Tag: Ipuk Fiestiandani

  • Perkins International Gelar Pelatihan Fisioterapi untuk Guru dan Orang Tua Anak Disabilitas di Banyuwangi

    Perkins International Gelar Pelatihan Fisioterapi untuk Guru dan Orang Tua Anak Disabilitas di Banyuwangi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi bersama Perkins International, organisasi pendidikan global berbasis di Boston, Amerika Serikat, terus memperkuat layanan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Kolaborasi ini kembali diwujudkan melalui program pelatihan fisioterapi bagi guru dan orang tua yang memiliki anak dengan hambatan fisik.

    Direktur Program Perkins wilayah Asia Pasifik, Ami Tango Limketkai, menyampaikan bahwa Banyuwangi menjadi salah satu wilayah yang dinilai memiliki komitmen kuat dalam mewujudkan pendidikan inklusif. “Banyuwangi ini spesial karena masyarakat dan pemimpinnya sama-sama punya pola pikir yang inklusif. Komunitas di sini juga sangat kuat. Lintas sektor bisa bekerja secara terintegrasi dan terkoordinasi sehingga anak-anak disabilitas dapat terlayani dengan baik,” ujarnya, Selasa (3/11/2025).

    Ami hadir bersama sejumlah pejabat Perkins Asia Pacific lainnya, antara lain Program Manager Paige Klotzman, Educational Specialist Chenmin Perera, dan tim pendidikan kawasan Asia Pasifik. Menurutnya, pelatihan fisioterapi akan digelar pada 17 November mendatang, dan dibuka untuk guru serta orang tua yang memiliki anak-anak dengan hambatan fisik.

    “Kami hadirkan langsung doktor fisioterapi dari India untuk mengajarkan bagaimana maintenance ke anak-anak dengan hambatan fisik agar mereka bisa mencapai potensi yang maksimal,” jelas Ami.

    Program ini dirancang agar para peserta memahami teknik fisioterapi dasar untuk mencegah kekakuan otot dan meningkatkan kemampuan gerak anak. “Jika orang tua memiliki kemampuan ini, setidaknya mereka bisa memberikan treatment dasar kepada anak mereka agar kondisinya tidak semakin memburuk,” tambahnya.

    Selama ini, Perkins International telah konsisten mendukung program inklusivitas di Banyuwangi melalui berbagai pelatihan bagi guru Sekolah Luar Biasa (SLB) dan orang tua penyandang disabilitas. Bersama Pemkab Banyuwangi, mereka juga menjalankan program Sekolah Model, yang melatih sekitar 170 guru SLB tentang strategi mengajar, manajemen kelas, bahasa isyarat, penanganan anak autis, hingga dasar-dasar fisioterapi.

    Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan apresiasi atas dukungan berkelanjutan dari Perkins International dalam memperluas akses pendidikan bagi anak-anak disabilitas. “Kami sangat berterima kasih atas komitmen Perkins mendukung peningkatan kapasitas guru dan orang tua di Banyuwangi. Dengan pendampingan ini, layanan pendidikan bagi siswa disabilitas akan semakin berkualitas,” ujarnya.

    Ipuk menegaskan bahwa program ini melengkapi berbagai kebijakan pro-disabilitas yang telah dijalankan Pemkab Banyuwangi. “Kami berharap kapasitas guru-guru SLB maupun sekolah umum semakin baik, agar anak-anak disabilitas bisa belajar dengan aman, nyaman, dan terus berprestasi,” tandasnya. [ayu/beq]

  • Pemkab Banyuwangi Fasilitasi Pondok Pesantren Urus PBG dan SLF demi Lingkungan Belajar Aman

    Pemkab Banyuwangi Fasilitasi Pondok Pesantren Urus PBG dan SLF demi Lingkungan Belajar Aman

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuwangi bersama Kementerian Pekerjaan Umum (PU) dan Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya Perumahan dan Permukiman (PU CKPP) Banyuwangi siap memfasilitasi pengelola pondok pesantren dalam pengurusan Persetujuan Bangunan Gedung (PBG) dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF). Langkah ini merupakan tindak lanjut dari pencanangan program Pesantren Aman yang diluncurkan saat kick off Hari Santri Nasional di Pendopo Sabha Swagata Blambangan pada 20 Oktober 2025 lalu.

    “Pemkab telah menggelar sosialisasi tentang regulasi dan prosedur pembangunan serta penggunaan bangunan yang sesuai standar. Karena kami, pemerintah ikut berkewajiban memastikan lingkungan belajar santri aman dan layak. Salah satunya dengan menjamin fasilitas infrastruktur baik gedung belajar maupun asrama yang aman dan sesuai standar,” ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Selasa (4/11/2025).

    Sosialisasi tersebut diikuti oleh 70 pengurus pondok pesantren se-Banyuwangi, dipimpin langsung oleh Asisten Administrasi dan Pembangunan Choiril Ustadi, serta dihadiri perwakilan Nahdlatul Ulama (NU), Muhammadiyah, dan para camat se-Banyuwangi.

    Ipuk menjelaskan bahwa pendampingan pemerintah sangat diperlukan agar setiap bangunan di wilayah Banyuwangi, khususnya pondok pesantren, dibangun dan digunakan sesuai ketentuan keselamatan. “Pemkab siap memfasilitasi pengurusan PBG dan SLF. Dinas terkait akan siap membantu pengurusannya. Silakan berkonsultasi dengan Dinas PU,” tegasnya.

    Plt Kepala Dinas PU CKPP Banyuwangi, Suyanto Waspo Tondo, menambahkan bahwa PBG merupakan dokumen wajib sebelum pembangunan gedung dimulai, sedangkan SLF berfungsi memastikan gedung yang telah selesai dibangun memenuhi standar keselamatan, kesehatan, dan kenyamanan.

    “Kedua dokumen ini saling melengkapi dan penting untuk legalitas serta keamanan suatu bangunan,” jelas Suyanto yang akrab disapa Yayan.

    Menurutnya, Dinas PU CKPP Banyuwangi membuka layanan konsultasi bagi pondok pesantren yang ingin memeriksa kelayakan bangunan atau mengurus dokumen PBG dan SLF. Pemkab akan memberikan pendampingan penuh agar seluruh proses berjalan mudah dan transparan.

    “Masyarakat dan pengelola ponpes bisa datang langsung ke Dinas PU atau Mall Pelayanan Publik untuk berkonsultasi lebih lanjut. Kami siap memberikan pendampingan setiap saat. Ini adalah bentuk tanggung jawab bersama agar santri bisa belajar dengan aman dan orang tua pun tenang,” pungkasnya. [alr/beq]

  • Banyuwangi Gelar Festival Literasi Using untuk Lestarikan Bahasa Daerah

    Banyuwangi Gelar Festival Literasi Using untuk Lestarikan Bahasa Daerah

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Pemkab Banyuwangi terus menunjukkan komitmen tinggi dalam pelestarian bahasa daerah, khususnya bahasa Using, dengan menggelar Festival Literasi Using yang rutin dilaksanakan setiap tahun.

    Pada 1 November 2025, sebanyak 400 pelajar tingkat SD hingga SMP se-Banyuwangi berpartisipasi dalam acara yang telah memasuki tahun kelima ini.

    Festival yang bertujuan memperkenalkan dan menguatkan penggunaan bahasa Using di kalangan generasi muda ini semakin mendapat perhatian positif dari siswa. Seperti yang diungkapkan Ahmad Syauqi Ghifari, pelajar SDN 1 Kalibaru Wetan yang mengikuti lomba puisi.

    “Saya berlatih selama dua minggu bersama guru. Agak susah, tapi senang saja karena menambah kaya kemampuan bahasa saya. Anak sekarang tidak boleh hanya bisa Bahasa Inggris, tapi perlu juga belajar bahasa daerah, bahasa asli kita,” kata Ahmad Syauqi.

    Siswa kelas 5 ini juga menambahkan, meski di lingkungan sekitarnya mayoritas berbicara dalam bahasa Jawa, ia merasa senang bisa belajar bahasa Using yang merupakan bahasa asli Banyuwangi. Hal ini menunjukkan antusiasme pelajar Banyuwangi dalam mempelajari bahasa daerah mereka meski bahasa nasional dan asing semakin mendominasi percakapan sehari-hari.

    Festival Literasi Using kali ini terdiri dari tujuh kategori lomba, yaitu menulis aksara Using, menulis cerpen, membaca puisi (moco geguritan), menyanyi (nembang), stand-up comedy (ngewer), mendongeng (ndongeng), dan satu kategori tambahan untuk tingkat SD, yaitu bermain sandiwara (memengan sandiworo).

    Para peserta lomba mendapat kesempatan untuk mengeksplorasi kemampuan literasi mereka melalui berbagai format yang menyenangkan.

    Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, menyatakan bahwa pelestarian bahasa Using merupakan bagian dari kekayaan budaya Suku Using yang perlu dijaga.

    Festival literasi using

    “Pelestarian bahasa sejak dini dengan melibatkan pelajar menjadi sangat penting untuk membangkitkan kembali kebiasaan dan kebanggaan terhadap bahasa lokal,” ujar Ipuk. Ia juga mengapresiasi peran guru dan orang tua yang telah mendampingi anak-anak dalam kegiatan ini.

    Festival Literasi Using bukan hanya sekadar acara perlombaan, namun juga merupakan bagian dari upaya jangka panjang untuk membangun literasi anak-anak Banyuwangi yang lebih berkualitas. “Lewat festival Literasi Using kita tidak hanya melestarikan budaya, tapi juga memupuk masa depan anak-anak yang lebih cemerlang,” kata Ipuk.

    Banyuwangi sebelumnya telah menerima penghargaan dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) atas konsistensinya dalam melestarikan bahasa Using. Penghargaan tersebut diterima pada Festival Tunas Bahasa Ibu Nasional (FBIN) pada tahun 2024 dan 2025.

    Graceylla Alleynadyne Claudya Pesik, siswi SMPN 5 Banyuwangi, berhasil meraih Juara 1 dalam kategori Mendongeng tingkat SMP dengan cerita ‘Arak-arakan Kembang Ndog’ yang menggambarkan tradisi perayaan Maulid Nabi Suku Using. “Syukur bisa menang. Keren juga menang lomba Bahasa Using,” ungkap Graceylla dengan semangat.

    Sebagai kelanjutan dari festival ini, para juara akan dikirim untuk mewakili Banyuwangi dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Provinsi Jawa Timur. “Sejak tahun 2023, perwakilan Banyuwangi selalu menang dan mewakili Provinsi Jawa Timur di tingkat nasional,” ujar Kepala Dinas Pendidikan Suratno. [alr/suf]

  • AHY Tinjau Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi dan Asrama Inggrisan

    AHY Tinjau Revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi dan Asrama Inggrisan

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), melakukan peninjauan terhadap proyek revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi pada Jumat (31/10/2025).

    Dalam kunjungan tersebut, AHY didampingi oleh Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elistianto Dardak, Ketua DPC Partai Demokrat yang juga menjabat Wakil Ketua DPRD Banyuwangi Michael Edy Hariyanto, serta Sekretaris Daerah (Sekda) Banyuwangi Guntur Priambodo.

    Proyek revitalisasi Pasar Induk Banyuwangi dan Asrama Inggrisan ini telah dimulai sejak Oktober 2024 dengan total anggaran Rp152 miliar. Pengerjaan revitalisasi ini sudah mencapai 52 persen dan diperkirakan akan selesai pada akhir 2025, dengan target operasional pada Januari 2026. AHY menjelaskan bahwa proyek ini diharapkan dapat segera dimanfaatkan oleh masyarakat dan meningkatkan putaran ekonomi Banyuwangi.

    Pasar Induk Banyuwangi dibangun di atas lahan seluas 10.600 meter persegi dengan dua bangunan utama, yang terdiri dari pasar sisi utara setinggi dua lantai dengan 209 kios/los dan pasar sisi selatan yang juga setinggi dua lantai dengan 568 kios/los. Total luas bangunan utama pasar mencapai 15.872 meter persegi dan kapasitas 777 kios/los.

    “Proyek ini sudah dikerjakan kurang lebih selama satu tahun dan diharapkan selesai pada akhir tahun 2025 agar segera dapat dimanfaatkan oleh masyarakat,” ujar AHY.

    Dalam kesempatan tersebut, AHY juga menyampaikan harapannya bahwa revitalisasi pasar ini dapat menghidupkan ekonomi lokal dengan menciptakan kenyamanan bagi para pedagang dan pembeli. “Dengan hadirnya pasar induk yang telah direvitalisasi ini, mudah-mudahan semakin menggeliatkan ekonomi masyarakat di Banyuwangi,” kata AHY.

    Selain itu, AHY juga mengapresiasi arsitektur pasar yang tetap mempertahankan kekhasan Banyuwangi. Pasar Induk Banyuwangi didesain dengan arsitektur khas Osing, yang merupakan budaya asli Banyuwangi. Desain ini termasuk area pasar basah, pasar kering, dan area kuliner, yang juga dilengkapi dengan gedung parkir.

    Asrama Inggrisan, yang juga direvitalisasi dalam proyek ini, merupakan salah satu cagar budaya di Banyuwangi. Asrama Inggrisan memiliki sejarah penting sebagai pusat komunikasi internasional pada masa lampau. Pada tahun 1870-an, Banyuwangi menjadi titik penghubung kabel telegrap bawah laut pertama yang menghubungkan Eropa dengan Australia.

    Salah satu hal yang menjadi perhatian AHY adalah kemampuan proyek ini dalam menyerap tenaga kerja lokal. “Saya senang ada 250 pekerja setiap hari, yang sebagian berasal dari Banyuwangi. Mudah-mudahan proyek ini juga terus bisa membuka lapangan pekerjaan yang baik,” ungkap AHY.

    Project Manager revitalisasi Pasar Induk dan Asrama Inggrisan, Ikhwan Fatoni, menambahkan bahwa saat ini progres pembangunan telah memasuki tahap finishing. Pekerjaan yang tersisa termasuk penyelesaian struktur, seperti tangga dan atap, serta pembuatan kios. Ia optimis proyek ini akan selesai tepat waktu pada Desember 2025.

    Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mengungkapkan rasa terima kasih kepada pemerintah pusat atas dukungannya terhadap kemajuan Banyuwangi. “Semoga nantinya pasar dan asrama inggrisan yang tampil dengan wajah baru ini bisa menjadi destinasi baru bagi wisatawan sehingga semakin menggeliatkan ekonomi warga kami,” pungkas Ipuk. [alr/suf]

  • Raih Penghargaan PB ISSI, Menpora Apresiasi Konsistensi Banyuwangi Gelar Event Balap Sepeda Internasional

    Raih Penghargaan PB ISSI, Menpora Apresiasi Konsistensi Banyuwangi Gelar Event Balap Sepeda Internasional

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Konsistensi Banyuwangi dalam mengembangkan balap sepeda mendapat apresiasi Pengurus Besar Ikatan Sport Sepeda Indonesia (PB ISSI). Apresiasi tersebut dilakukan dengan memberikan penghargaan khusus karena konsisten menyelenggarakan ajang balap sepeda internasional berkelas dunia.

    Penghargaan diserahkan langsung oleh Ketua Umum PB ISSI yang juga Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, kepada Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, saat Musyawarah Nasional (Munas) Indonesia Cycling Federation (ICF) yang dihadiri Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Erick Thohir, di Jakarta, Kamis (30/10/2025).

    Menpora turut mengapresiasi Banyuwangi atas konsistensi memajukan olahraga berbasis pariwisata (sport tourism). Menurutnya Banyuwangi merupakan contoh bagaimana pemerintah daerah berperan aktif mendukung pembangunan olahraga melalui sport tourism.

    “Kalau semua kepala daerah seperti Bupati Banyuwangi, luar biasa. Banyuwangi bisa menjadi contoh bagaimana olahraga dan pariwisata dikembangkan sejalan, memberi dampak ekonomi sekaligus prestasi. Pemerintah pusat akan terus mendorong kolaborasi seperti ini,” ujar Erick Thohir.

    Erick menjelaskan, sinergi antara pemerintah pusat dan daerah merupakan kunci menciptakan ekosistem olahraga yang kuat dan berkelanjutan. “Kami sudah berkoordinasi dengan Mendagri dan Menteri UMKM untuk memperkuat dukungan terhadap pemerintah daerah yang aktif seperti Banyuwangi. Karena olahraga bukan hanya soal prestasi, tapi juga membuka lapangan kerja, membangun kebanggaan, dan memperkuat karakter bangsa,” kata Erick.

    Ketua Umum PB ISSI, Jenderal Listyo Sigit Prabowo, menilai Banyuwangi layak mendapatkan penghargaan, karena keberlanjutan penyelenggaraan event sepeda internasional yang jarang dimiliki daerah lain.

    “Terima kasih kepada Banyuwangi yang selalu konsisten menggelar event internasional sepeda, seperti Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI) yang telah menjadi agenda resmi UCI. Ini bentuk komitmen luar biasa dari pemerintah daerah untuk mendukung olahraga sepeda Indonesia,” kata Jenderal Listyo.

    Kapolri juga mengapresiasi Sirkuit BMX Supercross di Muncar, Banyuwangi, yang merupakan salah satu trek BMX terpanjang di dunia dengan standar internasional satu-satunya di Asean. “Dengan dukungan fasilitas seperti ini, PB ISSI optimistis atlet-atlet kita bisa terus mengukir prestasi di tingkat dunia,” ujarnya.

    Bupati Ipuk bersyukur atas apresiasi dan penghargaan tersebut. Ipuk mengatakan bagi Banyuwangi sport tourism bagian dari upaya mengembangkan sektor pariwisata dan pengungkit ekonomi masyarakat.

    Selama ini Banyuwangi rutin menggelar dan menjadi tuan rumah kejuaraan balap sepeda baik nasional maupun internasional.

    Di antaranya Tour de Banyuwangi Ijen (TdBI), Banyuwangi Ijen Geopark Downhill, Banyuwangi BMX International, yang ketiganya masuk dalam agenda balap sepeda Federasi Balap Sepeda Internasional (UCI). Banyuwangi juga menjadi tuan rumah Tour of Kemala, Banyuwangi Bluefire Ijen KOM, Kejurnas balap sepeda, dan berbagai kejuaraan lainnya.

    “Apresiasi itu merupakan hasil kerja keras semua pihak yang mendukung pengembangan sport tourism di Banyuwangi. Ini menjadi penyemangat bagi kamu untuk terus berjuang memajukan sport tourism,” kata Ipuk. [alr/aje]

  • Kemenlu Ajak Mitra Strategis Internasional Perkuat Ekosistem Kreatif Banyuwangi

    Kemenlu Ajak Mitra Strategis Internasional Perkuat Ekosistem Kreatif Banyuwangi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia menghubungkan Banyuwangi dengan jaringan industri kreatif dunia. Kemenlu melibatkan sejumlah mitra strategis internasional dari berbagai negara untuk memperkuat ekosistem kreatif yang terus berkembang di Banyuwangi.

    Dukungan Kemenlu merupakan bagian dari program Sekolah Staf Dinas Luar Negeri (Sesdilu) yang kali ini diikuti oleh 18 diplomat muda. Sesdilu adalah diklat fungsional diplomatik berjenjang untuk meningkatkan kompetensi para diplomat muda Indonesia, salah satunya melalui kunjungan lapangan ke daerah.

    “Biasanya lokus kunjungan kami di tingkat provinsi. Namun kali ini kami memilih Banyuwangi karena daerah ini memiliki banyak hal yang bisa dieksplorasi dan layak kami koneksikan dengan mitra internasional Kemenlu,” kata Direktur Sesdilu Kemenlu RI, Tubagus Edwin Suchranudin, saat bertemu Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, di Kantor Pemkab Banyuwangi, Selasa (28/10/2025).

    Turut hadir para diplomat senior, di antaranya Duta Besar Semuel Samson, Syahrir Rahardjo, dan Diar Nurbiantoro, yang juga menjadi mentor bagi peserta Sesdilu.

    Edwin menjelaskan bahwa Banyuwangi dipilih karena dinilai memiliki komitmen besar dalam mewujudkan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto melalui berbagai program daerah. “Kami bahkan menggunakan artificial intelligence (AI) untuk mencari daerah yang sesuai dengan kriteria Asta Cita Presiden. Hasilnya, Banyuwangi muncul paling atas — dan ternyata benar, setelah kami datang ke sini,” ujar Edwin.

    Selama berada di Banyuwangi, peserta Sesdilu fokus pada empat sektor pendukung Asta Cita: ketahanan pangan, industri kreatif, energi terbarukan, dan hilirisasi industri.

    Kemenlu juga membawa sejumlah mitra internasional untuk dikoneksikan langsung dengan para pelaku usaha di Banyuwangi, di antaranya Epicenter Stockholm (Swedia), Opus Solution (Hongkong), dan ASEAN SME Academy (Filipina).

    Selain itu, juga hadir BNI Ventures, Pijar Foundation, serta perwakilan dari Kedutaan Besar Korea Selatan, JICA (Jepang), GIZ (Jerman), FAO (PBB), IRRI, ICCWA, Konjen RI di Sydney, dan Kemendag RI di Sydney. “Kami harap, dengan jejaring yang kami bawa, Banyuwangi bisa naik kelas. Kami siap membantu sesuai kebutuhan daerah,” tambah Edwin.

    Sementara itu, Bupati Ipuk Fiestiandani menyampaikan apresiasi atas dukungan Kemenlu. “Ini membuka ruang belajar dari praktik baik mitra internasional. Kami sangat berterima kasih karena Banyuwangi dibukakan akses jejaring global. Semoga ini dapat meningkatkan kapasitas pelaku industri kreatif melalui pembelajaran digital, literasi keuangan, dan promosi bisnis berbasis teknologi,” ujarnya. [kun]

  • Cegah Kasus Keracunan MBG Terulang, Bupati Banyuwangi Tegur SPPG Soal SOP Higienitas

    Cegah Kasus Keracunan MBG Terulang, Bupati Banyuwangi Tegur SPPG Soal SOP Higienitas

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menegur pengelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) agar lebih disiplin menerapkan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan menjaga higienitas dapur penyedia makanan program Makan Bergizi (MBG). Langkah ini dilakukan untuk mencegah kasus keracunan makanan kembali terulang di Banyuwangi.

    Penegasan itu disampaikan Ipuk saat meninjau langsung salah satu SPPG di Kecamatan Giri, Banyuwangi, Senin (27/10/2025). Ia meminta seluruh pihak memperketat proses pengolahan makanan MBG setelah dalam sepekan terakhir dua sekolah dilaporkan mengalami kasus keracunan yang diduga akibat konsumsi makanan dari program tersebut.

    “Kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar teman-teman pengelola SPPG tidak mengulangi kesalahan yang sama. Mungkin memang tidak disengaja, tapi kalau proses dan SOP-nya dijalankan dengan benar, bisa dihindari,” kata Ipuk.

    Dua sekolah yang siswanya mengalami keracunan mendapat suplai makanan dari dua SPPG berbeda. Satu di antaranya telah ditutup sementara, sementara satu lagi masih dalam proses pemeriksaan oleh tim gabungan.

    Bupati Ipuk menekankan pentingnya penerapan SOP yang ketat, termasuk pemilihan bahan baku, proses memasak, dan penyajian makanan. Ia juga meminta agar seluruh menu MBG disajikan dengan standar higienitas tinggi dan gizi seimbang.

    “Dengan demikian bisa dinikmati anak-anak dengan menu yang bervariasi. Mudah-mudahan program ini bisa terus berjalan dengan baik,” ujarnya.

    Selain memperkuat SOP, Pemkab Banyuwangi juga mendorong seluruh SPPG memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) sesuai ketentuan terbaru Kementerian Kesehatan. Sertifikat ini menjadi syarat wajib bagi dapur penyedia makanan MBG agar dinyatakan layak dan aman.

    Ipuk juga meminta Dinas Lingkungan Hidup (DLH) meningkatkan koordinasi dengan pengelola SPPG dalam pengelolaan limbah dan sanitasi dapur. Menurutnya, upaya ini penting untuk menjaga kebersihan lingkungan sekaligus menjamin keamanan pangan.

    “Program MBG merupakan salah satu prioritas Presiden Prabowo untuk mendukung pemenuhan gizi anak dan siswa. Maka pelaksanaannya harus maksimal, agar anak-anak benar-benar merasakan manfaatnya tanpa ada lagi isu makanan sisa, makanan yang dibuang, atau bahkan keracunan,” tegasnya.

    Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi Amir Hidayat menyebut, dua kasus keracunan yang terjadi telah ditindaklanjuti. SPPG yang terlibat telah dihentikan sementara sampai seluruh persyaratan keamanan pangan terpenuhi.

    “Dari 38 SPPG yang beroperasi, 12 di antaranya sudah menjalani proses sertifikasi SLHS dan siap diterbitkan sertifikatnya. Sisanya masih dalam tahap persiapan atau perbaikan sarana prasarana,” jelas Amir.

    Amir menjelaskan, ada tiga komponen utama yang wajib dipenuhi SPPG untuk memperoleh SLHS. Pertama, penjamah pangan harus mengikuti pelatihan keamanan pangan dan lulus uji kompetensi. Kedua, SPPG harus dinyatakan layak berdasarkan inspeksi sanitasi dan kesehatan lingkungan. Ketiga, dilakukan uji sampel makanan, alat, serta pemeriksaan kesehatan bagi penjamah makanan untuk memastikan tidak ada kontaminasi dalam proses pengolahan.

    “Pemkab terus memantau dan memfasilitasi pengurusan SLHS agar seluruh SPPG di Banyuwangi memenuhi standar keamanan pangan,” pungkasnya. [alr/beq]

  • Bupati Ipuk Tegaskan Pentingnya Higienitas Dapur dan Penerapan SOP Program MBG di Banyuwangi  – Page 3

    Bupati Ipuk Tegaskan Pentingnya Higienitas Dapur dan Penerapan SOP Program MBG di Banyuwangi  – Page 3

    Liputan6.com, Banyuwangi – Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menegaskan pentingnya penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan higienitas dapur dalam program Makan Bergizi (MBG) di seluruh Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) di wilayahnya.

    Langkah ini diambil menyusul adanya dua kasus keracunan makanan yang diduga berasal dari menu MBG di dua sekolah berbeda dalam sepekan terakhir. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi pun langsung menutup sementara salah satu SPPG, sementara satu lainnya tengah dalam proses pemeriksaan.

    “Kejadian ini menjadi pelajaran bagi kita semua agar teman-teman pengelola SPPG tidak mengulangi kesalahan yang sama. Mungkin memang tidak disengaja, tapi kalau proses dan SOP-nya dijalankan dengan benar, bisa dihindari,” kata Ipuk saat meninjau salah satu dapur SPPG di Kecamatan Giri, Senin (27/10/2025).

    Bupati Ipuk menegaskan bahwa seluruh pengelola SPPG wajib menjalankan SOP dengan maksimal agar makanan yang disajikan aman, sehat, dan layak konsumsi. Ia juga meminta agar variasi menu terus dijaga agar anak-anak tidak bosan menikmati hidangan MBG setiap harinya.

    “Dengan demikian bisa dinikmati anak-anak, dengan menu yang bervariasi. Mudah-mudahan program ini bisa terus berjalan dengan baik,” harap Ipuk. 

    Dorong Sertifikasi Higiene Sanitasi dan Pengelolaan Limbah 

     

    Pemkab Banyuwangi juga tengah mendorong seluruh dapur MBG memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS), sesuai ketentuan terbaru dari Kementerian Kesehatan. Sertifikat ini menjadi syarat wajib bagi dapur penyedia makanan MBG. Selain itu, Ipuk meminta agar Dinas Lingkungan Hidup (DLH) berkoordinasi dengan pengelola dapur terkait pengelolaan limbah agar tidak menimbulkan pencemaran lingkungan.

    “Semoga program MBG di Banyuwangi bisa berjalan lancar dan membawa manfaat. Anak-anak bisa menikmati menu-menu yang diberikan tanpa ada lagi isu terkait makanan sisa, makanan yang dibuang, atau bahkan kasus keracunan,” ujar Ipuk.

    Ia menambahkan, program MBG merupakan salah satu program prioritas Presiden Prabowo Subianto yang bertujuan mendukung pemenuhan gizi anak-anak dan pelajar di seluruh Indonesia. Karena itu, pelaksanaannya harus dijalankan secara maksimal agar manfaatnya benar-benar dirasakan masyarakat.

    12 dari 38 Dapur MBG Siap Diterbitkan Sertifikat SLHS 

    Kepala Dinas Kesehatan Banyuwangi, Amir Hidayat, menjelaskan dua kasus keracunan yang terjadi telah ditindaklanjuti. Salah satu SPPG dihentikan sementara hingga memenuhi seluruh prosedur dan standar fasilitas sesuai hasil investigasi.

    “SPPG yang menyuplai MBG di dua sekolah yang keracunan telah dihentikan sementara oleh koordinator wilayah BGN, hingga seluruh prosedur dan fasilitas dipenuhi sesuai hasil investigasi,” jelas Amir.

    Amir menuturkan, Dinkes juga terus mendorong seluruh SPPG untuk segera mendapatkan SLHS. Hingga kini, dari 38 SPPG yang beroperasi, 12 SPPG sudah menjalani proses sertifikasi dan siap diterbitkan sertifikatnya, sementara sisanya masih dalam tahap perbaikan sarana prasarana.

    “Pemkab terus memantau dan memfasilitasi pengurusan SLHS,” tegas Amir.

    Untuk memperoleh sertifikat SLHS, setiap dapur SPPG wajib memenuhi tiga komponen utama. Pertama, penjamah pangan harus mengikuti pelatihan keamanan pangan dan lulus uji kompetensi. Kedua, SPPG harus layak hasil inspeksi sanitasi dan kesehatan lingkungan, mencakup kualitas air bersih, pengelolaan limbah, sirkulasi udara, dan kebersihan alat masak.

    Ketiga, dilakukan uji sampel dan pemeriksaan kesehatan terhadap makanan, alat, dan penjamah untuk memastikan tidak ada kontaminasi selama proses produksi.

    Langkah-langkah ini diharapkan dapat memastikan seluruh proses penyediaan makanan MBG berjalan higienis, aman, dan memenuhi standar kesehatan yang ditetapkan pemerintah.

  • Merasakan Haru dan Mistisnya Meras Gandrung Banyuwangi
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        25 Oktober 2025

    Merasakan Haru dan Mistisnya Meras Gandrung Banyuwangi Surabaya 25 Oktober 2025

    Merasakan Haru dan Mistisnya Meras Gandrung Banyuwangi
    Tim Redaksi
    BANYUWANGI, KOMPAS.com
    – Sehari sebelum pementasan kolosal Gandrung Sewu 2025, sebanyak 1.400 penari mengikuti prosesi sakral Meras Gandrung di Pantai Marina Boom, Banyuwangi, Jumat (24/10/2025).
    Tradisi tersebut menjadi tahapan penting yang harus dilalui sebelum ribuan penari tampil di ajang Gandrung Sewu yang akan diselenggarakan,Sabtu (25/10/2025).
    Prosesi ini dipimpin gandrung senior legendaris Banyuwangi dengan tokoh utama sang penari gandrung yang akan menjadi maskot untuk gelaran agung esok hari.
    Dia adalah Wimbi, seorang perempuan lulusan Politeknik Negeri Banyuwangi yang mengikuti tahapan demi tahapan Meras Gandrung.
    Langit mendung saat ia berjalan menuju altar sederhana berkain merah yang terletak di tengah hamparan pasir Pantai Marina Boom Banyuwangi.
    Secara perlahan, Wimbi mengikuti rangkaian prosesi. Ia dibaringkan, sembari sang maestro gandrung yang mendampinginya menyelipkan pesan-pesan kehidupan bahwa seorang penari gandrung harus menjadi pribadi yang baik dan rajin mendalami bakat tarinya.
    Langit semakin petang, angin berhembus semakin dingin saat para maestro gandrung melantunkan tembang-tembang Osing, dan bau dupa menyeruak terkena angin menambah sensasi merinding bagi siapa saja yang menontonnya secara langsung.
    “Aaaaaa…” Wimbi berteriak di tengah keheningan dan ia menangis.
    Ia dipeluk oleh para maestro gandrung yang mendampinginya, berupaya menenangkannya, membisikkan berbagai kalimat yang menenangkan.
    Semua orang masih hening, menunggu dan menelaah apa yang sebenarnya terjadi hingga ketika Wimbi bangkit dari altar, ia dipapah oleh sang maestro.
    Prosesi inti, saat omprog atau mahkota gandrung yang sempat dilepasnya sebelum menjalani prosesi, dipasang kembali oleh Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani yang menandai berakhirnya prosesi Meras Gandrung.
    Semua orang larut dalam haru dan merinding yang bercampur jadi satu.
    Tepuk tangan kemudian terdengar meriah, seolah-olah semuanya memberi dukungan kepada Wimbi yang akan menjalankan mandatnya esok hari sebagai tokoh Gandrung Sewu 2025.
    “Tentunya saya sangat bangga, apalagi didampingi dua maestro gandrung kebanggaan Banyuwangi,” tuturnya.
    Wimbi menuturkan ia mulai menari gandrung sejak masih duduk di bangku TK. Ia menjadi peserta tari gandrung sejak awal gandrung sewu digelar.
    Setelah bertahun-tahun, Wimbi akhirnya menjadi tokoh utama gelaran sakral kebanggaan masyarakat Banyuwangi tersebut.
    Dia berharap, dengan kehadirannya sebagai tokoh di Gandrung Sewu 2025, dapat meninggalkan kesan baik dan hangat bagi seluruh masyarakat yang menyaksikan.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • BPK Dorong Percepatan Pembangunan Jalur Lintas Selatan Banyuwangi

    BPK Dorong Percepatan Pembangunan Jalur Lintas Selatan Banyuwangi

    Banyuwangi (beritajatim.com) – Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK) mendorong percepatan pembangunan Jalur Lintas Selatan (JLS) atau Jalur Pantai Selatan (Pansela) di Banyuwangi. Upaya ini dilakukan dengan mempertemukan sejumlah pihak terkait agar proyek strategis nasional tersebut dapat segera dilanjutkan setelah lama terhenti.

    Rapat koordinasi percepatan pembangunan JLS berlangsung di Pendopo Sabha Swagata Blambangan Banyuwangi, dipimpin oleh Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara VII Slamet Edy Purnomo, Pimpinan Pemeriksaan Keuangan Negara III Akhansul Khaq, dan Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani. Hadir pula Plt. Dirut Perhutani Natalas Anis Harjanto, Dirjen Pengadaan Tanah dan Pengembangan Pertanahan Kementerian ATR/BPN Embun Sari, Direktur Pengembangan Usaha PT Jasa Marga M. Agus Setiawan, dan Kepala Divisi SPI PTPN III Herry Nurudin.

    “Pertemuan ini terkait dengan akselerasi percepatan penyelesaian jalur Pansela mengingat sudah cukup lama proyek ini terhenti,” ujar Anggota VII BPK, Slamet Edy Purnomo.

    Ia menegaskan, BPK berperan aktif dalam mendukung realisasi program strategis nasional (PSN) tersebut. “Pansela ini termasuk Program Strategis Nasional (PSN). Karenanya kami dari BPK turut memfasilitasi pertemuan ini agar PSN segera terwujud dan agenda pembangunan nasional bisa kita jalankan dengan baik,” terangnya.

    Edy menyebut, JLS memiliki manfaat ekonomi besar karena akan memperlancar distribusi barang dan jasa di wilayah selatan Jawa. “Banyuwangi juga memiliki potensi ekonomi yang sangat banyak seperti kelautan, pertanian, dan pariwisata yang perlu terus didorong dengan infrastruktur yang baik, salah satunya melalui JLS Pansela,” katanya.

    Jalur Lintas Selatan di Banyuwangi memiliki total panjang 100 kilometer, membentang dari perbatasan Jember hingga Jalan Nasional Pelabuhan Ketapang. Saat ini, sisa jalan yang belum dibangun sepanjang 14,1 kilometer, terdiri atas 6,27 kilometer melintasi kawasan hutan KPH Banyuwangi Selatan dan 7,83 kilometer melewati area perkebunan Selogiri serta Malangsari milik PTPN I Regional 5.

    Menurut Edy, kendala utama pembangunan JLS terletak pada proses pelepasan aset dan lahan milik berbagai instansi. “Karena proyek ini sudah ditetapkan sebagai PSN, seharusnya tidak ada lagi ego sektoral. Kita harus melepas ego sektoral dan berfokus pada kepentingan nasional,” tegasnya.

    Dalam rapat tersebut, seluruh pihak sepakat untuk mempercepat realisasi pembangunan. “Alhamdulillah, dalam pertemuan hari ini yang dihadiri berbagai pihak sudah ditemukan solusi bersama. Mudah-mudahan akselerasi pembangunan Pansela bisa segera dilakukan,” ujar Edy.

    Pemerintah pusat telah menyiapkan anggaran senilai Rp47,1 miliar untuk pembangunan ruas JLS Banyuwangi–Jember. Pelaksanaannya akan mengacu pada jadwal Kementerian PUPR, yang akan membentuk tim percepatan dan berkoordinasi dengan Perhutani, Pemda, serta PTPN.

    Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyambut baik langkah BPK dalam mendorong percepatan proyek tersebut. “Terima kasih atas dukungan untuk pembangunan JLS. Semoga bisa segera terealisasi karena itu akan berdampak positif bagi masyarakat,” ujarnya. [alr/beq[