Tag: Ismail Haniyeh

  • Presiden Palestina Kutuk Pembunuhan Pemimpin Hamas: Tindakan Pengecut!

    Presiden Palestina Kutuk Pembunuhan Pemimpin Hamas: Tindakan Pengecut!

    Ramallah

    Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengutuk keras pembunuhan pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam serangan yang disebut didalangi oleh Israel di wilayah Iran. Abbas menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai “tindakan pengecut”.

    “Presiden Mahmoud Abbas dari Negara Palestina mengutuk keras pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, menganggapnya sebagai tindakan pengecut dan eskalasi yang serius,” demikian pernyataan kantor Presiden Palestina, seperti dilaporkan kantor berita Palestina, WAFA dan dilansir Al Arabiya, Rabu (31/7/2024).

    “Dia mendesak rakyat kami dan pasukan mereka untuk bersatu, tetap bersabar, dan berdiri teguh melawan pendudukan Israel,” imbuh pernyataan tersebut.

    Dalam pernyataan terpisah kepada Al Arabiya, penasihat kepresidenan Palestina menyebut pembunuhan Haniyeh sebagai “kejahatan baru” Israel.

    “Pembunuhan Ismail Haniyeh adalah kejahatan baru Israel. Kami mendukung Hamas dan kita sekarang harus bersatu,” cetusnya.

    Kelompok Hamas telah mengonfirmasi kematian Haniyeh, yang merupakan pemimpin politik mereka, saat berada di Iran. Hamas menyebut Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Teheran, setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.

    “Saudara-saudara, para pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan ini, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” sebut kelompok Hamas dalam pernyataannya.

    Kematian Haniyeh juga dikonfirmasi oleh Garda Revolusi Iran, yang merupakan sekutu Hamas. Disebutkan oleh Garda Revolusi Iran bahwa kediaman yang ditinggali Haniyeh di Teheran diserang dan dia terbunuh bersama salah satu pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kapala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

    Garda Revolusi Iran menambahkan bahwa serangan yang menewaskan Haniyeh itu sedang diselidiki lebih lanjut. “Penyebabnya sedang diselidiki dan akan segera diumumkan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Pemerintah Israel maupun kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu belum secara resmi mengomentari kematian Haniyeh.

    Namun Tel Aviv diketahui pernah bersumpah untuk membunuh Haniyeh dan para pemimpin Hamas lainnya terkait serangan mematikan kelompok militan itu pada 7 Oktober tahun lalu terhadap Israel, yang menewaskan 1.200 orang dan membuat lebih dari 250 orang lainnya disandera.

    Reaksi keras diberikan oleh Hamas, dengan salah satu pejabat seniornya, Moussa Abu Marzouk, yang dikutip televisi Al-Aqsa TV yang dikelola Hamas, menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran sebagai “tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Dewan Keamanan Iran Rapat Bahas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

    Dewan Keamanan Iran Rapat Bahas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

    Jakarta

    Dewan Keamanan Nasional Tertinggi Iran menggelar rapat pada Rabu (31/7) pagi waktu setempat untuk membahas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran. Rapat tersebut dihadiri pula oleh para komandan senior Garda Revolusi Iran.

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Nasser Kanaani mengatakan bahwa “darah pemimpin Hamas Ismail Haniyeh yang dibunuh tidak akan pernah terbuang sia-sia.”

    “Kemartiran Haniyeh di Teheran akan memperkuat ikatan yang dalam dan tak terpatahkan antara Teheran, Palestina, dan perlawanan,” kata Kanaani seperti dikutip oleh media pemerintah Iran, dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Rabu (31/7/2024).

    Sebelumnya, kelompok Hamas mengumumkan pada hari Rabu (31/7) bahwa pemimpin politiknya, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan Israel di Iran. Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara tersebut.

    “Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah ia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata kelompok Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024).

    Garda Revolusi Iran juga mengumumkan kematian tersebut, dengan mengatakan kediaman Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran “diserang” dan ia terbunuh bersama seorang pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, ia dan salah seorang pengawalnya menjadi martir,” kata sebuah pernyataan oleh situs web berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Islam.

    Haniyeh telah melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa (30/7) waktu setempat.

    Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan kematian Haniyeh.

    Pejabat senior Hamas Moussa Abu Marzouk yang dikutip televisi Al-Aqsa TV yang dikelola Hamas menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7) sebagai “tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Dewan Keamanan Iran Rapat Bahas Pembunuhan Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

    Menteri Israel Sambut Kematian Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh

    Tel Aviv

    Pemerintah Israel belum memberikan pernyataan resmi terkait laporan kematian pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, dalam serangan di Iran. Namun, salah satu menteri dalam kabinet pemerintahan Israel menyambut kematian Haniyeh dalam pernyataan via media sosial.

    “Ini adalah cara yang tepat untuk membersihkan dunia dari kotoran ini,” tulis Menteri Warisan Israel, Amichay Eliyahu, dalam pernyataannya via media sosial mengomentari laporan kematian Haniyeh, seperti dilansir The Times of Israel, Rabu (31/7/2024).

    Eliyahu menjadi pejabat senior pemerintah Israel yang pertama memberikan reaksi atas kabar kematian Haniyeh.

    Komentar Eliyahu itu muncul saat laporan media-media lokal berbahasa Ibrani menyebut Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu memerintahkan jajaran menterinya untuk tetap diam mengenai laporan pembunuhan Haniyeh di Teheran, Iran.

    Pemerintah Israel maupun kantor Netanyahu belum secara resmi mengomentari kematian Haniyeh.

    Namun Eliyahu dengan komentarnya mengisyaratkan Israel berada di balik kematian Haniyeh di Teheran. Eliyahu merupakan anggota partai sayap kanan Otzma Yehudit, yang dipimpin oleh Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben Gvir yang kontroversial.

    “Tidak ada lagi perjanjian ‘perdamaian’/penyerahan diri khayalan, tidak ada lagi belas kasihan bagi orang-orang yang mati ini,” tulis Eliyahu dalam postingan media sosialnya mengomentari sebuah artikel berita yang mengumumkan kematian Haniyeh.

    “Tangan besi yang akan memukul mereka adalah yang akan memberikan ketenangan dan sedikit kenyamanan, serta memperkuat kemampuan kita untuk hidup damai bersama mereka yang mencari perdamaian,” sebutnya.

    “Kematian Haniyeh membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik,” cetus Eliyahu dalam komentarnya.

    Hamas Tegaskan Kematian Haniyeh ‘Tak Akan Dibiarkan Begitu Saja’

    Kelompok Hamas sebelumnya mengonfirmasi kematian Haniyeh, yang merupakan pemimpin politik mereka, saat berada di Iran. Hamas menyebut Haniyeh tewas dalam serangan Israel di Teheran, ketika dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian.

    “Saudara-saudara, para pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan ini, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” sebut kelompok Hamas dalam pernyataannya.

    Kematian Haniyeh menuai reaksi keras, dengan pejabat senior Hamas Moussa Abu Marzouk, yang dikutip televisi Al-Aqsa TV yang dikelola Hamas, menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7) sebagai “tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat Hamas lainnya, Sami Abu Zuhri, mengatakan kepada Reuters bahwa pembunuhan tersebut merupakan eskalasi besar yang tidak akan mencapai tujuannya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Tewas di Iran

    Profil Ismail Haniyeh, Pemimpin Hamas yang Tewas di Iran

    Gaza City

    Pemimpin biro politik Hamas, Ismail Haniyeh, yang tewas dalam serangan di Iran, dikenal sebagai sosok yang keras dalam diplomasi internasional ketika perang melawan Israel berkecamuk di Jalur Gaza. Namun, Haniyeh juga dipandang lebih moderat dibandingkan para pejabat garis keras Hamas di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Rabu (31/7/2024), Haniyeh yang lahir di al-Shati, sebuah kamp pengungsi Gaza, tahun 1962 silam ini terpilih menjadi kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 lalu, menggantikan Khaled Meshaal.

    Namun pada saat itu, Haniyeh sudah menjadi tokoh terkenal setelah sempat menjadi Perdana Menteri (PM) Palestina pada tahun 2006 menyusul kemenangan Hamas dalam pemilu parlemen pada tahun itu.

    Perjanjian pembagian kekuasaan yang rapuh antara Hamas dan gerakan Fatah, yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas, kolaps dengan cepat. Hamas kemudian mengambil kendali penuh atas Jalur Gaza sejak tahun 2007 setelah mengusir para loyalis Abbas dengan kekerasan.

    Sosok Haniyeh yang dianggap pragmatis, diketahui selama ini tinggal di pengasingan, dengan membagi waktunya antara Turki dan Qatar. Kantor biro politik Hamas sendiri diketahui berada di Doha, Qatar.

    Pada masa mudanya, Haniyeh dikenal memiliki sikap yang tenang dan pernah menjadi anggota cabang mahasiswa dari kelompok Ikhwanul Muslimin di Universitas Islam Gaza.

    Dia bergabung dengan Hamas tahun 1987 ketika kelompok militan itu didirikan di tengah meletusnya intifada Palestina pertama, atau pemberontakan melawan pendudukan Israel, yang berlangsung hingga tahun 1993.

    Pada masa itu, Haniyeh beberapa kali dijebloskan ke penjara oleh Israel dan kemudian diusir ke Lebanon bagian selatan selama enam bulan.

    Lihat Video: Pemimpin Hamas Dikabarkan Tewas Terbunuh di Iran

    Tiga anak laki-laki Haniyeh — Hazem, Amir dan Mohammad — terbunuh pada 10 April lalu ketika serangan udara Israel menghantam mobil yang mereka gunakan. Haniyeh juga kehilangan empat cucunya — tiga perempuan dan satu laki-laki — dalam serangan tersebut.

    Haniyeh membantah tuduhan Israel bahwa putra-putranya merupakan petempur Hamas. Dia mengatakan pada saat itu bahwa “kepentingan rakyat Palestina diutamakan di atas segalanya” ketika ditanya apakah kematian keluarganya akan berdampak pada perundingan gencatan senjata.

    Meskipun menyampaikan banyak pernyataan keras di depan publik, menurut para diplomat dan pejabat Arab, sosok Haniyeh dipandang relatif pragmatis dibandingkan dengan suara-suara garis keras di dalam Jalur Gaza, yang menjadi lokasi sayap bersenjata Hamas merencanakan serangan 7 Oktober ke Israel.

    Israel menganggap seluruh kepemimpinan Hamas sebagai teroris, dan menuduh Haniyeh serta para pemimpin senior lainnya terus “mengendalikan organisasi teror Hamas”.

    Namun seberapa banyak Haniyeh mengetahui soal serangan Hamas pada 7 Oktober tahun lalu masih belum jelas. Rencana serangan itu, yang disusun oleh dewan militer Hamas di Jalur Gaza, merupakan rahasia yang dijaga ketat sehingga beberapa pejabat Hamas tampak terkejut dengan waktu dan skalanya.

    Namun Haniyeh, yang seorang Muslim Sunni, memiliki andil besar dalam membangun kapasitas tempur Hamas. Salah satunya dengan menjalin hubungan dengan Iran, yang mayoritas Muslim Syiah, yang tidak merahasiakan dukungannya untuk kelompok tersebut.

    Selama beberapa tahun ini Haniyeh menjabat pemimpin Hamas, Israel menuduh tim kepemimpinannya membantu mengalihkan bantuan kemanusiaan kepada sayap bersenjata kelompok militan itu. Hamas telah membantah tuduhan itu.

    Sejauh ini belum ada komentar Israel atas laporan kematian Haniyeh.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Tak Akan Dibiarkan Begitu Saja!

    Tak Akan Dibiarkan Begitu Saja!

    Gaza City

    Kelompok Hamas memberikan reaksi keras atas kematian pemimpinnya, Ismail Haniyeh, yang diserang saat sedang berada di Iran pada Rabu (31/7) waktu setempat. Hamas menyebut kematian Haniyeh sebagai pembunuhan dan menegaskan hal itu “tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (31/7/2024), pejabat senior Hamas Moussa Abu Marzouk yang dikutip televisi Al-Aqsa TV yang dikelola Hamas menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran pada Rabu (31/7) sebagai “tindakan pengecut yang tidak akan dibiarkan begitu saja”.

    Dalam pernyataan terpisah, seorang pejabat Hamas lainnya, Sami Abu Zuhri, mengatakan kepada Reuters bahwa pembunuhan tersebut merupakan eskalasi besar yang tidak akan mencapai tujuannya.

    Kelompok Hamas mengonfirmasi bahwa Haniyeh yang merupakan pemimpin politik mereka tewas dalam serangan Israel di wilayah Iran, usai dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7).

    “Saudara-saudara, para pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, pemimpin gerakan ini, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah dia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” sebut kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza dalam pernyataannya.

    Kematian Haniyeh juga diumumkan oleh Garda Revolusi Iran, yang merupakan sekutu Hamas. Disebutkan oleh Garda Revolusi Iran bahwa kediaman yang ditinggali Haniyeh di Teheran diserang dan dia terbunuh bersama salah satu pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan akibat dari insiden ini, dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

    Belum ada klaim dari kelompok mana pun soal serangan yang menewaskan Haniyeh ini. Israel juga belum memberikan komentarnya.

    (nvc/ita)

  • Pemimpin Hamas Tewas Usai Hadiri Pelantikan Presiden Iran

    Pemimpin Hamas Tewas Usai Hadiri Pelantikan Presiden Iran

    Jakarta

    Kelompok Hamas mengumumkan pada hari Rabu (31/7) bahwa pemimpin politiknya, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan Israel di Iran. Haniyeh berada di Iran untuk menghadiri pelantikan presiden baru negara tersebut.

    “Saudara, pemimpin, mujahid Ismail Haniyeh, kepala gerakan, tewas dalam serangan Zionis di markas besarnya di Teheran setelah ia berpartisipasi dalam pelantikan presiden baru (Iran),” kata kelompok Hamas dalam sebuah pernyataan, dilansir kantor berita AFP, Rabu (31/7/2024).

    Garda Revolusi Iran juga mengumumkan kematian tersebut, dengan mengatakan kediaman Haniyeh di Teheran, ibu kota Iran “diserang” dan ia terbunuh bersama seorang pengawalnya.

    “Kediaman Ismail Haniyeh, kepala kantor politik Perlawanan Islam Hamas, diserang di Teheran, dan sebagai akibat dari insiden ini, ia dan salah seorang pengawalnya menjadi martir,” kata sebuah pernyataan oleh situs web berita Sepah milik Korps Garda Revolusi Islam.

    Haniyeh telah melakukan perjalanan ke Teheran untuk menghadiri upacara pelantikan Presiden Iran Masoud Pezeshkian pada hari Selasa (30/7) waktu setempat.

    Militer Israel tidak segera menanggapi permintaan komentar atas laporan kematian Haniyeh.

    Sebelumnya, Perdana Menteri Israel Benyamin Netanyahu telah bersumpah untuk menghancurkan Hamas dan membawa kembali semua sandera yang ditawan selama serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, yang memicu perang di Jalur Gaza.

    Serangan yang dilancarkan Hamas ke Israel selatan itu mengakibatkan kematian 1.197 orang, sebagian besar warga sipil, menurut penghitungan AFP berdasarkan angka resmi Israel.

    Para milisi Palestina juga menangkap 251 sandera, 111 orang di antaranya masih ditawan di Gaza, termasuk 39 orang yang menurut militer Israel telah tewas.

    Haniyeh terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 untuk menggantikan Khaled Meshaal. Namun, dia telah menjadi tokoh terkenal setelah menjadi perdana menteri Palestina pada tahun 2006 setelah kemenangan mengejutkan Hamas dalam pemilihan parlemen tahun itu.

    Dianggap sebagai seorang pragmatis, Haniyeh tinggal di pengasingan dan membagi waktunya antara Turki dan Qatar.

    Dia telah melakukan perjalanan misi diplomatik ke Iran dan Turki selama perang antara Hamas dan Israel di Gaza, bertemu dengan presiden Turki dan Iran.

    Haniyeh dikatakan menjaga hubungan baik dengan para pemimpin berbagai faksi Palestina, termasuk para pesaing Hamas.

    Ia bergabung dengan Hamas pada tahun 1987 ketika kelompok militan tersebut didirikan di tengah pecahnya intifada Palestina pertama, atau pemberontakan, terhadap pendudukan Israel yang berlangsung hingga tahun 1993.

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Tak Akan Dibiarkan Begitu Saja!

    Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh Tewas dalam Serangan di Iran

    Teheran

    Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh tewas dalam sebuah serangan saat berada di wilayah Iran pada Rabu (31/7) waktu setempat. Kematian Haniyeh yang merupakan pemimpin biro politik Hamas ini dikonfirmasi oleh kelompok Hamas sendiri dan Garda Revolusi Iran.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arbaiya, Rabu (31/7/2024), Hamas dalam pernyataannya menyatakan pihaknya sedang berkabung atas meninggalnya Haniyeh, yang disebut tewas dalam “penyerbuan berbahaya Zionis terhadap kediamannya di Teheran”.

    Laporan televisi pemerintah Iran melaporkan kematian Haniyeh pada Rabu (31/7) pagi waktu setempat. Disebutkan bahwa Haniyeh berada di Teheran, ibu kota Iran untuk menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian pada Selasa (30/7) waktu setempat.

    Haniyeh disebut tewas bersama salah satu pengawalnya di Teheran.

    “Pagi hari ini, kediaman Ismail Haniyeh di Teheran diserang, mengakibatkan dia dan salah satu pengawalnya mati syahid,” sebut Garda Revolusi Iran dalam pernyataannya.

    “Penyebabnya sedang diselidiki dan akan segera diumumkan,” imbuh pernyataan tersebut.

    Belum ada klaim dari kelompok mana pun soal serangan yang menewaskan Haniyeh ini. Israel juga belum memberikan tanggapannya.

    Haniyeh terpilih sebagai kepala biro politik Hamas pada tahun 2017 untuk menggantikan Khaled Meshaal. Namun, dia telah menjadi tokoh terkenal setelah menjadi perdana menteri Palestina pada tahun 2006 setelah kemenangan mengejutkan Hamas dalam pemilihan parlemen tahun itu.

    Dianggap sebagai seorang pragmatis, Haniyeh tinggal di pengasingan dan membagi waktunya antara Turki dan Qatar.

    Dia telah melakukan perjalanan misi diplomatik ke Iran dan Turki selama perang di Gaza, bertemu dengan presiden Turki dan Iran.

    Haniyeh dikatakan menjaga hubungan baik dengan para pemimpin berbagai faksi Palestina, termasuk para pesaing Hamas.

    Ia bergabung dengan Hamas pada tahun 1987 ketika kelompok militan tersebut didirikan di tengah pecahnya intifada Palestina pertama, atau pemberontakan, terhadap pendudukan Israel yang berlangsung hingga tahun 1993.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • 10 Anggota Keluarga Bos Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

    10 Anggota Keluarga Bos Hamas Tewas dalam Serangan Israel di Gaza

    Gaza City

    Serangan udara Israel di Jalur Gaza dilaporkan telah menewaskan 10 anggota keluarga dari pemimpin kelompok Hamas, Ismail Haniyeh. Salah satu yang tewas adalah saudara perempuan Haniyeh.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (25/6/2024), badan pertahanan sipil Gaza dalam pernyataannya menyebut serangan udara Israel pada Selasa (25/6) pagi waktu setempat menghantam rumah keluarga Haniyeh yang ada di area kamp pengungsi Al-Shati, Jalur Gaza bagian utara.

    “Ada 10 orang yang mati syahid… akibat serangan tersebut, termasuk Zahr Haniyeh, saudara perempuan kepala biro politik Hamas Ismail Haniyeh,” tutur juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Basal, dalam pernyataan kepada AFP.

    Dia mengatakan bahwa sejumlah jenazah kemungkinan masih tertimbun reruntuhan bangunan yang hancur akibat serangan tersebut. Basal menyatakan bahwa pihaknya “tidak memiliki peralatan yang diperlukan” untuk mengeluarkan jenazah-jenazah yang tertimbun reruntuhan.

    Para personel badan pertahanan sipil Gaza, sebut Basal, mengevakuasi jenazah korban tewas lainnya ke Rumah Sakit Al-Ahli yang ada di Gaza City.

    Dia menambahkan bahwa “beberapa orang mengalami luka-luka” akibat serangan itu.

    Militer Israel belum segera mengonfirmasi laporan tersebut. Saat dihubungi secara terpisah oleh AFP, militer Tel Aviv mengatakan pihaknya “mengetahui laporan tersebut tetapi kami tidak bisa mengonfirmasinya”.

    Haniyeh yang menjabat sebagai pemimpin biro politik Hamas diketahui berkantor dan tinggal di Doha, Qatar.

    Dia telah kehilangan tiga anak laki-laki dan empat cucunya dalam serangan udara Israel di Jalur Gaza bagian tengah pada April lalu. Pada saat itu, militer Israel menuduh mereka terlibat dalam “aktivitas teroris”.

    Dalam pernyataan sebelumnya, Haniyeh mengatakan bahwa sekitar 60 anggota keluarganya tewas sejak perang antara Hamas dan Israel berkecamuk di Jalur Gaza pada Oktober tahun lalu.

    Perang dimulai setelah Hamas melancarkan serangan mengejutkan terhadap wilayah Israel bagian selatan, yang dilaporkan menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga sipil.

    Sebagai balasan atas serangan Hamas, militer Israel melancarkan serangan udara, darat dan laut terhadap Jalur Gaza. Laporan terbaru Kementerian Kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 37.626 orang, kebanyakan juga warga sipil, tewas akibat rentetan serangan Israel selama delapan bulan terakhir.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • PM Malaysia Bertemu Bos Hamas di Qatar, Bahas Apa?

    PM Malaysia Bertemu Bos Hamas di Qatar, Bahas Apa?

    Doha

    Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim bertemu pemimpin Hamas Ismail Haniyeh saat berkunjung ke Qatar. Dalam pertemuan itu, Anwar mendesak Israel untuk menghentikan kekejaman terhadap warga Palestina.

    Seperti dilansir Channel News Asia, Selasa (14/5/2024), pertemuan antara Anwar dan Haniyeh itu terjadi saat sang PM Malaysia melakukan kunjungan ke Qatar selama tiga hari. Anwar disebut bertemu dengan delegasi Hamas yang dipimpin oleh Haniyeh dan mantan pemimpin kelompok itu, Khaled Mashal.

    Hamas yang menguasai Jalur Gaza diketahui memiliki kantor biro politik di Doha, Qatar.

    Disebutkan bahwa dalam pertemuan itu, para pemimpin Hamas memberikan penjelasan kepada Anwar soal situasi terkini di Jalur Gaza, terutama di Rafah.

    Anwar, dalam postingan Facebook-nya pada Selasa (14/5), menyerukan Israel untuk membebaskan semua tahanan Palestina dan menyetujui rencana perdamaian.

    Dia juga mengatakan bahwa Malaysia akan terus memainkan perannya dalam upaya menghentikan serangan terhadap Rafah dan mengerahkan lebih banyak upaya untuk membantu korban perang di Jalur Gaza.

    Israel berencana melancarkan serangan darat secara besar-besaran terhadap Rafah, yang diyakini menjadi benteng besar terakhir Hamas di Jalur Gaza. Serangan militer terhadap kota itu berlanjut hingga Senin (13/5) waktu setempat, yang membuat warga sipil bergegas mencari keselamatan.

    “Sejak konflik pecah (hampir) delapan bulan lalu, ratusan ribu warga Palestina terbunuh dan terluka dengan separuh wilayah Gaza hancur permanen akibat kebrutalan rezim Zionis,” sebut Anwar dalam pernyataannya.

    “Malaysia mengapresiasi kesediaan Hamas untuk membebaskan para tahanan, terutama anak-anak dan perempuan, dan untuk menerima rencana perdamaian dari dunia Arab, OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), dan masyarakat internasional,” imbuhnya.

    Pertemuan di Qatar itu menjadi pertemuan tatap muka yang pertama dengan Haniyeh sejak Anwar menjabat PM Malaysia. Anwar sebelumnya sudah dua kali bertemu Haniyeh, yakni tahun 2019 lalu dan tahun 2020 ketika pemimpin Hamas itu berkunjung ke Malaysia.

    Dalam kunjungannya, seperti dilaporkan kantor berita Bernama, Anwar juga bertemu dua pemimpin tertinggi Qatar untuk membahas konflik di Jalur Gaza. Dia menyebut kedua negara menyepakati bahwa semua pihak harus berperan dalam mencari solusi untuk mengakhiri penderitaan rakyat Palestina.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Hamas Setujui Gencatan Senjata Terbaru Gaza, Israel Bilang Gini

    Hamas Setujui Gencatan Senjata Terbaru Gaza, Israel Bilang Gini

    Tel Aviv

    Otoritas Israel mengomentari langkah Hamas menyetujui proposal gencatan senjata terbaru untuk perang yang berkecamuk di Jalur Gaza. Tel Aviv menyebut Hamas hanya menyetujui versi “lebih lunak” dari proposal gencatan senjata yang diajukan Mesir, yang beberapa ketentuan di dalamnya tidak bisa diterima oleh Israel.

    Hamas, pada Senin (6/5) waktu setempat, menyetujui proposal gencatan senjata untuk perang yang berkecamuk selama tujuh bulan terakhir di Jalur Gaza.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Selasa (7/5/2024), seorang pejabat Israel yang enggan disebut namanya mengatakan bahwa apa yang disetujui Hamas merupakan versi “lebih lunak” dari proposal Mesir yang mencakup kesimpulan yang “jauh jangkauannya” yang tidak bisa diterima oleh Tel Aviv.

    “Ini tampaknya merupakan tipu muslihat yang dimaksudkan untuk membuat Israel terlihat seperti pihak yang menolak kesepakatan,” ucap pejabat Israel tersebut.

    Meskipun demikian, pemerintah Israel mengatakan akan tetap mengirimkan delegasi mereka untuk bertemu para mediator guna membahas proposal gencatan senjata terbaru.

    “Meskipun proposal Hamas jauh dari tuntutan penting Israel, Israel akan mengirimkan delegasi level kerja kepada mediator,” demikian pernyataan yang dirilis kantor Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu setelah digelarnya rapat kabinet perang Israel.

    “Kabinet perang dengan suara bulat memutuskan bahwa Israel melanjutkan operasi di Rafah untuk memberikan tekanan militer terhadap Hamas guna mempercepat pembebasan para sandera kami dan tujuan-tujuan perang lainnya,” tegas kantor Netanyahu dalam pernyataannya.

    Juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagari, pada Senin (6/5), mengatakan bahwa semua proposal mengenai negosiasi pembebasan sandera di Jalur Gaza dianalisis secara serius, dan pada saat yang sama, Israel terus melanjutkan operasi militer di wilayah yang dikuasai Hamas.

    Saat ditanya dalam konferensi pers apakah sikap Hamas menyetujui proposal gencatan senjata akan berdampak pada serangan yang direncanakan di Rafah, Hagari menegaskan operasi akan tetap berlangsung sesuai rencana.

    “Kami memeriksa setiap jawaban dan tanggapan dengan cara paling serius dan mengerahkan setiap kemungkinan terkait negosiasi dan pemulangan para sandera,” jelasnya.

    “Secara paralel, kami masih beroperasi di Jalur Gaza dan akan terus melakukannya,” tegas Hagari.

    Hamas Setujui Proposal Gencatan Senjata Terbaru di Gaza

    Pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, sebelumnya dilaporkan telah berbicara dengan PM Qatar Sheikh Mohammed bin Abdulrahman Al Thani dan Menteri Intelijen Mesir Abbas Kamel untuk menyampaikan persetujuan yang diberikan Hamas.

    “Memberi tahu mereka soal persetujuan Hamas atas proposal mereka mengenai perjanjian gencatan senjata,” ungkap Hamas dalam pernyataan via situs resminya.

    Seorang pejabat senior Hamas, secara terpisah, menekankan bahwa persetujuan dari kelompoknya “tidak berarti bahwa gencatan senjata telah berlaku” dan menunjukkan bahwa “pihak Israel belum mengkomunikasikan posisinya”.

    “Bola sekarang ada di tangan pendudukan Israel, apakah mereka akan menyetujui perjanjian gencatan senjata atau menghalanginya,” ucap pejabat senior Hamas yang enggan disebut namanya saat berbicara kepada AFP.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini