkan bahwa Amazon sedang mengerjakan versi baru Alexa yang lebih mumpuni yang akan didukung oleh model Titan AI.

    Untuk mendorong lebih banyak perusahaan AI untuk bekerja sama dengan layanannya, Amazon Web Services Inc. mengumumkan pada tanggal 13 Juni bahwa mereka berkomitmen untuk menggratiskan kredit cloud sebesar USD 230 juta untuk startup AI generatif.

    Sebagai bagian dari penawaran ini, AWS memberikan kredit gratis kepada startup AI generatif tahap awal yang memungkinkan mereka untuk mengakses kekuatan komputer Amazon, berbagai model AI, serta infrastruktur dan layanan spesialis.

    Mark Garman, yang mengambil alih posisi CEO AWS bulan lalu, berbicara dengan SiliconANGLE tahun lalu ketika ia masih menjabat sebagai kepala penjualan AWS tentang bagaimana Amazon bertujuan untuk memimpin dalam AI generatif.

    Dalam wawancara tersebut, Garman mencatat bahwa AI adalah bidang yang telah diinvestasikan secara mendalam oleh AWS dan merasa sangat bersemangat tentang bagaimana AI akan membantu pelanggan AWS mengubah bisnis mereka.

    (jsn/jsn)

  • Ide Gila, Amerika Mau Bangun Kereta ke Bulan

    Ide Gila, Amerika Mau Bangun Kereta ke Bulan

    Jakarta

    Astronaut di masa depan mungkin bisa ke Bulan lebih mudah dengan naik kereta api. Defense Advanced Research Projects Agency (DARPA), badan penelitian rahasia Departemen Pertahanan Amerika Serikat (AS), ditugaskan mencari cara untuk mendukung astronaut yang akan tinggal di Bulan untuk waktu yang lama.

    Rencana tersebut sangat hipotetis, karena sejauh ini tidak ada bangunan permanen sama sekali di Bulan, dan tidak ada manusia yang pernah ke sana sejak tahun 1972.

    Namun AS dan negara-negara lain berlomba mengeksplorasi Bulan dan ingin sekali lagi mengirim manusia ke sana. Hal itu memerlukan infrastruktur futuristik untuk menyediakan listrik, komunikasi, dan transportasi yang andal.

    Sebagai bagian dari misi ini, DARPA menugaskan perusahaan teknologi kedirgantaraan dan pertahanan AS Northrop Grumman untuk mengembangkan konsep kereta api ke Bulan.

    “Jika terwujud, jalur kereta api ini dapat mengangkut manusia, perbekalan, dan kargo komersial untuk di Bulan,” kata Northrop Grumman dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Business Insider.

    Perusahaan tersebut bukan ditugaskan untuk membangun jalur kereta api namun mencari tahu apakah hal tersebut memungkinkan secara fisik dan finansial.

    Mereka harus menemukan ide-ide cerdas untuk mengatasi lanskap Bulan yang ekstrem. Mencari cara mengatasi debu Bulan yang bersifat abrasif, misalnya, karena dapat merusak jejak dan pengangkut.

    NASA sebelumnya menyelidiki konsep kereta melayang magnetik yang disebut FLOAT untuk menghindari masalah tersebut. Dalam konsep tersebut, jalur elektromagnetik mengangkut robot melayang yang membawa muatan bolak-balik.

    Studi tersebut menemukan bahwa konsep tersebut dapat dilakukan, tetapi memerlukan penyelidikan lebih lanjut. Tidak jelas apakah Northrop Grumman berniat meneruskan ide tersebut atau memunculkan ide lain.

    Meskipun ide ini mungkin terdengar gila seperti fiksi ilmiah, hal tersebut tidaklah terlalu mengada-ada. NASA memiliki rencana jangka panjang untuk membawa manusia ke Bulan.

    Program Artemis dimulai dengan penerbangan mengelilingi Bulan pada tahun 2022. Tujuan utamanya adalah untuk menempatkan astronaut di Bulan dan Mars, menetapkan landasan bagi eksploitasi komersial Tata Surya.

    Untuk misi Artemis berikutnya, NASA bertujuan mengirim astronaut kembali ke Bulan untuk pertama kalinya dalam lebih dari 50 tahun pada akhir tahun 2025.

    Sementara itu, mitra komersial sudah memikirkan cara untuk menambang Bulan. Hal ini dapat menghasilkan bahan bangunan, air yang dapat digunakan untuk menggerakkan roket menuju Mars, dan Helium-3, sebuah isotop berharga yang dapat digunakan dalam reaktor fusi.

    NASA dan badan antariksa lainnya juga sedang mempertimbangkan untuk menempatkan reaktor nuklir mini di Bulan untuk memberi daya pada pangkalan tersebut.

    Rencananya juga mencakup penempatan satelit komunikasi dan GPS di orbit Bulan untuk memungkinkan astronaut melakukan navigasi, berbicara, dan bahkan streaming dari permukaan Bulan.

    Namun, sebelum hal ini terjadi, NASA perlu menyelesaikan masalah pengiriman astronaut ke Bulan dari Bumi. Pada saat ini, hal ini bergantung pada SpaceX dan Blue Origins yang menyempurnakan roket raksasa mereka.

    Starship milik Elon Musk pekan lalu melewati tonggak sejarah ketika roket setinggi hampir 121 meter terbang ke luar angkasa untuk pertama kalinya. Sedangkan Blue Origin milik Jeff Bezos, sedang bersiap meluncurkan roket raksasa New Glenn pada akhir tahun ini.

    (rns/afr)