Tag: Ismail Haniyeh

  • Israel Yakin Iran Rencanakan Serangan, Bisa Terjadi Beberapa Hari Lagi

    Israel Yakin Iran Rencanakan Serangan, Bisa Terjadi Beberapa Hari Lagi

    Tel Aviv

    Komunitas intelijen Israel meyakini Iran telah memutuskan untuk melancarkan serangan langsung terhadap pihaknya sebagai pembalasan atas pembunuhan tokoh penting Hamas di wilayahnya dua pekan lalu. Teheran diperkirakan akan melancarkan pembalasannya terhadap Tel Aviv dalam beberapa hari ke depan.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Senin (12/8/2024), keyakinan Israel itu diungkapkan oleh dua sumber yang dikutip oleh reporter Axios Barak Ravid dalam laporan terbarunya pada Minggu (11/8) waktu setempat.

    Ravid, dalam laporannya via media sosial X, menyebut bahwa Menteri Pertahanan (Menhan) Israel Yoav Gallant telah berbicara dengan Menhan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin, dan memberitahunya soal persiapan militer Iran yang menunjukkan negara itu mempersiapkan serangan skala besar terhadap Israel.

    Ditambahkan oleh Ravid bahwa serangan balasan Iran terhadap Israel bisa saja terjadi sebelum 15 Agustus, tanggal yang ditetapkan oleh AS, Mesir dan Qatar untuk perundingan gencatan senjata Gaza terbaru. Tel Aviv telah mengonfirmasi akan berpartisipasi dalam perundingan itu, sedangkan Hamas belum menanggapi.

    Timur Tengah dalam situasi siaga tinggi sejak pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Teheran dan pembunuhan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di pinggiran Beirut dua pekan lalu. Iran dan proksi regionalnya, termasuk Hizbullah, menyalahkan Israel atas kedua pembunuhan itu dan bersumpah akan membalas.

    Meskipun Tel Aviv sendiri belum berkomentar apa pun soal kematian Haniyeh. Sejauh ini, Israel hanya mengaku bertanggung jawab atas kematian Shukr.

    Dalam pernyataan yang dirilis tak lama setelah kematian Haniyeh, pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei menegaskan bahwa menjadi tugas Teheran untuk membalas kematian Haniyeh mengingat pembunuhan itu terjadi di wilayah Iran.

    Wakil komandan Garda Revolusi Iran (IRGC), Ali Fadavi, dalam pernyataan pada Jumat (9/8) lalu mengatakan bahwa perintah Khamenei soal Israel harus “dihukum” atas pembunuhan Haniyeh akan dilaksanakan “dengan cara terbaik”.

    “Perintah (Khamenei) mengenai hukuman berat terhadap Israel dan balas dendam atas darah martir Ismail Haniyeh sudah jelas dan eksplisit,” ucapnya.

    “Akan dilaksanakan dengan cara terbaik,” tegas Fadavi dalam pernyataannya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Seberapa Besar Kekuatan Militer Iran Dibandingkan Israel?

    Seberapa Besar Kekuatan Militer Iran Dibandingkan Israel?

    Jakarta

    Hizbullah melancarkan rangkaian serangan drone tempur dan roket ke wilayah utara Israel selama satu pekan terakhir. Meski begitu, kelompok bersenjata yang berbasis Lebanon itu memperingatkan bahwa pembalasan mereka atas tindakan Israel yang membunuh komandan tinggi mereka pada Juli lalu belumlah tuntas.

    Pada Selasa (06/08), tim medis dan aparat keamanan melaporkan empat orang terbunuh dalam serangan di satu rumah di kota Mayfadoun, Lebanon yang terletak 30 kilometer di utara perbatasan.

    Pertempuran ini terjadi setelah meningkatnya ketegangan antara Israel, Iran dan Hizbullah. Ketegangan ini memicu kekhawatiran akan terjadinya konflik besar.

    Bagaimana nasib masing-masing pihak jika perang besar benar terjadi?

    EPAPemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh terbunuh dalam sebuah serangan udara di ibukota Iran, Teheran.

    Pekan lalu, Hamas menyatakan pemimpin politik mereka, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan di ibu kota Iran, Teheran. Israel belum mengonfirmasi apakah mereka bertanggung jawab atas serangan tersebut.

    Ketegangan meningkat semenjak Iran meluncurkan serangan rudal dan pesawat tak berawak terhadap Israel pada tanggal 13 April. Selain itu, pesawat tak berawak Israel menghantam sebuah target militer di Iran.

    Getty ImagesKemampuan rudal Iran merupakan bagian penting dari kekuatan militernya.

    Pihak mana yang lebih unggul?

    BBC mempertimbangkan pertanyaan ini menggunakan sumber-sumber yang tercantum di bawah ini. Perlu dicatat kemampuan signifikan masing-masing negara mungkin dirahasiakan.

    International Institute for Strategic Studies (IISS) membandingkan kekuatan persenjataan militer kedua negara. Kajian IISS menggunakan berbagai metode resmi dan sumber terbuka untuk menghasilkan estimasi terbaik yang bisa dilakukan.

    Organisasi lain, seperti Stockholm International Peace Research Institute, juga melakukan kajian. Meski begitu, keakuratannya bisa berbeda-beda untuk negara-negara yang sering tidak menyajikan angka secara publik.

    Nicholas Marsh dari Peace Research Institute Oslo (PRIO) menyebut IISS dipandang sebagai tolok ukur untuk menilai kekuatan militer negara-negara di seluruh dunia.

    BBC

    Menurut IISS, belanja anggaran pertahanan Israel lebih besar dibandingkan Iran. Ini membuat Israel memiliki kekuatan yang signifikan dalam setiap potensi konflik.

    IISS menambahkan anggaran pertahanan Iran sekitar US$7,4 miliar (Rp118 triliun) pada tahun 2022 dan 2023. Adapun anggaran pertahanan Israel lebih dari dua kali lipatnya, yaitu sekitar US$19 miliar (Rp303 triliun).

    Perbandingan pengeluaran pertahanan Israel dibandingkan dengan Produk Domestik Bruto (ukuran hasil ekonominya) juga dua kali lipat dari Iran.

    Baca juga:

    Getty ImagesF-35 adalah salah satu pesawat paling canggih di dunia.

    Langkah selanjutnya

    Israel dan Hizbullah saling meningkatkan serangan mereka terhadap satu sama lain. Israel melancarkan serangan udara terhadap target-target Hizbullah di Lebanon.

    Mereka mengatakan telah melakukan pembunuhan terhadap komandan senior Fuad Shukr pada tanggal 30 Juli 2024.

    Sementara Hizbullah menembakkan rudal mereka ke Israel bagian utara. Sistem anti-rudal Iron Dome Israel berhasil mencegat sebagian besar rudal tersebut.

    Menurut Jeremy Binnie, pakar pertahanan Timur Tengah dari jurnal analisis pertahanan Janes, Iron Dome akan menjadi sistem utama yang mempertahankan diri dari roket artileri dan rudal jarak pendek yang diluncurkan dari Lebanon.

    WAEL HAMZEH/EPA-EFE/REX/ShutterstockPoster mendiang komandan senior Hizbullah Fuad Shukr diperlihatkan dalam sebuah upacara peringatan untuk menandai satu minggu sejak dirinya terbunuh dalam sebuah serangan udara Israel di Lebanon.

    “Meskipun Hizbullah secara luas dianggap memiliki begitu banyak rudal sehingga akan mampu setidaknya menggencar pertahanan udara Israel meski sifatnya sementara,” ujarnya.

    Baca juga:

    Nicholas Marsh dari Institut Penelitian Perdamaian Oslo mengatakan bahwa Iran telah menerbitkan daftar target yang luas.

    “Itu bisa jadi merupakan upaya pengalihan perhatian. Tetapi akan sulit bagi Israel untuk melindungi semua target yang ada,” ujarnya.

    “Yang menjadi pertimbangan utama Israel adalah berapa banyak target yang bisa mereka tembak jatuh sebelum bisa mendekati negara mereka.”

    Apakah mungkin ada eskalasi besar?

    Editor Defence Eye, Tim Ripley, mengatakan kepada BBC bahwa para ahli strategi militer harus berpikir “out of the box” (tidak konvensional) mengenai respons Iran dan Hizbullah.

    “Anda harus menempatkan diri Anda pada pola pikir orang-orang Iran, Hizbullah, dan Houthi [militan Islam yang telah menyerang pelayaran internasional di Timur Tengah]. Mengapa menyia-nyiakan upaya Anda untuk lagi-lagi melakukan hal yang sama?”

    Menurut Ripley, Iran dapat mendorong Hizbullah untuk melancarkan serangan di perbatasan. Mereka diperkirakan menyadari bagaimana serangan Hamas pada 7 Oktober mengejutkan Israel, sementara serangan rudal konvensional gagal menembus pertahanan Israel dengan mudah.

    Getty ImagesPara petugas penyelamat mencari di reruntuhan kompleks bangunan yang dihantam serangan Israel di jantung pinggiran kota Beirut yang didominasi kaum Syiah pada 13 Agustus 2006.

    Ripley juga mengatakan bahwa Iran mungkin akan mempertimbangkan untuk menyita tanker-tanker minyak asing.

    Namun, Jeremy Binnie dari Janes percaya bahwa eskalasi seperti itu tidak mungkin terjadi:

    “Pasukan elite Hizbullah, Radwan, telah berlatih untuk operasi lintas batas, tetapi menurut saya mereka tidak akan terlibat dalam pembalasan,” katanya.

    “Di satu sisi, IDF (Pasukan Pertahanan Israel) akan jauh lebih siap untuk skenario itu dibandingkan 7 Oktober; di sisi lain, penculikan sejumlah kecil warga negara Israel kemungkinan akan memicu eskalasi besar, seperti yang terjadi pada tahun 2006.”

    Baca juga:

    Getty ImagesPetugas pemadam kebakaran berjalan di atas atap sebuah rumah di Israel utara yang terkena serangan roket yang ditembakkan dari Lebanon selatan pada tanggal 23 Juli 2006.

    Pada tahun 2006, Israel melancarkan serangan darat di Lebanon setelah Hizbullah menculik dua tentara Israel. Terjadi pertempuran sengit dan banyak korban jiwa berjatuhan dari kedua belah pihak.

    Baca juga:

    Ripley mengatakan Israel dapat melakukan serangan lebih lanjut terhadap Hizbullah untuk menjatuhkan semangat mereka alih-alih memberikan dampak yang signifikan terhadap kekuatan perangkat keras militer kelompok tersebut.

    “Itulah yang mereka lakukan di Lebanon pada tahun 2006 dan di Gaza sekarang,” katanya.

    Keunggulan teknologi

    Data IISS menunjukkan bahwa Israel memiliki 340 pesawat militer yang siap tempur. Fakta ini memberikan Israel keunggulan dalam bidang serangan udara yang tepat sasaran.

    Di antara jet-jet tersebut adalah pesawat F-15 dengan jangkauan serangan jarak jauh, F-35 pesawat “siluman” berteknologi tinggi yang dapat menghindari radar dan helikopter serang cepat.

    IISS memperkirakan Iran memiliki sekitar 320 pesawat tempur. Jet-jet tersebut berasal dari tahun 1960-an dan termasuk F-4, F-5, dan F-14 (yang terakhir adalah pesawat yang terkenal dalam film Top Gun tahun 1986).

    Namun, Nicholas Marsh dari PRIO mengatakan bahwa tidak jelas seberapa banyak dari pesawat-pesawat tua ini yang benar-benar bisa terbang.

    Sanksi Barat terhadap Iran menyulitkan mereka mengimpor suku cadang untuk memperbaiki pesawat-pesawat ini.

    Getty ImagesF-14 Tomcat dihentikan oleh Angkatan Laut AS hampir 20 tahun yang lalu, tetapi masih beroperasi di Iran.

    Iron Dome dan Arrow

    Tulang punggung pertahanan Israel adalah sistem Iron Dome dan Arrow mereka.

    Insinyur rudal Uzi Rubin merupakan pendiri Organisasi Pertahanan Rudal Israel di Kementerian Pertahanan negara itu.

    Rubin kini menjadi peneliti senior di Institut Strategi dan Keamanan Yerusalem. Kepada BBC, dia mengaku merasa “aman” ketika menyaksikan Iron Dome dan sekutu internasional menghancurkan hampir semua rudal dan pesawat tak berawak yang ditembakkan Iran ke Israel pada Sabtu (03/08).

    “Saya merasa sangat puas dan senang… Sistem ini sangat spesifik terhadap target-targetnya. Ini adalah pertahanan rudal jarak pendek. Tidak ada yang serupa dengannya [di sistem] yang lain.”

    Baca juga:

    Amir Cohen / ReutersSistem pertahanan rudal Iron Dome Israel membantu menghancurkan lebih dari 300 rudal dan pesawat tak berawak yang ditembakkan oleh Iran selama akhir pekan.

    Seberapa jauh Iran dari Israel?

    BBC

    Israel berjarak lebih dari 2.100 kilometer dari Iran. Editor Defence Eye, Tim Ripley, menyebut rudal-rudal adalah cara utama untuk menyerang negara itu.

    Program rudal Iran dianggap sebagai yang terbesar dan paling bervariasi di Timur Tengah.

    Pada tahun 2022, Jenderal Kenneth McKenzie dari Komando Pusat AS mengatakan bahwa Iran memiliki “lebih dari 3.000” rudal balistik.

    Menurut Proyek Pertahanan Rudal CSIS, Israel juga mengekspor rudal ke beberapa negara.

    EPAIran menembakkan lebih dari 300 rudal dan pesawat tak berawak ke Israel pada 13 April.

    Rudal dan drone tempur Iran

    Iran melakukan pengembangan ekstensif pada sistem rudal dan drone tempur sejak perang dengan negara tetangganya, Irak, dari tahun 1980 hingga 1988.

    Iran mengembangkan rudal dan drone tempur jarak pendek dan jarak jauh yang banyak di antaranya baru-baru ini ditembakkan ke Israel.

    Para analis yang mempelajari rudal yang ditargetkan ke Arab Saudi oleh pemberontak Houthi menyimpulkan bahwa rudal tersebut diproduksi di Iran.

    ReutersSebuah gedung konsulat Iran di Suriah hancur dalam serangan udara pada tanggal 1 April. Serangan menewaskan personil militer senior Iran.

    Serangan jarak jauh

    Tim Ripley dari Defence Eye menyebut Israel sangat tidak mungkin terlibat dalam perang darat dengan Iran.

    “Keuntungan besar Israel adalah kekuatan udaranya dan senjata-senjata berpemandu. Jadi, Israel memiliki potensi untuk melancarkan serangan udara terhadap target-target utama di Iran,” ujarnya.

    Menurut Ripley, Israel kemungkinan besar akan membunuh para pejabat Iran dan menghancurkan instalasi minyak dari udara.

    IRGC handout / ReutersPara analis mengatakan bahwa angkatan laut Iran tidak mampu bertempur dalam perang. Angkatan laut Iran yang sudah tua memiliki sekitar 220 kapal, sementara Israel memiliki sekitar 60 kapal, menurut laporan IISS.

    “Hukuman adalah inti dari semua ini… Para pemimpin militer dan politik Israel selalu menggunakan kata itu.”

    “Itu adalah bagian dari filosofi mereka, bahwa mereka harus menimbulkan rasa sakit untuk membuat lawan-lawan mereka berpikir dua kali untuk menentang Israel,” ujarnya,

    Tokoh-tokoh militer dan sipil Iran yang terkenal telah terbunuh dalam serangan udara, termasuk dalam penghancuran gedung konsulat Iran di ibukota Suriah pada 1 April.

    Serangan itu memicu serangan balik Iran.

    Namun, Israel belum mengaku bertanggung jawab atas hal tersebut. Begitu pula dengan sejumlah serangan lain yang menargetkan pejabat-pejabat terkemuka Iran.

    Di sisi lain, mereka juga tidak membantah bahwa mereka telah bertanggung jawab.

    Angkatan Laut

    Menurut laporan IISS, Angkatan Laut Iran yang sudah menua memiliki sekitar 220 kapal, sementara Israel memiliki sekitar 60 kapal.

    Para analis mengatakan angkatan laut Iran tidak mampu bertempur dalam perang.

    EPAIISS mengatakan bahwa angkatan laut Israel memiliki sekitar 60 kapal.

    Serangan siber

    Israel akan mengalami lebih banyak kerugian dibandingkan Iran dalam serangan siber.

    Sistem pertahanan Iran kurang maju secara teknologi dibandingkan Israel. Artinya, serangan elektronik terhadap militer Israel dapat berdampak jauh lebih besar.

    Direktorat Siber Nasional pemerintah Israel menyatakan “intensitas serangan siber lebih tinggi dari sebelumnya”.

    “Setidaknya tiga kali lebih tinggi, dan dengan serangan di setiap sektor Israel. Kerja sama antara Iran dan Hizbullah (organisasi militan dan politik Lebanon) meningkat selama perang,” sebut mereka.

    Iranian government / Getty ImagesPada tahun 2008, Presiden Iran saat itu, Mahmoud Ahmadinejad, mengumumkan peningkatan produksi uranium di pabrik nuklir di Natanz.

    Laporan tersebut melaporkan ada 3.380 serangan siber antara serangan 7 Oktober dan akhir 2023.

    Kepala Organisasi Pertahanan Sipil Iran, Brigadir Jenderal Gholamreza Jalali, mengatakan bahwa Iran menggagalkan hampir 200 serangan siber pada bulan menjelang pemilihan parlemen baru-baru ini.

    Pada bulan Desember, Menteri Perminyakan Iran, Javad Owji, mengatakan bahwa serangan siber menyebabkan gangguan nasional pada SPBU-SPBU nasional.

    Ancaman nuklir

    Israel diasumsikan memiliki senjata nuklirnya sendiri. Namun, Israel sengaja mempertahankan kebijakan resmi supaya kemampuan nuklir mereka dibuat ambigu.

    Iran dianggap tidak memiliki senjata nuklir. Meskipun ada tuduhan sebaliknya, Iran menyangkal telah berusaha menggunakan program nuklir sipilnya untuk menjadi negara bersenjata nuklir.

    Geografi dan demografi

    Iran adalah negara yang jauh lebih besar dibandingkan Israel. Populasi Iran (hampir 89 juta) sembilan kali lipat lebih besar dari Israel (hampir 10 juta).

    Iran juga memiliki jumlah tentara aktif sekitar enam kali lipat lebih banyak dari Israel.

    Menurut IISS, terdapat 600.000 tentara aktif di Iran, sementara Israel memiliki 170.000 tentara.

    ReutersSebuah rudal balistik tergeletak di pantai Laut Mati setelah Iran meluncurkan pesawat tak berawak dan rudal ke arah Israel pada Sabtu (03/08).

    Bagaimana Israel bisa membalas?

    Dr Eric Rondsky, peneliti Timur Tengah yang berafiliasi dengan Universitas Tel Aviv, mengatakan Israel bertanggung jawab atas kegagalan tersebut dengan menyatakan keadaan siaga tinggi ketika Iran menyerang.

    Militan yang didukung Iran di negara-negara tetangga secara teratur melancarkan serangan terhadap target-target yang merupakan kepentingan Israel.

    Jeremy Binnie, pakar pertahanan Timur Tengah di Janes, percaya bahwa Israel tidak mungkin membalas dengan segera: “Secara potensial, mereka memiliki sejumlah pilihan jika mereka ingin membalas, seperti mengebom situs-situs di Lebanon atau Suriah.”

    Binnie meragukan akan ada perang skala besar konvensional.

    Getty ImagesAmerika Serikat menuduh Iran melengkapi pemberontak Houthi di Yaman dengan drone tempur.

    “Tentara tidak akan berperang, angkatan laut tidak akan berperang, mereka (Iran dan Israel) berada jauh dari satu sama lain.

    “Kami melihat situasi di mana kedua belah pihak memiliki kemampuan serangan jarak jauh versus pertahanan udara pihak lain. Kami melihat satu sisi dari hal itu dengan kemampuan serangan jarak jauh Iran versus pertahanan Israel pada hari Sabtu (03/08) dan Minggu (04/08).”

    Dia mengatakan bahwa Israel harus melanggar wilayah udara negara-negara berdaulat seperti Suriah, Yordania dan Irak apabila eskalasi perang terjadi.

    Namun, Israel memiliki dinas rahasia yang berpengalaman yang dapat melakukan operasi klandestin alias diam-diam di dalam wilayah Iran.

    ‘Kartu Iran’

    Pakar Timur Tengah Tariq Sulaiman mengatakan kepada BBC Urdu bahwa sejumlah anggota parlemen dan kabinet Israel adalah pro-perang dan menginginkan perang terjadi. Hal ini memberikan tekanan pada perdana menteri Israel untuk bertindak.

    “Setiap kali Netanyahu mendapati dirinya rentan secara politik, dia segera menggunakan kartu Iran,” ujarnya.

    Getty ImagesPejuang Houthi membajak kapal milik Inggris dan Jepang di Laut Merah pada 19 November 2023.

    Sebuah jajak pendapat yang dilakukan oleh Universitas Ibrani Israel pada bulan April menemukan bahwa hampir tiga perempat dari publik Israel menentang serangan balasan terhadap Iran apabila tindakan seperti itu akan membahayakan aliansi keamanan Israel dengan para sekutunya.

    Sebuah pernyataan dari universitas mengatakan bahwa survei tersebut dilakukan pada tanggal 14 dan 15 April melalui internet dan telepon, dan mengambil sampel dari 1.466 pria dan wanita yang mewakili warga Israel dewasa, baik Yahudi maupun Arab.

    Apa yang dimaksud dengan ‘perang proksi’ Israel dan Iran?

    Meskipun Israel dan Iran belum pernah berperang secara resmi hingga saat ini, kedua negara telah terlibat dalam konflik tidak resmi. Tokoh-tokoh penting Iran di negara-negara lain terbunuh dalam serangan yang secara luas dituduhkan kepada Israel, termasuk di Iran sendiri..

    Adapun Iran menargetkan Israel melalui proksi-proksi mereka. Kelompok militan dan politik Hizbullah berperang dalam perang proksi terbesar Iran melawan Israel dari Lebanon. Iran tidak menyangkal telah mendukung Hizbullah.

    Dukungannya untuk Hamas di Gaza juga serupa. Hamas melancarkan serangan 7 Oktober ke Israel, dan telah menembakkan roket dari Jalur Gaza ke wilayah Israel selama beberapa dekade.

    Houthi militants handout / EPAPejuang Houthi melancarkan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

    Israel dan negara-negara Barat meyakini Iran menyediakan senjata, amunisi, dan pelatihan untuk Hamas.

    Houthi di Yaman secara luas dipandang sebagai proksi Iran. Arab Saudi mengatakan bahwa rudal-rudal Houthi yang ditembakkan ke arahnya dibuat di Iran.

    Kelompok-kelompok yang didukung Iran juga memiliki kekuatan yang cukup besar di Irak dan Suriah. Iran mendukung pemerintah Suriah dan disebut-sebut menggunakan wilayah Suriah untuk menyerang Israel.

    Ahmen Khawaja, Carla Rosch, Reza Sabeti, dan Chris Partridge ikut berkontribusi untuk artikel ini.

    (ita/ita)

  • Makin Panas! AS Kerahkan Kapal Selam Berpeluru Kendali ke Timur Tengah

    Makin Panas! AS Kerahkan Kapal Selam Berpeluru Kendali ke Timur Tengah

    Washington DC

    Amerika Serikat (AS) akan mengerahkan kapal selam yang dilengkapi peluru kendali ke kawasan Timur Tengah. Pengerahan ini dilakukan saat kawasan itu bersiap menghadapi kemungkinan serangan balasan Iran dan sekutunya atas pembunuhan tokoh Hamas dan Hizbullah dua pekan lalu.

    Seperti dilansir Reuters dan Al Arabiya, Senin (12/8/2024), Pentagon atau Departemen Pertahanan AS mengumumkan pada Minggu (11/8) waktu setempat bahwa pengerahan kapal selam itu diperintahkan oleh Menteri Pertahanan (Menhan) Lloyd Austin.

    Meskipun menurut postingan militer AS di media sosial, kapal selam bertenaga nuklir milik AS, USS Georgia, sudah berada di Laut Mediterania sejak Juli lalu, pengumuman secara terbuka soal pengerahan kapal selam menjadi hal yang jarang dilakukan AS.

    Pentagon menyebut Austin, setelah berbicara dengan Menhan Israel Yoav Gallant, memerintahkan kelompok penyerang pada kapal selam USS Abraham Lincoln untuk mempercepat pengerahannya ke kawasan Timur Tengah.

    “Menteri Austin menegaskan kembali komitmen Amerika Serikat untuk mengambil setiap langkah yang mungkin dilakukan untuk membela Israel dan menekankan penguatan postur dan kemampuan kekuatan militer AS di seluruh kawasan Timur Tengah mengingat semakin meningkatnya ketegangan regional,” sebut Pentagon dalam pernyataannya.

    Militer AS telah mengatakan pihaknya akan mengerahkan jet-jet tempur tambahan dan kapal perang Angkatan Laut ke kawasan Timur Tengah seiring upaya Washington untuk meningkatkan pertahanan Israel, sekutu dekatnya.

    Ketegangan di kawasan Timur Tengah semakin meningkat setelah pembunuhan pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran dan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di Lebanon dua pekan lalu. Israel telah mengaku bertanggung jawab atas kematian Shukr, namun belum berkomentar apa pun soal kematian Haniyeh.

    Namun Hamas dan Teheran bertekad untuk membalas Israel atas kematian Haniyeh. Situasi semakin panas dengan Hizbullah, sekutu Hamas dan kelompok yang didukung Iran, juga bersumpah membalas dendam atas kematian Shukr.

    Situasi tersebut semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa perang yang berkecamuk di Jalur Gaza akan meluas menjadi perang yang lebih luas di kawasan Timur Tengah.

    Teheran, dalam pernyataannya, juga menyebut AS turut memikul tanggung jawab atas kematian Haniyeh karena dukungannya terhadap Israel.

    Reuters melaporkan beberapa personel AS dan koalisinya mengalami luka-luka dalam serangan drone di Suriah pada Jumat (9/8) pekan lalu. Serangan itu menjadi serangan terbesar kedua dalam beberapa hari terakhir terhadap pasukan Washington saat ketegangan meningkat di Timur Tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/lir)

  • Jenderal Militer Israel Bersumpah Memburu-Lenyapkan Yahya Sinwar

    Jenderal Militer Israel Bersumpah Memburu-Lenyapkan Yahya Sinwar

    Tel Aviv

    Seorang jenderal militer Israel, Letnan Jenderal Herzi Halevi, bersumpah untuk memburu dan melenyapkan pemimpin politik Hamas yang baru, Yahya Sinwar. Sosok Sinwar yang sebelumnya menjabat pemimpin Hamas di Jalur Gaza, diyakini sebagai dalang utama serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu.

    Kelompok Hamas, yang berperang melawan Israel di Jalur Gaza, mengumumkan pada Selasa (6/8) waktu setempat bahwa Sinwar ditunjuk menggantikan Ismail Haniyeh, yang tewas dalam serangan di Iran pekan lalu, sebagai pemimpin biro politik mereka.

    “Kita akan berusaha menemukannya, menyerangnya dan meminta mereka mengganti kepala biro politik lagi,” tegas Halevi, yang menjabat Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel, saat berbicara kepada barisan tentara Israel, seperti dilansir AFP, Kamis (8/8/2024).

    “Kita telah melakukan operasi yang sangat penting dalam beberapa pekan terakhir, kita telah membunuh komandan paling senior dari musuh paling berbahaya kita, dan kita tidak akan berhenti,” cetusnya.

    Sosok Sinwar dikenal lebih misterius dibandingkan mendiang Haniyeh, yang menjadi wajah Hamas dalam upaya diplomasi internasional. Sinwar diyakini selalu bersembunyi di jaringan terowongan bawah tanah Hamas yang luas di Jalur Gaza sejak perang melawan Israel berkecamuk tahun lalu.

    Sinwar dilaporkan tidak terlihat di depan umum sejak perang Gaza meletus pada Oktober tahun lalu.

    Militer Israel bahkan menawarkan imbalan uang sebesar US$ 400 ribu, atau saat ini setara dengan Rp 6,4 miliar, untuk warga Gaza yang mampu memberikan informasi soal keberadaan Sinwar.

    Sinwar mengambil alih kendali atas Hamas di Jalur Gaza sejak tahun 2017 lalu, atau beberapa tahun setelah dia dibebaskan dari penjara Israel bersama lebih dari 1.000 tahanan Palestina lainnya. Pembebasan itu merupakan bagian dari pertukaran dengan pembebasan tentara Israel, Gilad Shalit, yang ditahan Hamas.

    Sinwar juga dikenal dengan retorika yang berapi-api dan dukungannya atas rentetan serangan teror di Israel juga Tepi Barat. Dia dituduh mengawasi persiapan dan perencanaan serangan mengejutkan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu, yang memicu perang tanpa henti di Jalur Gaza.

    Laporan otoritas Israel menyebut sekitar 1.200 orang tewas dalam serangan Hamas pada Oktober tahun lalu, dengan lebih dari 250 orang lainnya disandera di Jalur Gaza.

    Sementara laporan terbaru otoritas kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 39.677 orang tewas akibat rentetan serangan Israel selama 10 bulan terakhir.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Bersiap Hadapi Balasan Iran Cs, Netanyahu Sebut Israel Menuju Kemenangan

    Bersiap Hadapi Balasan Iran Cs, Netanyahu Sebut Israel Menuju Kemenangan

    Tel Aviv

    Perdana Menteri (PM) Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan Israel menyerang musuh-musuhnya dan “terus maju menuju kemenangan” ketika negara Yahudi itu tengah menantikan serangan balasan dari Iran dan sekutunya. Netanyahu juga menegaskan Tel Aviv siap untuk “bertahan dan menyerang”.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (8/8/2024), Netanyahu mengatakan bahwa Israel “bertekad untuk mempertahankan diri” menyusul ancaman pembalasan setelah pembunuhan komandan senior Hizbullah Fuad Shukr di Lebanon dan kematian pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh di Iran pekan lalu.

    “Kita terus maju menuju kemenangan,” cetus Netanyahu saat berbicara di hadapan para personel baru saat pelantikan militer Tel Hashoma di Tel Aviv, pada Rabu (7/8) waktu setempat.

    “Saya mengetahui bahwa warga Israel khawatir, dan saya meminta satu hal dari Anda: bersabar dan berkepala dingin,” ucapnya.

    “Kita bersiap baik untuk bertahan dan menyerang. Kita menyerang musuh-musuh kita dan bertekad untuk mempertahankan diri kita,” tegas Netanyahu.

    Israel telah mengaku bertanggung jawab atas kematian Shukr dalam serangan yang menghantam pinggiran selatan Beirut pada 30 Juli lalu. Namun Tel Aviv belum memberikan komentar apa pun terkiat kematian Haniyeh dalam serangan di Teheran pada 31 Juli lalu.

    Namun, baik Iran maupun Hamas menyalahkan Israel atas kematian Haniyeh, dan bersama dengan Hizbullah yang bermarkas di Lebanon, telah bersumpah akan melakukan pembalasan terhadap Tel Aviv.

    Secara terpisah, juru bicara pemerintah Israel David Mencer mengatakan kepada wartawan setempat bahwa Tel Aviv akan mampu mempertahankan dirinya.

    “Negara ini mampu mempertahankan diri, dan tentu saja, dengan cara-cara yang telah disaksikan oleh musuh-musuh kita, namun juga dengan cara-cara yang belum pernah mereka lihat,” tegasnya.

    “Kami mengetahui bagaimana menghadapi ancaman Iran ini… bersama dengan sekutu-sekutu kami, kami mampu melawan mereka,” ujar Mencer.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Iran Tegaskan Tak Punya Pilihan Selain Balas Israel Atas Kematian Haniyeh

    Iran Tegaskan Tak Punya Pilihan Selain Balas Israel Atas Kematian Haniyeh

    Jeddah

    Iran menegaskan pihaknya tidak mempunyai pilihan selain memberikan respons terhadap Israel atas pembunuhan yang terjadi di wilayahnya terhadap pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, pekan lalu. Teheran menyatakan pihaknya memiliki hak melekat untuk melancarkan pembalasan atas kematian Haniyeh.

    Seperti dilansir Al Arabiya, Kamis (8/8/2024), penegasan ini disampaikan oleh pelaksana tugas (Plt) Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran Ali Bagheri-Kani saat menghadiri pertemuan luar biasa Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar di Jeddah, Arab Saudi, pada Rabu (7/8) waktu setempat.

    “Dengan tidak adanya tindakan yang tepat oleh Dewan Keamanan (Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) terhadap agresi dan pelanggaran-pelanggaran oleh rezim Israel, Republik Islam Iran tidak mempunyai pilihan selain menggunakan hak yang melekat untuk pertahanan yang sah terhadap tindakan rezim ini,” tegasnya.

    Pertemuan luar biasa OKI itu digelar sebagian atas permintaan Iran, menyusul pembunuhan Haniyeh di Teheran pada 31 Juli lalu. Hamas dan Iran menuduh Israel sebagai dalang pembunuhan Haniyeh, meskipun Tel Aviv sejauh ini belum memberikan komentar apa pun.

    Bagheri-Kani dalam pernyataannya menjelaskan bahwa pembalasan Iran “diperlukan untuk mencegah pelanggaran lebih lanjut oleh rezim ini (Israel-red) terhadap kedaualtan, warga negara, dan wilayah Republik Islam Iran”.

    Dia menambahkan bahwa pembalasan dari Teheran untuk Tel Aviv akan dilakukan “pada waktu yang tepat dan dengan cara yang proporsional”.

    Lebih lanjut, Bagheri-Kani juga mengatakan bahwa pembunuhan Haniyeh tidak mungkin terjadi tanpa “persetujuan dan dukungan intelijen AS (Amerika Serikat)”. Oleh karena itu, menurut Bagheri-Kani, tanggung jawab AS atas serangan itu “tidak boleh diabaikan”.

    Menlu AS Antony Blinken sebelumnya telah menegaskan bahwa Washington tidak mengetahui atau terlibat dalam pembunuhan Haniyeh. “Ini adalah sesuatu yang tidak kami ketahui atau terlibat di dalamnya,” kata Blinken dalam wawancara dengan media Channel News Asia di Singapura, dilansir AFP, Rabu (31/7).

    Haniyeh tewas dalam serangan rudal yang menghantam wisma tamu yang ditinggalinya saat berada di Teheran pada 31 Juli lalu, setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya.

    Ancaman pembalasan yang disampaikan Teheran dan Hamas semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa perang yang awalnya berkecamuk di Jalur Gaza akan meluas menjadi perang regional di Timur Tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)

  • Israel Bertanggung Jawab Penuh Atas Pembunuhan Ismail Haniyeh

    Israel Bertanggung Jawab Penuh Atas Pembunuhan Ismail Haniyeh

    Jeddah

    Para diplomat Muslim terkemuka dari negara-negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) sepakat menyebut Israel “bertanggung jawab penuh” atas pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Iran pekan lalu. OKI memperingatkan hal itu bisa mengganggu stabilitas kawasan.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (8/8/2024), pernyataan itu dimuat dalam deklarasi bersama yang dirilis oleh negara-negara OKI pada akhir pertemuan luar biasa yang digelar di Arab Saudi pada Rabu (7/8) waktu setempat. Pertemuan itu juga dihadiri oleh Iran yang bersumpah akan membalas kematian Haniyeh.

    Israel belum memberikan komentar apa pun terkait kematian Haniyeh, yang selama ini tinggal di Qatar dan menjadi pemain utama dalam perundingan untuk mengakhiri perang yang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Setelah para Menteri Luar Negeri (Menlu) negara-negara OKI bertemu di Jeddah, organisasi negara-negara Muslim itu merilis pernyataan bersama yang menyatakan mereka “menuntut Israel, kekuatan pendudukan ilegal, bertanggung jawab penuh atas serangan keji”.

    Pernyataan negara-negara OKI itu menyebut pembunuhan Haniyeh di Teheran sebagai “pelanggaran serius” terhadap kedaulatan wilayah Iran.

    Dalam seremoni pembukaan, Menlu Gambia Mamadou Tangara yang kini memegang posisi Ketua OKI menyebut kematian Haniyeh berisiko memperdalam dan memperluas pertumpahan darah yang sedang berlangsung di kawasan Timur Tengah.

    “Tindakan keji ini hanya akan meningkatkan ketegangan yang sudah ada dan berpotensi mengarah pada konflik yang lebih luas, yang bisa melibatkan seluruh kawasan,” sebutnya.

    Ditegaskan juga oleh Tangara bahwa pembunuhan Haniyeh “tidak akan memadamkan perjuangan Palestina, namun justru memperkuat perjuangan tersebut, menggarisbawahi pentingnya keadilan dan hak asasi manusia bagi rakyat Palestina”.

    Sementara pelaksana tugas (Plt) Menlu Iran Ali Bagheri-Kani, yang hadir dalam pertemuan OKI itu, menegaskan kembali pandangan Teheran bahwa negaranya perlu merespons.

    “Saat ini, dengan tidak adanya tindakan yang tepat oleh Dewan Keamanan (Perserikatan Bangsa-Bangsa/PBB) terhadap agresi dan pelanggaran oleh rezim Israel, Republik Islam Iran tidak memiliki pilihan selain menggunakan hak yang melekat pada mereka untuk melegitimasi pertahanan terhadap agresi rezim ini,” cetusnya.

    Dalam forum yang sama, Wakil Menlu Arab Saudi Walid al-Khuraiji mengecam pembunuhan Haniyeh sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap kedaulatan Iran dan terhadap hukum internasional. Ini menjadi komentar pertama yang disampaikan Riyadh sejak pembunuhan Haniyeh pada 31 Juli lalu.

    “(Pembunuhan Haniyeh) Merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan regional,” tegas al-Khuraiji dalam pernyataannya.

    Haniyeh tewas dalam serangan rudal yang menghantam wisma tamu yang ditinggalinya saat berada di Teheran pada 31 Juli lalu, setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya.

    Israel belum memberikan komentar apa pun terhadap kematian Haniyeh, yang menjadi salah satu pemimpin Hamas yang diburunya sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza akhir tahun lalu. Namun baik Hamas maupun Iran bersumpah untuk melancarkan pembalasan terhadap Israel atas kematian Haniyeh.

    Situasi ini semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa perang yang awalnya berkecamuk di Jalur Gaza akan meluas menjadi perang regional di Timur Tengah.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)

  • Arab Saudi Kecam Pembunuhan Ismail Haniyeh: Langgar Kedaulatan Iran!

    Arab Saudi Kecam Pembunuhan Ismail Haniyeh: Langgar Kedaulatan Iran!

    Jeddah

    Arab Saudi mengecam pembunuhan pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, di Iran pekan lalu. Riyadh menyebutnya sebagai “pelanggaran terang-terangan” terhadap kedaulatan Iran dan terhadap hukum internasional.

    Seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Kamis (8/8/2024), kecaman yang disampaikan oleh Wakil Menteri Luar Negeri Saudi Walid al-Khuraiji ini menjadi komentar pertama yang disampaikan Riyadh sejak pembunuhan Haniyeh di Teheran, yang diduga didalangi oleh Israel, memicu kecaman banyak negara.

    Kecaman Saudi ini disampaikan al-Khuraiji saat menghadiri pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) yang digelar di Jeddah pada Rabu (7/8) waktu setempat.

    “(Pembunuhan Haniyeh) Merupakan pelanggaran terang-terangan terhadap kedaulatan, integritas wilayah, dan keamanan nasional Republik Islam Iran… dan merupakan ancaman terhadap perdamaian dan keamanan regional,” tegas al-Khuraiji dalam pernyataannya.

    Kecaman yang berikan Riyadh ini dinilai menggarisbawahi parahnya pelanggaran yang terjadi. Saudi sama sekali tidak menyebut Israel dalam kecamannya atas pembunuhan pemimpin politik Hamas tersebut.

    Haniyeh tewas dalam serangan rudal yang menghantam wisma tamu yang ditinggalinya saat berada di Teheran pada 31 Juli lalu, setelah dia menghadiri seremoni pelantikan Presiden baru Iran Masoud Pezeshkian sehari sebelumnya.

    Israel belum memberikan komentar apa pun terhadap kematian Haniyeh, yang menjadi salah satu pemimpin Hamas yang diburunya sejak perang berkecamuk di Jalur Gaza akhir tahun lalu. Namun baik Hamas maupun Iran bersumpah untuk melancarkan pembalasan terhadap Israel atas kematian Haniyeh.

    Situasi ini semakin meningkatkan kekhawatiran bahwa perang yang awalnya berkecamuk di Jalur Gaza akan meluas menjadi perang regional di Timur Tengah. Upaya-upaya diplomatik sedang dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya konflik.

    Al-Khuraiji dalam pernyataannya, menyebut nama Israel saat melontarkan kritikan untuk negara Yahudi itu terkait peningkatan tindak kekerasan terhadap warga sipil Palestina, Dia menyoroti pengabaian perjanjian dan resolusi internasional oleh Israel, yang memperburuk krisis kemanusiaan di Jalur Gaza dan Tepi Barat.

    Ditekankan juga oleh al-Khuraiji dalam pernyataannya soal situasi mengerikan yang dihadapi warga Palestina, termasuk kekurangan makanan, obat-obatan, dan bahan bakar, serta beban berat pada sektor kesehatan.

    Dia mengulangi kembali kecaman Saudi atas serangan Israel terhadap warga sipil dan seruannya kepada komunitas internasional untuk menuntut pertanggungjawaban pasukan Israel atas tindakan mereka.

    Tidak hanya itu, al-Khuraiji dalam pernyataannya juga menegaskan kembali dukungan Saudi terhadap resolusi komprehensif terhadap masalah Palestina, mengadvokasi diakhirinya pendudukan Israel dan tercapainya solusi yang memungkinkan pembentukan negara Palestina yang merdeka sejalan dengan legitimasi internasional dan Inisiatif Perdamaian Arab.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/zap)

  • AS Bicara Peluang Gencatan Senjata Gaza Usai Pembunuhan Ismail Haniyeh

    AS Bicara Peluang Gencatan Senjata Gaza Usai Pembunuhan Ismail Haniyeh

    Washington

    Amerika Serikat (AS) meyakini Israel dan Hamas masih berpeluang mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza, Palestina. Namun, AS tetap khawatir perang meletus menyusul pembunuhan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh di Teheran.

    Dilansir AFP, Rabu (7/8/2024), AS menegaskan masih terlibat dalam ‘diplomasi intensif’ untuk mencegah eskalasi lebih lanjut setelah Iran mengancam akan membalas dendam atas pembunuhan Haniyeh.

    Hamas telah menunjuk Yahya Sinwar sebagai pemimpin barunya. Dia disebut dalang serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan itu kemudian dijadikan alasan Israel menyerang Gaza habis-habisan hingga menewaskan sekitar 40 ribu warga Palestina.

    “Kita hampir mencapai kesepakatan untuk gencatan senjata di Gaza dan pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas,” kata juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS John Kirby kepada wartawan.

    Para pejabat AS mengatakan kesepakatan telah tercapai dan mendesak Israel seta Hamas untuk menerima proposal saat ini yang akan mengarah pada gencatan senjata awal selama enam minggu.

    Pada Selasa kemarin, Gedung Putih menyebut negosiasi telah ‘mencapai tahap akhir’ dalam pembacaan percakapan telepon antara Presiden AS Joe Biden dan para pemimpin Qatar dan Mesir, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut.

    AS kini berupaya mencegah perang habis-habisan di wilayah tersebut. AS telah mengerahkan pesawat serta kapal perang ke wilayah tersebut untuk membantu membela Israel jika diperlukan.

    Kirby mengatakan dia ‘tidak akan berbicara tentang penilaian intelijen’ mengenai kapan atau apakah Iran dan sekutunya di Lebanon, Hizbullah, akan menyerang Israel. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan dia telah memberi tahu Iran dan sekutu AS, Israel, untuk menghindari eskalasikonflik.

    (fas/haf)

  • Korsel Serukan Warganya Tinggalkan Lebanon dan Israel Segera!

    Korsel Serukan Warganya Tinggalkan Lebanon dan Israel Segera!

    Jakarta

    Kementerian Luar Negeri Korea Selatan (Korsel) pada hari Selasa (6/8) ikut menyerukan warga negaranya di Lebanon dan Israel untuk segera meninggalkan negara-negara itu. Seruan ini disampaikan di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

    Lee Jae-woong, juru bicara Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan, seruan ini dikeluarkan setelah tewasnya komandan kelompok Hizbullah dan pemimpin politik kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza.

    Pembunuhan keduanya terjadi setelah serangan roket mematikan di Dataran Tinggi Golan yang diduduki Israel, akhir bulan lalu.

    “Pemerintah Korea Selatan… berharap bahwa upaya diplomatik untuk meredakan ketegangan seperti negosiasi gencatan senjata dan pembebasan sandera tidak akan berhenti,” kata Lee dalam sebuah briefing, dilansir kantor berita Reuters dan Al Arabiya, Selasa (6/8/2024).

    Pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh tewas di ibu kota Iran, Teheran, minggu lalu, dalam sebuah serangan yang memicu ancaman balas dendam terhadap Israel. Pembunuhan ini juga memicu kekhawatiran lebih lanjut bahwa konflik di Gaza berubah menjadi perang Timur Tengah yang lebih luas.

    Washington telah mendesak negara-negara lain melalui jalur diplomatik untuk memberi tahu Iran, bahwa eskalasi di Timur Tengah tidak menguntungkan mereka, kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS pada hari Senin (5/8) waktu setempat.

    Kementerian Luar Negeri Korsel mengatakan bahwa lebih dari 500 warga negara Korea Selatan saat ini tinggal di Israel dan sekitar 120 warga Korsel tinggal di Lebanon hingga hari Selasa ini.

    (ita/ita)