Tag: Jarot Winarno

  • Komdigi Mau Internet RI Tembus 100 Mbps, Realistis atau Utopis?

    Komdigi Mau Internet RI Tembus 100 Mbps, Realistis atau Utopis?

    Jakarta

    Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) tengah bersiap menggelar lelang frekuensi 1,4 GHz di 2025 untuk mengakselerasi kecepatan internet Indonesia hingga 100 Mbps dengan harga terjangkau. Apakah itu realistis atau utopis?

    Untuk mencapai tujuan tersebut, Komdigi akan melepas lebar pita 80 MHz di frekuensi 1,4 GHz yang dialokasikan layanan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Proses seleksi spektrum ini direncanakan dikerjakan pada semester pertama.

    Koordinator Kebijakan Penyelenggaraan Infrastruktur Digital Komdigi, Benny Elian, menegaskan bahwa spektrum ini akan digunakan untuk menghadirkan layanan internet berkualitas dengan harga terjangkau.

    “Kami ingin menghadirkan internet yang lebih murah bagi masyarakat, dengan tarif berkisar Rp 100.000 hingga Rp 150.000 per bulan untuk kecepatan hingga 100 Mbps,” ujar Benny di forum Morning Tech bertajuk “Lelang Frekuensi, Untuk Siapa?” di Jakarta, Senin (24/2/2025).

    Hingga saat ini, terdapat tujuh perusahaan yang menunjukkan minat terhadap frekuensi tersebut. Namun, Benny menyebutkan bahwa jumlah peserta dapat bertambah saat proses lelang resmi dibuka.

    Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel), Sigit Puspito Wigati Jarot, menyoroti pentingnya pembangunan infrastruktur digital yang berkualitas serta pengembangan talenta digital, terutama di kalangan generasi muda.

    “Saat ini, Indonesia tertinggal dalam pengembangan 5G, dengan kecepatan rata-rata baru mencapai 30 Mbps, jauh tertinggal dibandingkan negara-negara di ASEAN,” ungkapnya.

    Ia menekankan bahwa regulasi yang adaptif dan kolaboratif sangat dibutuhkan untuk memastikan transformasi digital berjalan berkelanjutan dan kompetitif.

    Dalam dunia telekomunikasi, berbagai model kompetisi dapat diterapkan dalam pengelolaan frekuensi ini. Sigit menjelaskan bahwa terdapat beberapa opsi, mulai dari Infrastructure-Based Competition, Wholesale Access Model, hingga Public-Private Partnership.

    “Setiap model memiliki kelebihan dan tantangan masing-masing. Untuk Indonesia, pendekatan hibrida yang melibatkan pemerintah daerah bisa menjadi solusi yang tepat,” kata Sigit.

    Selain itu, tarif layanan setelah lelang juga harus menjadi perhatian. Ia menyoroti bahwa harga untuk layanan seluler dan FWA (Fixed Wireless Access) sebaiknya dibedakan.

    “Kompetisi harga seluler bersifat nasional, sedangkan harga FWA bisa lebih variatif, bahkan hingga tingkat lokasi rumah. Oleh karena itu, sebaiknya ada perbedaan harga FWA antara wilayah perkotaan dan pedesaan agar lebih adil,” pungkasnya.

    Dengan berbagai peluang dan tantangan yang ada, keberhasilan lelang frekuensi 1,4 GHz sangat bergantung pada kebijakan yang diambil oleh Komdigi. Jika proses lelang dilakukan dengan transparan dan adil, maka langkah ini dapat menjadi dorongan besar bagi peningkatan akses dan kualitas internet di Indonesia.

    (agt/fyk)

  • Seleksi Pita 1,4 GHz untuk FWA 5G, Terobosan Atasi Ketertinggalan Digital RI?

    Seleksi Pita 1,4 GHz untuk FWA 5G, Terobosan Atasi Ketertinggalan Digital RI?

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) menilai kebijakan pemerintah mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk teknologi Fixed Wireless Access (FWA) 5G merupakan langkah tepat untuk mengejar ketertinggalan Indonesia. Namun ada beberapa hal yang perlu diperhatikan.

    Menurut laporan Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) penetrasi broadband tetap Indonesia sekitar 15-20%, tertinggal dari Vietnam (43%) dan Thailand (38%). Indonesia butuh terobosan untuk meningkatkan penetrasi internet tetap.

    Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel Sigit Puspito Wigati Jarot menyebut langkah ini bisa menjadi solusi hemat biaya untuk meningkatkan penetrasi broadband tetap yang masih di bawah 20% sekaligus memacu produktivitas generasi muda. Namun, dia mengingatkan pemerintah agar tak abai pada kualitas layanan, kesehatan industri, dan beban biaya regulasi yang masih menghambat operator. 

    “Pilihan teknologi Fixed Wireless Access (FWA) mungkin pilihan yang tepat dan timely. Karena penggelarannya jauh lebih hemat biaya dan lebih cepat, dibandingkan dengan menggelar fiber optik,” kata Sigit kepada Bisnis, Minggu (23/2/2025).

    Sigit menambahkan pilihan pita frekuensi 1.4 GHz yang merupakan salah satu pita 5G, diharapkan bisa menjadi terobosan atas kelambanan penggelaran 5G di Indonesia, yang makin hari makin tertinggal dari negara lain.

    Kelambanan ini jika tidak segera dicari solusi, bisa berdampak hilangnya kesempatan generasi muda yang lebih butuh digital dan broadband berkualitas untuk bisa lebih produktif dan berinovasi.

    Logo 5GPerbesar

    Dari sisi biaya pemenang seleksi, pilihan pemberian izin frekuensi yang bersifat regional bukan nasional, diharapkan dapat menjadi jalan mengurangi beban biaya regulasi frekuensi yang selama ini menjadi salah satu faktor penting tidak sehatnya industri telekomunikasi.

    Sigit mengatakan meski demikian, untuk memastikan agar langkah ini memberikan manfaat besar bagi Indonesia, pemerintah perlu menjamin komitmen layanan secara kualitas kecepatan broadband dan cakupan layanan, dengan mengkombinasikan antara daerah yang menguntungkan dengan daerah yang mungkin lebih menantang.

    “Jangan sampai yang terbangun hanya di tempat-tempat yang menguntungkan saja.  Kedua, perlu mempertimbangkan kelayakan dan kemampuan pemenang lelang untuk mewujudkan target tersebut. Jangan sampai tujuan penting dan strategis secara nasional untuk terhambat oleh misalnya kondisi sebuah perusahaan,” kata Sigit.

    Sigit juga mengusulkan agar pemenangnya secara nasional bisa lebih dari satu. Meskipun ada juga contoh negara yang penggelaran 5G hanya dengan satu entitas, namun perlu dukungan dan regulasi yang ketat.

    Terakhirnya, pemerintah perlu juga mengantisipasi dampak seleksi buat kesehatan industri telekomunikasi secara umum dan juga iklim persaingan usaha. Perlu dipastikan tidak makin memperburuk kesehatan industri dan juga melanggar aturan-aturan persaingan usaha, setelah lelang digelar.

  • Seleksi 1,4 GHz Tak Boleh Ditunda, Mastel Singgung Kualitas Internet RI Rendah

    Seleksi 1,4 GHz Tak Boleh Ditunda, Mastel Singgung Kualitas Internet RI Rendah

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkapkan penyelenggaraan seleksi pita 1,4 GHz dapat meningkatkan kualitas internet Indonesia yang saat ini masih rendah. 

    Spektrum 1,4 GHz adalah bagian dari spektrum frekuensi radio yang digunakan dalam berbagai aplikasi, termasuk telekomunikasi dan penyiaran. Frekuensi ini berada dalam rentang Ultra High Frequency (UHF).

    Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Mastel, Sigit Puspito Wigati Jarot menyampaikan langkah ini baik untuk memperbaiki kualitas infrastruktur broadband di Indonesia. 

    Sebab, seleksi spektrum 1.4 GHz ini direncanakan untuk fixed broadband dengan teknologi FWA (fixed wireless access) dan dari spektrumnya kemungkinan menggunakan 5G TDD yang diharapkan dapat mendorong peningkatan kualitas dan jangkauan layanan broadband.

    Apalagi, Sigit menuturkan berdasarkan data ITU Facts and Figures 2024 yang diterbitkan pada akhir tahun 2024, Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal kualitas broadband, terutama dari segi trafik internet dan cakupan 5G. 

    Di tingkat global, rata-rata trafik internet untuk mobile broadband mencapai sekitar 14 GB per bulan, sementara untuk fixed broadband sudah mencapai 311 GB per bulan. 

    Sebaliknya, Indonesia tercatat hanya memiliki rata-rata trafik mobile broadband sekitar 7 GB per bulan, yang bahkan masih lebih rendah dibandingkan beberapa negara berpendapatan rendah dan negara-negara di Afrika.

    “Maka Seleksi 1,4 GHz untuk Fixed Broadband melalui 5G FWA ini diharapkan dapat memperbaiki kualitas infrastruktur broadband, dan tidak dapat ditunda lagi,” kata Sigit kepada Bisnis, Rabu (19/2/2025).

    Namun, Sigit menuturkan langkah ini juga perlu diimbangi dengan perhatian terhadap potensi dampak negatif bagi industri, yang dalam beberapa tahun terakhir mengalami tantangan berat. 

    Komdigi sebagai regulator dan pembina industri, di bawah amanah Undang-Undang No. 36 Tahun 1999, diharapkan dapat mengambil langkah-langkah regulasi yang cermat.

    “Salah tahu yang masih menjadi masalah menahun yang tidak kunjung diubah adalah tingginya beban regulasi, khususnya biaya frekuensi,” ucapnya.

  • Beda Dari Tahun Lalu, Wahana Pasar Malam Diprediksi Jadi Magnet Pengunjung di Dugderan Semarang 2025

    Beda Dari Tahun Lalu, Wahana Pasar Malam Diprediksi Jadi Magnet Pengunjung di Dugderan Semarang 2025

    TRIBUNJATENG.COM – Mengintip persiapan Pasar Dugderan yang akan berlangsung dari 17-26 Februari 2025 di Jalan Agus Salim Semarang.

    Dugderan merupakan tradisi menyambut bulan Ramadan di Kota Semarang.

    Pada Minggu (16/2/2025), para pedagang tampak sibuk mempersiapkan barang-barang dagangan di lapaknya. 

    Mulai dari pedagang permainan tradisional, gerabah, sepatu, baju, hingga berbagai kuliner. 

    Tak hanya itu, wahana permainan Pasar Malam seperti bianglala, ombak banyu, dan kora-kora juga mulai disusun. 

    Salah satu pedagang Pasar Dugderan, Jarot (52), mengatakan, dirinya sudah mempersiapkan barang dagangan untuk dijualkan di Pasar Dugderan sejak satu bulan lalu.

    Dirinya mengaku datang dari Boja, Kendal untuk menjual berbagai permainan tradisional.

    Di antaranya, pecut, barongan, wayang, blangkon, dan masih banyak lagi.

    “Sudah sering jualan di Pasar Dugderan, mungkin sudah 5 tahun ada. Penjual yang ada di sini dari mana-mana, ada Gunungkidul, Jepara, Magelang, banyak. 

    Soalnya ini event tradisi Semarang menyambut Ramadan,” ucap Jarot kepada Kompas.com, Minggu (16/2/2025).

    Jarot menyebutkan, ada sedikit perbedaan antara Pasar Dugderan 2025 dengan tahun sebelumnya. 

    Yaitu diizinkannya kembali adanya wahana permainan Pasar Malam di Pasar Dugderan.

    “Tahun kemarin tidak ada izin dari Wali Kota dengan adanya wahana Pasar Malam, jadi ada penurunan. Tapi tahun ini ada lagi, karena daya tariknya di situ. Semoga semakin ramai,” tutur dia. 

    Lebih jelas Jarot mengatakan, di Pasar Dugderan ini terdapat sekira 100 lebih pedagang yang menjual berbagai macam barang dan kuliner.

    Sehingga dirinya berharap, Pasar Dugderan tahun ini bisa lebih ramai dan dan banyak pengunjung yang datang ke sini untuk menyambut bulan suci Ramadan.

    “Harapannya semoga laris, banyak pengunjung, dan ekonominya semakin membaik,” ucap Jarot.

    Hal senada juga disampaikan oleh pedagang kurma di Pasar Dugderan, Yuli (49). 

    Dirinya menyebutkan, masyarakat Kota Semarang tampak bersemangat menyambut Ramadhan.

    Hal tersebut bisa terlihat dari geliat pembeli yang mampir di lapaknya. 

    “Ini mau dugderan, jadinya banyak yang mampir beli buat persiapan bulan puasa,” ucap Yuli. Di lapaknya yang terletak di seberang Pasar Johar itu Yuli menjualkan berbagai jenis kurma. Seperti kurma Tunisia, Madinah, Mesir, Green Valley, dan masih banyak lagi. 

    Kendati demikian Yuli berharap, Pasar Dugderan tahun ini bisa lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya. 

    “Pendapatannya kalau sekarang masjh belum stabil, nanti kalau sudah Ramadan bisa terlihat. Senang ada Dugderan, semoga tambah ramai,” pungkas Yuli.

    Setelah Pasar Dugderan, nantinya akan ada kirab Dugderan yang dilaksanakan pada Jumat (28/2/2025) yang dimulai dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Kauman Semarang. (*)

     

  • Melihat Persiapan Pasar Dugderan Semarang, Tradisi yang Dinanti Masyarakat Jelang Ramadhan 
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        16 Februari 2025

    Melihat Persiapan Pasar Dugderan Semarang, Tradisi yang Dinanti Masyarakat Jelang Ramadhan Regional 16 Februari 2025

    Melihat Persiapan Pasar Dugderan Semarang, Tradisi yang Dinanti Masyarakat Jelang Ramadhan
    Tim Redaksi
    SEMARANG, KOMPAS.com

    Dugderan
    merupakan salah satu tradisi menyambut bulan Ramadhan di Kota Semarang.
    Pasar
    Dugderan
    ini akan berlangsung dari 17-26 Februari 2025 di sepanjang Jalan Agus Salim Semarang. Mulai dari pertigaan Hotel Metro Park View Kota Lama
    Semarang
    hingga pertigaan SJC Matahari.
    Pada Minggu (16/2/2025), para pedagang tampak sibuk mempersiapkan barang-barang dagangan di lapaknya.
     
    Mulai dari pedagang permainan tradisional, gerabah, sepatu, baju, hingga berbagai kuliner.
    Tak hanya itu, wahana permainan Pasar Malam seperti
    bianglala
    ,
    ombak banyu
    , dan
    kora-kora
    juga mulai disusun.
    Salah satu pedagang
    Pasar Dugderan
    , Jarot (52), mengatakan, dirinya sudah mempersiapkan barang dagangan untuk dijualkan di Pasar Dugderan sejak satu bulan lalu.


    KOMPAS.com/ Sabrina Mutiara Salah satu pedagang di Pasar Dugderan Semarang, Jarot, sedang menyipakan barang dagangannya, Minggu (16/2/2025).
    Dirinya mengaku datang dari Boja, Kendal untuk menjual berbagai permainan tradisional. Di antaranya, pecut, barongan, wayang, blangkon, dan masih banyak lagi.
    “Sudah sering jualan di Pasar Dugderan, mungkin sudah 5 tahun ada. Penjual yang ada di sini dari mana-mana, ada Gunungkidul, Jepara, Magelang, banyak. Soalnya ini event tradisi Semarang menyambut Ramadhan,” ucap Jarot kepada
    Kompas.com
    , Minggu (16/2/2025).
    Jarot menyebutkan, ada sedikit perbedaan antara Pasar Dugderan 2025 dengan tahun sebelumnya. Yaitu diizinkannya kembali adanya wahana permainan Pasar Malam di Pasar Dugderan.
    “Tahun kemarin tidak ada izin dari Wali Kota dengan adanya wahana Pasar Malam, jadi ada penurunan. Tapi tahun ini ada lagi, karena daya tariknya di situ. Semoga semakin ramai,” tutur dia.
    Lebih jelas Jarot mengatakan, di Pasar Dugderan ini terdapat sekira 100 lebih pedagang yang menjual berbagai macam barang dan kuliner.
    Sehingga dirinya berharap, Pasar Dugderan tahun ini bisa lebih ramai dan dan banyak pengunjung yang datang ke sini untuk menyambut bulan suci Ramadan.
    “Harapannya semoga laris, banyak pengunjung, dan ekonominya semakin membaik,” ucap Jarot.
    Hal senada juga disampaikan oleh pedagang kurma di Pasar Dugderan, Yuli (49).
    Dirinya menyebutkan, masyarakat Kota Semarang tampak bersemangat menyambut Ramadhan.
    Hal tersebut bisa terlihat dari geliat pembeli yang mampir di lapaknya.
    “Ini mau
    dugderan
    , jadinya banyak yang mampir beli buat persiapan bulan puasa,” ucap Yuli.
    Di lapaknya yang terletak di seberang Pasar Johar itu Yuli menjualkan berbagai jenis kurma. Seperti kurma Tunisia, Madinah, Mesir, Green Valley, dan masih banyak lagi.
    Kendati demikian Yuli berharap, Pasar
    Dugderan
    tahun ini bisa lebih meriah dibanding tahun-tahun sebelumnya.
    “Pendapatannya kalau sekarang masjh belum stabil, nanti kalau sudah Ramadan bisa terlihat. Senang ada Dugderan, semoga tambah ramai,” pungkas Yuli.
    Setelah Pasar Dugderan, nantinya akan ada kirab
    Dugderan
    yang dilaksanakan pada Jumat (28/2/2025) yang dimulai dari Balai Kota Semarang menuju Masjid Agung Kauman Semarang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Daftar Wali Kota dan Bupati di Provinsi NTB yang Dilantik 20 Februari, Ada 10 Pasangan

    Daftar Wali Kota dan Bupati di Provinsi NTB yang Dilantik 20 Februari, Ada 10 Pasangan

    PIKIRAN RAKYAT – Ada 10 kepala daerah terpilih di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang akan dilantik pada tanggal 20 Februari 2025. Pelantikan ini menandai dimulainya babak baru kepemimpinan di berbagai kabupaten/kota di Pulau Lombok.

    Daftar Lengkap Kepala Daerah Terpilih di NTB

    Berikut adalah daftar lengkap kepala daerah terpilih di NTB yang telah dilantik:

    1. Gubernur dan Wakil Gubernur: Lalu Muhamad Iqbal – Indah Dhamayanti Putri

    2. Wali Kota dan Wakil Wali Kota Mataram: Mohan Roliskana – TGH Mujiburrahman

    3. Bupati dan Wakil Bupati Lombok Barat: Lalu Ahmad Zaini – Nurul Adha

    4. Bupati dan Wakil Bupati Lombok Tengah: Lalu Pathul Bahri – Nursiah

    5. Bupati dan Wakil Bupati Lombok Timur: H Haerul Warisin – Edwin Hadiwijaya

    6. Bupati dan Wakil Bupati Lombok Utara: TGH Najmul Ahyar – Kusmalahadi

    7. Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa Barat: Amar Nurmansyah – Hanipah

    Gubernur Terpilih, Lalu Muhammad Iqbal

    8. Bupati dan Wakil Bupati Sumbawa: Syarafuddin Jarot – Mohammad Ansori

    9. Bupati dan Wakil Bupati Dompu: Bambang Firdaus – Syirajuddin

    10. Bupati dan Wakil Bupati Bima: Ady Mahyudi – Irfan

    Fokus Pembangunan di Era Baru

    Berdasarkan visi dan misi yang disampaikan saat kampanye, beberapa fokus pembangunan yang akan dilakukan oleh kepala daerah terpilih di NTB antara lain:

    – Dengan potensi alam yang indah, NTB memiliki potensi besar untuk mengembangkan sektor pariwisata.

    – Pembangunan infrastruktur yang memadai akan mendukung pertumbuhan ekonomi dan konektivitas antar daerah.

    – Pemberdayaan masyarakat, terutama di daerah pedesaan, menjadi salah satu fokus utama.

    – Pemerintah daerah akan berupaya meningkatkan kualitas pendidikan agar generasi muda memiliki sumber daya manusia yang unggul.

    Mari kita sama-sama mendukung para pemimpin daerah yang baru dalam menjalankan tugasnya untuk membangun NTB yang lebih baik.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Mastel Ungkap Peluang-Tantangani Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G dan 5G

    Mastel Ungkap Peluang-Tantangani Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G dan 5G

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkapkan sejumlah peluang dan tantangan dalam mengoptimalkan pita 1,4 GHz untuk keperluang Fixed Wireless Acces (FWA) atau jaringan internet tetap cepat nirkabel 4G dan 5G. 

    Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot pita frekuensi 1,4 GHz memiliki banyak potensi untuk mendukung layanan FWA 4G dan 5G di Indonesia, terutama dalam meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan di area terpencil atau padat bangunan, seperti kompleks pemukiman, kampus hingga perkantoran. 

    Secara jenis frekuensinya, kata Sigit, juga cukup menarik, karena cakupannya lumayan. Sebagian besar use-case 5G ada di kelompok pita frekuensi tengah (Mid-band).  

    “Meskipun secara ketersediaan lebar pita yg disiapkan 80 MHz itu masih terbatas,” kata Sigit kepada Bisnis, Jumat (31/1/2025). 

    Untuk diketahui, beberapa laporan menyebut untuk menggelar 5G secara optimal dibutuhkan pita frekuensi sebesar 100 MHz. Dukungan frekuensi akan melahirkan inovasi-inovasi baru di 5G.

    FWA 4G dan 5G, lanjutnya, memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah akses internet di Indonesia, terutama di daerah yang belum terjangkau infrastruktur kabel. 

    Dia menuturkan di Indonesia, penetrasi akses tetap dengan fiber, perkembangannya sangat lambat, masih terus dibawah 15%. Sementara akses bergeraknya, 5G Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam konteks kompetisi 5G, baik secara infrastruktur, layanan maupun ekosistem. 

    “Di situlah FWA itu sangat potensial untuk mengisi gap tersebut, menjadi solusi broadband 5G yang secara harga lebih murah dari fiber, secara luasan cakupan lebih cepat berkembang, sehingga adopsi ke end-user bisa lebih cepat,” kata Sigit. 

    Sigit juga mengatakan sudah banyak studi tentang potensi teknologi 5G FWA ini di Indonesia. Namun, keberhasilan pengembangan FWA juga bergantung pada investasi jaringan, pemerataan akses, serta penyelesaian tantangan teknis dan regulasi. 

    “Dengan adanya dukungan kebijakan yang tepat, FWA dapat menjadi solusi penting dalam meningkatkan konektivitas dan mendorong perkembangan ekonomi digital Indonesia,” kata Sigit. 

    Warga mengukur kecepatan internet di perkebunanPerbesar

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Komdigi menunggu masukan publik guna menyusun regulasi tersebut. 

    BWA adalah teknologi khusus akses internet berkecepatan tinggi secara nirkabel (tanpa kabel) di area yang luas.

    Beberapa teknologi yang termasuk dalam BWA antara lain Wi-Fi, WiMAX atau teknologi nirkabel jarak jauh yang dapat mencakup area yang lebih luas daripada Wi-Fi, 4G/5G, hingga satelit. 

    Hinet (Berca) dan Bolt adalah beberapa merek Wimax yang terkenal pada masanya. Merek-merek tersebut kini telah tutup seiring dengan masifnya perkembangan 4G dan 5G di Indonesia. 

    Komdigi menyampaikan terobosan kebijakan tersebut nantinya akan tertuang dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz.

    Dikutip dari laman resmi, Sabtu (25/1/2025). Komdigi menyebut Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan layanan Fixed Broadband (FBB), di mana dari segi penetrasi dan kualitas saat ini hanya mencapai 21,31% rumah tangga dari sekitar 69 juta rumah tangga di Indonesia. 

    “Selain itu, harga rata-rata bulanan untuk kecepatan internet mencapai hingga 100 Mbps masih cukup mahal. Tingginya biaya internet pelanggan dan biaya penggelaran jaringan Fiber Optic (FO) terutama di daerah rural dan sub-urban, serta regulasi dan infrastruktur yang belum mendukung secara optimal, menjadi tantangan utama,” tulis Komdigi. 

    Untuk mengatasi masalah itu, Komdigi menyiapkan terobosan kebijakan guna mendorong pembangunan layanan akses internet di rumah secara masif dan cepat dengan biaya yang relatif terjangkau sesuai kemampuan masyarakat. 

  • Mastel Ungkap Peluang-Tantangani Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G dan 5G

    Mastel Ungkap Peluang dan Tantangan Pemanfaatan Pita 1,4 GHz untuk FWA 4G

    Bisnis.com, JAKARTA — Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) mengungkapkan sejumlah peluang dan tantangan dalam mengoptimalkan pita 1,4 GHz untuk keperluang Fixed Wireless Acces (FWA) atau jaringan internet tetap cepat nirkabel 4G dan 5G. 

    Ketua Bidang Infrastruktur Telematika Nasional Masyarakat Telematika Indonesia (Mastel) Sigit Puspito Wigati Jarot pita frekuensi 1,4 GHz memiliki banyak potensi untuk mendukung layanan FWA 4G dan 5G di Indonesia, terutama dalam meningkatkan jangkauan dan kualitas layanan di area terpencil atau padat bangunan, seperti kompleks pemukiman, kampus hingga perkantoran. 

    Secara jenis frekuensinya, kata Sigit, juga cukup menarik, karena cakupannya lumayan. Sebagian besar use-case 5G ada di kelompok pita frekuensi tengah (Mid-band).  

    “Meskipun secara ketersediaan lebar pita yg disiapkan 80 MHz itu masih terbatas,” kata Sigit kepada Bisnis, Jumat (31/1/2025). 

    Untuk diketahui, beberapa laporan menyebut untuk menggelar 5G secara optimal dibutuhkan pita frekuensi sebesar 100 MHz. Dukungan frekuensi akan melahirkan inovasi-inovasi baru di 5G.

    FWA 4G dan 5G, lanjutnya, memiliki potensi besar untuk mengatasi masalah akses internet di Indonesia, terutama di daerah yang belum terjangkau infrastruktur kabel. 

    Dia menuturkan di Indonesia, penetrasi akses tetap dengan fiber, perkembangannya sangat lambat, masih terus dibawah 15%. Sementara akses bergeraknya, 5G Indonesia pertumbuhannya sangat lambat, dan jauh tertinggal dari negara-negara lain dalam konteks kompetisi 5G, baik secara infrastruktur, layanan maupun ekosistem. 

    “Di situlah FWA itu sangat potensial untuk mengisi gap tersebut, menjadi solusi broadband 5G yang secara harga lebih murah dari fiber, secara luasan cakupan lebih cepat berkembang, sehingga adopsi ke end-user bisa lebih cepat,” kata Sigit. 

    Sigit juga mengatakan sudah banyak studi tentang potensi teknologi 5G FWA ini di Indonesia. Namun, keberhasilan pengembangan FWA juga bergantung pada investasi jaringan, pemerataan akses, serta penyelesaian tantangan teknis dan regulasi. 

    “Dengan adanya dukungan kebijakan yang tepat, FWA dapat menjadi solusi penting dalam meningkatkan konektivitas dan mendorong perkembangan ekonomi digital Indonesia,” kata Sigit. 

    Warga mengukur kecepatan internet di perkebunanPerbesar

    Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) berencana mengalokasikan pita frekuensi 1,4 GHz untuk keperluan Broadband Wireless Access (BWA) atau layanan internet cepat tetap nirkabel. Komdigi menunggu masukan publik guna menyusun regulasi tersebut. 

    BWA adalah teknologi khusus akses internet berkecepatan tinggi secara nirkabel (tanpa kabel) di area yang luas.

    Beberapa teknologi yang termasuk dalam BWA antara lain Wi-Fi, WiMAX atau teknologi nirkabel jarak jauh yang dapat mencakup area yang lebih luas daripada Wi-Fi, 4G/5G, hingga satelit. 

    Hinet (Berca) dan Bolt adalah beberapa merek Wimax yang terkenal pada masanya. Merek-merek tersebut kini telah tutup seiring dengan masifnya perkembangan 4G dan 5G di Indonesia. 

    Komdigi menyampaikan terobosan kebijakan tersebut nantinya akan tertuang dalam Peraturan Menteri Komunikasi dan Digital tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada Pita Frekuensi Radio 1,4 GHz.

    Dikutip dari laman resmi, Sabtu (25/1/2025). Komdigi menyebut Indonesia saat ini tengah menghadapi tantangan besar dalam meningkatkan layanan Fixed Broadband (FBB), di mana dari segi penetrasi dan kualitas saat ini hanya mencapai 21,31% rumah tangga dari sekitar 69 juta rumah tangga di Indonesia. 

    “Selain itu, harga rata-rata bulanan untuk kecepatan internet mencapai hingga 100 Mbps masih cukup mahal. Tingginya biaya internet pelanggan dan biaya penggelaran jaringan Fiber Optic (FO) terutama di daerah rural dan sub-urban, serta regulasi dan infrastruktur yang belum mendukung secara optimal, menjadi tantangan utama,” tulis Komdigi. 

    Untuk mengatasi masalah itu, Komdigi menyiapkan terobosan kebijakan guna mendorong pembangunan layanan akses internet di rumah secara masif dan cepat dengan biaya yang relatif terjangkau sesuai kemampuan masyarakat. 

  • Warga etnis Tionghoa cuci patung dewa sebagai tradisi menyambut Tahun Baru Imlek

    Warga etnis Tionghoa cuci patung dewa sebagai tradisi menyambut Tahun Baru Imlek

    Kamis, 23 Januari 2025 14:10 WIB

    Warga membersihkan patung di Vihara Dharmayana, Kuta, Badung, Bali, Kamis (23/1/2025). Warga etnis Tionghoa melakukan berbagai persiapan seperti mencuci patung dewa dewi, pembersihan bangunan vihara serta memasang lampion untuk menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2576 Kongzili. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf/YU

    Pengurus klenteng membersihkan patung dewa di Klenteng Hok Tek Bio, Salatiga, Kamis (23/1/2025). Pembersihan patung dewa dengan air hujan yang dicampur teh itu untuk menyambut perayaan Tahun Baru Imlek 2576. ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/YU

    Warga keturunan Tionghoa membersihkan patung dewa di Kelenteng Xian Ma di Makassar, Sulawesi Selatan, Kamis (23/1/2025). Pengurus kelenteng mulai melakukan berbagai persiapan seperti pencucian patung dewa, memasang dekorasi serta membersihkan sarana dan prasarana kelenteng untuk menyambut Tahun Baru Imlek 2576 Konzili yang jatuh pada Rabu (29/1). ANTARA FOTO/Arnas Padda/YU

  • Hari Desa Nasional 2025, Ini Sejarah dan Temanya

    Hari Desa Nasional 2025, Ini Sejarah dan Temanya

    Jakarta: Pada Rabu, 15 Januari 2025, Indonesia merayakan Hari Desa Nasional yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2024.

    Tanggal ini dipilih sebagai pengingat pentingnya peran desa dalam pembangunan nasional, pemberdayaan masyarakat, dan pelestarian kebudayaan. Peringatan ini tidak hanya menjadi momen refleksi, tetapi juga menguatkan posisi desa sebagai subjek pembangunan.
     
    Sejarah Hari Desa Nasional
    Hari Desa Nasional pertama kali ditetapkan pada tahun 2024 melalui Keppres Nomor 23. Inisiatif ini lahir dari keinginan pemerintah untuk memberikan penghormatan kepada desa sebagai entitas yang memiliki kontribusi signifikan dalam kemajuan negara.

    Desa, sebagai pusat pertumbuhan dan kebudayaan daerah, memainkan peran vital dalam menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi di tingkat lokal.

    Peringatan Hari Desa Nasional dimaksudkan untuk memotivasi masyarakat dan pemangku kepentingan agar menjadikan desa sebagai ujung tombak pembangunan.

    Sejak awal, tujuan utamanya adalah memperkuat kapasitas desa dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk ketahanan pangan, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.
     
    Tema Hari Desa Nasional 2025
    Hari Desa Nasional tahun ini mengusung tema “Ketahanan Pangan Nasional Dimulai dari Desa Swasembada Pangan.” Tema ini menekankan pentingnya desa dalam menciptakan ketahanan pangan melalui pengelolaan sumber daya lokal yang mandiri dan berkelanjutan.

    Sebagai bagian dari perayaan tahun ini, pemerintah mencanangkan Gerakan Menanam Tanaman Pangan di Desa atau “Gema Tandan Desa.” Gerakan ini bertujuan untuk:

    Meningkatkan Ketahanan Pangan Desa: Menanam tanaman lokal bernilai gizi tinggi seperti cabai, jagung, singkong, dan palawija.

    Memanfaatkan Potensi Lokal: Memaksimalkan pemanfaatan lahan desa untuk produksi pangan mandiri.

    Meningkatkan Kesadaran Publik: Mendorong dokumentasi dan publikasi kegiatan desa melalui media sosial untuk memperlihatkan kontribusi nyata desa dalam ketahanan pangan.

    Pj. Sekretaris Daerah Kabupaten Cilacap, Jarot Prasojo, dalam sambutannya mengatakan, “Gema Tandan Desa dilaksanakan dengan menanam bibit tanaman di sekitar kantor desa dan mempublikasikannya.  Gerakan ini diharapkan dapat memberikan dampak nyata dalam pembangunan desa.”

    Peringatan Hari Desa Nasional tahun 2025 diharapkan menjadi momen penting untuk mengingatkan semua pihak bahwa pembangunan desa adalah langkah awal menuju kemajuan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.

    Baca Juga:
    Beri Dampak Signifikan, Program Tekad Kemendes Bakal Dilanjutkan

    Jakarta: Pada Rabu, 15 Januari 2025, Indonesia merayakan Hari Desa Nasional yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 23 Tahun 2024.
     
    Tanggal ini dipilih sebagai pengingat pentingnya peran desa dalam pembangunan nasional, pemberdayaan masyarakat, dan pelestarian kebudayaan. Peringatan ini tidak hanya menjadi momen refleksi, tetapi juga menguatkan posisi desa sebagai subjek pembangunan.
     
    Sejarah Hari Desa Nasional
    Hari Desa Nasional pertama kali ditetapkan pada tahun 2024 melalui Keppres Nomor 23. Inisiatif ini lahir dari keinginan pemerintah untuk memberikan penghormatan kepada desa sebagai entitas yang memiliki kontribusi signifikan dalam kemajuan negara.
     
    Desa, sebagai pusat pertumbuhan dan kebudayaan daerah, memainkan peran vital dalam menciptakan ketahanan sosial dan ekonomi di tingkat lokal.

    Peringatan Hari Desa Nasional dimaksudkan untuk memotivasi masyarakat dan pemangku kepentingan agar menjadikan desa sebagai ujung tombak pembangunan.
     
    Sejak awal, tujuan utamanya adalah memperkuat kapasitas desa dalam menghadapi berbagai tantangan, termasuk ketahanan pangan, perubahan iklim, dan pembangunan berkelanjutan.
     

    Tema Hari Desa Nasional 2025
    Hari Desa Nasional tahun ini mengusung tema “Ketahanan Pangan Nasional Dimulai dari Desa Swasembada Pangan.” Tema ini menekankan pentingnya desa dalam menciptakan ketahanan pangan melalui pengelolaan sumber daya lokal yang mandiri dan berkelanjutan.
     
    Sebagai bagian dari perayaan tahun ini, pemerintah mencanangkan Gerakan Menanam Tanaman Pangan di Desa atau “Gema Tandan Desa.” Gerakan ini bertujuan untuk:
     
    Meningkatkan Ketahanan Pangan Desa: Menanam tanaman lokal bernilai gizi tinggi seperti cabai, jagung, singkong, dan palawija.
     
    Memanfaatkan Potensi Lokal: Memaksimalkan pemanfaatan lahan desa untuk produksi pangan mandiri.
     
    Meningkatkan Kesadaran Publik: Mendorong dokumentasi dan publikasi kegiatan desa melalui media sosial untuk memperlihatkan kontribusi nyata desa dalam ketahanan pangan.
     
    Pj. Sekretaris Daerah Kabupaten Cilacap, Jarot Prasojo, dalam sambutannya mengatakan, “Gema Tandan Desa dilaksanakan dengan menanam bibit tanaman di sekitar kantor desa dan mempublikasikannya.  Gerakan ini diharapkan dapat memberikan dampak nyata dalam pembangunan desa.”
     
    Peringatan Hari Desa Nasional tahun 2025 diharapkan menjadi momen penting untuk mengingatkan semua pihak bahwa pembangunan desa adalah langkah awal menuju kemajuan nasional yang inklusif dan berkelanjutan.
     
    Baca Juga:
    Beri Dampak Signifikan, Program Tekad Kemendes Bakal Dilanjutkan
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WAN)