Tag: Jack Ma

  • Pemilik TikTok Jadi Orang Terkaya di China, Hartanya Rp 952,5 Triliun

    Pemilik TikTok Jadi Orang Terkaya di China, Hartanya Rp 952,5 Triliun

    Jakarta

    Zhang Yiming, pendiri raksasa teknologi ByteDance, menjadi orang terkaya di China untuk pertama kalinya. Kekayaannya mencapai USD 57,5 miliar atau sekitar Rp 952,5 triliun.

    Zhang memuncaki daftar orang terkaya di China pada Rabu (26/3) setelah menggusur taipan air mineral Zhong Shanshan dan co-founder Tencent Ma Huateng. Tidak hanya itu, pria berkacamata ini juga menjadi orang terkaya ketiga di Asia, di belakang Mukesh Ambani dan Gautam Adani dari India.

    Kekayaan Zhang melonjak lebih dari USD 10 miliar setelah Bloomberg menganalisis valuasi dari investor BlackRock, Fidelity Instruments, dan T. Rowe Price Group, serta rencana perusahaan untuk buy back saham karyawan dengan nilai USD 312 miliar.

    Zhang, warga negara China yang kini tinggal di Singapura, membangun kekayaannya dari 21% sahamnya di ByteDance. Perusahaannya itu memiliki aplikasi yang sangat populer di China dan dunia, termasuk aplikasi berita Toutiao serta aplikasi video pendek Douyin dan TikTok.

    “Zhang berbeda dari generasi miliarder ‘buatan China’ sebelumnya karena bisnisnya lebih inovatif dan berorientasi global,” kata Hao Gao, direktur di Research Center for Global Family Business Tsinghua University, seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (27/3/2025).

    Zhang memulai kariernya sebagai engineer di website penelusuran pariwisata Kuxun.com. Pada tahun 2009, ia mendirikan bisnis pertamanya yaitu platform pencarian properti 99fangcom. Ia mundur dari pekerjaan ini tiga tahun setelahnya.

    Pada tahun 2012, Zhang mendirikan ByteDance di sebuah apartemen kecil di Beijing. Aplikasi pertama ByteDance adalah aplikasi berita Toutiao yang mendulang lebih dari 13 juta pengguna aktif harian dalam waktu dua tahun.

    Empat tahun setelahnya, ByteDance meluncurkan aplikasi video pendek TikTok untuk pasar global dan Douyin untuk pasar China. Aplikasi ini langsung menjadi hit di kalangan milenial dan Gen Z, serta dikenal di seluruh dunia.

    ByteDance kemudian mengakuisisi Musical.ly, layanan media sosial asal China, pada tahun 2018 senilai USD 800 juta dan mengintegrasikannya ke dalam TikTok.

    Pada tahun 2021, Zhang mundur dari jabatannya sebagai CEO ByteDance, dan beberapa bulan kemudian ia mengundurkan diri sebagai chairman. Banyak rekan miliarder teknologinya yang juga meninggalkan peran aktif di perusahaan mereka, seperti Jack Ma dari Alibaba Group dan Colin Huang dari PDD Holdings.

    (vmp/fay)

  • Momen Tegang Elon Musk Ketemu Jack Ma, Awk…ward…

    Momen Tegang Elon Musk Ketemu Jack Ma, Awk…ward…

    Jakarta

    Elon Musk pernah bertemu dengan Jack Ma pada World Artificial Intelligence di Shanghai, China, 2019. Ada beberapa momen tegang dan awkward antara keduanya ketika mereka duduk bersama membahas berbagai hal.

    Misalnya ketika mereka membahas soal AI, bos Alibaba mengaku benci menggunakan kata ‘artificial intelligence’.

    “Saya menyebutnya Alibaba Intelligence,” ujar Ma yang langsung membuat Musk kelihatan terkejut. Kemudian, pendiri SpaceX itu langsung menjawab singkat.

    “Ya, bisa jadi nyata. Anda tidak akan pernah tahu,” balas Musk.

    Ma kemudian beralih ke topik yang sangat digilai oleh Musk, yakni Mars. Sang miliarder itu telah membicarakannya sejak lama, dan itu juga merupakan salah satu tujuan akhir dari perusahaan rintisan antariksanya.

    “Sebenarnya, saya tidak tertarik dengan Mars. Saya baru saja kembali dari sana,” kata Ma. Musk nampaknya tidak terkesan.

    Ma lebih memperkeruh suasana dan mengatakan Mars adalah perjalanan satu arah, yang membuatnya penasaran tentang mengapa Musk ingin pergi ke Mars sejak awal. Namun, Musk itu hanya menjawab, “Bukan begitu cara kerjanya”.

    Meskipun Musk telah menjadi salah satu penggemar awal AI — ia adalah salah satu pendiri OpenAI dan sekarang telah mendirikan xAI — Musk dikenal sangat ambisius tentang dunia antariksa. SpaceX, yang didirikan Musk pada tahun 2022 dan Roket Falcon 9 miliknya juga dapat digunakan kembali. Itu merupakan salah satu pencapaian terbesar perusahaan SpaceX.

    Lebih lanjut, itu masih segelintir dari momen tegang antara Jack Ma dan Elon Musk di World Artificial Intelligence. Merekanya juga berdebat soal apakah AI lebih pintar dari manusia atau sebaliknya. Ma mengatakan mesin tidak lebih cerdas dari manusia, sementara Musk mengaku tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Demikian melansir Benzinga.

    (ask/afr)

  • Ini Kekuatan Baru Alibaba Usai Bangkit dari Dasar Jurang

    Ini Kekuatan Baru Alibaba Usai Bangkit dari Dasar Jurang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa China Alibaba sempat diterpa badai pasca ditinggalkan sang pendiri Jack Ma karena hubungan yang tegang dengan pemerintah. Alibaba juga mengalami restrukturisasi besar-besaran dan beberapa petingginya mundur.

    Tak cuma itu, gencarnya persaingan di sektor e-commerce dengan munculnya pendatang baru seperti PDD Holdings kian memperburuk posisi Alibaba di sektor teknologi China.

    Namun, sejak akhir tahun lalu, Alibaba mulai menunjukkan tanda-tanda kebangkitan. Raksasa tersebut mulai bersemangat mendorong adopsi teknologi kecerdasan buatan.

    Baru-baru ini, Alibaba ditunjuk oleh Apple sebagai mitra untuk menelurkan sistem kecerdasan buatan Apple Intelligence pada produk-produk yang dijual di China.

    Terbaru, Manus AI yang baru rilis dan digadang-gadang sebagai DeepSeek kedua dari China mengumumkan kemitraan strategis dengan model AI Qwen milik Alibaba.

    Langkah ini bisa menjadi win-win solution bagi kedua pihak. Manus AI bisa makin memantapkan posisinya untuk menggelar agen AI general pertama di dunia. Sementara Alibaba akan turut terbantu untuk bersaing di sektor AI yang kompetitif.

    Tak seperti chatbot pada umumnya, agen AI general bisa beroperasi seperti karyawan digital, mengeksekusi tugas secara mandiri, dan membutuhkan prompt yang minim.

    Manus AI dirilis pekan lalu dan diklaim telah melampaui kemampuan agen AI milik OpenAI yang dinamai DeepResearch, dikutip dari Reuters, Rabu (12/3/2025).

    Sama seperti DeepSeek, Manus AI langsung viral saat diluncurkan. Pembahasan Manus AI membuat media sosial China ramai membahasnya dengan penuh antusias.

    Kemitraan Manus dan Qwen diramal akan kembali mengguncang industri teknologi yang masih bergejolak pasca kehadiran DeepSeek.

    Tujuan kemitraan ini untuk mengintegrasikan fungsi Manus sebagai agen AI dengan model AI dan platform komputasi milik Alibaba.

    “Kami tak sabar berkolaborasi dengan lebih banyak inovator AI global,” kata juru bicara Alibaba.

    Manus AI yang berkantor di Beijing dan Wuhan dan merupakan bagian dari Beijing Butterfly Effect Technology telah mempromosikan produknya dengan menyelesaikan banyak pekerjaan untuk pengguna di X secara gratis.

    Kendati demikian, agen AI hanya bisa diakses dengan undangan (invitation only) dan pada website resmi Manus. Saking tingginya antusiasme netizen, website Manus sempat mengalami malfungsi dan sudah diakui sendiri oleh perusahaan.

    (fab/fab)

  • Jack Ma Damai dengan Xi Jinping, Alibaba Gaspol

    Jack Ma Damai dengan Xi Jinping, Alibaba Gaspol

    Beijing

    Raksasa e-commerce China, Alibaba Group, mengungkapkan bahwa mereka akan menginvestasikan USD 53 miliar untuk komputasi awan dan kecerdasan buatan atau AI selama tiga tahun ke depan. Ini akan jadi salah satu investasi teknologi terbesar perusahaan, melampaui investasinya di sektor-sektor ini dalam 10 tahun terakhir.

    Langkah ini dilakukan karena Alibaba, bersama beberapa perusahaan teknologi China, pendapatannya menguat dan kembali mendapat kepercayaan investor. Terlebih ada pertemuan antara presiden Xi Jinping, dan pendiri Alibaba, Jack Ma, yang memperbarui harapan investor bahwa pemerintah China akan lebih mendukung sektor teknologi.

    Eddie Wu, CEO Alibaba menekankan bahwa Alibaba telah fokus pada AI akhir-akhir ini, yang telah mendorong pertumbuhan perusahaan. Dia menyoroti potensi AI dalam membentuk kembali industri di seluruh dunia.

    “AI adalah jenis peluang transformasi industri yang hanya muncul sekali tiap beberapa dekade. Kami bertujuan terus mengembangkan model yang memperluas batasan kecerdasan dan AI akhirnya dapat memiliki pengaruh signifikan terhadap atau bahkan menggantikan 50% PDB global,” katanya yang dikutip detikINET dari Asian Times, Kamis (27/2/2025).

    Hal itu didukung kembalinya Jack Ma yang saat bertemu Xi Jinping duduk di barisan depan dan Xi menjabat tangannya. Itu membuat para investor berbondong-bondong membeli saham di China dengan antusiasme yang belum pernah terlihat selama bertahun-tahun.

    “Pemandangan itu menunjukkan salah satu pengusaha terhebat di dunia yang masih hidup, kembali ke dalam kebaikan. Itu adalah sinyal yang menggembirakan bagi bisnis swasta,” kata analis Bill Bishop.

    Alibaba sendiri telah lama menjadi simbol global perusahaan teknologi China. Sedangkan Jack Ma adalah pengusaha teknologi China yang paling populer.

    (fyk/fay)

  • Xi Jinping Kasih Karpet Merah Buat DeepSeek

    Xi Jinping Kasih Karpet Merah Buat DeepSeek

    Jakarta

    Popularitas mendadak DeepSeek dinilai telah memberi China alat yang ampuh dalam adopsi kecerdasan buatan di negara tersebut dan mendorong pertumbuhan ekonomi. Presiden Xi Jinping pun sepertinya mendukung penih DeepSeek.

    Goldman Sachs memprediksi ekonomi negara tersebut akan mulai mencerminkan dampak positif adopsi AI mulai tahun depan karena otomatisasi yang digerakkan oleh AI meningkatkan produktivitas.

    “Munculnya DeepSeek baru-baru ini menunjukkan pengembangan dan adopsi AI yang lebih cepat di China daripada yang kami perkirakan sebelumnya,” kata ekonom di Goldman Sachs yang dikutip detikINET dari CNBC.

    Antusiasme seputar DeepSeek juga tercermin dalam reli tajam di saham China, di mana indeks MSCI China melonjak lebih dari 21% dari level terendahnya di bulan Januari.

    “DeepSeek menunjukkan bahwa Tiongkok berada di atau dekat garis depan pengembangan AI, yang mendongkrak prestise ekonomi dan ekosistem teknologi China, sehingga membuatnya lebih menarik bagi investor global,” kata Gabriel Wildau, direktur di Teneo.

    Peluncuran model AI lebih murah dan lebih efisien oleh DeepSeek merupakan dorongan kepercayaan diri yang tepat waktu karena China menghadapi kesuraman ekonomi berkepanjangan. Itu sebagian disebabkan kemerosotan pasar propertinya dan momok perang dagang yang sengit dengan AS.

    Model penalaran R-1 DeepSeek dipuji karena mampu menyamai, atau bahkan mengungguli, penawaran AI global terkemuka. Modelnya yanhg terbuka juga dapat digunakan kembali oleh pengembang di luar perusahaan untuk secara signifikan meningkatkan efisiensi dengan biaya operasional lebih rendah.

    DeepSeek juga telah mengguncang ekosistem AI China, di mana entitas milik negara serta pemain teknologi besar, termasuk pesaing, memanfaatkan arsitektur sumber terbukanya. “Skala dan kecepatan adopsi [AI] [di Tiongkok] luar biasa cepat saat ini, dan tidak melambat,” kata Wei Sun, analis Counterpoint Research.

    Xi Jinping sendiri dengan hangat menyambut pendiri DeepSeek Liang Wenfeng dan memberinya tempat duduk barisan depan, di samping para pemimpin perusahaan swasta terbesar di negara itu termasuk Jack Ma. Itu menunjukkan Beijing sangat ingin mendukung perusahaan itu.

    “DeepSeek mewakili persis apa yang ingin dilihat Beijing sebagai kekuatan produktif berkualitas baru yang akan mendorong China maju,” ujar Huiyao Wang, pendiri Center for China and Globalization

    (fyk/rns)

  • Alibaba China Investasi Rp826 Triliun Kembangkan AI, Siap Saingi Eropa dan AS

    Alibaba China Investasi Rp826 Triliun Kembangkan AI, Siap Saingi Eropa dan AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Alibaba mengumumkan rencana investasi US$53 miliar atau Rp826 triliun selama 3 tahun ke depan untuk membangun pusat data AI generasi baru, pengembangan chip khusus AI (Hanguang 900), dan komputasi awan canggih.

    Langkah ini merupakan bagian dari transformasi strategis perusahaan dari e-commerce ke teknologi AI dan komputasi awan. 

    Melansir Bloomberg pada Senin (24/2/2025), perusahaan internet yang didirikan oleh Jack Ma itu berencana untuk mengeluarkan lebih banyak dana untuk AI dan jaringan komputasi awan dibandingkan dekade terakhir. 

    Dalam blog resminya, Alibaba menyebut perusahaan mempunyai visi untuk menjadi mitra utama bagi perusahaan-perusahaan yang mengembangkan dan menerapkan AI di dunia nyata seiring dengan berkembangnya model-model dan kebutuhan daya komputasi yang semakin meningkat.

    Alibaba memperbaiki bisnisnya yang terpuruk akibat tindakan keras pemerintah yang dimulai pada tahun 2020, dengan memfokuskan kembali ambisinya pada e-commerce dan AI. 

    Pekan lalu, Chief Executive Officer Eddie Wu menyatakan bahwa Artificial General Intelligence, atau AGI, kini menjadi tujuan utamanya, mengikuti perlombaan yang sejauh ini dipimpin oleh perusahaan-perusahaan seperti OpenAI dan perusahaan-perusahaan besar AS mulai dari Microsoft Corp. hingga Alphabet Inc.

    Komitmen ini menandakan persaingan yang makin panas antara negara-negara berkembang dalam pengembangan kecerdasan buatan. 

    Prancis (Rp1.830 Triliun)

    Pada 10 Januari 2025, Presiden Prancis Emmanuel Macron dikabarkan akan mengumumkan rencana investasi jumbo swasta senilai US$112,5 miliar atau Rp1.830 triliun untuk pengembangan kecerdasan buatan (AI).    

    Pendanaan tersebut mencakup rencana perusahaan investasi Kanada Brookfield untuk menginvestasikan US$20,61 miliar dalam proyek AI di Prancis dan pendanaan dari Uni Emirat Arab yang dapat mencapai US$51,52 miliar pada tahun-tahun mendatang. 

    Reuters melaporkan Istana Elysee mengatakan investasi UEA akan mencakup pembiayaan untuk pusat data 1 gigawatt. Surat kabar La Tribune de Dimanche melaporkan bahwa sebagian besar investasi Brookfield akan digunakan untuk pusat data. 

    Masayoshi Son (Rp1.600 Triliun)

    Sementara itu di penghujung 2024, Pendiri dan CEO dari SoftBank Group Corp. Masayoshi Son berencana untuk mengembangkan cip semikonduktor untuk kecerdasan buatan (AI) dan akan. berinvestasi US$100 miliar di Amerika Serikat selama 4 tahun mendatang. 

    Kepastian investasi ini diumumkan saat Son melakukan pertemuan dengan presiden terpilih AS Donald Trump di Mar-a-Lago pada pekan lalu.  

    Son berinvestasi di Amerika dinilai jauh lebih ambisius dan strategis. Menurut beberapa sumber yang mengetahui rencananya, Son tengah fokus pada pengembangan cip semikonduktor untuk kecerdasan buatan, dengan tujuan besar membangun cip AI yang dapat bersaing dengan Nvidia.

  • Jack Ma Damai dengan Xi Jinping, Alibaba Gaspol

    Jack Ma Sudah Berdamai dengan Xi Jinping, Tapi…

    Beijing

    Pertemuan Jack Ma dengan Presiden China, Xi Jinping, memang menghebohkan. Hal itu dianggap sebagai sinyal perdamaian setelah Jack Ma dan perusahaannya lama dikekang semenjak pendiri Alibaba itu mengkritik sistem keuangan China di akhir tahun 2020.

    Tanggapan terhadap pertemuan itu pada umumnya sangat positif. Saham Alibaba melonjak, demikian pula perusahaan teknologi China lainnya. Pemerintah China dianggap kembali mendukung penuh sektor teknologi.

    “Kehadiran Jack Ma, posisi duduknya di baris depan, bahkan meskipun dia tidak berbicara, dan jabat tangannya dengan Xi adalah sinyal jelas bahwa dia telah direhabilitasi,” kata Bill Bishop, analis China yang dikutip detikINET dari BBC, Sabtu (22/2/2025).

    Media sosial China pun banyak membahas pertemuan itu. “Selamat Jack Ma sudah mendarat dengan selamat,” tulis seorang netizen. Wajar saja jika ada kehebohan mengingat sebelum dibelenggu, Jack Ma adalah pentolan teknologi terpopuler di China.

    Analis pada umumnya sepakat bahwa pertemuan dengan Xi Jinping adalah sinyal yang baik pada Jack Ma dan menandakan dia sudah kembali. Namun demikian, ada pandangan bahwa dia belum benar-benar comeback seperti sebelumnya dan mungkin belum akan tampil leluasa di publik seperti dulu.

    Jack Ma tidak ikut berpidato dipandang sinyal dia belum sepenuhnya bebas. Juga media pemerintah China tidak begitu banyak membahas soal kemunculannya.

    Selain Jack Ma, tamu yang datang termasuk para bos raksasa teknologi seperti Huawei, BYD, sampai Xiaomi. “Daftar tamu menunjukkan pentingnya sektor internet, teknologi, AI, dan mobil listrik terkait inovasi dan prestasi mereka,” sebut analisis oleh Citi.

    Melunaknya sikap Pemerintah China dan Xi Jinping dinilai merupakan bukti bahwa mereka tidak akan terlalu ketat lagi mengatur sektor swasta, tapi bukan berarti sepenuhnya bebas.

    “Ketimbang menandai akhir dari pengawasan sektor teknologi, kemunculan kembali Jack Ma menandakan Beijing berubah arah dari membelenggu ke keterlibatan yang terkendali. Meski sektor swasta tetap pilar penting dalam ambisi ekonomi China, tetap harus sejalan dengan prioritas nasional,” kata pengamat dari University of Technology Sydney, Marina Zhang.

    (fyk/fay)

  • Xi Jinping Panik Digempur AS Habis-habisan, Ini Kata Bos Huawei

    Xi Jinping Panik Digempur AS Habis-habisan, Ini Kata Bos Huawei

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang teknologi antara Amerika Serikat (AS) dan China terus berlangsung sengit. AS melancarkan aksi pembatasan ekspor chip dan alat pembuat chip canggih, serta menaikkan tarif barang impor dari China.

    Presiden AS Xi Jinping lantas menggelar pertemuan dengan bos-bos teknologi untuk membahas hal ini. Salah satu topik yang disorot terkait kekhawatiran China akan kekurangan chip buatan dalam negeri.

    Namun, kepanikan Xi Jinping langsung diredam oleh pendiri Huawei Ren Zhengfei. Ia mengatakan kecemasan terkait kurangnya teknologi inti seperti chip di China sudah bisa diatasi.

    “Saya yakin China yang lebih baik akan tiba,” kata Ren, menurut laporan People’s Daily, dikutip dari Reuters, Jumat (21/2/2025).

    Huawei menjadi salah satu entitas penting yang menjadi andalan Xi Jinping untuk menggenjot produksi chip dalam negeri, dalam menghadapi gempuran blokir dari AS.

    Selain pendiri Huawei, pertemuan itu juga dihadiri bos-bos industri teknologi lain. Misalnya Wang Chuangu dari BYD, Lei Jun dari Xiaomi, Jack Ma dari Alibaba, dan Liang Wenfeng dari DeepSeek.

    Dalam pertemuan itu, Wang juga mengatakan bagaimana industri mobil listrik berkembang dari nol di China dan kini sudah bisa mencatat prestasi yang gemilang di kancah global.

    Lei juga berkata senada. Ia mengatakan meski situasi internasional berubah-ubah, namun selama Xi Jinping memimpin China, “tak ada yang tak bisa diatasi”.

    (fab/fab)

  • DeepSeek Cari Pendanaan, Alibaba hingga Lembaga Jaminan Sosial Nasional Berminat

    DeepSeek Cari Pendanaan, Alibaba hingga Lembaga Jaminan Sosial Nasional Berminat

    Bisnis.com, JAKARTA — DeepSeek, startup AI asal China, tengah mempertimbangkan pendanaan eksternal untuk pertama kalinya setelah mengalami lonjakan permintaan yang signifikan terhadap model kecerdasan buatannya.

    Melansir dari Reuters, Kamis (20/2/2025) DeepSeek menarik minat dari sejumlah investor besar, termasuk Alibaba dan dana negara seperti China Investment Corp dan National Social Security Fund.

    Pada bulan Januari, DeepSeek mengejutkan industri teknologi dengan meluncurkan model AI berbiaya rendah yang diyakini mampu menyamai atau bahkan mengungguli model-model AI yang dikembangkan oleh pesaing Barat, namun dengan biaya yang jauh lebih murah. 

    Model ini menimbulkan keraguan tentang keunggulan Amerika Serikat dalam perlombaan global untuk mendominasi teknologi kecerdasan buatan.

    Akan tetapi, dengan lonjakan permintaan yang terjadi sejak peluncuran, DeepSeek kini menghadapi tantangan besar dalam hal infrastruktur. Startup ini mengalami pemadaman listrik akibat kebutuhan akan chip dan server AI yang lebih banyak untuk menangani penggunaan yang terus berkembang. 

    Untuk mendukung pengembangan model AI yang semakin kompleks dan menghadapi permintaan yang semakin tinggi, perusahaan kini mempertimbangkan untuk mencari pendanaan eksternal guna memperkuat kapasitas dan infrastrukturnya.

    Menurut laporan, perusahaan telah mendapatkan perhatian dari China Investment Corp dan National Social Security Fund yang menawarkan potensi investasi. 

    Namun, baik pihak Alibaba, DeepSeek, maupun dana yang disebutkan belum memberikan komentar resmi terkait masalah ini.

    Di sisi lain, eksekutif di DeepSeek dan induk perusahaan dana lindung nilai High-Flyer Capital Management dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk mengalihkan fokus perusahaan ke arah pengembangan bisnis yang lebih menguntungkan. 

    Adapun, kabar ini diperkuat setelah Presiden China Xi Jinping baru-baru ini bertemu dengan para pemimpin bisnis sektor swasta, termasuk salah satu pendiri Alibaba Jack Ma dan Liang Wenfeng, pendiri DeepSeek.

    Pertemuan ini dikabarkan membahas rencana untuk memperkuat ekonomi negara dan memajukan kemampuan teknologinya.

    Dalam konteks yang lebih luas, saingan utama DeepSeek di sektor AI, OpenAI, baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mengubah divisi nirlabanya menjadi sebuah perusahaan yang memberikan manfaat publik. 

    Langkah ini dilakukan untuk meringankan pembatasan yang diterapkan oleh induk perusahaan nirlabanya, serta meningkatkan investasi untuk mendukung pengembangan AI lebih lanjut.

  • Profil Jack Ma: Miliarder Pendiri Alibaba yang Mulai Karier dari Guru Bahasa Inggris – Page 3

    Profil Jack Ma: Miliarder Pendiri Alibaba yang Mulai Karier dari Guru Bahasa Inggris – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Tiongkok Xi Jinping mengundang sejumlah bos perusahaan teknologi terkemuka negara itu. Mengutip CNN, Rabu (19/2/2025), beberapa nama miliarder terkemuka yang turut hadir antara lain pendiri Huawei Ren Zhengfei, CEO Tencent Pony Ma, CEO Xiaomi Lei Jun, hingga CEO DeepSeek Liang Wenfeng.

    Tidak hanya itu, Jack Ma yang sudah lama tak kelihatan di muka publik juga turut hadir dalam pertemuan itu. Munculnya pendiri Alibaba yang menjadi salah satu miliarder terkenal dunia ini pun menarik perhatian publik.

    Pasalnya, siapa yang tidak kenal Jack Ma? Pengusaha asal Hangzhou, Tiongkok, ini telah mengubah lanskap e-commerce global. Yuk simak profil Jack Ma di sini. 

    Sebelum menjadi miliarder, pria kelahiran 10 September 1964, dengan nama Ma Yun, memulai perjalanan hidupnya dari keluarga sederhana dengan ayah seorang pemusik dan pendongeng tradisional.

    Pada masa mudanya, pendiri Alibaba Jack Ma memiliki ketertarikan terhadap Bahasa Inggris dan selama masa remajanya ia bekerja sebagai guide atau pemandu wisata untuk turis-turis asing yang berwisata ke Hangzhou, Tiongkok. 

    Meski begitu sukses mengembangkan bisnisnya, dalam perjalanannya Jack Ma juga tak melulu berhasil. Mengutip Britannica.com profil Jack Ma juga pernah dua kali gagal ujian untuk masuk Hangzhou Teachers College karena ternyata ia tak begitu menguasai matematika. 

    Dalam percobaannya yang ketiga, Jack Ma baru berhasil menembus masuk kampus impiannya itu pada 1984. Kemudian, Jack Ma lulus dengan sarjana bidang Bahasa Inggris pada 1988.