Tag: Ismail Haniyeh

  • 7 Fakta 2 Tahun Perang di Gaza

    7 Fakta 2 Tahun Perang di Gaza

    Jakarta

    Serangan tentara Israel di Gaza, Palestina, telah berlangsung selama dua tahun. Ribuan orang meninggal hingga bencana kelaparan terjadi di Gaza saat ini.

    Dirangkum detikcom, Rabu (8/10/2025), pihak Israel berdalih agresi mereka di Gaza dipicu serangan Hamas di Tel Aviv pada 7 Oktober 2023. Tentara Israel lalu langsung melancarkan serangan balik ke Gaza mulai saat itu hingga hari ini.

    detikcom merangkum deretan fakta terkait dua tahun serangan Israel di Gaza. Berikut uraiannya:

    66 Ribu Orang di Gaza Tewas

    Operasi militer Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menewaskan sedikitnya 66.000 orang, sekitar 80% di antaranya warga sipil, dan melukai sekitar 169.000 orang, menurut estimasi konservatif dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Lembaga internasional memperkirakan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.

    Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa 90% rumah di Gaza telah hancur atau rusak, membuat 1,9 juta dari 2,1 juta penduduknya kehilangan tempat tinggal. Karena “blokade total” yang diberlakukan Israel, sebagian besar wilayah Gaza mengalami kelaparan parah yang telah menewaskan sedikitnya 450 orang, termasuk 150 anak-anak.

    Setelah serangan 7 Oktober, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menetapkan dua tujuan utama perang di Gaza: membebaskan semua sandera dan menghancurkan Hamas. Dua tahun berlalu, keduanya belum tercapai. Dari 251 sandera yang dibawa ke Gaza, 148 telah dikembalikan hidup-hidup, delapan diselamatkan oleh IDF dan 140 dibebaskan Hamas melalui pertukaran tahanan. Jenazah beberapa sandera yang tewas juga telah dikembalikan.

    Menurut pemerintah Israel, 48 sandera masih ditahan, dan hanya 20 yang diyakini masih hidup. Hamas, yang oleh Israel, Uni Eropa, dan AS dikategorikan sebagai organisasi teroris, masih bertahan di Gaza meski banyak anggotanya tewas. Beberapa pemimpinnya, termasuk Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar, telah terbunuh. Namun, organisasi itu tetap beroperasi.

    Warga Israel Ingin Perang Berakhir

    Dua tahun perang di Gaza membuat masyarakat Israel lelah dan frustrasi. Survei yang dirilis Israel Democracy Institute pekan lalu, menunjukkan 66 persen warga Israel percaya sudah saatnya perang diakhiri.

    Selain itu, 64 persen responden mengatakan Netanyahu harus bertanggung jawab atas serangan mematikan tersebut dan mengundurkan diri.

    Pendapat publik terbelah tentang apakah situasi keamanan Israel kini lebih baik, namun sebagian besar mengakui posisi Israel di kancah internasional merosot tajam.

    Meskipun Amerika Serikat tetap menjadi pendukung utama Israel, pandangan komunitas Yahudi Amerika juga tampaknya sudah berubah.

    Enam puluh satu persen responden yang disurvei oleh surat kabar The Washington Post percaya Israel melakukan kejahatan perang terhadap warga Palestina di Gaza, dan 32 persen percaya Amerika Serikat terlalu mendukung tindakan Israel.

    Meski begitu, 76 persen responden mengatakan keberadaan Israel tetap penting bagi masa depan jangka panjang masyarakat Yahudi.

    Membandingkan sikap warga Israel tentang perang di Gaza dengan perang 12 hari melawan Iran terasa signifikan.

    Dalam perang bulan Juni lalu, ketika Israel melancarkan serangan terhadap target nuklir dan militer Iran dan menghadapi serangan balik ratusan rudal, banyak warga Israel yang saat itu mengatakan kepada ABC jika serangan tersebut dapat dibenarkan.

    Iran kerap digambarkan sebagai “ancaman eksistensial” bagi Israel yang perlu ditangani, sementara perang di Gaza dianggap sudah berlangsung terlalu lama.

    Konflik ini juga tampaknya memengaruhi migrasi dan pertumbuhan penduduk Israel. Data yang disampaikan ke parlemen Israel, Knesset, menunjukkan 82.700 warga Israel meninggalkan Israel pada 2024, atau meningkat 50 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

    Hampir separuh dari mereka yang pergi lahir di luar Israel dan pernah pindah ke Israel. Meski terjadi eksodus, secara keseluruhan jumlah penduduk Israel tetap meningkat pada 2023.

    Perubahan Lanskap Politik di Israel

    Tomer Persico, peneliti dari Shalom Hartman Institute di Yerusalem, mengatakan lanskap politik dan sosial Israel berubah drastis selama perang berlangsung.

    Sebagai peneliti identitas Yahudi modern, Dr Persico mengatakan kepada ABC jika “cara termudah” menggambarkan perubahan ini adalah pergeseran signifikan ke arah kanan.

    “Kita sudah dua tahun berada dalam perang yang berawal dari trauma yang tak terbayangkan bagi orang Israel, dan juga bagi orang Yahudi,” ujarnya.

    “Ini membangkitkan ingatan, luka pasca-trauma yang kita semua bawa dari Holocaust, dari pogrom, karena inilah yang terjadi, kan? Seluruh komunitas dibantai.”

    “Ketika trauma ini menumpuk di atas semua ingatan itu, reaksinya bisa dipahami, akan menjadi penuh kekerasan, akan penuh dendam.”

    Komunitas Israel, kata Dr Persico, banyak yang kembali memeluk nilai-nilai agama Yahudi tradisional.

    “Kita melihat banyak orang, banyak kelompok, kembali ke tradisi dengan mengadopsi kebiasaan tradisional, beberapa bahkan menjadi Yahudi Ortodoks,” katanya.

    “Dan ini, mirip dengan yang terjadi setelah Perang Yom Kippur 1973, yang juga merupakan trauma besar.”

    Kucuran Duit AS Bantu Israel Perangi Gaza

    Amerika Serikat (AS) di bawah pemerintahan mantan Presiden Joe Biden dan Presiden Donald Trump telah mengucurkan setidaknya US$ 21,7 miliar, atau setara Rp 359,3 triliun, dalam bentuk bantuan militer kepada Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 yang memulai perang tanpa henti di Jalur Gaza.

    Angka tersebut, seperti dilansir Associated Press, Selasa (7/10), diungkapkan dalam studi akademis terbaru dari proyek Costs of War di Watson School of International and Public Affairs pada Universitas Brown yang dirilis pada Selasa (7/10), bertepatan dengan peringatan dua tahun dimulainya perang Gaza.

    Laporan utama menyebutkan bahwa AS memberikan bantuan militer US$ 17,9 miliar (Rp 296,4 triliun) kepada Israel pada tahun pertama perang — ketika Biden masih menjabat — dan bantuan sebesar US$ 3,8 miliar (Rp 62,9 triliun) pada tahun kedua.

    Menurut laporan itu, sebagian bantuan militer itu telah dikirimkan, sedangkan sisanya akan dipasok dalam beberapa tahun mendatang.

    Sebuah studi lainnya yang juga dirilis proyek tersebut menyatakan bahwa AS telah menghabiskan sekitar US$ 10 miliar lebih banyak untuk bantuan keamanan dan operasi di Timur Tengah yang lebih luas dalam dua tahun terakhir.

    Laporan tersebut disusun bekerja sama dengan Quincy Institute for Responsible Statecraft yang berbasis di Washington. Institut ini telah dituduh oleh beberapa kelompok pro-Israel sebagai penganut isolanionis dan anti-Israel. Tuduhan tersebut telah dibantah oleh organisasi itu.

    Meskipun sebagian besar mengandalkan materi sumber terbuka untuk temuannya, laporan tersebut menawarkan beberapa perhitungan paling komprehensif tentang bantuan militer AS kepada sekutu dekatnya, Israel, dan perkiraan biaya keterlibatan militer langsung Amerika di kawasan Timur Tengah.

    Departemen Luar Negeri AS belum memberikan komentar langsung mengenai jumlah bantuan militer yang diberikan kepada Israel sejak Oktober 2023. Gedung Putih meminta pertanyaan tersebut diberikan kepada Pentagon, yang hanya mengawasi sebagian dari bantuan tersebut.

    Laporan tersebut, yang sangat kritis terhadap Israel, menyatakan bahwa tanpa bantuan AS, Israel tidak akan mampu mempertahankan operasi militer melawan Hamas di Jalur Gaza. Laporan itu mencatat bahwa pendanaan puluhan miliar dolar Amerika di masa depan untuk Israel diproyeksikan berdasarkan berbagai perjanjian bilateral.

    Trump Nilai Perang Gaza Menuju Akhir

    Presiden AS Donald Trump menyatakan keyakinannya bahwa kesepakatan damai Gaza akan tercapai. Trump menyebut kelompok Hamas telah menyetujui hal-hal yang “sangat penting” seiring dimulainya perundingan dengan Israel.

    “Saya memiliki garis merah, jika ada hal-hal tertentu yang tidak terpenuhi, kita tidak akan melakukannya,” kata Trump kepada wartawan di Ruang Oval Gedung Putih saat ditanya apakah dirinya memiliki prasyarat, termasuk persetujuan Hamas untuk melucuti senjata mereka.

    “Tapi saya pikir kita melakukannya dengan sangat baik dan saya pikir Hamas telah menyetujui hal-hal yang sangat penting,” ujar Trump seperti dilansir AFP, Selasa (7/10).

    Trump mengatakan dirinya optimis tentang peluang tercapainya kesepakatan damai, ketika delegasi Hamas dan Israel memulai kembali perundingan tidak langsung di Mesir untuk mengakhiri perang Gaza, berdasarkan 20 poin rencana perdamaian yang diajukannya baru-baru ini.

    “Saya pikir kita akan mencapai kesepakatan. Sulit bagi saya untuk mengatakannya ketika selama bertahun-tahun mereka telah berusaha mencapai kesepakatan,” ucapnya.

    “Kita akan mencapai kesepakatan Gaza, saya cukup yakin, ya,” kata Trump.

    Hamas Tuntut Pasukan Israel Ditarik Keluar dari Gaza

    Hamas mengatakan bahwa mereka ingin mencapai kesepakatan untuk mengakhiri perang di Gaza berdasarkan rencana Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, tetapi masih memiliki serangkaian tuntutan. Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa perundingan tidak langsung dengan Israel di Mesir bisa sulit dan panjang.

    Dilansir Reuters, Selasa (7/10), pejabat senior Hamas, Fawzi Barhoum, memaparkan posisi Hamas pada peringatan dua tahun serangan terhadap Israel yang memicu perang Gaza, dan satu hari setelah perundingan tidak langsung dimulai di Sharm el-Sheikh.

    Perundingan ini tampaknya paling menjanjikan untuk mengakhiri perang yang telah menewaskan puluhan ribu warga Palestina dan menghancurkan Gaza sejak serangan 7 Oktober 2023 terhadap Israel, yang menewaskan 1.200 orang dan membawa 251 orang kembali ke Gaza sebagai sandera.

    Namun, para pejabat dari semua pihak mendesak agar berhati-hati atas prospek kesepakatan cepat, karena Israel mengenang hari paling berdarah bagi orang Yahudi sejak Holocaust dan warga Gaza menyuarakan harapan akan berakhirnya penderitaan akibat perang selama dua tahun.

    “Delegasi gerakan (Hamas) yang berpartisipasi dalam negosiasi saat ini di Mesir sedang berupaya mengatasi semua hambatan untuk mencapai kesepakatan yang memenuhi aspirasi rakyat kami di Gaza,” kata Barhoum dalam sebuah pernyataan yang disiarkan televisi.

    Ia mengatakan kesepakatan harus memastikan berakhirnya perang dan penarikan penuh Israel dari Jalur Gaza–syarat-syarat yang tidak pernah diterima Israel. Israel, di sisi lain, menginginkan Hamas melucuti senjatanya, sesuatu yang ditolak kelompok itu.

    Hamas menginginkan gencatan senjata permanen dan komprehensif, penarikan penuh pasukan Israel dari Gaza, dan segera dimulainya proses rekonstruksi komprehensif di bawah pengawasan “badan teknokratis nasional” Palestina, ujarnya.

    Menggarisbawahi hambatan yang akan dihadapi dalam perundingan, faksi Palestina, termasuk Hamas, mengeluarkan pernyataan yang bersumpah untuk “menentang dengan segala cara” dan mengatakan “tidak seorang pun berhak menyerahkan senjata rakyat Palestina.” Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tidak segera berkomentar mengenai status perundingan di Sharm el-Sheikh.

    Kesepakatan Damai di Gaza Segera Tercapai?

    Para pejabat AS telah mengisyaratkan bahwa mereka ingin memfokuskan perundingan pada penghentian pertempuran dan logistik pembebasan para sandera dan tahanan politik. Namun, Qatar, salah satu mediator, mengatakan banyak detail yang harus diselesaikan, yang mengindikasikan bahwa kecil kemungkinan akan ada kesepakatan dalam waktu dekat.

    Tanpa adanya gencatan senjata, Israel terus melancarkan serangannya di Gaza, meningkatkan isolasi internasionalnya dan memicu protes pro-Palestina di luar negeri yang diperkirakan akan berlanjut pada hari Selasa.

    Pada peringatan serangan tahun 2023, beberapa warga Israel mengunjungi tempat-tempat yang paling terdampak pada hari itu. Orit Baron berdiri di lokasi festival musik Nova di Israel selatan di samping foto putrinya, Yuval, yang tewas bersama tunangannya, Moshe Shuva.

    Mereka termasuk di antara 364 orang yang ditembak, dipukuli, atau dibakar hingga tewas di sana. “Mereka seharusnya menikah pada 14 Februari, Hari Valentine. Dan kedua keluarga memutuskan, karena mereka ditemukan (meninggal) bersama dan mereka membawa mereka kepada kami bersama-sama, bahwa pemakamannya akan dilakukan bersamaan,” kata Baron.

    “Mereka dimakamkan bersebelahan karena mereka tidak pernah dipisahkan.”

    Israel berharap perundingan di Sharm el-Sheikh akan segera menghasilkan pembebasan ke-48 sandera yang masih ditawan di Gaza, 20 di antaranya diyakini masih hidup. “Rasanya seperti luka terbuka, para sandera, saya tak percaya sudah dua tahun berlalu dan mereka masih belum pulang,” kata Hilda Weisthal, 43 tahun.

    Di Gaza, Mohammed Dib, warga Palestina berusia 49 tahun, berharap berakhirnya konflik yang telah menyebabkan krisis kemanusiaan, membuat banyak warga Palestina mengungsi berkali-kali, dan menewaskan lebih dari 67.000 orang Palestina, menurut .

    “Sudah dua tahun kami hidup dalam ketakutan, kengerian, pengungsian, dan kehancuran,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 6

    (ygs/rfs)

  • Dua Tahun Perang Gaza, Apa yang Telah Dicapai Israel?

    Dua Tahun Perang Gaza, Apa yang Telah Dicapai Israel?

    Jakarta

    Serangan 7 Oktober 2023 membuat Israel lengah. Pada hari itu, pejuang Hamas dan milisi bersenjata lainnya berhasil menembus perbatasan yang dijaga ketat di Gaza dan melancarkan serangan ke wilayah Israel, menewaskan hampir 1.200 orang serta menyandera 251 lainnya. Pengalaman ini meninggalkan trauma mendalam yang masih dirasakan hingga kini di Israel.

    Pada 8 Oktober 2023, pemerintah Israel melancarkan serangan ke Gaza. Dua tahun kemudian, penderitaan besar menimpa warga Palestina di wilayah itu. Operasi militer Pasukan Pertahanan Israel (IDF) telah menewaskan sedikitnya 66.000 orang, sekitar 80% di antaranya warga sipil, dan melukai sekitar 169.000 orang, menurut estimasi konservatif dari Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas. Lembaga internasional memperkirakan jumlah korban sebenarnya jauh lebih tinggi.

    Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) melaporkan bahwa 90% rumah di Gaza telah hancur atau rusak, membuat 1,9 juta dari 2,1 juta penduduknya kehilangan tempat tinggal. Karena “blokade total” yang diberlakukan Israel, sebagian besar wilayah Gaza mengalami kelaparan parah yang telah menewaskan sedikitnya 450 orang, termasuk 150 anak-anak.

    Tujuan perang Israel belum tercapai

    Setelah serangan 7 Oktober, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menetapkan dua tujuan utama perang di Gaza: membebaskan semua sandera dan menghancurkan Hamas. Dua tahun berlalu, keduanya belum tercapai. Dari 251 sandera yang dibawa ke Gaza, 148 telah dikembalikan hidup-hidup, delapan diselamatkan oleh IDF dan 140 dibebaskan Hamas melalui pertukaran tahanan. Jenazah beberapa sandera yang tewas juga telah dikembalikan.

    Menurut pemerintah Israel, 48 sandera masih ditahan, dan hanya 20 yang diyakini masih hidup.

    Hamas, yang oleh Israel, Uni Eropa, dan AS dikategorikan sebagai organisasi teroris, masih bertahan di Gaza meski banyak anggotanya tewas. Beberapa pemimpinnya, termasuk Ismail Haniyeh dan Yahya Sinwar, telah terbunuh. Namun, organisasi itu tetap beroperasi.

    Pada akhir September 2025, Presiden AS Donald Trump mengumumkan rencana perdamaian 20 poin untuk Gaza yang menyerukan pembebasan seluruh sandera dan perlucutan senjata Hamas, dengan amnesti bagi para pejuang yang bersedia hidup damai dengan Israel, yang berarti akhir dari Hamas sebagai milisi bersenjata.

    Musuh-musuh Israel melemah

    Israel melancarkan serangan terhadap semua kelompok tersebut, termasuk membunuh pemimpin Hezbollah Hassan Nasrallah lewat ledakan di Beirut dan puluhan pejuang Hezbollah melalui serangan alat elektronik yang diledakkan pada September 2024. Serangan udara di Lebanon selatan semakin melemahkan Hezbollah.

    Angkatan udara Israel juga menyerang Iran selama beberapa hari, merusak fasilitas nuklir, dan membunuh Ismail Haniyeh di pusat kota Teheran, yang mempermalukan rezim Iran.

    Runtuhnya pemerintahan Bashar Assad di Suriah oleh pemberontak pada akhir 2024 juga membuat Iran kehilangan sekutu penting. Akibatnya, lawan-lawan Israel di Iran, Suriah, Lebanon, dan Gaza mengalami kemunduran besar, memperkuat dominasi militer Israel di kawasan.

    Israel dituduh lakukan genosida

    Cara Israel menjalankan perangnya di Gaza memicu kecaman internasional. Selama dua tahun, Israel mengebom rumah sakit, kamp pengungsi, dan sekolah, menewaskan ribuan perempuan dan anak-anak, serta banyak jurnalis, petugas penyelamat, dan pekerja kemanusiaan. Israel juga berulang kali menghalangi bantuan kemanusiaan dengan alasan untuk mencegahnya jatuh ke tangan Hamas.

    Tindakan ini memunculkan tuduhan bahwa Israel melakukan genosida terhadap rakyat Palestina. Komisi HAM PBB, Asosiasi Internasional Cendekia Genosida, dan organisasi HAM Israel seperti B’Tselem serta Physicians for Human Rights menuduh hal serupa. Pemerintah Netanyahu membantahnya, menyatakan bahwa tidak ada bukti dan Israel berhak membela diri.

    Pada Desember 2023, Afrika Selatan menggugat Israel ke Mahkamah Internasional (ICJ) atas pelanggaran Konvensi Genosida PBB. Pada November 2024, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap Netanyahu dan Menteri Pertahanannya, Yoav Gallant, atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Israel menolak tuduhan itu, dan Hungaria bahkan menarik diri dari ICC.

    Pengakuan negara Palestina

    Kondisi kemanusiaan di Gaza mendorong dukungan bagi pengakuan negara Palestina. Sebelum 7 Oktober 2023, sekitar 140 negara telah melakukannya. Dua tahun kemudian, 20 negara tambahan, termasuk Prancis, Inggris, Spanyol, Australia, dan Kanada, juga resmi mengakui Palestina.

    Langkah ini menegaskan dukungan terhadap solusi dua negara, yakni kemerdekaan Palestina berdampingan dengan Israel. Netanyahu menilai pengakuan itu akan “menghadiahi Hamas,” namun negara-negara tersebut menegaskan bahwa Hamas tidak akan memiliki peran dalam negara Palestina yang merdeka.

    Sejumlah negara juga menangguhkan ekspor senjata ke Israel dan memberlakukan sanksi, seperti yang dilakukan Kolombia, Afrika Selatan, dan Malaysia. Uni Eropa sedang membahas sanksi ekonomi, termasuk pembekuan perjanjian asosiasi UE-Israel, pembatasan perjalanan bebas visa bagi warga Israel, dan pelarangan impor dari pemukiman di Tepi Barat. Namun, Jerman dan beberapa negara anggota UE lainnya menolak langkah tersebut.

    Perpecahan di dalam Israel

    Di dalam negeri, masyarakat Israel terbelah soal apakah perang di Gaza harus diteruskan. Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir dan Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dari kelompok sayap kanan mendukung operasi militer berlanjut, bahkan menyarankan aneksasi penuh Tepi Barat, yang berarti mengakhiri peluang solusi dua negara.

    Namun, kelompok keluarga sandera, veteran militer, dan warga Arab Israel telah berbulan-bulan menggelar demonstrasi, menuntut gencatan senjata dan solusi negosiasi. Mereka merasa diabaikan oleh pemerintah.

    Menurut survei yang dirilis Juli 2025, lebih dari 60% warga Israel mendukung gencatan senjata.

    Jika rencana perdamaian Trump untuk Gaza diterapkan, senjata mungkin akan terdiam untuk sementara, namun luka yang ditinggalkan perang ini mungkin memerlukan waktu puluhan tahun untuk sembuh.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Jerman

    Diadaptasi oleh Rahka Susanto

    Editor: Yuniman Farid

    (ita/ita)

  • Fakta ‘Black Mamba’ di Rumah Ahmad Sahroni yang Ternyata Hoax

    Fakta ‘Black Mamba’ di Rumah Ahmad Sahroni yang Ternyata Hoax

    Jakarta

    Ramai di media sosial terkait temuan ‘black mamba’ di tengah aksi penjarahan rumah politisi Ahmad Sahroni. Istilah ‘black mamba’ ini merujuk pada alat bantu seks atau dldo berwarna hitam.

    Kabar viral ini muncul setelah rumah Ahmad Sahroni dijarah ramai-ramai oleh massa. Dalam sebuah foto yang beredar, tampak seonggok mainan seks berwarna hitam di antara barang yang berserakan. Tak sedikit warganet yang mempercayai bahwa benda yang belakangan disebut ‘black mamba’ ini benar-benar ditemukan di rumah Ahmad Sahroni.

    “Saat chaos di rumah Ahmad Sahroni kenapa ada black mamba,” tulis salah satu pengguna X.

    Penelusuran detikHealth

    Potongan foto yang beredar tersebut bisa ditelusuri menggunakan teknik reverse image search di laman TinEye atau Yandex Image. Setelah ditelusuri melalui TinEye, ditemukan bahwa foto ini pertama kali diunggah pada 6 Agustus 2020 6 Agustus 2020 di Twitter (sekarang X).

    Foto ‘black mamba’ ini juga pernah digunakan untuk menyebar narasi keiru terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang tewas dalam ledakan sebuah apartemen di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024.

    Berdasarkan penelusuran ini, didapati bahwa foto sextoys ‘black mamba’ tersebut berasal dari salah satu rumah artis Lebanon saat terjadi ledakan di pelabuhan Beirut pada tahun 2020.

    Apa Sebenarnya Black Mamba Itu?

    Black mamba sebenarnya merujuk pada salah satu spesies ular di Afrika yang memiliki nama latin Dendroaspis polylepis. Dikutip dari laman National Geographic, ular Black Mamba memiliki bisa yang mematikan dan sangat agresif saat terancam.

    Spesies ular tersebut dituding menjadi penyebab banyak kematian manusia. Mitos-mitos Afrika juga melebih-lebihkan kemampuan mereka hingga tingkat melegenda.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kepribadian Performative Male, Apa Sih Itu?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (elk/up)

    Misteri Black Mamba

    5 Konten

    Black Mamba tengah jadi perbincangan. Banyak dipakai di berbagai bidang, istilah Black Mamba merujuk pada karakter yang spesifik: gelap dan besar ataupun powerful.

    Konten Selanjutnya

    Lihat Koleksi Pilihan Selengkapnya

  • Fakta ‘Black Mamba’ di Rumah Ahmad Sahroni yang Ternyata Hoax

    Viral ‘Black Mamba’ Ditemukan di Rumah Ahmad Sahroni, Ini Faktanya

    Jakarta

    Viral di media sosial istilah ‘black mamba’ yang dikaitkan dengan politisi Ahmad Sahroni. Istilah ini merujuk ke potongan foto alat bantu seks atau dildo berwarna hitam di puing-puing rumah.

    Alat bantu seks itu diklaim ditemukan di rumah Ahmad Sahroni yang dijarah beramai-ramai oleh massa, Sabtu (30/8/2025) sore. Penyebaran foto ini memanfaatkan momentum tersebut, sehingga tidak sedikit warganet yang mempercayai benda itu ditemukan di rumah Ahmad Sahroni.

    “Saat chaos di rumah Ahmad Sahroni kenapa ada black mamba,” tulis salah satu pengguna X.

    Penelusuran tim detikHealth

    Potongan foto yang beredar dan mengklaim penemuan ‘black mamba Ahmad Sahroni’ dapat ditelusuri menggunakan teknik reverse image search di laman TinEye atau Yandex Image.

    Melalui penelusuran TinEye, ditemukan bahwa foto tersebut pertama kali diunggah 6 Agustus 2020 di Twitter (sekarang X). Lewat penelusuran Yandex, foto yang sama dibagikan juga oleh beberapa akun, salah satunya 9Gag.

    Penelusuran ‘black mamba’ di TinEye Foto: Tangkapan layar TinEye

    Foto tersebut juga sempat digunakan untuk menyebar narasi keliru terhadap pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang tewas dalam ledakan sebuah apartemen di Teheran, Iran pada 31 Juli 2024.

    Dari penelusuran, didapatkan bahwa foto ‘black mamba’ itu ditemukan di salah satu rumah seorang artis Lebanon ketika terjadi ledakan di pelabuhan Beirut di tahun 2020.

    (kna/up)

  • Gempar Israel Ingin Kuasai Gaza, Gimana Masa Depan Hamas?

    Gempar Israel Ingin Kuasai Gaza, Gimana Masa Depan Hamas?

    Jakarta

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan niatnya untuk menguasai seluruh Gaza, meskipun ia mengeklaim “tidak ingin terus mendudukinya”. Lantas, bagaimana masa depan Hamas di Gaza dan akankah mereka terus bertahan?

    Beberapa hari sebelum pernyataan Netanyahu itu, kelompok bersenjata Hamas menegaskan kembali mereka menolak untuk meletakkan senjata kecuali negara Palestina yang berdaulat berdiri.

    Pernyataan ini menanggapi salah satu tuntutan utama Israel dan AS dalam perundingan gencatan senjata di Gaza.

    Israel menganggap perlucutan senjata Hamas sebagai salah satu dari beberapa syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik.

    Dalam sebuah konferensi internasional PBB yang diketuai bersama oleh Arab Saudi dan Prancis di New York pekan lalu, 17 negara, Uni Eropa, dan Liga Arab mengeluarkan deklarasi.

    Deklarasi itu menyerukan agar Hamas meletakkan senjata dan menyerahkan kendali Gaza guna mengakhiri perang.

    Mesir dan Qatar, yang biasanya menjadi mediator dalam perundingan mengenai Gaza, juga mencantumkan nama mereka dalam komunike itu. Namun, Israel dan AS tidak ikut menandatanganinya.

    Hamas akan lanjutkan pertempuran bersenjata

    Seorang pemimpin Hamas mengatakan kepada Al-Jazeera bahwa kelompoknya tidak akan menyerahkan senjata, “bahkan peluru bekas sekalipun”.

    Pernyataannya menegaskan kembali bahwa kelompok itu bersedia melanjutkan pertempuran bersenjatanya kecuali negara Palestina didirikan.

    Amr Alfiky / ReutersGhazi Hamad, pemimpin Hamas mengatakan kepada Al-Jazeera.

    Hossam Al-Dajany, profesor politik Palestina di Universitas Al-Ummah Gaza, meyakini, setelah konferensi itu, perhatian media banyak tertuju pada Pasal 11 dari deklarasi New York.

    Deklarasi resmi yang dirilis dari konferensi itu mengutip Pasal 11 yang menyatakan: “Tata kelola pemerintahan, penegakan hukum, dan keamanan di seluruh wilayah Palestina harus sepenuhnya berada di bawah otoritas Palestina.”

    Mungkin Anda tertarik:

    Al-Dajany menunjukkan beberapa dari 41 pasal lain dalam dokumen tersebut menyerukan pembentukan negara Palestina dan koeksistensinya dengan Israel.

    Menurutnya, hal ini berarti deklarasi itu menyebutkan sejumlah cara yang dapat mewujudkan berdirinya negara Palestina.

    “Jika [sisa] deklarasi New York diterapkan, Pasal 11 akan [sudah] terpenuhi,” ujar Al-Dajany kepada BBC.

    Negara Palestina

    Hamas ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh AS, Inggris, dan negara-negara Barat lainnya.

    Kelompok ini menyatakan, setelah negara Palestina terbentuk, mereka akan menyerahkan senjata kepada otoritas Palestina yang akan datang.

    Namun, para analis menilai, Hamas telah kehilangan sebagian besar kendalinya atas Gaza.

    Meskipun demikian, Hamas masih mempertahankan kehadirannya sebagai badan pemerintahan di wilayah tersebut.

    Haitham Imad / EPA-EFE / REX / ShutterstockSeorang perwakilan Palang Merah berdiri di samping pasukan Hamas.

    Unit keamanan yang baru mereka bentuk, Sahmatau dikenal sebagai Unit Panahberoperasi dengan tujuan menjaga ketertiban umum dan mencegah penjarahan.

    Sebagian warga sipil Palestina telah menyuarakan kemarahan mereka terhadap Hamas, dan kelompok itu telah menindak tegas aksi protes.

    Makanan dan bantuan sangat langka, sesuai dengan peringatan lembaga bantuan dan PBB, banyak orang meninggal karena kelaparan.

    Khamis Al-Rifi / ReutersSkenario terburuk kelaparan sedang terjadi di Gaza, menurut Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC) yang didukung PBB pada akhir Juli.

    Banyak analis meyakini para pasukan Hamas kini kewalahan dan tidak menyangka akan berada dalam kondisi yang lemah seperti sekarang, ketika melancarkan serangan 7 Oktober.

    Para pejuang Hamas sudah kelelahan, 22 bulan setelah respons militer Israel terhadap serangan tersebut.

    EPASekelompok pasukan Hamas bersenjata saat penyerahan sandera Israel pada Februari lalu.

    Berdasarkan laporan dari sumber-sumber lokal, kelompok Hamas masih memiliki senjata, tetapi persediaannya terus menurun.

    Mereka dilaporkan mengandalkan pada daur ulang senjata sisa-sisa serangan Israel, terutama bom yang gagal meledak.

    Para pasukan mengambil bahan peledak dari bom tersebut untuk membuat bom rakitan guna menyerang tentara Israel.

    Mohammed Saber / EPA-EFE / REX / ShutterstockSerangan udara Israel telah menyebabkan kerusakan besar pada rumah dan bisnis di Gaza.

    Israel menolak akses bagi wartawan BBC ke Gaza, sehingga kami tidak dapat memverifikasi informasi ini secara independen.

    Di tingkat regional, kelompok pro kemerdekaan Palestina ini, kini memiliki sedikit sekutu yang tersisa.

    Setelah perang 12 hari antara Israel dan Iran, kemampuan Teheran untuk terus mendukung Hamas semakin berkurang.

    EPAMenteri Luar Negeri Inggris David Lammy (tengah kiri) memeluk Perdana Menteri Palestina Mohammad Mustafa di Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 29 Juli 2025.

    Milisi Hizbullah di Lebanon, yang berafiliasi dengan Iran, juga telah melemah akibat serangan Israel dan terbunuhnya para pemimpin mereka.

    Hizbullah sendiri sedang menghadapi tuntutan dari pemerintah Lebanon untuk melucuti senjata mereka, sehingga kecil kemungkinannya bagi milisi ini untuk memberikan dukungan eksternal.

    Liga Arab

    Liga Arab telah menandatangani deklarasi New York yang menyerukan agar Hamas melucuti senjata mereka.

    Organisasi ini beranggotakan 22 negara, termasuk negara-negara yang biasanya berteman dan ramah dengan Hamas, seperti Qatar.

    Profesor Yossi Mekelberg, konsultan senior di forum diskusi urusan global Chatham House yang berbasis di London, berpendapat Israel dan AS tetap pada posisi mereka yang biasa.

    Namun, ia menambahkan, nada bicara negara-negara Arab telah berubah.

    Ia menunjukkan, tekanan yang meningkat dari para pemain Arab dan regional dapat membuat Hamas “cukup terisolasi”.

    Para sandera

    Hamas menjadikan sandera Israel yang masih ditawan sebagai alat tawar-menawar.

    Para militan menyandera 251 orang selama serangan pada 7 Oktober 2023, yang menewaskan sekitar 1.200 orang.

    Dalam perang berikutnya, lebih dari 60.000 orang tewas akibat serangan militer Israel di Gaza, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.

    Menurut AS, setidaknya 20 sandera masih hidup di Gaza, setelah beberapa meninggal dan lainnya dikembalikan ke Israel.

    Dawoud Abu Alkas / ReutersKementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan lebih dari 60.000 orang tewas dalam serangan Israel.

    Pada awal Agustus, Hamas merilis sebuah video sandera Evatar David yang tampak lemah dan kurus.

    Para pengamat mengatakan, Hamas berharap video tersebut akan mendorong keluarga sandera memberikan tekanan lebih lanjut kepada Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu agar mengakhiri perang.

    Setelah video itu beredar, keluarga sandera mendesak Netanyahu untuk memprioritaskan pembebasan para sandera.

    Pemimpin Hamas terbunuh

    Sejak Oktober 2023, Israel telah membunuh banyak pemimpin tinggi Hamas, termasuk pemimpin utama kelompok itu, Ismail Haniyeh, yang tewas dalam serangan di ibu kota Iran.

    Israel juga membunuh Yehya Sinwar, yang secara luas diyakini sebagai dalang serangan 7 Oktober.

    Menurut Mekelberg, para pemimpin Hamas di dalam Gaza memiliki kepentingan yang berbeda dengan mereka yang berada di luar.

    BBC

    Selain prioritas untuk bertahan hidup secara fisik, “mereka berusaha mempertahankan relevansi politik, yang masih memiliki dukungan untuk mencapai kesepakatan,” katanya.

    Namun, agar kelompok tersebut tetap relevan, para pemimpin yang tersisa harus mengambil keputusan yang sulit.

    Setelah pernyataan Netanyahu pada Kamis (07/08) lalu yang menyatakan niatnya untuk mengambil “kendali penuh” atas Gaza dan “menyingkirkan Hamas,” pilihan bagi kelompok itu semakin menipis dari hari ke hari.

    ReutersPerdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah mengumumkan rencana untuk mengambil alih kendali penuh atas Gaza.

    Masa depan Hamas

    Jadi, bisakah Hamas bertahan dari perang di Gaza ini?

    Jika negara Palestina terbentuk dan Hamas memenuhi komitmennya, mereka akan melepaskan penggunaan kekuatan bersenjata.

    Namun, pembentukan negara Palestina tampaknya masih jauh, kecuali pemerintah Israel saat ini mengubah posisinya.

    Meskipun hal itu terjadi, bukan berarti Hamas akan hilang.

    Amir Cohen / ReutersBangunan-bangunan yang hancur di Gaza utara, terlihat dari sisi perbatasan Israel.

    Yossi Mekelberg dari Chatham House, memprediksi kelompok itu mungkin masih memiliki kesempatan untuk “membangun kembali dirinya di masa depan” dan tetap menjadi bagian dari kancah politik Palestina.

    Hal ini bisa terjadi dari dalam atau luar wilayah Palestina.

    Banyak hal bergantung pada posisi Israel tentang potensi negara Palestina dan seberapa populer Hamas setelah situasi bencana yang dialami warga Gaza saat ini.

    (ita/ita)

  • Pertahanan Iran Runtuh Seketika, Terungkap Serangan dari Dalam Israel

    Pertahanan Iran Runtuh Seketika, Terungkap Serangan dari Dalam Israel

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) resmi bergabung dengan Israel dalam perang melawan Iran. Presiden AS Donald Trump mengatakan rudal AS telah menyerang 3 situs nuklir Iran. Satu di antaranya dikatakan sudah lenyap.

    Terpisah, Israel sendiri masih dalam ketegangan tinggi dengan Iran. Pada Jumat (20/6) pekan lalu, Tel Aviv memulai serangan udara ke wilayah Negeri Para Mullah itu untuk melumpuhkan sejumlah fasilitas nuklir yang diduga digunakan untuk pengembangan senjata berbahaya.

    Namun, ada sejumlah sorotan lain yang ada dalam serangan tersebut. Hal ini terkait dengan drone-drone Israel yang disebutkan telah diproduksi di dalam negeri Iran oleh sejumlah agen Negeri Zionis itu. 

    Dari saat-saat pertama serangan, saksi mata melaporkan penampakan atau suara drone kecil dan FPV (First Person View) di langit beberapa kota di Iran, terutama Teheran. Video yang dirilis oleh Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menunjukkan drone-drone kecil ini menyerang sistem rudal Iran.

    Rekaman tambahan bahkan menampilkan drone-drone tersebut diluncurkan dari Iran, menunjukkan penggunaannya untuk menyerang target di dalam negeri. Televisi pemerintah Iran pun turut menayangkan gambar-gambar truk dan van yang disamarkan, yang digunakan untuk mengangkut drone, serta gambar-gambar pabrik yang ada di Tehran dan Isfahan.

    Sebagai respons terhadap meluasnya taktik ini oleh agen-agen Israel yang menyusup ke Iran, pasukan keamanan rezim Iran pada 14 Juni terpaksa secara terbuka mendesak rakyat Iran untuk tetap waspada dan melaporkan setiap truk, van, atau aktivitas mencurigakan kepada pihak berwenang.

    Lalu, bagaimana sebenarnya Israel dapat membangun pusat produksi drone di jantung Iran?

    Farzin Nadimi, seorang peneliti di Washington Institute dan ahli persenjataan Iran, menjelaskan bahwa telah diketahui selama bertahun-tahun tentang penyusupan mendalam aset-aset Israel, hampir di seluruh tingkat Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC), dinas intelijen IRGC, dinas intelijen Iran lainnya, militer, dan di kalangan politisi.

    “Menurut pendapat saya, penyebab utamanya bisa jadi korupsi. Tapi bukan hanya itu. Banyak yang dipertaruhkan ketika bekerja dengan Israel di Iran,” jelas Nadimi.

    “Dengan semua risiko yang terlibat, uang tidak bisa menjadi satu-satunya motivasi. Ketika mereka melihat betapa korupnya sistem itu, mereka kehilangan rasa hormat dan kesetiaan terhadapnya, dan semakin tinggi pangkat mereka, semakin baik mereka memahami betapa korupnya seluruh sistem.”

    Nadimi menekankan bahwa ia tidak terkejut bahwa dinas intelijen Iran lengah oleh drone-drone ini. Faktanya, tidak terlalu rumit untuk menyelundupkannya ke Iran.

    Drone-drone ini terdiri dari bagian-bagian kecil yang mudah diselundupkan ke Iran. Banyak bagian yang mudah diproduksi di Iran, seperti bagian fiberglass. Kontrol dan bagian elektronik lainnya akan mudah diselundupkan ke Iran melalui wilayah Teluk Persia, misalnya Dubai dan perbatasan lainnya.

    “Untuk misi kompleks seperti ini, bagaimanapun, Anda tidak bisa sepenuhnya mengandalkan warga lokal dan aset lokal, Anda perlu memiliki agen di lapangan. Mereka telah merencanakan ini sejak lama. Mereka mengklaim telah mengerjakan rencana ini selama bertahun-tahun,” tambah Nadimi.

    Ini bukan pertama kalinya agen Israel menyusup ke Iran dalam beberapa tahun terakhir. Pada Juli 2024, Israel berhasil menargetkan dan membunuh Ismail Haniyeh, pemimpin politik Hamas, saat berkunjung ke Teheran. Ia tewas dalam serangan presisi di kamarnya di sebuah kompleks yang dilindungi di Iran utara.

    Lalu, pada 27 November 2020, Israel juga berhasil melenyapkan Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan yang diyakini oleh lembaga intelijen Barat dan Israel sebagai dalang di balik “Proyek Amad”, upaya rahasia Iran untuk membangun bom nuklir.

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Terungkap! Israel Lancarkan Serangan dari Dalam Wilayah Iran

    Terungkap! Israel Lancarkan Serangan dari Dalam Wilayah Iran

    Jakarta

    Gambar-gambar yang disiarkan media pemerintah Iran mengungkap fakta mengejutkan tentang operasi rahasia Israel di dalam wilayah Republik Islam sebelum serangan besar-besaran pada 13 Juni 2025. Operasi ini melibatkan penempatan agen-agen Israel, penggunaan drone kecil termasuk drone FPV (first-person view), dan bahkan produksi drone di fasilitas rahasia di Iran.

    Dilansir dari laman France24, televisi pemerintah Iran menayangkan rekaman truk dan van yang disamarkan untuk mengangkut drone, serta gambar fasilitas produksi darurat di dekat Teheran dan Isfahan. Salah satu video menunjukkan gedung tiga lantai yang menyembunyikan lini produksi drone kecil, lengkap dengan perangkat siap pakai. Menurut laporan, drone ini mampu menetralkan sistem pertahanan udara Iran pada jam-jam awal serangan.

    Serangan Israel 13 Juni: Sasaran Elite IRGC dan Fasilitas Nuklir

    Serangan Israel pada 13 Juni menargetkan komandan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC), ilmuwan nuklir, serta fasilitas militer dan nuklir. Israel mengklaim berhasil membunuh 16 komandan IRGC dan 14 ilmuwan nuklir dalam gelombang pertama.

    Drone kecil dan FPV terdeteksi di langit Teheran dan kota-kota lain, menyerang sistem rudal Iran. Rekaman Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menunjukkan drone ini diluncurkan dari dalam Iran, mengindikasikan operasi darat yang terkoordinasi.

    [Gambas:Twitter]

    (IDF pada 13 Juni 2025 merilis video di mana FPV Israel dan drone kecil menyerang sistem rudal pertahanan Iran)

    Infiltrasi Mendalam di Iran

    Farzin Nadimi, peneliti di Washington Institute, menyebut infiltrasi Israel telah berlangsung selama bertahun-tahun, menembus IRGC, dinas intelijen, militer, hingga kalangan politisi Iran. “Korupsi adalah penyebab utama, tapi bukan satu-satunya. Banyak yang kehilangan kesetiaan karena melihat betapa korupnya sistem,” ujar Nadimi.

    Peringatan tentang infiltrasi Mossad juga pernah disuarakan pejabat Iran. Pada 2021, mantan Menteri Intelijen Iran, Ali Younesi, menyebut Mossad telah menyusup ke struktur rezim, membuat setiap pejabat was-was. Pada 2024, eks-Presiden Mahmoud Ahmadinejad bahkan mengklaim kepala kontraintelijen Iran adalah agen Israel.

    Taktik Drone dan Pemutusan Internet

    Drone FPV yang digunakan Israel terdiri dari komponen kecil yang mudah diselundupkan, seperti fiberglass dan elektronik melalui Teluk Persia. Nadimi menjelaskan, teknologi ini memanfaatkan jaringan seluler seperti 5G untuk navigasi, serupa dengan taktik Ukraina dalam perang melawan Rusia. Iran pun memutus koneksi internet sejak 18 Juni untuk membatasi serangan drone, yang diklaim efektif mengurangi aktivitas mereka.

    Pasukan keamanan Iran mendesak warga melaporkan aktivitas mencurigakan sejak 14 Juni. Gambar truk yang menyamar sebagai pengangkut material konstruksi, namun berisi drone, viral di media sosial. Video media pro-rezim pada 18 Juni menunjukkan truk semacam itu, mengungkap kedok operasi Israel.

    [Gambas:Twitter]

    (Video ini disiarkan oleh televisi pemerintah Iran pada 19 Juni 2025. Seorang juru bicara kepolisian Iran mengklaim telah menangkap dua agen Israel yang membawa FPV di sebuah truk kecil)

    Tantangan Keamanan Iran

    Ini bukan kali pertama Israel melakukan operasi di Iran. Pada Juli 2024, pemimpin politik Hamas, Ismail Haniyeh, tewas dalam serangan di Teheran. Pada 2020, ilmuwan nuklir Mohsen Fakhrizadeh dibunuh dengan senapan mesin kendali jarak jauh. Kedua insiden menunjukkan kecanggihan dan keberanian operasi Israel di jantung Iran.

    Nadimi menegaskan, dinas rahasia Iran lebih fokus pada penindasan internal ketimbang ancaman eksternal, membuat mereka lengah terhadap operasi seperti ini. Dengan teknologi drone yang terus berkembang dan infiltrasi mendalam, Iran menghadapi tantangan keamanan yang semakin kompleks.

    Operasi Israel ini tidak hanya menunjukkan kemampuan intelijen mereka, tetapi juga memicu pertanyaan tentang kerentanan sistem keamanan Iran. Rezim kini berupaya keras membendung ancaman, namun sejauh mana mereka bisa mengatasi infiltrasi ini masih menjadi tanda tanya besar.

    (afr/afr)

  • Saat Pesanan Pizza Diduga Jadi Sinyal Operasi Militer AS ke Iran

    Saat Pesanan Pizza Diduga Jadi Sinyal Operasi Militer AS ke Iran

    Bisnis.com, JAKARTA — Media sosial diramaikan dengan spekulasi bahwa lonjakan pesanan pizza, roti bulat yang di atasnya terdapat berbaga macam toping, di dekat Pentagon ada kaitannya dengan aktivitas operasi militer Amerika Serikat ke Iran.

    Beberapa komunitas media online berspekulasi bahwa menjelang serangan pertama Israel dalam konflik terbarunya dengan Iran, para pengguna internet mengklaim melihat lonjakan pesanan pizza dari restoran-restoran di sekitar Pentagon, markas besar Departemen Pertahanan AS. Fenomena ini, menurut mereka, bisa menjadi sinyal bahwa sesuatu yang besar sedang dipersiapkan—dan kembali menghidupkan teori yang kini dikenal sebagai “Pizza Index”.

    Teori ini dipopulerkan oleh akun anonim di X (dulu Twitter) bernama Pentagon Pizza Report. Mereka berpendapat bahwa lonjakan mendadak dalam pesanan makanan cepat saji—terutama pizza—di sekitar Pentagon sering kali bertepatan dengan persiapan operasi militer besar.

    Dilansir dari AN, Jumat (20/6/2025), pekan lalu, saat Israel meluncurkan serangan ke Iran, akun tersebut mencatat lonjakan pesanan di District Pizza Palace, sebuah restoran takeout sekitar tiga kilometer dari Pentagon, sekitar pukul 19.00 waktu Washington—hanya satu jam sebelum serangan dimulai.

    Seeing “busy” pizza joints near the Pentagon on Google Maps?

    There’s apparently a name for this: the Pentagon Pizza Index. When Pentagon staff can’t leave their desks during crisis situations, pizza orders spike.

    It correctly predicted major events from the 1990 Gulf War to… pic.twitter.com/bMFnXygQGl

    — Dr. Dominic Ng (@DrDominicNg) June 17, 2025

    Walaupun teorinya jauh dari ilmiah, para pengikutnya menunjuk pada sejumlah “kebetulan sejarah” misalnya, lonjakan pesanan pizza juga tercatat sebelum Operasi Desert Storm tahun 1991 dan invasi AS ke Panama tahun 1989.

    Dalam beberapa bulan terakhir, pola serupa juga diamati menjelang insiden besar di Timur Tengah, termasuk sebelum serangan balasan Iran ke Israel dan sebelum pembunuhan tokoh-tokoh penting seperti Ismail Haniyeh dan Hassan Nasrallah.

    Meski unik, “Pizza Index” menuai skeptisisme dari para analis militer. Mereka menegaskan bahwa intelijen sungguhan mengandalkan indikator nyata seperti pergerakan pasukan, citra satelit, dan briefing rahasia—bukan data pesanan makanan.

    Namun, di era digital, teori ini tetap menarik. Dengan alat seperti Google Maps yang bisa melacak kepadatan pengunjung toko secara real-time, data non-tradisional seperti pesanan pizza atau keramaian bar di sekitar Pentagon jadi bahan spekulasi baru.

    Misalnya, Pentagon Pizza Report juga memantau keramaian di bar populer bagi staf pertahanan. Saat serangan Israel ke Iran, bar tersebut dilaporkan sepi—diinterpretasikan sebagai tanda bahwa para pejabat Pentagon sibuk bekerja. Namun, pada malam rapat Dewan Keamanan Nasional AS, bar justru penuh sesak.

    Bernard Maiks, mantan pemilik lebih dari 40 gerai Domino’s Pizza di sekitar Pentagon, pernah mengatakan kepada The Times bahwa jurnalis sering melewatkan tanda-tanda konflik karena “mereka sudah tidur lelap” saat pengemudi pizzanya sibuk mengantarkan pesanan ke Departemen Pertahanan.

    Apakah “Pizza Index” sekadar anekdot lucu atau pertanda nyata akan datangnya perang? Jawabannya masih diperdebatkan. Namun di era perang berbasis algoritma dan pengawasan digital, bahkan sepotong pepperoni bisa jadi petunjuk penting bagi mereka yang tahu cara membaca sinyal-sinyal kecil di tengah hiruk-pikuk dunia maya.

  • Wali Kota Ditahan, Warga Istanbul Gelar Aksi Demo

    Wali Kota Ditahan, Warga Istanbul Gelar Aksi Demo

    Istanbul

    Unjuk rasa memprotes penahanan Wali Kota Istanbul Ekrem Imamoglu, rival politik utama Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan, terus berlanjut. Kepolisian antihuru-hara Turki menembakkan peluru karet dan gas air mata dalam upaya membubarkan ribuan demonstran yang berkumpul di dekat Balai Kota Istanbul.

    Para demonstran, seperti dilansir AFP, Jumat (21/3/2025), berusaha bergerak ke Alun-alun Taksim, lokasi ikonik yang menjadi lokasi banyak demo besar-besaran di Turki. Padahal alun-alun itu dipasangi barikade sejak Imamoglu ditangkap pada Rabu (19/3) pagi, terkait tuduhan gratifikasi dan membantu kelompok teroris.

    Akibatnya, bentrokan pun terjadi antara para demonstran dengan personel kepolisian yang disiagakan di alun-alun itu untuk mencegah unjuk rasa digelar. Tembakan peluru karet dilepaskan oleh polisi saat bentrokan terjadi.

    Salah satu koresponden AFP yang ada di lokasi melaporkan dirinya melihat langsung senjata ditembakkan dan mendengar suara tembakan, serta mencium bau peluru karet yang khas.

    Koresponden AFP lainnya yang juga ada di lokasi melaporkan bahwa polisi “menggunakan peluru karet dan banyak gas air mata”.

    Pemimpin oposisi Turki, Ozgur Ozel, berbicara kepada polisi dari panggung yang dibangun di dekat Balai Kota Istanbul pada Kamis (20/3). Ozel yang memimpin Partai Rakyat Republik (CHP), partai oposisi utama Turki, memperingatkan polisi untuk tidak memprovokasi para demonstran dengan peluru karet atau gas air mata.

    “Jika itu terjadi, polisi Istanbul akan dimintai pertanggungjawaban,” tegasnya.

    Lihat juga Video ‘Warga di Istanbul Turki Gelar Demonstrasi atas Kematian Ismail Haniyeh’:

    Dalam aksi protes ini, ribuan demonstran yang sebagian besar mahasiswa ini meneriakkan “Tayyip, mundur!” dalam pesan yang ditujukan untuk Erdogan.

    Ini menjadi hari kedua unjuk rasa digelar, dengan ribuan demonstran mengabaikan larangan unjuk rasa dan berkumpul di luar Balai Kota Istanbul untuk meluapkan kemarahan mereka atas penahanan Wali Kota mereka.

    Di beberapa bagian lainnya dari Istanbul, termasuk area kelas atas Nistantasi, warga setempat terdengar memukul-mukul panci dan wajah sebagai bentuk protes. Sedangkan kendaraan-kendaraan membunyikan klakson sebagai solidaritas untuk Imamoglu.

    Lihat juga Video ‘Warga di Istanbul Turki Gelar Demonstrasi atas Kematian Ismail Haniyeh’:

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Tahanan Palestina: Wajah Kami Disiram Air Pipis Tentara Israel, Dikubur Hidup-hidup – Halaman all

    Tahanan Palestina: Wajah Kami Disiram Air Pipis Tentara Israel, Dikubur Hidup-hidup – Halaman all

    Tahanan Palestina: Wajah Kami Disiram Air Pipis Tentara Israel, Dikubur Hidup-hidup

    TRIBUNNEWS.COM – Beberapa tahanan politik Palestina yang baru-baru ini dibebaskan dalam pertukaran tahanan terbaru telah berbagi pengalaman mengerikan tentang penyiksaan yang mereka alami di penjara Israel.

    Menurut penuturan mereka, penyiksaan yang terjadi disertai pelecehan fisik dan psikologis yang ekstrem, menurut sebuah laporan yang dibagikan oleh Middle East Eye (MEE), dikutip dari RNTV, Senin (10/3/2025).

    Salah satu metode yang paling mengganggu termasuk tentara Israel yang buang air kecil pada tahanan politik.

    “Mereka akan buang air kecil dalam wadah dan kemudian menuangkannya ke wajah dan tubuh kita,” kenang Mahmoud Abukhater, seorang tahanan yang dibebaskan.

    “Itu adalah salah satu bentuk penghinaan terburuk yang kami alami,” katanya.

    Dia juga menggambarkan perlakuan kejam yang dihadapi tahanan sebelum dipindahkan ke penjara.

    “Tangan dan kaki kami dibelenggu, dan mereka memukul kami dengan botol air beku dan botol berisi zaitun.”

    PENUH SIKSAAN – Tahanan Palestina dilucuti bajunya dan ditutup matanya di Gaza pada 8 Desember 2023 saat dibawa ke Penjara Israel. Di dalam penjara, mereka menerima berbagai perlakuan tidak manusiawi. (RNTV/TangkapLayar)

    Ditelanjangi Saat Musim Dingin

    Tahanan politik lainnya, Ibrahim Abdulrazzaq al-Majdalawi, 63, yang juga ditahan di kamp penahanan militer Sde Teiman yang terkenal, menggambarkan dilucuti dari pakaiannya meskipun cuaca musim dingin yang pahit.

    “Mereka menanggalkan kami dari semua pakaian kami, bahkan pakaian dalam kami, dan hanya memberi kami pakaian tipis. Para prajurit akan menegur dan memukuli kami setiap kali kami melakukan sesuatu atau mengucapkan sepatah kata pun,” katanya.

    “Beberapa hukuman diterima hanya karena berbicara atau bergerak tanpa izin termasuk berdiri dengan satu kaki selama berjam-jam.”

    Abukhater berbagi rincian lebih lanjut tentang penahanannya.

    “Mereka memaksa kami untuk duduk dari fajar sampai tengah malam tanpa bergerak, dan kami hanya diizinkan pergi ke toilet dengan izin dan dengan tangan kami dibelenggu. Kadang-kadang petugas mengizinkannya, di lain waktu dia tidak, dan banyak tahanan akhirnya buang air kecil pada diri mereka sendiri,” katanya.

    “Mereka juga membuat kami mandi air dingin setiap hari, tidak peduli seberapa keras musim dingin. Jika mereka tahu seseorang tidak mandi, mereka akan menghukum dan menyiksa mereka segera.”

    Salah satu metode paling kejam yang digunakan militer Israel di kamp adalah dengan berpura-pura menenggelamkan atau mencekik tahanan.

    Abukhater menjelaskan: “Mereka akan menempatkan kami dalam kain kafan, menghubungkan kami ke kamera dan selang, dan mengubur kami. Hanya ketika kami merasa kami akan mati, mereka akan membiarkan udara kecil untuk membuat kami tetap hidup.”

    TAHANAN PALESTINA DIBEBASKAN – Foto ini diambil pada Jumat (31/1/2025) dari publikasi resmi media negara Palestina, WAFA, pada Kamis (30/1/2025), menunjukkan Zakaria al-Zubaidi, satu dari 110 tahanan Palestina yang dibebaskan oleh Israel, merayakan pembebasannya bersama kerumunan warga Palestina dalam pertukaran tahanan ketiga antara Israel-Hamas di Jalur Gaza pada Kamis. (WAFA/Hamza Shalash)

    Keponakan Ismail Haniyeh Disiksa hingga Meninggal

    Tahanan politik lainnya menceritakan menyaksikan kematian Musaab Haniyeh yang lambat, keponakan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh, yang disiksa sampai kematiannya di Penjara Ofer.

     “Luka-lukanya begitu parah sehingga cacing muncul, dan dia menjadi incontinent (tak bisa mengendalikan buang air kecil),” kata Abukhater.

    “Mereka tidak memberikan perawatan medis. Dia tiba dalam kesehatan yang baik, tetapi setelah berbulan-bulan disiksa, dia telah layu (kurus) setengah dari berat aslinya.”

    Selain pelecehan fisik yang tidak manusiawi, para tahanan menghadapi pengabaian medis yang parah.

    Ibrahim al-Majdalawi, 63, berbicara tentang omelan dan pemukulan terus-menerus yang diterimanya, meskipun usianya sudah senja. 

    Dia menerjemahkan untuk sesama tahanan, atas perintah tentara Israel, dan menyaksikan kondisi kritis tahanan diabetes diabaikan oleh petugas.

    “Terlepas dari kondisinya, mereka mengabaikannya untuk waktu yang lama,” kenang al-Majdalawi.

    “Ketika mereka akhirnya membawanya ke perawatan medis, mereka terus menganiaya dia.”

    Seorang mantan tahanan berusia 62 tahun, yang ditahan selama berbulan-bulan di Penjara Sde Teiman, menggambarkan pengalaman serupa. 

    Dia menderita berbagai kondisi medis, termasuk diabetes dan masalah prostat, dan menjadi sasaran pelecehan fisik dan pengabaian.

    “Ketika saya pingsan, mereka akan menghidupkan saya dengan air dingin dan kemudian melanjutkan pelecehan. Saya tidak bisa lepas dari rasa sakit,” katanya.

    Trauma emosional tetap lama setelah dibebaskan, ketika kerabat tahanan politik yang dibebaskan bersama.

    Salah satu anggota keluarga dari tahanan yang dibebaskan menjelaskan, “Sejak pembebasannya, dia telah berjuang dengan bekas luka psikologis yang mendalam. Dia bereaksi keras terhadap pemicu kecil dan takut akan segalanya.

    Terlepas dari kekejaman yang dihadapi oleh orang-orang ini, mereka menyatakan keteguhan berbalut dengan kemarahan. 

    Abukhater ingat kalau selama pembebasan mereka, pasukan Israel memaksa mereka untuk mengenakan baju yang dihiasi dengan Bintang Daud dan kata-kata, “Kami tidak akan pernah lupa, dan kami tidak akan pernah memaafkan.” 

    Dia berkata, “Kami membakarnya (seragam yang diberikan Israel) saat kami bebas.”

    Kesaksian-kesaksian ini menjelaskan kengerian tahanan Palestina di bawah tahanan Israel dan menggarisbawahi kebutuhan mendesak untuk akuntabilitas.

    Organisasi hak asasi manusia dan badan-badan internasional terus menyerukan penyelidikan atas tuduhan penyiksaan dan pelecehan, menuntut keadilan bagi para korban dari praktik-praktik yang tidak manusiawi ini.

     

    (oln/mee/rntv/*)