Tag: Itamar Ben-Gvir

  • Menteri Pertahanan Israel Katz Ngomong Begini Setelah Israel Melancarkan Serangan ke Gaza – Halaman all

    Menteri Pertahanan Israel Katz Ngomong Begini Setelah Israel Melancarkan Serangan ke Gaza – Halaman all

    Menteri Pertahanan Israel Katz Ngomong Begini Usai Israel Melancarkan Serangan ke  Gaza

    TRIBUNNEWS.COM- Israel akan melanjutkan operasinya di Gaza sampai semua sandera Israel dibebaskan dari daerah kantong itu, Menteri Pertahanan Israel Katz mengumumkan Selasa malam, Anadolu Agency melaporkan.

    Tentara Israel menggempur Jalur Gaza Selasa pagi, menewaskan sedikitnya 404 orang, melukai lebih dari 562 orang, dan melanggar perjanjian gencatan senjata yang berlaku pada 19 Januari.

    Gambar-gambar dari Gaza menunjukkan bahwa mayoritas korban adalah warga sipil yang rumahnya dibom pada malam hari, termasuk wanita dan anak-anak.

    Berbicara saat berkunjung ke Pangkalan Udara Tel Nof di Rehovot, Israel bagian tengah, seperti dilansir harian Israel Yedioth Ahronoth, Katz mengucapkan selamat kepada angkatan udara dan darat atas “operasi pencegahan yang belum pernah terjadi sebelumnya” yang dilakukan semalam di Gaza.

    “Hamas harus memahami bahwa aturan mainnya telah berubah,” katanya. “Kami tidak akan berhenti bertempur sampai semua tawanan dikembalikan dan ancaman apa pun terhadap penduduk selatan dihilangkan,” imbuhnya, mengacu pada permukiman di dekat Gaza.

    Israel memperkirakan bahwa 24 warga Israel disandera di Gaza, bersama dengan jenazah 35 orang lainnya. 

    Sebaliknya, lebih dari 9.500 warga Palestina masih dipenjara di penjara-penjara Israel, mengalami penyiksaan, perampasan hak asasi manusia, dan pengabaian medis, yang telah merenggut banyak nyawa, menurut laporan hak asasi manusia Palestina dan Israel.

    Sementara Katz mengutip pembebasan tawanan dan mengakhiri ancaman yang dirasakan dari Gaza sebagai tujuan, analis Israel menghubungkan genosida baru itu dengan dorongan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk meloloskan anggaran dan mencegah keruntuhan pemerintahannya pada akhir Maret.

    Dengan melanjutkan pembantaian, Netanyahu memastikan kembalinya Menteri Keamanan Nasional yang mengundurkan diri, Itamar Ben-Gvir, ke koalisi, dan memastikan dukungan partai Kekuatan Yahudi sayap kanannya terhadap anggaran.

    Katz memperingatkan, “Jika Hamas tidak segera membebaskan semua tawanan, gerbang neraka akan terbuka bagi mereka, dan Hamas akan menghadapi kekuatan penuh militer Israel melalui udara, laut, dan darat hingga Hamas benar-benar musnah.”

    Hampir 50.000 warga Palestina terbunuh, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan lebih dari 112.000 lainnya terluka dalam kampanye militer brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

    November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

    Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

     

     

    SUMBER: MIDDLE EAST MONITOR

  • 8 Update Perang Gaza: Netanyahu Warning Hamas-Laut Merah Membara

    8 Update Perang Gaza: Netanyahu Warning Hamas-Laut Merah Membara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Eskalasi mulai terbentuk kembali di Timur Tengah. Hal ini terjadi setelah Israel melanggar keputusan gencatan senjata dengan milisi penguasa Gaza Palestina, Hamas.

    Hal ini pun memancing aksi dari sekutu Hamas yang ada di kawasan. Selain itu, langkah ini juga mengaburkan prospek perdamaian dan juga pembebasan tawanan antara Hamas dan Israel.

    Berikut perkembangan terbaru eskalasi itu sebagaimana dirangkum beberapa sumber, Rabu (19/3/2025).

    1. Netanyahu Warning Hamas

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperingatkan bahwa serangan pada Selasa, “baru permulaan”. Hal ini, tegasnya, akan terus berlanjut hingga Israel mencapai tujuan perangnya yakni menghancurkan Hamas dan membebaskan seluruh sandera yang ditahan oleh kelompok militan tersebut.

    Negosiasi gencatan senjata lebih lanjut, kata Netanyahu dalam pidato televisi Selasa malam, akan berlangsung “di bawah tembakan”. Ini adalah pernyataan pertamanya setelah serangan yang menewaskan lebih dari 400 orang dalam satu hari, menjadi hari paling berdarah sejak awal perang pada 2023.

    “Hamas sudah merasakan kekuatan tangan kami dalam 24 jam terakhir, dan saya ingin berjanji kepada Anda-dan kepada mereka-bahwa ini baru permulaan,” ujar Netanyahu, sebagaimana dikutip The Guardian.

    Hal sama juga dikatakan Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant. Ia memperkirakan bahwa perang di Gaza bisa berlangsung selama beberapa minggu atau bahkan berbulan-bulan.

    “Hamas harus memahami bahwa aturan permainan telah berubah,” kata Menteri Pertahanan Israel lainnya, Israel Katz, dalam kunjungannya ke pangkalan udara.

    “Gerbang neraka akan terbuka dan mereka akan menghadapi kekuatan penuh IDF di udara, laut, dan darat jika Hamas tidak membebaskan sandera.”

    2. Israel Turunkan Perintah Evakuasi

    Militer Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi bagi wilayah utara dan timur Gaza, mengindikasikan kemungkinan serangan darat dalam waktu dekat. Adapun sejauh ini, erangan dilaporkan terjadi di Gaza utara serta di kota-kota Deir al-Balah dan Khan Younis di bagian tengah.

    “Salah satu serangan dilaporkan menewaskan 17 anggota satu keluarga di Rafah, termasuk lima anak, orang tua mereka, serta seorang pria dengan tiga anaknya,” menurut laporan tenaga medis di rumah sakit setempat.

    Di rumah sakit al-Shifa di Kota Gaza, para penyintas mengadakan pemakaman darurat bagi puluhan jenazah yang berjejer di halaman. Para ibu meratapi tubuh anak-anak mereka yang berlumuran darah sementara pesawat tempur terus berdengung di langit.

    Dokter berjuang keras menangani arus korban yang terus berdatangan. Per;u diketahui, korban tewas termasuk pejabat tinggi Hamas, pemimpin politik tertinggi di Gaza dan beberapa menteri, selain banyak perempuan dan anak-anak.

    3. Israel Klaim Hamas Ingin Menculik Warga

    Juru bicara militer Israel Letkol Nadav Shoshani menyatakan bahwa serangan ini diluncurkan setelah intelijen menemukan rencana Hamas untuk melakukan serangan baru, menculik atau membunuh warga sipil atau tentara Israel. Hamas juga disebut menolak membebaskan lebih banyak dari 59 sandera yang masih ditahan di Gaza, yang menurut Israel merupakan pelanggaran terhadap kesepakatan gencatan senjata yang mulai berlaku pada Januari.

    “Hamas bisa saja memilih jalur lain. Mereka bisa memilih untuk membebaskan semua sandera, tetapi mereka malah memilih penolakan, teror, dan perang,” kata Shoshani dalam sebuah pernyataan.

    4. Laut Merah Makin Panas

    Di sisi lain, makin beringasnya Israel membuat kelompok Houthi makin reaktif. Milisi penguasa Yaman itu mengatakan akan makin gencar menyerang kapal-kapal pengiriman, terutama Israel, di Laut Merah.

    Ini menjadi dukungan baru Houthi terhadap warga Palestina di Gaza. Pernyataan serangan baru dikeluarkan di tengah tekanan militer Amerika Serikat (AS) untuk menyerang lagi Yaman dan Iran.

    “Tidak akan ada pembicaraan tentang pengurangan operasi sebelum mengakhiri blokade bantuan di Gaza. Iran tidak ikut campur dalam keputusan kami, tetapi yang terjadi adalah Iran terkadang menjadi penengah, tetapi tidak dapat mendikte sesuatu,” kata Jamal Amer, menteri luar negeri kelompok tersebut, seperti dikutip Reuters.

    Houthi telah melancarkan lebih dari 100 serangan yang menargetkan pengiriman ke Israel sejak November 2023, dengan mengatakan mereka bersolidaritas dengan Palestina atas perang Israel dengan Hamas, sekutu regional Iran lainnya, di Gaza. Mereka menghentikan operasi ketika gencatan senjata Gaza mulai berlaku pada Januari.

    5. Menlu Jerman: Perdamaian Arab Buyar

    Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock mengatakan sebelum kunjungannya ke Lebanon bahwa dimulainya kembali pertempuran membahayakan upaya positif negara-negara Arab, yang bersama-sama ingin menempuh jalur damai bagi Gaza, bebas dari Hamas. Ia mengatakan perdamaian Arab dalam bencana.

    “Semua pihak dalam konflik harus menunjukkan pengekangan diri, menghormati hukum humaniter, dan kembali berunding,” tuturnya.

    6. Israel ‘Serang’ PBB

    Serangan Israel yang tak pandang mulu menyerang PBB. di Deir el-Balah, pasukan Israel menargetkan salah satu wisma tamu PBB tempat para pekerja kemanusiaan internasional tinggal.

    Akibatnya, empat pekerja yang terluka dibawa ke Rumah Sakit Al-Aqsa dengan ambulans. Dokter di Rumah Sakit Al-Aqsa membawa mereka ke unit gawat darurat dan mencoba memberi mereka obat.

    Ini bukan satu-satunya serangan yang terjadi dalam satu jam terakhir. Pasukan Israel juga menargetkan sebuah rumah di Nuseirat.

    Situasinya semakin memburuk, dengan ledakan terus-menerus. sirene ambulans makin sering terdengar.

    Di sisi lain, Kementerian Luar Negeri Israel juga menyerang Kepala PBB Antonio Guterres. Ia dituding mengalami ‘kebangkrutan moral’ setelahmengatakan bahwa ia ‘marah’ dengan serangan udara Israel yang baru di Gaza.

    “Kami marah karena Anda (Antonio Guterres) menjadi Sekretaris Jenderal PBB,” tulis juru bicara Kementerian Luar Negeri Oren Marmorstein di X.

    Marmorstein menuduh kepala PBB tidak menyebutkan usulan AS untuk memperpanjang fase pertama gencatan senjata. Penolakan Hamas untuk memperpanjang fase pertama terjadi karena Hamas tetap berkomitmen untuk melaksanakan kesepakatan yang disepakati di semua fasenya.

    “Memang, kami marah dengan kebangkrutan moral Anda.”

    7. Tokoh Ekstrim Israel Kembali Jadi Menteri

    Sementara itu, tokoh sayap kanan anti-Palestina Israel, Itamar Ben-Gvir akan kembali ke posisi yang pernah dipegangnya sebelumnya, Menteri Keamanan Dalam Negeri. Ada suara bulat untuk pemulihan jabatannya.

    Ben-Gvir sendiri sebelumnya menduduki jabatan itu sebelum mundur karena kesepakatan gencatan senjata pertama Israel-Hamas. Ia merupakan tokoh yang menolak berdamai dengan Hamas, sambil terus melakukan sejumlah kunjungan provokatif ke Masjid Al Aqsa di Tepi Barat

    8. Warga Israel Pendemo Netanyahu Ditangkap

    Polisi Israel telah menahan Brigadir Jenderal Angkatan Udara Israel yang sudah pensiun, Amir Haskel, seorang aktivis anti pemerintah terkemuka. Menurut media setepat, ini terjadi saat ia melakukan unjuk rasa di kediaman pribadi Netanyahu di Yerusalem.

    Haskel menggunakan megafon untuk menuduh PM “menghancurkan gencatan senjata dan kesempatan untuk menyelamatkan para sandera”. Ketika ia ditangkap, ia dibawa ke kantor polisi Moriah.

    (sef/sef)

  • Pertama Kalinya, Israel Ancam Caplok Gaza, Buffer Zone di Perbatasan Bisa Jadi Wilayah Israel – Halaman all

    Pertama Kalinya, Israel Ancam Caplok Gaza, Buffer Zone di Perbatasan Bisa Jadi Wilayah Israel – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Israel dilaporkan mengancam akan menganeksasi atau mencaplok sebagian Jalur Gaza.

    Ancaman seperti itu adalah yang pertama kali sejak perang di Gaza meletus tanggal 7 Oktober 2023.

    Menurut Israel, aneksasi itu adalah balasan jika Hamas menyakiti warga Israel yang disanderanya.

    Selasa malam, (18/3/2025, Channel 12 melaporkan ancaman tersebut sudah disampaikan kepada Hamas. Ancaman itu keluar di tengah serangan-serangan udara terbaru Israel di Gaza.

    Sementara itu, seorang anggota Politbiro Hamas yang bernama Izzat al-Risheq mengatakan Israel akan mengorbankan nyawa para sandera jika meneruskan perang di Gaza.

    “Keputusan [Perdana Menteri Israel Benjamin] Netanyahu untuk kembali berperang adalah keputusan yang mengorbankan sander Israel dan merupakan hukuman mati bagi mereka,” ujar al-Risheq kepada CNN.

    “Lewat perang dan penghancuran, musuh tidak akan mencapai yang gagal dicapainya melalui perundingan.”

    LEDAKAN BOM – Bola api dari ledakan bom dari serangan udara Israel di Jalur Gaza, Selasa (18/3/2025). Serangan yang berlangsung di tengah gencatan senjata dengan Hamas ini dilaporkan menewaskan lebih dari 400 korban, termasuk wanita dan anak-anak. (RNTV/TangkapLayar)

    Dikutip dari All Israel News, ada banyak anggota keluarga sandera yang memprotes kebijakan Israel untuk kembali berperang. Perang itu disebut membuat para sandera menghadapi risiko lebih besar.

    Noa Argamani, salah satu sandera yang dibebaskan, mengungkapkan kekecewaannya di media sosial X. Kekasihnya masih disandera di Gaza.

    “Perang berlanjut. Dua kata, dan banyak emosi di dalamnya. Tiba-tiba semua harapan hancur seketika. Dua kata, tetapi bagi sandera di dalamnya, berarti ledakan dan kebisingan yang membawa kembali ketakukan akan kematian,” ujar Argamani.

    Menurut Channel 12, ancaman Israel disampaikan untuk menekan Hamas. Hilangnya wilayah Gaza disebut lebih buruk ketimbang hilangnya pejuang atau warga sipil.

    Banyak pakar di Israel, terutama sayap kanan, yang sudah lama meminta pemerintah Israel untuk mengancam akan mencaplok wilayah Gaza. Ancaman itu disebut menjadi satu-satunya cara pencegahan yang efektif terhadap Hamas.

    Adapun beberapa organisasi HAM sudah menduga Israel sedang menyiapkan skenario pencaplokan Gaza lewat pembuatan zona penyangga atau buffer zone di sepajang perbatasan Gaza.

    Foto-foto satelit memperlihatkan bahwa Israel telah menghancurkan semua bangunan dan infrastruktur berjarak sekitar 1 km dari perbatasan.

    Kantor berita Associated Press mengatakan zona penyangga seperti itu sudah membuat wilayah Gaza berkurang hingga 60 km persegi.

    Channel 12 belum merinci area mana saja di Gaza yang akan dianeksasi. Meski demikian, ada kemungkinan Israel bakal mengklaim sebagian zona penyangga itu sebagai wilayah Israel.

    Sementara itu, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengaku sedang mengambil langkah yang diperlukan untuk menerapkan rencana pertahanan. Rencana itu ditujukan untuk meningkatkan keamanan di Israel selatan.

    SERANGAN UDARA ISRAEL – Tangkap layar Khaberni yang menunjukkan bekas ledakan bom dari serangan udara Israel di Beit Lahia, Gaza Utara, Sabtu (14/3/2025). Israel berdalih, serangan menargetkan terduga milisi perlawanan yang hendak memasang perangkap. Sejumlah saksi menuturkan kalau para korban adalah warga sipil, termasuk 4 jurnalis dari 9 korban yang dilaporkan. (Khaberni)

    Mengapa Israel melanjutkan perang?

    Pemerintah Israel menyebut beberapa alasan di balik keputusannya untuk melanjutkan perang di Gaza.

    Menteri Pertahanan Israel Katz mengklaim serangan terbaru Israel dipicu oleh Hamas yang menolak membebaskan sandera dan mengancam tentara serta masyarakat Israel.

    Sementara itu, juru bicara Kementerian Pertahanan Israel menyebut perang dilanjutkan karena Hamas menolak dua usul yang disodorkan oleh Steve Witkoff, utusan Presiden AS Donald Trump.

    Adapun seorang pejabat Israel mengatakan serangan udara terbaru Israel barulah fase pertama aksi militer Israel yang bertujuan untuk menekan Hamas agar membebaskan lebih banyak sandera.

    Meski demikian, dikutip dari CNN, politik dalam negeri Israel menjadi faktor penting dalam keputusan Israel melanjutkan perang.

    Kaum sayap kanan selalu membenci gencatan senjata di Gaza karena dianggap sebagai penyerahan diri terhadap Hamas.

    Mereka ingin semua warga Palestina meninggalkan Gaza, dan Israel membangun kembali pemukiman di sana.

    Netanyahu memerlukan faksi sayap kanan agar bisa berkuasa. Salah satu menteri sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, sudah keluar dari kabinet untuk memprotes gencatan.

    Sementara itu, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengancam akan keluar dari pemerintahan jika Israel tidak melanjutkan perang. Hal itu bisa meruntuhkan koalisi pemerintahan Netanyahu.

    (*)

     

  • AS Dukung Dimulai Lagi Agresi Pasukan IDF Masuk Gaza, Israel Katz: Gerbang Neraka Terbuka – Halaman all

    AS Dukung Dimulai Lagi Agresi Pasukan IDF Masuk Gaza, Israel Katz: Gerbang Neraka Terbuka – Halaman all

    AS Dukung Dimulai Laginya Agresi Pasukan IDF Masuk Gaza, Israel Katz: Gerbang Neraka Terbuka di Gaza

    TRIBUNNEWS.COM – Surat kabar berbahasa Ibrani Maariv mengungkapkan, dari narasumber-narasumber Israel, rincian di balik dimulainya kembali agresi pendudukan di Jalur Gaza.

    Perang Gaza resmi pecah setelah Israel melancarkan serangan udara dengan intensitas besar di sejumlah wilayah di Gaza pada Selasa (18/3/2025) dini hari.

    Surat kabar tersebut melaporkan pada Selasa kalau Israel menolak sodoran usulan Hamas yang bersedia secara selektif membebaskan sandera Israel yang memegang kewarganegaraan Amerika. 

    Hamas juga bersedia menyerahkan empat jenazah sandera Israel.

    Israel menolak dan memilih opsi untuk kembali berperang.

    Laporan media tersebut menambahkan, Israel memberi tahu pemerintah AS kalau upaya diplomatik telah habis.

    Laporan juga mencatat bahwa kabinet keamanan Israel telah memberi wewenang kepada Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan untuk menentukan tanggal dimulainya kembali pertempuran.

    “Keputusan untuk melanjutkan pertempuran dibuat kemarin, Senin, selama pertemuan yang diadakan oleh Netanyahu di Kementerian Pertahanan di Tel Aviv,” tulis laporan itu.

    LEDAKAN BOM – Bola api dari ledakan bom dari serangan udara Israel di Jalur Gaza, Selasa (18/3/2025). Serangan yang berlangsung di tengah gencatan senjata dengan Hamas ini dilaporkan menewaskan lebih dari 400 korban, termasuk wanita dan anak-anak. (RNTV/TangkapLayar)

    Rencana Israel Perang Lagi di Gaza Disetujui AS, Gerbang Neraka Terbuka

    Laporan juga menjelaskan kalau rencana Israel memulai pertempuran baru di Gaza dikoordinasikan dengan pemerintah AS dan disetujui oleh Washington.

    Laporan menekankan kalau Israel memperbarui pertempuran di Gaza tanpa tekanan AS untuk mengizinkan masuknya bantuan, yang dapat membantu upaya Israel menguasai perang.

    Artinya, ini seperti apa yang dituduhkan Hamas kalau AS terlibat langsung dalam agresi kembali militer Israel (IDF) ke Gaza ini.

    Laporan menjelaskan, rencana militer IDF tersebut dalam agresi yang yang kembali dilakukan ini menyerukan pasukan untuk maju ke Jalur Gaza, membersihkan area tertentu, dan memindahkan warga sipil ke zona kemanusiaan.

    Dalam praktik agresi selama 15 bulan sejak 7 Oktober 2023, Israel kerap membombardir apa yang mereka sebut sebagai koridor kemanusiaan, lokasi jalur evakuasi warga Gaza yang mengungsi.

    Menteri Pertahanan Israel mengatakan, “Kami kembali bertempur karena penolakan Hamas untuk membebaskan tentara yang diculik dan ancamannya untuk menargetkan tentara dan permukiman.”

    Ia menambahkan, “Jika Hamas tidak membebaskan semua tahanan, gerbang neraka akan terbuka di Gaza.”

    2 Menteri Sayap Kanan Israel Itamar Ben-Gvir dan Bezalel Smotrich (X/Twitter)

    Smotrich dan Ben-Gvir Kegirangan

    Atas dimulainya kembali agresi IDF ke Gaza ini, politisi sayap kanan Israel menyuarakan reaksi kegembiraan menyusul serangan baru Angkatan Udara Israel (IAF) di Gaza pada Selasa dini hari, yang menandai eskalasi agresi yang sedang berlangsung.

    Serangan tersebut telah menyalakan kembali perdebatan dalam kalangan politik Israel mengenai pendekatan terbaik terhadap krisis tersebut.

    Menteri Keuangan Bezalel Smotrich menyatakan dukungannya terhadap tindakan militer IDF, menekankan kalau tujuan Israel tetaplah pembubaran total Hamas.

    Dalam sebuah tweet, Smotrich menyatakan, “Siapa pun yang melakukan kepada kami apa yang Hamas lakukan pada Simchat Torah akan dihancurkan.” 

    Ia menggambarkan serangan militer baru tersebut sebagai langkah penting dalam upaya menghancurkan Hamas, mengamankan kembalinya semua tawanan, dan menghilangkan ancaman yang ditimbulkan oleh Gaza.

    Smotrich lebih lanjut mencatat kalau Pasukan Pendudukan Israel (IDF) telah mempersiapkan momen ini dalam beberapa minggu terakhir, menyusul penunjukan kepala staf baru.

    “Ini adalah proses yang bertahap, dan dengan pertolongan Tuhan, hasilnya akan benar-benar berbeda dari apa yang telah dilakukan selama ini,” imbuh Smotrich, menegaskan kembali komitmen “Israel” untuk mencapai tujuannya di Gaza.

    Itamar Ben-Gvir, pimpinan partai sayap kanan Otzma Yehudit, juga sangat mendukung aksi militer tersebut.

    Ia menyebut pertempuran baru tersebut sebagai langkah yang perlu dan “moral” untuk menghancurkan Hamas dan memulangkan tawanan “Israel”.

    Ben-Gvir telah menjadi pengkritik keras kesepakatan damai dengan Hamas yang melibatkan penghentian operasi militer.

    Pada bulan Januari, ia dan partainya meninggalkan koalisi sebagai protes terhadap kesepakatan yang melibatkan gencatan senjata, menuduhnya merusak upaya IOF dan menyerah kepada Hamas.

    Menteri Pendidikan Yoav Kisch menyuarakan sentimen Ben-Gvir dengan menyatakan secara lugas, “Bebaskan para sandera atau api neraka. Sekarang.”

    Namun, tidak semua tokoh politik setuju dengan tindakan tersebut.

    Yair Golan, pemimpin partai oposisi Democratic Camp, mengkritik serangan militer baru-baru ini sebagai taktik pengalihan perhatian oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.

    Golan berpendapat bahwa fokus Netanyahu pada tindakan militer merupakan upaya untuk mengalihkan perhatian dari pemecatan kepala Shin Bet Ronen Bar baru-baru ini.

    “Tentara di garis depan dan para sandera di Gaza hanyalah kartu dalam permainan bertahan hidupnya,” klaim Golan.

     “Netanyahu menggunakan nyawa warga negara dan tentara kita karena ia takut akan protes publik atas pemecatan kepala Shin Bet.”

     

    (oln/khbrn/rntv/*)

     

  • Benjamin Netanyahu ‘Tumbalkan’ 59 Warga Israel demi Serang Gaza Lagi, Ada 300 Korban Jiwa

    Benjamin Netanyahu ‘Tumbalkan’ 59 Warga Israel demi Serang Gaza Lagi, Ada 300 Korban Jiwa

    PIKIRAN RAKYAT – Kantor Perdana Menteri Israel Penjajah, Benjamin Netanyahu menyerang Jalur Gaza lagi, mengkhianati kesepakatan gencatan senjata. Ia menyebutkan, membawa pulang warga mereka yang ditahan Hamas, merupakan alasan utama keputusan ini.

    Keterangan tersebut dilaporkan Al Jazeera dari Amman, Yordania, sebab ada larangan media masuk oleh Israel dan Otoritas Palestina di Tepi Barat yang diduduki.

    Netanyahu bersikeras perang ini satu-satunya cara menyelamatkan puluhan sandera. Namun, dengan menyulut kembali perang, Israel justru sama saja menarik diri dari negosiasi fase kedua, dari kesepakatan gencatan senjata.

    Seharusnya, pada akhir fase ini, perang berakhir dan kesemua 59 tahanan Israel yang masih ditahan di Gaza dapat terbebas.

    Bahkan, para tawanan besar kemungkinan dibebaskan beberapa minggu lalu melalui perundingan. Namun, Israel memilih untuk memulai kembali serangan bom bertubi di Gaza.

    Negosiasi tersebut seharusnya sudah dilakukan beberapa pekan ke belakang, bahkan lebih dari sebulan lalu.

    Namun, Netanyahu sebagian besar menolak untuk mengirim delegasi ke ibu kota Mesir atau ibu kota Qatar untuk bertemu dengan para mediator guna membahas langkah selanjutnya dari kesepakatan ini.

    Namun, setelah tekanan dari Amerika Serikat, yang diikuti dengan kunjungan utusan Timur Tengah AS, Steve Witkoff, ke wilayah tersebut, Netanyahu akhirnya memutuskan untuk mengirim delegasi Israel.

    Meski begitu, pejabat yang berbicara secara anonim mengatakan bahwa terlalu besar ketidaksepahaman antara kedua pihak. Ada begitu banyak ketidaksepakatan antara Israel dan Hamas sehingga para mediator tidak dapat dengan mudah menjembatani.

    Hamas di sisi lain mengatakan bahwa mereka bersedia, sekali lagi, menawarkan semua tahanan mereka yang masih ada sebagai imbalan untuk mengakhiri perang.

    300 Sipil Palestina Tewas Dibom

    Serangan udara Israel Penjajah terbaru di Gaza menyebabkan lebih dari 300 korban tewas, termasuk banyak anak-anak dan perempuan.

    Menurut laporan dari sumber medis setempat, serangan ini kembali menambah panjang daftar korban jiwa dalam genosida yang terus berlangsung di wilayah tersebut.

    Dalam pernyataan resmi, Hamas menyebut serangan ini sebagai tindakan pengkhianatan terhadap warga sipil yang sudah dalam keadaan terkepung dan tak berdaya.

    Tujuan dari serangan ini, menurut mereka, adalah untuk menggagalkan kesepakatan gencatan senjata yang telah tercapai sebelumnya.

    Izzat al-Risheq, anggota biro politik Hamas, mengatakan bahwa Israel mengorbankan nyawa para tahanan yang masih ada di Palestina.

    “Keputusan Netanyahu untuk kembali berperang adalah keputusan untuk mengorbankan para tahanan pendudukan, dan merupakan hukuman mati bagi mereka,” kata al-Risheq, dikutip dari Al Jazeera, Senin, 18 Maret 2025.

    “Musuh tidak akan mencapai suatu hasil menggunakan perang dan penghancuran, yang bahkan mereka gagal capai melalui negosiasi,” ucapnya menegaskan.

    Kesepakatan gencatan senjata yang telah disepakati sejak Januari 19, 2025, tampaknya tidak bertahan lama, dengan kedua pihak saling menyalahkan.

    kata Smotrich dan Ben-Gvir Soal Serangan Berat ke Gaza

    Kedua politikus Israel menyambut baik serangan baru ke Gaza, yang sejauh ini telah menewaskan ratusan orang, termasuk banyak anak-anak.

    “Kembalinya serangan intensif ke Gaza adalah proses bertahap yang telah direncanakan sejak kepala staf militer Israel yang baru dilantik awal bulan ini,” ucap Menteri Keuangan sayap kanan, Bezalel Smotrich.

    Dia menambahkan bahwa kembalinya pertempuran akan “sangat berbeda” dari sebelumnya.

    Sementara itu, politikus sayap kanan, Itamar Ben-Gvir, yang mengundurkan diri dari jabatannya sebagai menteri keamanan nasional atas kesepakatan gencatan senjata, berpendapat bahwa kembali berperang adalah langkah yang “benar dan dibenarkan”. ***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Tentara Israel Serbu Masjid Al Aqsa, Sita Pengeras Suara: Bakar Masjid Bersejarah Al-Nasr di Nablus – Halaman all

    Tentara Israel Serbu Masjid Al Aqsa, Sita Pengeras Suara: Bakar Masjid Bersejarah Al-Nasr di Nablus – Halaman all

    Pasukan Israel Serbu Masjid Al-Aqsa, Sita Pengeras Suara: Sebelumnya Bakar Masjid Bersejarah di Nablus

    TRIBUNNEWS.COM – Pasukan Pendudukan Israel (IDF) dilaporkan menyerbu Aula Doa Al-Qibli di Masjid Al-Aqsa, Yerusalem, pada Minggu (9/3/2025).

    “IDF menyita dua pengeras suara setelah memindahkan mereka,” menurut laporan koresponden RNTV, Minggu.

    Sementara itu, puluhan pemukim Israel, di bawah perlindungan polisi yang berat, menyerbu halaman Masjid Al-Aqsa di Yerusalem yang diduduki pada hari kesembilan Ramadhan.

    Menurut sebuah pernyataan dari Departemen Wakaf Islam di Yerusalem, para pemukim masuk melalui Gerbang Maroko, melakukan tur ke halaman, dan melakukan ritual Talmud provokatif di bagian timur masjid.

    “IDF juga memberlakukan pembatasan ketat pada jamaah Palestina memasuki masjid, meningkatkan kehadiran militer mereka di sekitar Al-Aqsa dan Kota Tua Yerusalem, membatasi akses selama bulan Ramadhan,” kata laporan tersebut.

    Atas aksi-aksi entitas Israel tersebut, muncul seruan-seruan agar warga Palestina meningkatkan kehadiran mereka di Masjid Aqsa sepanjang Ramadhan untuk melawan serangan pemukim dan pembatasan oleh tentara Israel. 

    Wakaf Islam, lembaga pengelola Masjid Al-Aqsa yang dibawahi Yordania, menekankan perlunya kehadiran massal dan ketabahan di lokasi untuk menggagalkan upaya Israel untuk mengubah statusnya.

    Masjid Aqsa menghadapi serangan hampir setiap hari oleh pemukim dan polisi Israel, kecuali pada hari Jumat dan Sabtu, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan untuk memaksakan realitas baru di situs suci, mengubah status quo.

    Masjid Al-Aqsa diserbu pemukim Yahudi Israel di bawah perlindungan polisi pendudukan Israel. (AFP)

    Apa Itu Status Quo Majid Al-Aqsa?

    Khaled Zabarqa, seorang ahli hukum Palestina di kota dan kompleks tersebut secara sederhana menjelaskan kalau status itu berarti Israel tidak memiliki kedaulatan atas Yerusalem [Timur] dan karena itu tidak memiliki kedaulatan atas Al Aqsa, yang berada di Yerusalem Timur yang diduduki Israel

    Akibatnya, kata Zabarqa, hukum internasional menyatakan Israel tidak berwenang untuk menerapkan status quo apa pun.

    Nir Hasson, jurnalis Haaretz yang meliput Yerusalem menyebut status quo berakar pada administrasi situs di bawah Kekaisaran Ottoman, yang menyatakan bahwa umat Islam memiliki kendali eksklusif atas Al Aqsa

    Namun, orang Israel melihat segalanya secara berbeda, meskipun hukum internasional tidak mengakui upaya apa pun oleh kekuatan pendudukan untuk mencaplok wilayah yang telah didudukinya.

    “Status quo yang dibicarakan orang Israel sama sekali berbeda dari status quo yang dibicarakan oleh Wakaf dan Palestina,” jelas Hasson dilansir Al-Jazeera.

    Bagi Israel, status quo mengacu pada perjanjian 1967 yang dirumuskan oleh Moshe Dayan, mantan menteri pertahanan Israel.

    Setelah Israel menduduki Yerusalem Timur, Dayan mengusulkan pengaturan baru berdasarkan perjanjian Ottoman.

    Menurut status quo Israel 1967, pemerintah Israel mengizinkan Badan Wakaf untuk mempertahankan kontrol sehari-hari di wilayah tersebut, dan hanya Muslim yang diizinkan untuk salat di sana.

    Namun, polisi Israel mengontrol akses situs tersebut dan bertanggung jawab atas keamanan, dan non-Muslim diizinkan mengunjungi situs tersebut sebagai turis.

    Shmuel Berkovits, seorang pengacara dan pakar tempat-tempat suci di Israel, mengatakan status quo yang dibentuk pada 1967 tidak dilindungi oleh hukum Israel mana pun.

    Bahkan, pada 1967, Dayan menetapkan status quo tanpa otoritas pemerintah, ujarnya.

    Sejak 1967, undang-undang, tindakan pengadilan, dan pernyataan pemerintah Israel menciptakan kerangka kerja untuk status quo ini.

    Meskipun tidak ada undang-undang Israel yang melarang orang Yahudi berdoa di Al Aqsa, Mahkamah Agung Israel memutuskan bahwa larangan tersebut dibenarkan untuk menjaga perdamaian, jelas Berkovits.

    Aturan ini yang ingin diubah Itamar Ben-Gvir agar kelompok Yahudi ekstrem Israel bisa dan diperbolehkan secara hukum untuk melakukan ritual di Masjid Al-Aqsa.

    TERBAKAR – Tangkap layar Khaberni, Mingu (9/3/2025) yang menunjukkan bagian atap Masjid Al-Nasr di Nablus, Tepi Barat, tampak menghitam, bebas terbakar. Masjid ini dilaporkan menjadi satu di antara sasaran serangan Pasukan Israel saat serbuan di kota tersebut, Jumat (7/3/2025).

    IDF Bakar Masjid Bersejarah di Nablus

    Aksi serbuan IDF di Masjid Al-Aqsa ini dilakukan setelah sebelumnya mereka membakar sebuah masjid bersejarah di Nablus, Tepi Barat.

    Melawan instruksi pendudukan Israel, pada Minggu sejumlah warga Palestina secara bersama-sama mulai memperbaiki bagian-bagian masjid yang rusak dibakar tersebut.

    “Warga Palestina telah mulai merestorasi masjid bersejarah “Masjid Al-Nasr” di kota Nablus di Tepi Barat, setelah rusak parah akibat kebakaran yang terjadi di dalamnya, selama serangan pasukan Israel di kota tua tersebut pada dini hari Jumat, 7 Maret 2025,” tulis laporan Khaberni.

    Direktur Jenderal Wakaf (Nablus), Nasser Al-Salman, mengatakan bahwa Masjid Al-Nasr merupakan salah satu bangunan keagamaan tertua di Nablus, karena sejarahnya bermula pada era penaklukan Islam dan era Khalifah Umar bin Al-Khattab.

    “Selama Perang Salib, masjid ini diubah menjadi gereja dan mendapatkan kembali status keagamaannya setelah pembebasan Yerusalem oleh pemimpin Saladin pada abad ke-12,” tulis ulasan tersebut mengutip penjelasan Al-Salman.

    Nasser Al-Salman menjelaskan, masjid tersebut dibangun kembali pada tahun 1335 H, untuk tetap menjadi saksi sejarah panjang keteguhan dan perlawanan Palestina.

    Direktur Wakaf juga mengonfirmasi kalau pasukan Israel, selama penyerbuan mereka ke kota itu, menargetkan masjid dan merusak sebagian bangunannya, membakarnya, yang mengakibatkan hancurnya sebagian besar bangunan, termasuk dinding dan atap.

    Al-Salman menunjukkan, serangan itu juga menyasar sejumlah masjid di kota itu, tetapi kerusakan terbesar terjadi di masjid “Al-Nasr”.

    “Dalam suasana tekad Palestina, sekelompok relawan dan penduduk kota membersihkan sisa-sisa api dan membersihkan jendela serta dinding hitam yang terkena noda api, sambil menekankan bahwa serangan ini tidak akan mematahkan tekad atau keinginan mereka untuk menghadapi pendudukan Israel,” kata laporan Khaberni.

    “Masjid “Al-Nasr” yang juga berarti “Pertolongan )atau kemenangan)” tetap menjadi salah satu simbol keteguhan Palestina, dan warga Nablus menegaskan bahwa masjid tersebut akan tetap dibuka untuk beribadah dan berdoa, meskipun ada upaya Israel  yang terus-menerus untuk merusak tempat-tempat suci mereka,” kata laporan Khaberni.

     

    (oln/khbrn/rntv/*)

     

     

     

  • Gencatan Senjata Runtuh, Israel Bombardir Beit Hanoun-Rafah, Ben Gvir: Saatnya Buka Gerbang Neraka – Halaman all

    Gencatan Senjata Runtuh, Israel Bombardir Beit Hanoun-Rafah, Ben Gvir: Saatnya Buka Gerbang Neraka – Halaman all

    Gencatan Senjata Gaza Kolaps: Jet Israel Bombardir Beit Hanoun-Rafah, Ben Gvir: Saatnya Membuka Gerbang Neraka

    TRIBUNNEWS.COM – Militer Israel (IDF) dilaporkan melancarkan serangkaian serangan udara ke sejumlah wilayah di Jalur Gaza menyusul berakhirnya gencatan senjata pada 28 Februari 2025 kemarin. 

    Pada Minggu (2/3/2025), pesawat tempur Israel dilaporkan melakukan serangan udara terhadap sebuah apartemen perumahan di Rafah, yang terletak di Jalur Gaza selatan, khususnya di lingkungan Al-Sultan.

    “Pengeboman itu mengakibatkan beberapa korban jiwa, baik luka-luka maupun kerusakan dilaporkan akibat serangan itu,” tulis laporan RNTV, Minggu.

    Sumber-sumber lokal mengindikasikan kalau serangan udara Israel tersebut menargetkan wilayah sipil.

    “Karena menyasar area sipil, kekhawatiran atas dampak yang semakin besar terhadap infrastruktur Gaza yang sudah hancur semakin meningkat. Tim tanggap darurat berada di lokasi, bekerja untuk membantu yang terluka dan mencari korban selamat di bawah reruntuhan,” kata laporan tersebut.

    Jumlah korban masih belum jelas karena situasi terus berkembang.

    AGRESI – Pasukan Israel (IDF) dari divisi infanteri melakukan agresi militer darat ke Jalur Gaza. Israel terindikasi enggan melanjutkan negosiasi tahap dua gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar) (khaberni/tangkap layar)

    IDF Tembaki Rumah-Rumah Penduduk

    Sebelum serangan di Rafah, laporan Pusat Media Palestina menyatakan, serangan udara Israel juga menyasar Beit Hanoun, sebuah kota di Gaza utara, Minggu.

    Serangan ini mengakibatkan tewasnya dua warga Palestina dan beberapa lainnya terluka.

    Serangan yang terjadi hari ini juga menargetkan rumah-rumah warga Palestina saat pasukan Israel menembaki rumah-rumah warga sipil.

    “Sumber-sumber lokal telah mengonfirmasi kalau pasukan Israel melepaskan tembakan di sekitar rumah-rumah Palestina di lingkungan Shejaiya, yang terletak di sebelah timur Kota Gaza,” tambah laporan RNTV.

    Serangan itu menargetkan kawasan permukiman dan menimbulkan kepanikan di kalangan warga sipil.

    Identitas korban masih belum dapat dipastikan, dan besarnya kerusakan masih ditaksir.

    Serangan IDF ini terjadi setelah fase pertama gencatan senjata berakhir kemarin, meskipun ada kesepakatan mengenai proposal yang didukung AS untuk gencatan senjata sementara selama bulan Ramadan.

    ITAMAR BEN-GVIR – Tangkap layar yang diambil dari akun X Mantan Menhan Israel Itamar Ben-Gvir pada Selasa (11/2/205). Itamar Ben-Gvir menyerukan serangan militer secara besar-besaran terhadap Gaza usai Hamas menunda pembebasan sandera yang telah direncanakan pada Sabtu depan (Tangkap layar yang diambil dari akun X Mantan Menhan Israel Itamar Ben-Gvir)

    Ben Gvir: Sekarang Waktu Tepat untuk Membuka Gerbang Neraka

    Sebagai catatan, serangkaian serangan Israel ini dilakukan setelah Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menyatakan memblokir semua bantuan masuk ke Gaza, juga pada Minggu.

    Laporan menyatakan, aksi pemblokiran bantuan untuk Gaza ini dilakukan Israel guna menekan gerakan Hamas agar menyetujui usulan Amerika Serikat (AS) yang menyerukan perpanjangan gencatan senjata sementara dengan sejumlah syarat.

    Atas hal itu, Mantan Menteri Keamanan Nasional Israel Itamar Ben Gvir mengomentari keputusan Netanyahu untuk menghentikan bantuan kemanusiaan ke Gaza.

    Ben Gvir menyatakan dukungannya terhadap keputusan tersebut dan menyambut baik penghentian bantuan jika keputusan itu dilaksanakan.

    Dia meminta kebijakan itu tetap berlaku sampai tawanan terakhir dibebaskan, menurut klaimnya.

    Ia menambahkan, “Sekarang adalah waktu yang tepat untuk membuka gerbang neraka, memutus aliran listrik dan air, dan kembali berperang.”

    TRUK BANTUAN – Tangkapan layar YouTube TRT World pada Minggu (2/3/2025) menunjukkan Puluhan truk bantuan memasuki Gaza saat gencatan senjata masih berlaku pada Rabu (22/1/2025). Pemerintah Israel menghentikan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza yang dilanda perang pada hari Minggu (2/3/2025). (Tangkapan layar YouTube TRT World)

    Israel Blokir Semua Bantuan Masuk ke Gaza

    Pada hari Minggu, Pasukan Pendudukan Israel menutup penyeberangan Jalur Gaza dan menghentikan masuknya barang dan bantuan kemanusiaan setelah berakhirnya tahap pertama perjanjian gencatan senjata, menolak untuk melaksanakan tahap kedua, menurut Pusat Media Palestina.

    Kantor Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu menyatakan, dengan selesainya tahap pertama kesepakatan pertukaran tahanan, Netanyahu memutuskan untuk menghentikan masuknya barang dan pasokan ke Gaza mulai Minggu pagi ini.

    Pernyataan itu mengklaim bahwa keputusan ini dibuat karena penolakan Hamas terhadap usulan utusan AS Stephen Wittykov untuk melanjutkan negosiasi, yang mengancam “konsekuensi tambahan.”

    Hamas Bergeming, Kukuh Tahap Dua Gencatan Senjata

    Hari ini, pemimpin Hamas Mahmoud Mardaoui menekankan bahwa satu-satunya jalan menuju stabilitas regional dan pemulangan tawanan adalah penyelesaian perjanjian gencatan senjata, dimulai dengan pelaksanaan tahap kedua.

    Dalam pernyataan pers pada hari Minggu, Mardaoui menyatakan kalau tahap kedua memastikan negosiasi untuk gencatan senjata permanen, penarikan penuh, rekonstruksi, dan pembebasan tahanan dalam kesepakatan yang disepakati.

    “Inilah yang kami tegaskan, dan kami tidak akan mundur,” katanya.

    Ia menunjukkan kalau pernyataan terbaru dari kantor Netanyahu, yang menyebutkan persetujuan untuk perpnajangan gencatan senjata tahap I selama Ramadan dan Idul Fitri, “merupakan konfirmasi yang jelas tentang apa yang telah kami tekankan sejak awal,” mengacu pada penghindaran Israel terhadap perjanjian.

    Mardaoui menekankan bahwa pendudukan berulang kali mengingkari perjanjian yang ditandatangani dan terus bermanuver dalam memenuhi komitmen gencatan senjata.

    Ia memperingatkan kalau “manipulasi yang terus berlanjut ini tidak akan membawa para tawanan kembali ke keluarga mereka; sebaliknya, hal ini akan memperpanjang penderitaan mereka dan membahayakan nyawa mereka kecuali jika tekanan diberikan kepada pendudukan untuk memenuhi kewajibannya.”

    Tadi malam, kantor Netanyahu mengumumkan bahwa Israel telah menyetujui garis besar rencana gencatan senjata yang diusulkan oleh utusan AS Stephen Wittykov untuk gencatan senjata sementara di Gaza selama bulan Ramadan dan Paskah Yahudi (12-20 April). 

    Rencana ini sebelumnya tidak diungkapkan oleh Wittykov.

    Dalam pernyataan yang dikeluarkan setelah pertemuan keamanan yang diketuai oleh Netanyahu, dihadiri oleh menteri pertahanan, para pemimpin militer senior, dan tim perunding, dipastikan bahwa, menurut usulan Wittykov, setengah dari tawanan Israel yang ditahan di Gaza, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, akan dibebaskan pada hari pertama gencatan senjata yang diusulkan.

    Pernyataan itu menambahkan jika kesepakatan untuk gencatan senjata permanen tercapai, separuh tawanan di Gaza akan dibebaskan.

    Tahap pertama perjanjian gencatan senjata berakhir Sabtu malam, meskipun negosiasi untuk tahap kedua awalnya dijadwalkan akan dimulai pada 3 Februari.

    Netanyahu menghalangi proses ini karena ia ingin memperpanjang tahap pertama kesepakatan pertukaran tahanan untuk membebaskan sebanyak mungkin tawanan Israel tanpa menawarkan konsesi apa pun atau menyelesaikan kewajiban yang diuraikan dalam perjanjian sebelumnya.

    Hamas menolak hal ini dan menuntut agar Israel bertanggung jawab atas ketentuan gencatan senjata, mendesak para mediator untuk segera memulai negosiasi untuk tahap kedua, termasuk penarikan Israel dari Gaza dan penghentian penuh perang.

    Sejak gencatan senjata dimulai pada 19 Januari, Israel telah melakukan banyak pelanggaran, yang mengakibatkan lebih dari 100 orang gugur, ratusan orang terluka, dan kegagalan dalam melaksanakan protokol kemanusiaan.

     

    (oln/rntv/*)

     

     

     

     

  • Israel Terapkan Pembatasan di Kompleks Masjid Al-Aqsa Selama Ramadan 2025 – Halaman all

    Israel Terapkan Pembatasan di Kompleks Masjid Al-Aqsa Selama Ramadan 2025 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Selama bulan Ramadan 2025, Israel mengumumkan akan menerapkan pembatasan di kompleks Masjid Al-Aqsa.

    “Pembatasan keamanan akan diberlakukan di kompleks Masjid Al-Aqsa di Yerusalem Timur yang diduduki selama bulan suci Ramadan,” kata Juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, dikutip dari surat kabar The Times of Israel.

    Dia tidak merinci tindakan apa saja yang dilakukan.

    Tahun lalu, otoritas Israel tidak mengizinkan pria Palestina di bawah usia 55 tahun dan wanita di bawah usia 50 tahun untuk memasuki kompleks tersebut.

    Larangan itu diberlakukan dengan alasan “demi alasan keamanan”, Al Jazeera melaporkan.

    Bahkan tahun lalu, ribuan petugas polisi Israel dikerahkan ke seluruh Kota Tua Yerusalem.

    Pembatasan Israel di Masjid Al-Aqsa selama Ramadan

    Berikut ini beberapa poin penting tentang pembatasan yang diberlakukan oleh Israel selama bulan Ramadan 2025 di kompleks Masjid Al-Aqsa:

    – Hanya pria berusia lebih dari 55 tahun dan wanita berusia lebih dari 50 tahun dari Tepi Barat yang diduduki yang diizinkan mengunjungi masjid.

    – Tahanan Palestina yang baru dibebaskan dari penjara Israel akan dilarang mengunjungi kompleks Masjid Al-Aqsa selama Ramadan.

    – Israel mengklaim bahwa pembatasan ini serupa dengan yang diberlakukan tahun lalu.

    Otoritas Palestina menyebutnya sebagai tindakan “rasis dan provokatif.”

    – Sebanyak 3.000 personel keamanan Israel akan dikerahkan di sekitar Yerusalem Timur, termasuk di pos pemeriksaan menuju Masjid Al-Aqsa.

    – Pengunjung beragama Yahudi masih diizinkan untuk berkunjung, namun tidak diperbolehkan berdoa di kompleks tersebut, sesuai dengan konvensi yang ada, mengingat kompleks ini adalah situs kuil Yahudi yang dihancurkan pada tahun 70 M.

    – Meski begitu, dalam beberapa tahun terakhir, kelompok ultranasionalis sayap kanan, termasuk mantan Menteri Keamanan Nasional Israel, Itamar Ben-Gvir, telah menentang konvensi ini, menyebabkan ketegangan dengan mencoba berdoa di kompleks tersebut.

    Ramadan Gaza di Tengah Perang

    Umat Muslim di Gaza sedang mempersiapkan diri untuk menyambut bulan suci Ramadan di tengah kondisi yang sulit.

    Puasa tahun ini masih diselimuti dengan peperangan yang terus berlangsung, Al Jazeera melaporkan.

    Gencatan senjata yang rapuh antara Hamas dan Israel diperkirakan berakhir pada Sabtu (1/3/2025).

    Kenyataan ini menambah ketegangan di wilayah tersebut.

    Hamas Serukan Tekanan Internasional Terhadap Israel Terkait Gencatan Senjata

    Pejuang Palestina Hamas menyerukan tekanan internasional untuk memastikan kelanjutan perjanjian gencatan senjata.

    “Dengan berakhirnya fase pertama perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan, kami berkomitmen penuh untuk melaksanakan semua klausul perjanjian dalam semua tahap dan rinciannya,” kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan resmi.

    “Kami menyerukan kepada masyarakat internasional untuk menekan pendudukan Zionis agar berkomitmen penuh terhadap perannya dalam perjanjian ini dan segera memasuki fase kedua tanpa penundaan atau keraguan,” tambah pernyataan tersebut.

    Tahap pertama gencatan senjata berakhir pada Sabtu (1/3/2025).

    Perwakilan serta mediator dari kedua belah pihak kini berkumpul di Mesir untuk membahas tahap kedua dari perjanjian ini.

    Langkah tersebut diharapkan dapat menghasilkan kemajuan dalam proses perdamaian yang lebih luas.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Israel Berlakukan Pembatasan Keamanan di Al-Aqsa Selama Ramadan

    Israel Berlakukan Pembatasan Keamanan di Al-Aqsa Selama Ramadan

    Yerusalem

    Pemerintah Israel mengumumkan akan menerapkan apa yang disebutnya sebagai “pembatasan keamanan” di kompleks Masjid Al-Aqsa yang ada di Kota Tua, Yerusalem, selama bulan suci Ramadan, yang akan dimulai pada akhir pekan.

    Ratusan ribu warga Palestina, seperti dilansir AFP, Jumat (28/2/2025), datang ke kompleks Masjid Al-Aqsa untuk menjalankan salat selama Ramadan. Kompleks Masjid Al-Aqsa, merupakan situs tersuci ketiga dalam Islam, terletak di Yerusalem Timur yang diduduki dan dianeksasi Israel.

    Tahun ini, bulan suci Ramadan bertepatan dengan gencatan senjata Gaza yang rapuh, yang menghentikan sebagian besar pertempuran antara Israel dan Hamas setelah perang dahsyat menewaskan puluhan ribu orang di daerah kantong Palestina tersebut.

    “Pembatasan yang biasa dilakukan demi keselamatan publik akan diberlakukan seperti yang terjadi setiap tahun,” kata juru bicara pemerintah Israel, David Mencer, dalam pengarahan online kepada wartawan.

    Tahun lalu, di tengah perang Gaza, pemerintah Israel memberlakukan pembatasan terhadap pengunjung yang datang ke Al-Aqsa, khususnya bagi warga Palestina yang datang dari Tepi Barat.

    Hanya pria berusia 55 tahun ke atas dan wanita berusia 50 tahun ke atas yang diizinkan memasuki kompleks Masjid Al-Aqsa “untuk alasan keamanan”. Sementara ribuan polisi Israel dikerahkan di seluruh area Kota Tua, Yerusalem.

    Mencer mengindikasikan dalam pernyataannya bahwa tindakan pencegahan akan diambil lagi tahun ini.

    “Tentu saja, yang tidak akan kami biarkan dan tidak akan disetujui oleh negara mana pun adalah orang-orang yang berusaha memicu kekerasan dan serangan terhadap orang lain,” katanya, tanpa merinci soal pengerahan polisi tahun ini.

    Kompleks Masjid Al-Aqsa merupakan simbol identitas nasional Palestina.

    Namun kompleks suci itu juga merupakan tempat tersuci bagi agama Yahudi, yang menyebutnya sebagai Temple Mount. Berdasarkan konvensi lama, umat Yahudi diperbolehkan berkunjung tetapi tidak diizinkan berdoa di kompleks suci tersebut.

    Dalam beberapa tahun terakhir, semakin banyak ultranasionalis Yahudi yang menentang aturan tersebut, termasuk politisi sayap kanan Israel Itamar Ben-Gvir yang secara terang-terangan berdoa di kompleks Al-Aqsa saat menjabat Menteri Keamanan Nasional tahun 2023-2024.

    Pemerintah Israel telah berulang kali menegaskan akan mempertahankan status quo di kompleks suci itu. Namun kekhawatiran warga Palestina mengenai masa depan Al-Aqsa telah menjadikannya titik rawan kekerasan.

    Tahun lalu, Tel Aviv mengizinkan umat Muslim menjalankan salat di Masjid Al-Aqsa dalam jumlah yang sama seperti tahun sebelumnya meskipun perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Analis Israel: 5 Indikator Netanyahu Mau Lanjut Perang Gaza dan Ogah Negosiasi Tahap 2 dengan Hamas – Halaman all

    Analis Israel: 5 Indikator Netanyahu Mau Lanjut Perang Gaza dan Ogah Negosiasi Tahap 2 dengan Hamas – Halaman all

    Media Israel: 5 Indikator Netanyahu Lanjut Perang Gaza dan Ogah Negosiasi Tahap Dua dengan Hamas
     
     
    TRIBUNNEWS.COM – Surat kabar Israel, Yedioth Ahronoth mengungkapkan dalam sebuah laporan pada Minggu (16/2/2025) kalau pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu tengah berupaya menggagalkan tahap kedua negosiasi kesepakatan pertukaran sandera-tahanan demi gencatan senjata di Gaza.

    Laporan tersebut menyebut kalau ada lima indikator pihak Netanyahu terindikasi tak ingin tahap dua negosiasi dengan gerakan pembebasan Palestina, Hamas, terjadi.

    “Netanyahu menggunakan taktik politik, manuver media, memanipulasi informasi, melanggar perjanjian, dan mengecualikan (tidak menyertakan) para profesional di tim negosiasi,” tulis laporan tersebut dikutip dari Khaberni, Senin (17/2/2025).

    Laporan tersebut, yang ditulis oleh analis militer, Ronen Bergman, menyimpulkan kalau “negosiasi tidak dapat dilanjutkan jika salah satu pihak tidak berminat,”.

    Simpulan ini mengacu pada penolakan pemerintah Israel untuk memulai secara serius tahap kedua negosiasi tersebut.

    GAZA UTARA – Tangkapan Layar YouTube Al Jazeera English pada Jumat (14/2/2025) yang menunjukkan warga Palestina dan truk bantuan untuk bergerak bebas melalui penyeberangan dari Gaza Utara pada 9 Februari 2025. Menteri Luar Negeri Italia pada hari Jumat (14/2/2025) mengatakan akan menerima 14 pasien anak Palestina dari Gaza untuk mendapatkan perawatan medis. (Tangkapan Layar YouTube Al Jazeera English)

    Israel Sengaja dan Enggan Bernegosiasi Lagi

    Analisis Bergman merujuk pada pengakuan Omer Dostri, juru bicara perdana menteri Israel, kalau Israel saat ini tidak sedang merundingkan fase kedua kesepakatan tersebut, meskipun sebelumnya telah melontarkan komitmen.

    Bergman juga mengatakan kalau pernyataan ini mengonfirmasi kecurigaan kalau pemerintah Israel memang dengan sengaja menghalangi kemajuan nyata dalam negosiasi.

    Seorang sumber keamanan senior yang mengetahui rincian negosiasi tersebut dikutip, mengatakan kalau pemerintah Israel tidak mematuhi perjanjian yang ditandatangani.

    “Perjanjian menetapkan perlunya memulai negosiasi mengenai fase kedua dengan Hamas paling lambat pada hari ke-16 gencatan senjata, yaitu dua minggu yang lalu. Dan bahwa negosiasi tahap dua tersebut seharusnya berakhir dalam waktu 35 hari sejak dimulainya perjanjian gencatan senjata,” .

    Sumber itu juga mengatakan, “Bahkan jika semua pihak bersemangat untuk mencapai kesepakatan, tidak ada peluang untuk menyelesaikan semua rincian dalam waktu satu minggu, apalagi jika salah satu pihak tidak tertarik sama sekali,”

    Argumen ini secara jelas merujuk pada keengganan pemerintah Israel untuk memulai kembali negosiasi tahap kedua.

    Bergman mengutip pernyataan pejabat keamanan senior lain Israel, “Melanggar dan menghindar dari penerapan perjanjian tersebut dapat menyebabkan kegagalan tahap pertama, dan dengan demikian kegagalan untuk menyelesaikan pembebasan semua tahanan,”.

    “Hal ini berujung pada risiko keamanan yang dapat mendorong Israel ke dalam siklus kekerasan baru, tanpa keuntungan strategis yang signifikan,” kata laporan tersebut.

    SIAP MASUK GAZA – Foto file yang diambil dari Khaberni, Rabu (12/2/2025) menunjukkan tank-tank pasukan Israel bersiap memasuki Gaza pada Oktober 2023 setelah Operasi Banjir Al-Aqsa terjadi. Israel bersiap memasuki Gaza lagi pada pertengahan Februari 2025 seiring mandeknya negosiasi gencatan senjata dengan Hamas. (khaberni/tangkap layar)

    Menolak Negosiasi

    Laporan juga menyatakan kalau para analis militer Israel percaya kalau tahap kedua negosiasi sangat penting.

    Begitu pentingnya sampai-sampai itu tak cuma menyangkut nasib para tahanan Israel, namun mencakup masa depan hubungan antara Israel dan seluruh kawasan.

    “Menyelesaikan tahap ini dapat menjadi awal dari kesepakatan yang lebih luas tentang masa depan Jalur Gaza, sementara kegagalannya dapat menyebabkan kembalinya eskalasi militer, yang tampaknya menjadi salah satu tujuan Netanyahu untuk tetap berkuasa,” menurut uraiannya.

    Laporan juga menyebut kalau sumber-sumber diplomatik yang memiliki informasi juga melaporkan kalau Netanyahu menghadapi tekanan internal yang besar dari kelompok ekstrem kanan.

    Tokoh-tokoh ultranasionalis Israel macam Bezalel Smotrich dan Itamar Ben-Gvir memang secara lantang menolak kesepakatan apa pun yang tidak mencakup pembongkaran kemampuan militer Hamas.

    Di sisi lain, laporan menunjukkan kalau ada penentangan atas suara Smotrich Cs ini dari dalam badan keamanan Israel.

    “Banyak pemimpin militer yakin bahwa kegagalan negosiasi akan menyebabkan dampak keamanan yang serius bagi Israel,” kata laporan itu.

    Menurut sumber keamanan yang sama, “Netanyahu dan orang-orangnya terjebak dalam perangkap, dan mereka tidak peduli dengan apa yang terjadi di luar perhitungan politik internal. Oleh karena itu, mereka menyangkal adanya negosiasi, tetapi mereka tidak secara langsung menuduh Hamas menghalanginya negosiasi), karena itu secara implisit berarti bahwa Israel tertarik pada negosiasi.”

    MOBILISASI – Pasukan dan tank Israel (IDF) dimobilisasi untuk menginvasi Rafah, Gaza Selatan. Kabinet Perang Israel, Jumat (10/5/2024) memutuskan untuk memperluas operasi serangan ke Rafah dari yang tadinya mengklaim cuma operasi terbatas. (tangkap layar/shfq)

    5 Indikator Israel Mau Lanjut Perang

    Menurut sumber-sumber yang terpercaya, wartawan Israel itu menyebutkan lima indikator utama yang menunjukkan bahwa Netanyahu secara sistematis berupaya mengganggu berlangsungnya tahap kedua negosiasi tersebut.

    “Upaya tersebut di antaranya secara sengaja menunda dimulainya kembali perundingan, tidak menyertakan para profesional ke dalam tim perunding, membocorkan informasi palsu ke media, meyakinkan bahwa Amerika Serikat pada akhirnya akan mengatur segalanya, dan menetapkan syarat-syarat yang mustahil untuk perundingan,” kata laporan itu.

    Analis militer tersebut mengemukakan, keluarga para tahanan menyadari kalau  pemerintah tidak serius menangani persoalan tahanan, sehingga meningkatkan tekanan di forum internasional.

    Di tingkat internasional, Bergman yakin bahwa tekanan terhadap Israel meningkat dari Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir.

    Namun, ia yakin bahwa “tekanan-tekanan tersebut tidak berhasil memecahkan kebuntuan, karena Netanyahu bertaruh bahwa ia dapat menunda hingga kondisi politik yang lebih baik tercapai.”

    Analis politik Israel itu menegaskan kalau tahap kedua kesepakatan itu sejatinya telah ditunda, menurut pernyataannya, bukan karena komplikasi teknis atau keamanannya, tetapi karena keputusan politik pemerintah Netanyahu, yang mengutamakan prioritas elektoralnya di atas pertimbangan kemanusiaan atau strategis apa pun.

     

    (oln/khbrn/*)