Kolumnis Loyalis Kompas.com: Menulis dari Kegelisahan atas Negeri
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
— Dr Ari Junaedi, salah satu kolumnis pilihan
Kompas.com
2025, bercerita soal sumber inspirasi tulisan-tulisannya.
Sumber inspirasi itu merentang mulai dari pengalaman perjalanan panjang hingga pengamatan terhadap kondisi sosial di berbagai daerah terpencil Indonesia.
Di perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-30
Kompas.com
, Ari menuturkan pengalamannya dan dorongan hati nurani yang membuatnya aktif menulis opini di
Kompas.com
selama bertahun-tahun.
“Saya gelisah melihat negeri ini, dan (dalam) perjalanan saya, saya jarang pulang ke rumah. Saya berterima kasih kepada istri saya, saya bener-bener jadi Bang Toyib,” katanya.
Bang Toyib yang disebutnya adalah tokoh fiksi dalam lagu populer yang jarang pulang ke rumah.
Ari mengatakan, ada banyak daerah pedalaman di Indonesia yang tertinggal.
Di sana, banyak anak-anak mengalami kasus tengkes (
stunting
) atau kurang gizi yang hingga kini butuh perhatian lebih.
Sebagai bentuk dukungan dalam mencerdaskan bangsa,
Kompas.com
melalui program Jagat Literasi mengunjungi beberapa daerah tertinggal di Indonesia untuk memberikan bantuan pendidikan.
“Jika ke Timor Tengah Utara, lebih parah lagi,
stunting
tertinggi di Indonesia,” ungkapnya.
“Saya menyarankan Jagat Literasi pergi ke Pulau Anambas, mereka punya 256 pulau, ibukotanya Tarempa. Itu sangat susah. Motor saja ditinggal enggak hilang, karena hanya pulau,” ungkapnya.
Dia menceritakan bahwa pengalaman bepergian dirinya ke daerah-daerah tertinggal menjadi inspirasi dalam tulisannya.
Mulai dari kondisi baling-baling mati ketika menumpangi pesawat Hercules, hingga jalan darat 16 jam menuju Merauke.
“Di situlah muncul tulisan-tulisan saya. Kebetulan saya ini dosen AKAP, antar kota antar provinsi,” canda dia.
“Kerjaan saya selalu gelisah melihat apa yang terjadi. Bahwa STEM itu sebetulnya (istilah dia) ‘suka termenung’, energi menulisnya makin memuncak,” lanjut kelakarnya.
Dia bercerita bahwa kondisi akar rumput tentunya tidak senyaman para pejabat elite.
Dia bilang, ada banyak guru yang meskipun pekerjaannya mulia, namun dari sisi ekonomi sama sekali tidak mencukupi.
“Teman-teman harus melihat ke bawah, banyak masyarakat kita yang (2,4) tanggal 2 gajian, tanggal 4 mereka ngutang lagi, jadi percuma bicara STEM (
science, technology, engineering, mathematics
), (tapi) bagaimana gaji guru yang hanya Rp700.000 sebulan, sementara wakil rakyat kita, rakyatnya kejang, parlemennya begoyang, hidup ditindas, matipun dilindas (mohon maaf) itu harus kita suarakan,” tegasnya.
Dia juga berterima kasih karena selama ini tulisannya diberikan tempat yang layak untuk bisa dimuat di dalam kolom
Kompas.com
.
“Terima kasih untuk
Kompas.com
, kami adalah loyalis
Kompas.com
, karena hanya
Kompas
kami bisa disalurkan, kami merasa apa yang kami tulis itu diloloskan, jadi kalau salah bukan kami yang salah,” candanya lagi.
Selain Ari,
Kompas.com
juga memberikan apresiasi kepada tiga kolumnis pilihan 2025, di antaranya Prof Hamid Awaludin dan Dr Jannus TH Siahaan.
Kompas.com
memasuki usia ke-30 yang jatuh pada Minggu, 14 September 2025.
Rangkaian perayaan hari ulang tahun (HUT) berupa ziarah ke makam para pendiri Kompas-Gramedia, Jakob Oetama dan PK Ojong.
Sebelumnya, pada Sabtu, 13 September 2025, digelar pula ziarah ke beberapa rekan kerja, yaitu ke makam Ervan Hardoko, Muhammad Latief, dan Kurnia Sari Aziza.
Puncak acara pada Senin, 15 September 2025, digelar Festival HUT berupa Obrolan Newsroom On Stage dan LiteraTalk yang merupakan bagian dari Jagat Literasi, serta Awarding Kolumnis.
Acara pemungkas, Bersuka Ria, menjadi kemeriahan pada Senin malam.
Keseluruhan rangkaian perayaan HUT Kompas.com ini merupakan hasil kerja sama bersama Riady Foundation, ParagonCorp, dan Blibli, juga didukung oleh Kita Bisa dan Gramedia.
Sementara itu, misi Jagat Literasi di Perbatasan Ekspedisi dari Kata ke Nyata
Kompas.com
hadir melalui inisiatif Jagat Literasi untuk merayakan HUT ke-30
Kompas.com
.
Relawan mengajarkan literasi media dan literasi baca di 20 sekolah yang tersebar di Banten, Jawa Tengah, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, dan DKI Jakarta.
Selain mengajar, mereka menyalurkan donasi buku anak dengan target 10.000 eksemplar agar siswa di berbagai daerah bisa mendapatkan bacaan yang layak.
Ekspedisi Kata ke Nyata didukung gerakan STEM Indonesia Cerdas dari Riady Foundation, serta ParagonCorp dan Gramedia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Tag: Jakob Oetama
-
/data/photo/2022/03/09/6227c4b869b23.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Kolumnis Loyalis Kompas.com: Menulis dari Kegelisahan atas Negeri Nasional 16 September 2025
-
/data/photo/2025/09/14/68c634fee657e.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Tiga Dekade Kompas.com, Menjaga Warisan Para Pendiri Nasional 14 September 2025
Tiga Dekade Kompas.com, Menjaga Warisan Para Pendiri
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Langit Jakarta menyambut hangat perayaan Hari Ulang Tahun ke-30 Kompas.com yang jatuh pada hari ini, Minggu (14/9/2025).
Memperingati genapnya usia, Kompas.com menggelar rangkaian ziarah Napak Tilas Pendiri KG ke makam Jakob Oetama dan Petrus Kanisius (PK) Ojong sebagai bentuk penghormatan.
Momentum penuh rasa syukur ini dimulai dari titik awal di Bentara Budaya Jakarta.
Pemimpin Redaksi Kompas.com, Amir Sodikin, membuka acara dengan penuh rasa hormat untuk mengenang jasa para pendiri.
Rombongan Kompas.com mulai bergerak menggunakan dua bus pada pukul 07.40 WIB.
Hanya memakan waktu 15 menit, rombongan tiba di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata, Jakarta Selatan.
“Kami, anak, cucu, cicit datang Pak Jakob,” kata Amir Sodikin dengan suara lembut di depan makam Jakob.
Jakob Oetama lahir di Magelang pada 27 September 1931. Ia wafat pada 9 September 2020.
Dalam dekapan cuaca yang bersahabat dan langit yang biru bersih, para karyawan menundukkan kepala dan memanjatkan doa dengan penuh khidmat di depan makam Jakob. Oetama.
Ziarah kemudian dilanjutkan ke tempat peristirahatan pendiri Kompas Gramedia lainnya, yakni Petrus Kanisius Ojong, di Taman Pemakaman Umum (TPU) Tanah Kusir, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan.
Pukul 08.41 WIB, rombongan meninggalkan TMP Kalibata dan menuju TPU Tanah Kusir.
PK Ojong lahir di Bukittinggi pada 25 Juli 1920 dan meninggal di Jakarta pada 31 Mei 1980.
Cuaca yang mulai terik tidak mengurangi semangat langkah kaki rombongan yang berjalan dari pintu masuk TPU Tanah Kusir ke pusara PK Ojong.
Karyawan kembali menundukkan kepala dan memanjatkan doa dengan khidmat untuk ketenangan dan kedamaian PK Ojong.
Menurut Amir, kedua pendiri Kompas Gramedia itu memiliki peran unik yang saling melengkapi.
“Jika Pak Ojong tadi dia sangat tokoh dalam prinsip, kemudian rapi dalam administrasi, dan punya visi bisnis. Nah, Pak Jakob Oetama ini yang mengisi nilai-nilai jurnalismenya. Maka dikenal ada jurnalisme makna. Jurnalisme makna itu khasnya Kompas,” jelas Amir.
Dia menambahkan, jurnalisme makna bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga memberi perspektif, makna, dan arah ke depan.
“Tidak cukup 5W1H. Tapi what’s next-nya apa? Dan nanti insight-nya untuk kita dan untuk bangsa itu apa?” tutur dia.
Ia juga mengingatkan bahwa prinsip kemanusiaan yang ditanamkan kedua pendiri masih menjadi pijakan utama hingga kini.
Menurutnya, nilai tersebut tecermin dalam inisiatif sosial seperti Dana Kemanusiaan Kompas maupun program donasi Kompas.com bersama Kitabisa.
“Dari dua pendiri ini kita mengenal yang namanya prinsip kemanusiaan, welas asih dan juga saling jaga, saling menghormati. Dua tokoh ini juga melahirkan banyak bisnis-bisnis di KG Media,” ujar Amir.
Kompas.com memasuki usia ke-30 yang jatuh pada Minggu, 14 September 2025.
Rangkaian perayaan hari ulang tahun (HUT) berupa ziarah ke makam para pendiri Kompas Gramedia, Jakob Oetama dan PK Ojong.
Sebelumnya, pada Sabtu, 13 September 2025, digelar pula ziarah ke beberapa rekan kerja, yaitu ke makam Ervan Hardoko, Muhammad Latief, dan Kurnia Sari Aziza.
Puncak acara pada Senin, 15 September 2025, digelar Festival HUT berupa Obrolan Newsroom On Stage dan LiteraTalk yang merupakan bagian dari Jagat Literasi, serta Awarding Kolumnis.
Acara pemungkas, Bersuka Ria, menjadi kemeriahan pada Senin malam.
Keseluruhan rangkaian perayaan HUT Kompas.com ini merupakan hasil kerja sama bersama Riady Foundation, ParagonCorp, dan Blibli. Juga didukung oleh Kita Bisa dan Gramedia.
Sementara itu, misi Jagat Literasi di Perbatasan Ekspedisi dari Kata ke Nyata Kompas.com hadir melalui inisiatif Jagat Literasi untuk merayakan HUT ke-30 Kompas.com.
Relawan mengajarkan literasi media dan literasi baca di 20 sekolah yang tersebar di Banten, Jawa Tengah, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, dan DKI Jakarta.
Selain mengajar, mereka menyalurkan donasi buku anak dengan target 10.000 eksemplar agar siswa di berbagai daerah bisa mendapatkan bacaan yang layak.
Ekspedisi Kata ke Nyata didukung gerakan STEM Indonesia Cerdas dari Riady Foundation, serta ParagonCorp dan Gramedia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/09/14/68c63404e0ce1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Peringati HUT Ke-30, Kompas.com Ziarah ke Makam Jakob Oetama dan PK Ojong Nasional 14 September 2025
Peringati HUT Ke-30, Kompas.com Ziarah ke Makam Jakob Oetama dan PK Ojong
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Dalam rangka memperingati hari ulang tahun (HUT) ke-30, Kompas.com berziarah ke makam dua pendiri Kompas, Jakob Oetama dan Petrus Kanisius (PK) Ojong, Minggu (14/9/2025).
Kegiatan ini diawali dengan pengarahan singkat disertai doa bersama di Bentara Budaya Jakarta (BBJ), Jakarta Pusat, sebelum rombongan berangkat ke Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata dan kemudian ke Tanah Kusir.
Pemimpin Redaksi (Pemred) Kompas.com, Amir Sodikin, dalam sambutannya menekankan pentingnya meneladani nilai-nilai yang diwariskan kedua pendiri Kompas.
Ia menilai, kesederhanaan PK Ojong dan kelenturan Jakob Oetama membentuk fondasi jurnalisme Kompas yang dikenal hingga kini.
“Kita akan berziarah pertama kali nanti ke makamnya Pak Jakob Oetama dan kemudian ke Pak PK Ojong,” kata Amir dalam sambutannya.
Ia pun menceritakan sekilas kisah hidup dua pendiri Kompas. PK Ojong berasal dari keluarga sederhana dan dikenal teguh prinsip, baik dalam kehidupan maupun bisnis.
Sementara, Jakob Oetama unggul dalam mengendalikan emosi dan bersikap lentur, sehingga mudah menyesuaikan diri dalam berbagai situasi.
“Dua tokoh ini saling mengisi. Jika Pak Ojong tadi dia sangat tokoh dalam prinsip, kemudian rapi dalam administrasi, dan punya visi bisnis. Nah, Pak Jakob Oetama ini yang mengisi nilai-nilai jurnalismenya. Maka dikenal ada jurnalisme makna. Jurnalisme makna itu khasnya Kompas,” jelas Amir.
Dia menambahkan, jurnalisme makna bukan hanya menyampaikan informasi, tetapi juga memberi perspektif, makna, dan arah ke depan.
“Tidak cukup 5W1H. Tapi what’s next-nya apa? Dan nanti insight-nya untuk kita dan untuk bangsa itu apa?” tutur dia.
Ia juga mengingatkan bahwa prinsip kemanusiaan yang ditanamkan kedua pendiri masih menjadi pijakan utama hingga kini.
Menurutnya, nilai tersebut tecermin dalam inisiatif sosial seperti Dana Kemanusiaan Kompas maupun program donasi Kompas.com bersama Kitabisa.
Sementara itu, Wakil Ketua Panitia HUT ke-30 Kompas.com, Zainal, menjelaskan bahwa ziarah ini merupakan agenda rutin tahunan yang kembali digelar pascapandemi Covid-19.
“Ini kurang lebih sudah tahun keempat kita melakukan ziarah sejak Covid. Yang ikut ada teman-teman redaksi, bisnis, marketing, sales, hingga komunitas,” kata Zainal.
Ia menambahkan, usai ziarah, rangkaian peringatan dilanjutkan dengan tumpengan di kantor redaksi Kompas.com, Jakarta Pusat.
Sementara acara puncak HUT ke-30 akan digelar Senin (15/9/2025) melalui Jagat Literasi Festival di Menara Kompas.
“Besok kita ada talkshow literasi di Studio Dua, Menara Kompas. Akan hadir dua menteri sebagai narasumber. Itu bagian dari acara puncak,” ujar Zainal.
Kompas.com memasuki usia ke-30 yang jatuh pada Minggu, 14 September 2025. Rangkaian perayaan hari ulang tahun (HUT) berupa ziarah ke makam para pendiri Kompas-Gramedia, Jakob Oetama dan PK Ojong.
Sebelumnya, pada Sabtu, 13 September 2025, digelar pula ziarah ke beberapa rekan kerja yaitu ke makam Ervan Hardoko, Muhammad Latief, dan Kurnia Sari Aziza.
Puncak acara pada Senin, 15 September 2025, digelar Festival HUT berupa Obrolan Newsroom On Stage dan LiteraTalk yang merupakan bagian dari Jagat Literasi, serta Awarding Kolumnis.
Acara pemungkas, Bersuka Ria, menjadi kemeriahan pada Senin malam.
Keseluruhan rangkaian perayaan HUT Kompas.com ini merupakan hasil kerja sama bersama Riady Foundation, ParagonCorp, dan Blibli. Juga didukung oleh Kita Bisa dan Gramedia.
Sementara itu, misi Jagat Literasi di Perbatasan Ekspedisi dari Kata ke Nyata Kompas.com hadir melalui inisiatif Jagat Literasi untuk merayakan HUT ke-30 Kompas.com.
Relawan mengajarkan literasi media dan literasi baca di 20 sekolah yang tersebar di Banten, Jawa Tengah, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Utara, dan DKI Jakarta.
Selain mengajar, mereka menyalurkan donasi buku anak dengan target 10.000 eksemplar agar siswa di berbagai daerah bisa mendapatkan bacaan yang layak.
Ekspedisi Kata ke Nyata didukung gerakan STEM Indonesia Cerdas dari Riady Foundation, serta ParagonCorp dan Gramedia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/08/31/68b44ace277fc.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2024/12/11/67595969763b1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)